Anda di halaman 1dari 48

Presentasi Kasus

XA

IDENTITAS PASIEN
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat

: An. GR
: 23 / 7 /2006
: 9 tahun
: Perempuan
: Islam
: SD
: Pelajar
::-

ANAMNESIS
ANAMNESIS

Demam

RPS
Demam dirasakan sejak 2 hari lalu
Timbul perlahan
Naik pada malam hari dan turun menjelang
pagi atau saat diberikan obat penurun
panas
Tidak disertai mengigau dan menggigil

Cont
Keluhan disertai:
Mual
dan muntah 2x/hari, isi
makanan, dahak/lendir/darah (-)
Nyeri kepala, dirasakan di seluruh
kepala, hilang dengan pemberian obat
panas.
Batuk yang muncul sesekali, berdahak
BAB mencret 5x/hari, kekuningan,
encer, lendir -, darah -.
Nafsu makan berkurang, intake 10-20%
biasanya

Cont . . .
Pasien menyangkal:
Nyeri retroorbital (-), ruam (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), nyeri sendi (-), mata tidak merah
ataupun berair. Pilek (-), nyeri telinga (-), sesak (-)
Lidah yang berselaput (kotor di tengah berwarna
putih tapi pinggir warna merah dan terlihat bergetar
sendiri) pada minggu pertama sakit, bepergian ke
tempat endemis malaria (-), pasien hanya
berpergian dari rumah ke sekolah dan lingkungan
sekitar rumah saja. Penurunan berat badan yang
signifikan tanpa sebab yang jelas (-). Ada penderita
TB di sekitar pasien (-). BAK dalam batas normal

Cont . . .
RPD

: tidak pernah mengalami keluhan serupa


sebelumnya
RPK : tidak ada keluarga yang mengalami
keluhan serupa
R. lingkungan : pasien tinggal di daerah
perumahan, sanitasi baik
R. obat : tidak sedang menggunakan obat-obatan
dalam jangka waktu lama.
R. alergi : disangkal
R. kebiasaan: pasien sering jajan sewaktu di
sekolah dan ketika bermain sore hari

Pemeriksaan Fisik
KU/Kes
Vital

: Baik/Compos Mentis

Sign

TD
RR
N
S
BB

: 120/80 mmHg
: 20x/menit
: 88x/menit
: 38,7C
: 23 Kg

PEMERIKSAA
Pemeriksaan Fisik
N
Status Generalis
Kepala
: Normocephali
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
ikterik (-/-), edema (-/-)
Hidung
: Napas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut
: oral higiene baik, hiperemis (-),
ulkus (-), lidah coated tongue
(-),
hygiene baik, tidak hiperemis,
Leher
: KGB, thyroid, trakea dalam batas
normal

PULMO
Inspeksi
(-),
Palpasi

PEMERIKSAA
Pemeriksaan Fisik
N
:

Bentuk simetris, ketinggalan gerak


retraksi intrakostal (-)
: Vocal Fremitus apex dan basal
simetris (dekstra sinistra)
Perkusi
: Sonor di seluruh lapang paru Batas
paru hepar di SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler di kedua
lapang paru, wheezing (-/-), ronki basah
kasar (-/-), ronki basah halus (-/-)

COR
Inspeksi

PEMERIKSAA
Pemeriksaan Fisik
N

: IC terlihat di SIC V 2 jari medial LMCS


P. Parasternal (-), P. Epigastrium (-)
Palpasi
: IC teraba di SIC V 2 jari medial LMCS,
Perkusi
: Kanan atas di SIC II LPSD
Kiri atas di SIC II LPSS
Kanan bawah di SIC IV LPSD
Kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, reguler, gallop (-), murmur (-)

ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

PEMERIKSAA
Pemeriksaan Fisik
N

: Cembung, venektasi abdomen (-)


: Bising usus (+) normal
: Timpani, ruang traube timpani
: Supel, nyeri tekan (+) di regio
umbilikalis
Hepar
: Teraba, 1 jari BACD, tepi tajam
permukaan licin
Lien : Tidak Teraba Pembesaran

PEMERIKSAA
Pemeriksaan Fisik
N
Ekstremitas
Pemeriksaan

Edema
Sianosis
Akral dingin
Reflek
fisiologis
Reflek
patologis

Ekstremitas
superior
Dextra
Sinistr
a
+
+
-

Ekstremitas
inferior
Sinistr
Dextra
a
+
+
-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Rutin

Hematologi 11/02/2015
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

: 11,5 gr/dl
: 34 %
: 10.100/mm3
: 239.000/mm3

DIAGNOSIS KERJA
Susp. Gastroenteritis akut

Terapi awal
IVFD

RL 1500cc/24 jam
Cefotaxime 3x500mg
Paracetamol syrup 3x2cth
Vometa syrup 3x1cth
Diet lunak (nasi tim)

