Disusun Oleh:
Dodi Agustina
7111413077
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN MAKALAH ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Dodi Agustina
NIM
: 7111413077
Jurusan/Fakultas
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan makalah ilmiah ini, Saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli.
4. Tidak melakukan pemalsuan dan pemanipulasian data.
5. Mengerjakan sendiri dan mampu bertanggung jawab atas makalah ilmiah
ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas makalah ilmiah Saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan ditemukan bahwa
Saya melanggar pernyataan di atas, maka Saya siap dikenai sanksi sesuai aturan yang
ditetapkan oleh Dosen pengajar mata kuliah Perencanaan Pembangunan Daerah
(PPD).
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya.
Dodi Agustina
ii
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan limpahan rahmat dan sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ilmiah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mengemban risalah islam dan menuntun jalan umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan makalah ilmiah ini, penulis
banyak menemui hambatan. Upaya dan dukungan dari berbagai pihak sangat
membantu penulis dalam hal ini, sehingga makalah ilmiah ini dapat terselesaikan.
Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Fafurida, S.E., M.Sc. selaku dosen pengajar mata kuliah perencanaan
pembangunan daerah (PPD).
2. Kedua orang tua Saya, bapak Waryanto Sorun dan ibu Sutarmi, yang telah
menjadi motivator dan selalu meyertai penulis dengan ketulusan doa dan
restu, serta dukungan moral tanpa henti kepada penulis untuk selalu
optimis, dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan.
3. Penulis jurnal ilmiah dan penelitian mengenai sisi gelap pembangunan di
Kabupaten Purbalingga yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
4. Media cetak ataupun elektronik yang telah memberikan berita dan data
sekunder kepada penulis mengenai pembangunan di Purbalingga, dalam
melengkapi penulisan makalah ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ilmiah ini, namun ini semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata,
besar harapan penulis makalah ilmiah ini dapat bermanfaat sekaligus dapat
menambah pengetahuan mengenai sisi gelap pembanguanan yang ada di Kabupaten
Purbalingga yang selama ini belum dan terkesan disembunyikan dari publik.
Semarang, 14 Juni 2015
Dodi Agustina
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii
PRAKATA ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 4
D. Manfaat .......................................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6
A. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga .................................... 6
B. Pembangunan Ekonomi ................................................................................. 7
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................................................... 7
D. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................................................................... 8
E. Otonomi Daerah ............................................................................................. 9
F. Corporate Social Responsibility (CSR) ......................................................... 9
G. Stereotip Gender ............................................................................................ 10
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 11
A. Visi Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan .................................... 11
B. PDRB Per Kapita dan UMK di Lapangan ..................................................... 13
C. Stereotip Gender dan Pengangguran .............................................................. 16
D. Investor Rambut Palsu Asing dan Pajak ........................................................ 18
E. Perusahaan Asing dan Corporate Social Responsibility ................................ 21
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 22
A. Kesimpulan .................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Tengah
yang sebelumnya sering dianggap sebagai satu kesatuan dengan Purwokerto karena
kontribusinya yang teramat minim terhadap perekonomian provinsi, bahkan
Kabupaten Purbalingga tersebut pernah dianggap sebagai kota mati yang minim
produksi akan barang dan jasanya. Keadaan itu banyak dipengaruhi oleh minimnya
tingkat pendidikan masyarakat, yang membuat sebagian besar masyarakatnya itu
berprofesi di bidang pertanian tanpa adanya pengolahan pasca panen, sehingga tidak
heran jika hal tersebut menjadikan PDRB (Product Domestic Regional Bruto)
Kabupaten Purbalingga saat itu dan sampai saat ini didominasi oleh bidang pertanian.
Keadaan tersebut berubah secara derastis ketika Triyono Budi Sasongko
menjabat sebagai bupati di Kabupaten Purbalingga, dimana melalui pemerintahannya
Triyono mendeklarasikan Purbalingga sebagai kota yang Pro dengan investasi,
dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan kepada para investor yang mau
menanamkan modalnya di Purbalingga termasuk investor-investor asing. Bentukbentuk kemudahan untuk para investor yang dimaksud dapat berupa kemudahan
mengurus izin pendirian PT (Perseroan Terbatas) ataupun kecilnya pajak yang
dibebankan kepada investor-investor yang masuk ke Purbalingga tersebut.
Atas dasar kebijakan baru itu, secara cepat Purbalingga mulai dilirik oleh para
investor asing yang kebanyakan berasal dari negara Korea Selatan dan secara cepat
pula para investor tersebut disambut dengan baik oleh pejabat-pejabat dan para
pemegang kekuasaan di Kabupaten Purbalingga. Perlu diketahui bahwa kebanyakan
investor-investor yang masuk ke Purbalingga adalah mereka yang ingin membuat
industri rambut palsu, baik bulu mata palsu ataupun wig (rambut palsu).
Dalam hitungan beberapa tahun dimasa pemerintahan Triyono, keberadaan PT
dan CV rambut palsu di Purbalingga kian menjamur dan mulai berkontribusi terhadap
perekonomian di Kabupaten Purbalingga khususnya peningkatan PDRB dan
menurunnya
tingkat
pengangguran.
Bahkan
Purbalingga
pernah
mendapat
penghargaan sebagai kota paling pro dengan investasi dan penghargaan sebagai kota
yang memiliki pengangguran paling rendah di Provinsi Jawa Tengah.
Di satu sisi, keberadaan para investor rambut palsu asing di Purbalingga
memang telah memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian, namun
keberhasilan tersebut sebenarnya bersifat semu dan masih meninggalkan beberapa
catatan merah. Sebab jika dilihat, Purbalingga yang dikenal sebagai kota Perwira ini
memiliki visi pembangunan yang berbunyi, Purbalingga yang Maju, Mandiri dan
Berdaya Saing Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak
Mulia. Visi pembangunan tersebut sebenarnya tidak sejalan dengan kebijakan yang
diambil, untuk memberikan kemudahan bagi para investor asing yang menanamkan
modalnya di Purbalingga. Sebab lebih dari 19 perusahaan rambut palsu asing yang
telah berdiri di Purbalingga, menunjukan bahwa Purbalingga masih belum mampu
mewujudkan kemandirian dan daya saingnya. Bahkan keberadaan perusahaan rambut
palsu asing tersebut secara tidak langsung telah menghegemoni masyarakat dan
memberikan efek ketergantungan, yang semakin menjauhkan keadaan Purbalingga
saat ini dengan visi pembangunan yang sudah ditetapkannya.
Secara sederhana, kehadiran para investor asing di Purbalingga memang telah
terbukti meningkatkan PDRB per kapita masyarakat. Namun dalam hal ini perlu
disadari bahwa kadar prosentase peningkatan PDRB per kapita masyarakat belum
tentu sama dengan prosentase penigkatan kesejahteraan masyarakat. Sebab kita
ketahui bahwa komposisi penghitungan PDRB per kapita adalah mengikutsertakan
pendapatan para investor asing melalui nilai output perusahaannya. Sehingga PDRB
per kapita yang ada sebenarnya adalah semu dan belum secara mutlak menunjukan
pendapatan per kapita masyarakat yang sesungguhnya. Secara gamblang dapat
dikatakan bahwa semakin besar kontribusi perusahaan rambut palsu asing di
Purbalingga terhadap perekonomian, maka akan semakin jauh keberadaan masyarakat
dari kata sejahtera dengan asumsi tertentu, karena komposisi PDRB per kapita yang
dihitung banyak dipengaruhi oleh pendapatan orang asing (investor asing) yang
notabene tidak dinikmati oleh masyarakat. Hal ini perlu menjadi catatan dan evaluasi
bersama, bahwa tingginya PDRB per kapita belum tentu akan sama dengan tingginya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keserasian antara visi pembangunan Kabupaten Purbalingga yang
telah ditetapkan, dengan kebijakan yang diambil dalam memberikan berbagai
bentuk kemudahan bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Purbalingga?
2. Bagaimana PDRB per kapita masyarakat di Kabupaten Purbalingga dengan
kenyataan UMK di lapangan, setelah kemunculan PT dan CV pengolahan
rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga?
3. Bagaimana kondisi tingkat pengangguran dan kondisi kesenjangan penggunaan
tenaga kerja pasca kemunculan PT dan CV pengolahan rambut palsu asing di
Kabupaten Purbalingga?
4. Bagaimana peran PT dan CV pengolahan rambut palsu asing tersebut terhadap
penerimaan pajak di Kabupaten Purbalingga?
5. Bagaimana bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) yang telah diberikan
oleh PT dan CV pengolahan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejalan atau tidak antara visi pembangunan Kabupaten
Purbalingga dengan kebijakan yang telah diambil untuk memberikan berbagai
bentuk kemudahan kepada investor asing.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara besaran PDRB per kapita dengan
realisasi UMK para buruh yang bekerja di perusahaan pengolahan rambut asing
di Kabupaten Purbalingga.
3. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan tenaga kerja laki-laki dan
perempuan, dalam hal ketimpangan penggunaan tenaga kerja dan jenjang karir
di perusahaan pengolahan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perusahaan pengolahan rambut palsu asing
terhadap penerimaan pajak di Kabupaten Purbalingga dan realisasinya.
5. Untuk mengetahui apa saja program CSR yang telah diberikan oleh perusahaan
pengolahan rambut palsu asing kepada masyarakat di Kabupaten Purbalingga
sebagai bentuk kepeduliannya terhadap dunia sosial.
D. Manfaat
1. Bagi dunia akademis
Sebagai bahan referensi perbandingan, terhadap objek penelitian pada persoalan
yang sama, berkaitan dengan sisi gelap pembangunan ekonomi jangka panjang
melalui peran para investor asing di Kabupaten Purbalingga.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Purbalingga
Sebagai bahan masukan agar lebih peduli terhadap pembangunan ekonomi jangka
panjang, melalui kebijakan yang lebih rasional, searah dengan visi pembangunan,
dan tidak menggunakan kepolosan atau ketidaktahuan masyarakat dalam
pembangunan, sebagai alat politik untuk meningkatkan eksistensi semu dan
pencitraan dihadapan publik, serta sebagai pengendali agar tidak terlalu
bergantung kepada pihak asing dalam menjalankan roda perekonomian kota.
3. Bagi masyarakat Kabupaten Purbalingga
Sebagai sumber pengetahuan, berkaitan dengan sisi gelap pembangunan ekonomi
kota saat ini secara riil, yang selama ini sangat sulit untuk diketahui oleh publik
(masyarakat) karena transparansi sistem pemerintahan kota yang tergolong lebih
tertutup, ditambah lagi peran media yang ada di kabupaten hanya memberitakan
sisi baik pembangunan yang ada, tanpa diimbangi dari sisi negatifnya, sehingga
masyarakat akan lebih sulit mengevaluasi program kerja dan kebijakan yang telah
ditetapkan dan diterapkan oleh pemerintahan kota.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini terdiri dari IV Bab, dimana Bab I Pendahuluan terdiri dari:
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, dan Sistematika Penulisan.
Kemudian Bab II Tinjauan Pustaka terdiri atas: Visi dan Misi Pembangunan
Kabupaten Purbalingga, Pembangunan Ekonomi, PDRB, PAD, Otonomi Daerah,
CSR, dan Stereotip Gender. Pada analisis dan Pembahasan di Bab III terdiri atas: Visi
Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan, PDRB Per Kapita dan UMK di
Lapangan, Stereotip Gender dan Pengangguran, Investor Rambut Palsu Asing dan
Pajak, serta Perusahaan Asing dan CSR. Bab IV terdiri atas: Kesimpulan dan Saran,
serta yang terakhir adalah Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga
Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2015
merupakan Visi Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga terpilih yang telah
dikomunikasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan masyarakat sebelum
proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan. Visi Kepala Daerah Kabupaten
Purbalingga tahun 2010-2015 adalah Purbalingga yang Maju, Mandiri, dan Berdaya
Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak Mulia
(RPJMD Kab.Purbalingga,2011:123).
Misi dan tujuan pembangunan Kabupaten Purbalingga tahun 20102015 yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Purbalingga tahun 20102015 adalah sebagai berikut:
1. Misi I
2. Misi II
:Mewujudkan
masyarakat
Purbalingga
yang
semakin
pelestarian
kekayaan
sumber
daya
hayati
(RPJMD
Kab.Purbalingga,2011:126-132).
B. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu
tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang
berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi
dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak,
Prishardoyo dalam (Sukirno,1981:13-14).
Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan
oleh tiga nilai pokok yaitu:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs).
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.
3. Meningkatnya kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude)
yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai empat
sifat penting, pembangunan ekonomi merupakan: Suatu proses yang berarti
perubahan yang terjadi terus-menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita,
kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang,
perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum,
sosial, dan budaya), (Prishardoyo,2008:2).
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi makro
yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan perekonomian suatu wilayah. Di
dalam menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di timbulkan dari
suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu:
1. PDRB menurut pendekatan produksi
Merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.
E. Otonomi Daerah
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari pengertian tersebut di
atas dapat diartikan bahwa otonomi daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan
menentukan aturan sendiri berdasarkan perundang-undangan, dalam memenuhi
kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah.
Otonomi daerah yang sudah berjalan lebih dari enam tahun di negara kita
diharapkan bukan hanya pelimpahan wewenang dari pusat kepada daerah untuk
menggeser kekuasaan. Hal itu ditegaskan oleh Sasana dalam (Kaloh,2002:7), bahwa
otonomi daerah harus didefinisikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah dan bukan
otonomi daerah dalam pengertian wilayah/territorial tertentu di tingkat lokal.
Otonomi daerah bukan hanya merupakan pelimpahan wewenang tetapi juga
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Berbagai manfaat
dan argumen yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah tidak langsung dapat
dianggap bahwa otonomi adalah sistem yang terbaik. Berbagai kelemahan masih
menyertai pelaksanaan otonomi yang harus diwaspadai dalam pelaksanaannya. Remy
Prudhomme (Sugiyanto,2000) mencatat beberapa kelemahan dan dilemma dalam
otonomi daerah, antara lain :
1. Menciptakan kesenjangan antara daerah kaya dengan daerah miskin
2. Mengancam stabilisasi ekonomi akibat tidak efisiennya kebijakan ekonomi
makro, seperti kebijakan fiskal.
3. Mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga perwakilan
rakyat dengan indikator masih lemahnya public hearing.
4. Perluasan jaringan korupsi dari pusat menuju daerah.
F. Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi CSR menurut World Bank ( Bank Dunia) ialah : CSR is commitment of
business to contribute to sustainable economic development working with employees
and their representatives, the local community and society at large to improve quality
of live, in ways that are both good for business and good for development. Yang
dimaksud didalam definisi tersebut adalah CSR merupakan suatu komitmen bisnis
untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan
dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk
memperbaiki kualitas hidup, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun
pengembangan (Diba,2012:29).
G. Stereotip Gender
Purbalingga dikenal dengan kota pro investasi dengan tingkat pengangguran
yang redah. Namun dibalik hal tersebut ada persoalan baru terkait dengan rendahnya
angka pengangguran di Purbalingga, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab utama ketidaksetaraan kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten
Purbalingga adalah stereotip gender yang melekat pada diri laki-laki yang dipandang
tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang banyak tersedia di sana. Saat ini angkatan
kerja laki-laki yang terserap di sektor pengolahan rambut khususnya hanyalah 20%
dari tenaga kerja perempuan (Setiansah dan Prastyani,2011:37).
Setiansah dan Prastyani (dalam Cagatay:2005) mengatakan bahwa di semua
belahan dunia, relasi gender mempengaruhi kesempatan kerja, pembagian kerja,
pendapatan, pendidikan, akses terhadap pelayanan publik. Padahal seharusnya,
dikatakan oleh Setiansah dan Prastyani (dalam Fulcher & Scott:1999) bahwa dalam
sistem pasar seseorang dihargai berdasarkan permintaan dan penawaran atas skill atau
kemampuan, bukan karena gender atau etnik.
Stereotip gender telah menjadi salah satu hambatan yang menyebabkan
seseorang atau sekelompok orang tidak dapat berfungsi dan berperan sesuai
kedudukannya sebagai anggota masyarakat, Setiansah dan Prastyani (dalam
Sumarnonugroho:1984), dan dalam kasus di Kabupaten Purbalingga, laki-lakilah
yang termarjinalkan oleh permasalahan stereotip gender ini. Secara sosial, bagi
lakilaki, kondisi tidak bekerja jauh lebih membebani dibanding kondisi yang sama
pada perempuan (Setiansah dan Prastyani,2011:38).
10
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Visi Pembangunan Versus Kebijakan Pembangunan
Visi dapat dikatakan sebagai satu tujuan utama dan merupakan tujuan akhir
yang ingin diraih atau dicapai. Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa visi
pembangunan merupakan tujuan utama dan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam
proses pembangunan melalui upaya-upaya pembangunan yang terbagi ke dalam step
by step di dalam komponen misi pembangunan.
Purbalingga sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah memiliki
visi pembangunan yang berbunyi, Purbalingga yang Maju, Mandiri, dan Berdaya
Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berkeadilan dan Berakhlak Mulia. Secara
sederhana dari visi pembangunan Kabupaten Purbalingga tersebut dapat dimaknai
secara ekonomi bahwa Purbalingga menginginkan adanya kemajuan dan peningkatan
daya saing melalui kemandirian, agar tercipta kesejahteraan, keadilan, dan terciptanya
akhlak yang baik. Atas dasar adanya visi pembangunan tersebut maka dapat dianalisis
mengenai keserasian antara visi pembangunan yang ada di Kabupaten Purbalingga
dengan Kebijakan Pembangunan yang telah diterapkan dalam mewujudkan visi
pembangunan Kabupaten Purbalingga tersebut terkait dengan investasi asing.
Berdasarkan data yang ada mengenai banyaknya Penanaman Modal Asing
(PMA) di Kabupaten Purbalingga pada bidang pengolahan rambut palsu, menunjukan
adanya ketimpangsiuran antara visi pembangunan yang telah ditetapkan dengan
kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga. Sebab
kemudahan PMA untuk para investor dari luar negeri, seperti kebijakan yang sudah
dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga saat ini, dalam jangka panjang
akan membiasakan masyarakat berpikir praktis, merasa nyaman, dan sulit
berkembang,
serta
mengurangi
kemandirian
masyarakat
untuk
memajukan
perekonomiannya sendiri. Hal ini sangat jelas menunjukan bahwa kebijakan yang
telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga tersebut, adalah tidak
sejalan dengan tujuan utama pembangunan, dalam hal kemandirian, dan daya saing,
seperti yang tertuang dalam visi pembangunan Kabupaten Purbalingga.
11
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Rambut Palsu Asing di Kabupaten Purbalingga
No.
Nama Perusahaan
No.
Nama Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Best Lady
Bintang Mas Triyasa
Boyang Industrial
Cipta Kreasi Megah
Dasindo
Elise Eye Lash
Fair Lady
Midas Indonesia
Milan Indonesia
Mitra Jaya Mandiri
Hanmi Hair Int
Hasta Pusaka Sentosa
Hyup Sung
Indokores Sahabat
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
International Eyelash
Interwork Indonesia
Kesan Baru Sejahtera
Royal Korindah
Sinar Cendana Abadi
Sinhan Creatindo
SUN Starindo Wirahusada
Sung Chang Cab. Bobotsari
Sung Chang Indonesia
Sung Shim Int
Tigaputra Abadi Perkasa
Morisse
Wonjin
Yuro Mustika
12
para investor dari luar negeri, adalah tidak sesuai dan tidak sejalan dengan visi
pembangunan Kabupaten Purbalingga yang sudah ditetapkan.
B. PDRB Per Kapita dan UMK di Lapangan
PDRB per kapita merupakan total nilai output barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu (1 tahun), dan sudah dibagi dengan
total penduduk yang ada di wilayah tersebut. Sehingga secara kasar dapat dikatakan
bahwa penduduk yang masih di bawah umur dan pengangguran, yang umumnya
belum berpenghasilan tetap ikut menjadi pembagi dalam penghitungan PDRB per
kapita di suatu wilayah.
Grafik 3.1
PDRB Per Kapita Kab. Purbalingga dan PDRB Prov. Jawa Tengah
Tahun 20052009 (Jutaan Rupiah)
6,275,651
7,538,997
8,281,309
9,522,019
10,228,762
3,325,494
3,862,595
4,377,449
4,970,626
5,838,901
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Kab. Purbalingga
Prov. Jawa Tengah
Sumber: Olahan RPJMD Kab. Purbalingga 20102015
menunjukan bahwa PDRB per kapita Kabupaten Purbalingga adalah relatif lebih
rendah dari PDRB Provinsi Jawa tengah, namun dalam hal ini patut di apresiasi
mengenai indeks gini dan indeks Williamson di Kabupaten Purbalingga yang
menunjukan bahwa ketimpangan di kabupaten tersebut adalah tergolong sedang,
dimana hal tersebut terbukti dari tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Indeks Gini dan Indeks Williamson Kab. Purbalingga dan Prov. Jawa Tengah
Tahun 20052009
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Indeks Gini
Kab.
Prov. Jawa
Purbalingga
Tengah
0.2713
0.28
0.2873
0.27
0.2727
0.25
0.2676
0.25
0.2625
0.25
Indeks Williamson
Kab.
Prov. Jawa
Purbalingga
Tengah
0.46
0.72
0.47
0.75
0.48
0.73
0.49
0.74
0.49
0.7
= Ketimpangan Sedang
sempurna)
b. Indeks Williamson
sempurna)
c. Indeks Williamson
d. Indeks Williamson
Berdasarkan kedua tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa PDRB per
kapita Kab. Puebalingga adalah relatif lebih kecil dari PDRB per kapita Prov. Jawa
Tengah. Namun demikian PDRB Kab. Purbalingga memiliki distribusi yang lebih
14
merata walau tingkat PDRB per kapita yang dimaksud adalah lebih kecil dari PDRB
Prov. Jawa Tengah.
Meskipun distribusi pendapatan di Kabupaten Purbalingga sudah menunjukan
keadaan yang tidak begitu timpang, namun dalam hal implementasi UMK yang
diterapkan oleh perusahaan rambut palsu asing di Kabupaten Purbalingga masih
menunjukan berbagai persoalan, dimana UMK yang ditetapkan dan yang berlaku
masih hanya sebatas hitam di atas putih.
Ketua SPSI Kabupaten Purbalingga, Supono A. Warsito menyebutkan
setidaknya ada tiga persoalan mendasar yang dihadapi Kabupaten Purbalingga dalam
konteks isu ketenagakerjaan dan hak atas pekerjaan. Pertama, soal upah yang rendah.
Menurut Supono, sebagian besar perusahaan yang ada masih memberikan upah di
bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Kedua, masalah diskriminasi jender
dalam penyediaan lapangan kerja dimana daya serap industri yang ada nyaris 100
persen hanya untuk perempuan. Ketiga, soal kesehatan dan kenyamanan kerja yang
belum terjamin. Di atas kertas Purbalingga itu sudah bagus UMK-nya bahkan lebih
tinggi dari daerah-daerah tetangga seperti Banyumas, Kebumen, dan Banjarnegara.
Namun prakteknya, upah yang diterima buruh itu rata-rata masih di bawah UMK,
ujar Supono.
Meskipun besaran UMK di Kabupaten Purbalingga setiap tahun meningkat,
namun sejatinya hal itu tidak berjalan di lapangan. Kepala Sosnakertrans Kabupaten
Purbalingga, Agus Winarno mengatakan, dari hasil pemantauan, tidak lebih dari 50
persen dari total perusahaan yang ada di Kabupaten Purbalingga yang memberikan
upah sepadan dengan UMK. Besaran UMK di Kabupaten Purbalingga tahun 2009
sebesar Rp 618.750, sedangkan tahun 2010 naik menjadi Rp 695.000. Jumlah itu
lebih tinggi dibanding UMK di Banyumas yang di bawah Rp 670.000. Namun,
besaran UMK tersebut lebih banyak di atas kertas, ujarnya (Asgart,2010:9).
Permasalahan penerapan UMK masih harus diperjuangkan oleh pembuat
regulasi agar masyarakat tidak hanya diperlihatkan data hitam di atas putih tanpa ada
kesesuaian antara regulasi tersebut dengan kenyataan yang ada di lapangan.
15
Nama Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Best Lady
Bintang Mas Triyasa
Boyang Industrial
Cipta Kreasi Megah
Dasindo
Elise Eye Lash
Fair Lady
Midas Indonesia
Milan Indonesia
Mitra Jaya Mandiri
Hanmi Hair Int
Hasta Pusaka Sentosa
Hyup Sung
Indokores Sahabat
Jumlah
Jumlah TK
No
Nama Perusahaan
L
P
15
63 15 International Eyelash
304
702 16 Interwork Indonesia
183 7135 17 Kesan Baru Sejahtera
37
110 18 Royal Korindah
8
11 19 Sinar Cendana Abadi
37
56 20 Sinhan Creatindo
5
17 21 SUN Starindo Wirahusada
52 1001 22 Sung Chang Cab. Bobotsari
62
927 23 Sung Chang Indonesia
50
355 24 Sung Shim Int
75
813 25 Tigaputra Abadi Perkasa
42
550 26 Morisse
198 1234 27 Wonjin
423 2823 28 Yuro Mustika
1491 15797
Jumlah
Jumlah TK
L
P
8
75
117
610
54
126
325 3556
33
30
89
270
17
220
32
512
275 2040
88 2045
98
514
11
19
22
162
64
694
1233 10873
16
Dari 28 perusahaan pengolahan rambut palsu di atas, dapat dilihat bahwa tenaga
kerja perempuan lebih mendominasi dari total tenaga kerja yang terserap kedalam
perusahaan pengolahan rambut palsu tersebut. Kesenjangan penggunaan tenaga
kerjanya pun tergolong sangat tinggi, karena perbandingan antara tenaga kerja lakilaki dan tenaga kerja perempuan yang terserap mencapai 1:10. Kesenjangan seperti
ini seharusnya lebih cepat ditangani, agar kondisi dan culture budaya masyarakat
tidak bergeser atau berubah kearah yang tidak dikehendaki.
Kesenjangan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga ternyata juga
tidak lepas dari permasalahan stereotip gender, dimana menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mite Setiansah dan Shinta Prastyanti, menyebutkan bahwa
permasalahan atau penyebab utama yang menimbulkan adanya ketidaksetaraan
kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Purbalingga adalah stereotip gender
yang melekat pada diri laki-laki yang dipandang tidak cocok dengan jenis pekerjaan
yang banyak tersedia di Kabupaten Purbalingga (Industri Pengolahan Rambut Palsu
Asing). Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Mite Setiansah dan
Shinta Prastyanti juga menyebutkan bahwa perempuan dipandang lebih cocok
berdasarkan pertimbangan stereotip gender mereka, yaitu teliti, rajin, tidak banyak
menuntut, dan lemah lembut. Sementara laki-laki dipandang tidak tepat, kare
stereotype mereka yang dipandang lebih identik dengan pekerjaan yang kasar.
Timpangnya penggunaan tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga telah
memberikan warna baru di kabupaten. Pengangguran banyak dari kaum laki-laki,
walaupun di sisi lain pemerintah sudah memberikan lapangan kerja untuk laki-laki di
Purbalingga seperti CV. Kayu Lapis, namun sayang jumlahnya relatif lebih terbatas
dan hal itupun masih terkendala oleh sistem kerja yang kurang sesuai, serta gaji yang
tergolong minim. Penyelesaian masalah ketimpangan penggunaan tenaga kerja di
Kabupaten Purbalingga harus diselesaikan dua arah, dimana peran penduduk laki-laki
yang masih menganggur juga sangat dibutuhkan dalam hal ini dan tidak hanya
mengandalkan pemerintah saja, sebab kualifikasi pendidikan rata-rata di Purbalingga
masih tergolong rendah, maka dari itu hal ini menjadi salah satu bahan yang perlu
dipertimbangkan dalam menyiapkan lapangan kerja untuk kaum laki-laki.
17
Tabel 3.4
Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Pada Bidang Ketenagakerjaan
Dalam Ringkasan APBD Tahun 2010
Pendapatan
Belanja
20,000,000
3,160,911,000
Sumber: (Asgart,2010:11)
836,775,000
2,324,136,000
3,160,911,000
Sumber: (Asgart,2010:12)
adalah
untuk
membiayai
belanja
tidak
langsung
yang
sebesar
19
Tabel 3.6
Komposisi Pegawai Dinsoskertans Kabupaten Purbalingga
(Berdasarkan Golongan)
Gol 1
4
Gol 2
Gol 3
Gol 4 Jumlah
4
43
3
54
Sumber: (Asgart,2010:12)
15
0
39
54
Sumber: (Asgart,2010:12)
20
Kehadiran
perusahaan asing telah menyerap puluhan ribu tenaga kerja dan berimplikasi pada
meningkatnya daya beli masyarakat. Namun demikian, situasi ketenagakerjaan
menyisakan sejumlah dilema yang bukan saja tergambar pada masih minimnya
jaminan atas hak-hak pekerja. Kontribusi perusahaan asing dalam hal tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) tidak ada sama sekali.
Sementara dukungan pemerintah dan bahkan juga kalangan legislatif dalam hal
ketenagakerjaan sangat merisaukan sehingga kondisinya masih sangat lemah, masih
tersisih di persimpangan jalan (Asgart,2010:6).
Penjelasan di atas merupakan kutipan dari penelitian yang ditulis oleh Sofian
Munawar Asgart. Ini sekaligus mempertegas penulisan makalah ilmiah saya bahwa
sampai saat ini keberadaan perusahaan asing di Purbalingga khususnya PT dan CV
pengolahan rambut palsu belum ada kontribusinya sedikitpun kepada dunia sosial
(CSR). Ditambah lagi pemerintahan yang ada seolah tidak memikirkan hal tersebut,
bahkan pajak para investor pun dibebaskan. Keadaan semacam ini seharusnya
menjadi bahan pertimbangan bagi para penguasa pemerintahan di Kabupaten
Purbalingga untuk meregulasi peran investor asing terhadap perekonomian, agar
keuntungan dari keberadaan investor asing tersebut tidak hanya dinikmati oleh para
penguasa saja, melainkan juga dinikmati oleh masyarakat secara umum.
Ketidakjelasan aturan mengenai CSR di Kabupaten Purbalingga sebenarnya
sangat menguntungkan bagi para investor, dimana hal ini menjadikan keuangan
mereka semakin efisien, apalagi tidak adanya beban pajak yang mereka tanggung.
Hal ini semakin membuat ekspansi usaha mereka semakin luas, semakin
mendapatkan keuntungan yang lebih tebal, dan semakin membuat ketergantungan
bagi masyarakat setempat, sehingga perekonomian akan lebih didominasi oleh pihak
asing dan pihak yang berkepentingan. Ini harus segera diselesaikan, dibongkar, dan
ditemukan kecurangan-kecurangan antar penguasa dan pengusaha di dalamnya, agar
nantinya informasi yang ada tidak asimetri dan bisa diketahui publik.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan dari masing-masing sub bab pembahasan yang
dimaksud yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat ketidaksesuaian antara visi pembangunan yang telah dicanangkan
oleh pemerintahan Kabupaten Purbalingga, dengan implementasi kebijakan
pembangunan yang diambil, dalam hal pemberian berbagai bentuk
kemudahan yang diberikan kepada para investor asing (rambut palsu).
2. Kehadiran investor asing (rambut palsu) terbukti meningkatkan PDRB per
kapita masyarakat Kabupaten Purbalingga, namun masih terdapat beberapa
catatan dan persoalan mengenai penerapan besaran UMK para buruh PT dan
CV pengolahan rambut palsu asing yang selama ini masih sebatas aturan
hitam di atas putih dan belum sesuai kenyataan yang terjadi.
3. Keberadaan perusahaan pengolahan rambut palsu asing telah mendominasi
dan menyerap hampir semua angkatan kerja di Kabupaten Purbalingga,
namun dalam hal ini perlu disadari bahwa telah terjadi kesenjangan
penggunaan tenaga kerja laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 1:10
di Kabupaten Purbalingga tersebut. Ditambah lagi dengan peran pemerintah
di sektor ketenagakerjaan yang sangat minim dan terbilang nihil dalam
mengatasi kesenjangan penggunaan tenaga kerja yang dimaksud.
4. Banyaknya perusahaan asing yang telah berdiri di Kabupaten Purbalingga
khususnya industri pengolahan rambut palsu asing, ternyata tidak berkorelasi
positif dengan Penerimaan Asli Daerah (PAD), karena pembebasan pajak
untuk para investor asing tersebut.
5. Puluhan perusahaan pengolahan rambut palsu asing yang selama ini sudah
berdiri, tidak ada satu pun dari perusahaan pengolahan rambut palsu asing
tersebut yang sampai saat ini menunjukan kepeduliannya terhadap dunia
sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
22
B. Saran
1. Untuk Akademisi di Kabupaten Purbalingga
Pendidikan adalah penting adanya bagi pembangunan suatu daerah, tuntutlah ilmu
dengan baik, tingkatkan kualitas SDM, dan berjuanglah untuk Purbalingga Perwira,
agar sendi-sendi perekonomian yang ada saat ini dapat dievaluasi dan diperbaiki
menjadi lebih baik dikemudian hari. Berjuang dan wujudkanlah Purbalingga yang
mandiri, berdikari, tanpa sokongan dari pihak-pihak asing yang merugikan
perekonomian kita dalam jangka panjang.
2. Untuk masyarakat di Kabupaten Purbalingga
Masyarakat adalah subyek dan sekaligus obyek dalam pembangunan. Mencari tau
mengenai kondisi pembangunan yang ada mengenai keberadaan investor asing di
Purbalingga dan memperkuat persatuan adalah sangat penting adanya untuk
menyatukan dan menyalurkan aspirasi pembangunan. Penguatan organisasi buruh
dalam hal ini juga sangat perlu, sebab selama ini organisasi buruh yang ada di
Kabupaten Purbalingga hanya sebatas formalitas tanpa adanya fungsi yang nyata.
Perlu diketahui masyarakat, bahwa kuatnya organisasi buruh akan bisa menjamin
hak-hak buruh dalam bekerja.
3. Untuk Pemerintah di Kabupaten Purbalingga
Perlu diketahui bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Purbalingga adalah minim.
Dalam hal pembangunan seharusnya pemerintah tidak memanfaatkan kondisi
ketidaktahuan masyarakat tersebut sebagai alat politik dan pencitraan semu semata.
Transparansi capaian pembangunan juga harus ditingkatkan, website purbalingga
harus bisa diakses agar masyarakat dapat melihat kondisi kotanya dengan mudah,
sebagai bahan pengetahuan dan evaluasi kepada pemerintah dalam pembangunan.
Sebagai contoh, Badan Pusat Statistika Purbalingga/www.bpspurbalingga.go.id
sampai saat ini tidak menunjukan adanya data apa pun mengenai Kabupaten
Purbalingga (Semua link kosong). Ini merupakan cacatnya transparansi dalam
pembangunan, dan hal ini akan membuat masyarakat semakin buta terhadap
informasi pembangunan kotanya sendiri dan semakin sulit mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam pembangunan. Ini benar-benar perlu dikaji ulang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asgart, Sofian Munawar. 2010. Dilema Hak Ekosob: Studi Kasus di Purbalingga.
Jurnal. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Diba, Farah. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah
Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada
Laporan Tahunan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kabupaten Purbalingga. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga No. 06
Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Lembaran Kabupaten Purbalingga Tahun 2011. Sekertariat Kabupaten
Purbalingga.
Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 20022005.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah. Lembaran RI tahun 2004. Sekertariat Negara Jakarta.
Sari, Putu Lia Perdana. 2013. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika. Universitas Brawijaya. Singaraja.
Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar
Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.
Setiansah, Mite dan Prastyanti, Shinta. 2011. Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-Laki
di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap Pembangunan Masyarakat di Kabupaten
Purbalingga). Jurnal Acta diurnA. Univesritas Jendral Soedirman. Purwokerto.
24