Follow Up
Tanggal

Perjalanan Penyakit

12 / 2 / 2015
TD : -,
N:
92x/menit
R:
20x/menit
S: 39,4oC

S : Demam (+), pola


masih serupa dengan
awal sakit, mual (-),
muntah (-), nyeri
kepala (-). Nafsu
makan jelek, asupan
sedikit
O : Nyeri perut (+)di
regio umbilikalis
A : Obs. Febris susp.
GEA

Instruksi Dokter

Diet nasi tim


IVFD 1500cc/24 jam
Cefotaxime 3x500mg
Cotrimoxazole 3x2cth
Antrain 2x200mg

Follow Up
Tanggal
13 / 8 / 2015
TD : -,
N:
92x/menit
R:
20x/menit
S: 36,8oC

Perjalanan Penyakit
S : Demam (+), pola
masih serupa dengan
awal sakit, muntah (-),
nyeri kepala (-).
Mencret 3x/hari,
encer, kekuningan,
lendir & darah (-),
Nyeri ulu hati (+)
terutama bila telat
makan. Nafsu makan
meningkat, asupan
sedikit
O : Nyeri perut (+)di
regio epigastrium dan
umbilikalis
A : Susp. GEA +
dyspepsia

Instruksi Dokter
Diet nasi tim
IVFD 1500cc/24 jam
Cefotaxime
3x500mg
Cotrimoxazole
3x2cth
Antrain 2x200mg
Ranitidine 2x1amp
PP darah rutin &
Widal

Follow Up
Hematologi 13/8/2015
Hemoglobin : 11,1 gr/dl
Hematokrit : 32 %
Leukosit
: 7600/mm3
Trombosit
: 230.000/mm3
Tes Widal 13/8/2015
O

S. typhi

S. paratyphi A

S. paratyphi B

1/320

S. paratyphi C

1/320

Follow Up
Tanggal
14 / 8 / 2015
TD : -,
N:
92x/menit
R:
20x/menit
S: 35,9oC

Perjalanan Penyakit
S : Demam (-),
Mencret (-), nyeri ulu
hati (-), nyeri kepala
(-)
O : dalam batas
normal
A : Susp. Demam
tifoid

Instruksi Dokter
Boleh pulang
Diet nasi tim
Biothicol
(Tiamfenikol) 3x2cth
x 2 fls

PROGNOSIS
Prognosis
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: ad bonam

Demam Tifoid

Definisi

Demam tifoid adalah penyakit multisistemik


berpotensi fatal yang disebabkan terutama
oleh Salmonella enterica, subspecies enterica
serovar typhi dan serovar yang berkaitan yaitu
paratyphi A, B, and C. (Medscape)

Etiologi
Salmonella

enterica, suatu bakteri gram

negative
S. typhi, S. paratyphi A, B, dan C
Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak
pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak
pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman.
Antigen Vi (kapsul (envelope) dari kuman,
melindungi terhadap fagositosis.)
Mampu bertahan pada pH 1,5

Epidemiologi
Global

per tahun:

21,7 juta kasus tifoid


5,4 juta kasus paratifoid
200.000 kematian, terutama di Asia

Negara

<15 kasus/100.000 penduduk


Kebanyakan pelancong

Negara

maju:

berkembang:

100-1000 kasus/100.000 penduduk


Terutama pada anak <5 tahun

Epidemiologi
Resistensi

antibiotik:

Plasmid-mediated
Ampicillin, chloramphenicol, cotrimoxazole
Nalidixic acid & fluoroquinolone (kontributor
terbesar kasus tifoid pada pelancong amerika).

Beradaptasi

untuk menginfeksi manusia ->


tidak lagi menular pada hewan
Metode penularan utama: ingesti partikel
makanan atau air yang terkontaminasi

Water-borne outbreaks akibat sanitasi buruk


Peternakan makanan laut yang terkontaminasi
limbah atau menggunakan night soil (pupuk
kotoran manusia)

Patogenesis
Dosis

ingesti 104-109 organisme


Inkubasi 4-14 hari tergantung dosis inokulasi
Invasi ileum terminalis -> menembus barrier
intestinal
Khusus S.typhi: melewati plak Peyerii
Memasuki system limfe mesenterial -> aliran
darah (bakteriemi primer) -> organ RES
Replikasi dalam makrofag
Memasuki darah -> bakteriemi sekunder
(akhir dari masa inkubasi)

Patogenesis

Manifestasi
klinis

Manifestasi
klinis
SISTEMIK

Inkubasi

Mgg 1

Mgg 2

Demam
stepladder atau
onset perlahan
Demam tinggi
akut

Mgg 3

Sangat sering

Jarang

Menggigil

Hampir semua

Kaku otot

Jarang

Anorexia

Hampir semua

Diaphoresis

Sangat sering

Manifestasi
klinis
NEUROLOGIS
Malaise

Inkubas Mgg 1
i
Hampir
semua

Insomnia

Mgg 2
Hampir
semua
Sering

Delirium

Sering

Sangat
sering

Psikosis

Jarang

Sering

Katatonia

Jarang

Nyeri kepala
frontal

Sangat
sering

Rangsang
meningeal

Jarang

Mgg 3

Typhoid
State
(sering)

Manifestasi
klinis
GASTROINTESTINAL
Konstipasi

Inkubasi

Mgg 1

Mgg 2
Sering

Diare

Jarang

Kembung

Sering

Nyeri abdomen
difus

Sering

Perdarahan
abdomen
Hepatosplenomegal
i

Mgg 3

Sering (pea soup)

Sering
Sering

Diagnosis
Negara

berkembang -> klinis


Diagnosis pasti: kultur bakteri
Tes Widal: kurang sensitif dan spesifik

Banyak false-positive dan false-negative


Harus ditunjang klinis

Metode

serologis baru dengan antibody


monoklonal: belum ada yang signifikan pada
penelitian skala besar

Diagnosis

Differential Diagnosis
Klinis

tidak khas pada anak:

GEA, bronchitis, BP

Malaria
Sepsis

e.c bakteri lain


Infeksi organisme intraseluler

hematologileptospirosis,
TB, bruselosis, tularemia,
rickettsia

Infeksi

viral

Dengue, hepatitis akut, infectious


mononucleosis

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan
Farmakologis->Pemberian

antibiotik bertujuan
menghentikan dan mencegah penyebaran
kuman.
Kloramfenikol: 4x500mg, oral/parenteral, ~7
hari bebas demam
Tiamfenikol, 4x500mg, ~7 hari bebas demam

Efek samping lebih rendah dari kloramfenikol

Kotrimokzasol

(sulfanetoksazol 400mg dan


80mg trimetoprim), 2x2 tab, diberikan selama
2 minggu.
Sefalosporin generasi ketiga

Penatalaksanaan
Fluoroquinolone

Norfloksasin dosis 2X400 mg/hari selama 14


hari
Siprofloksasin dosis 2X500 mg/hari selama 6
hari
Ofloksasin dosis 2X400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin dosis 400mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin dosis 400mg/hari selama 7 hari

Komplikasi
Terbanyak:

hepatitis tifosa, pneumonia,


ensefalopati
Penyebab kematian terbanyak adalah
perforasi usus
Hepatitis tifosa

Hepatomegali
Ikterik
Kelainan laboratorium, antara lain :
Bilirubin
Peningkatan

SGOT/SGPT
Penurunan indeks waktu prothrombin

Kelainan histopatologi

Komplikasi

Intestinal: perdarahan usus, perforasi usus


dan ileus paralitik

Perdarahan:

Hematochezia atau occult blood test +

Perforasi:
gejala gejala akut abdomen dan peritonitis
gas bebas dalam rongga perut yang dibantu
dengan pemeriksaan klinis bedah dan foto polos
abdomen 3 posisi.

Toxic typhoid

Indonesia: 10-40% rawat inap


Penurunan kesadaran akut (kesadaran berkabut,
apatis, delirium, somnolen, sopor, koma)

Komplikasi
Kardiovaskuler

perubahan non spesifik pada gambaran EKG


(10-15%)
Toksik miokarditis (1-5%). takikardia, nadi dan
suara jantung yang lemah, hipotensi, dan
abnormalitas gambaran ekg.

Hematologi

Trombositopenia
DIC -> mekanisme belum jelas

Pankreatitis

tifosa

Pencegahan
Secara

garis besar ada 3 strategi pokok untuk


memutuskan transmisi tifoid, yaitu ;
1.

2.

3.

Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhi


baik pada kasus demam tifoid maupun karier
tifoid;
Pencegahan transmisi langsung dari pasien
terinfeksi Salmonella typhi akut maupun
karier;
Proteksi terhadap orang yang beresiko
terinfeksi.

Pencegahan
Hal

yang dapat dilakukan dalam


meningkatkan kesehatan umum adalah:

Sanitasi lingkungan
Penyediaan sumber air yang bersih
Meningkatkan pengamanan bahan pangan agar
terhindar dari kontaminasi bakteri.

Prognosis
Tergantung

ketepatan terapi, usia, keadaan


kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya
komplikasi.

Di negara maju: angka mortalitas < 1%.


Di negara berkemban: angka mortalitas > 10%,
biasanya karena keterlambatan diagnosis,
perawatan dan pengobatan.
Munculnya komplikasi mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai