Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep
dalam

menyelenggarakan

pembangunan

kesehatan

yang

dalam

pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip


pokok kesehatan. Salah satu bentuk penerapan paradigma sehat juga tertuang
dalam visi pembangunan kesehatan di Indonesia yang berdasarkan Millenium
Development Goals (MDGs). Tujuan MDGs yang berkaitan dengan gizi
adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan di Indonesia, selain itu tujuan
lain seperti mencapai pendidikan dasar diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan masayarakat akan pentingnya gizi yang seimbang. Sehingga
diharapkan angka kematian anak di Indonesia yang juga merupakan tujuan
lain dari MDGs dapat diturunkan.1
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang
terkait. Untuk menciptakan masayarakat yang sehat dinas kesehatan dan
puskesmas melakukan berbagai upaya seperti menjadi bagian dari sistem
kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat
untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat dimana penanggulangannya tidak hanya dapat
dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.2
Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadan gizi masyarakat Jawa
Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah sebagai
berikut : secara umum prevalensi balita gizi buruk (BB/TB) tahun 2011
berjumlah 3.187 (0,10%) menurun apabila dibandingkan tahun 2010 sejumlah
3.514 (0,18%), dan presentasi balita dengan gizi kurang (BB/U) di provinsi
Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 5,35%. Data tahun 2011 menunjukkan
terdapat 78% dari total seluruh jumlah balita di Jawa Tengah, yang datang
dan ditimbang di Posyandu, menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun
2010 (89,49%). Sebanyak 1.993.448 anak dengan rincian yang naik berat

badannya sebanyak 1.575.486 anak (79,03%) dan balita yang berada di


Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 46.679 anak (2,34%). Data tersebut
menunjukkan bahwa di Jawa Tengah masih banyak balita yang stastus gizinya
berada dibawah standar.3
Di Puskesmas Salaman I masalah balita BGM juga merupakan salah
satu program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan
hasil SPM bulan Januari Juni 2015 didapatkan hasil cakupan balita BGM
adalah 0,6% dengan pencapaian lebih dari 100% yaitu 251%. Cakupan 0,6%
tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan Dinkes yaitu <1,5% sehingga
balita BGM ini tidak menjadi masalah pada tingkat Puskesmas. Namun
demikian, saat dilakukan program Survei Mawas diri (SMD) di Dusun
Komboran Desa Paripurno pada tanggal 27-28 Juli 2015, balita BGM ini
menjadi salah satu masalah yang ditemukan. Oleh sebab itu, penulis tertarik
untuk membahas lebih lanjut mengenai penyebab dan alternatif penyelesaian
masalah balita BGM dengan memperluas cakupannya pada tingkat desa. Hal
ini didukung dengan adanya data SPM yang menjelaskan bahwa pencapaian
balita BGM di desa Paripurno hanya 92,02%.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut : Apakah faktor-faktor yang menyebabkan
kasus balita BGM masih menjadi masalah pada desa Paripurno pada bulan
Januari Juni 2015? Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang sesuai?
Serta Apa saja kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk memecahkan masalah
tersebut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis penyebab masalah tingginya balita BGM di Desa Paripurno,
Kecamatan Salaman periode Januari Juni 2015 dan membuat rencana
kegiatan dalam ranggka menanggulangi masalah tersebut.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya balita BGM berdasarkan


metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan)
b. Mengetahui alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan
penyebab masalah yang ada
c. Menyusun Plan of Action (POA) dari masalah balita BGM di Desa
Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
D. Manfaat Kegiatan
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai
kegiatan pendataan balita BGM dan tambahan informasi pada saat
melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna meningkatkan kesadaran
untuk menimbangkan anaknya ke posyandu.
2. Sebagai masukan instansi dinas kesehatan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan dalam program kesehatan.
3. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi

dalam

rangka

merencanakan program gizi di masa mendatang.


4. Menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kenaikan berat
badan pada balita

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS(Kartu
Menuju Sehat).4
KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat
badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada
yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis merah.
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan dengan
gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan
warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk
pada berat badan dibawah garis merah atau biasa disebut dengan BGM, karena
apabila anak telah berada di bawah garis merah pada KMS maka anak balita
tersebut bisa cenderung di vonis telah mengalami gizi buruk.4
B. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh, atau merupakan gambaran keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan petumbuhan,
pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan asupan zat gizi.5
Status gizi baik atau normal merupakan tingkat kesehatan yang paling
diharapkan, karena pada keadaan ini individu dapat merasakan kenikmatan hidup.
Untuk mencapai hal ini diperlukan perhatian yang serius terhadap kecukupan gizi
bagi tubuh, baik dari perencanaan, pemilihan bahan makanan, pengolahan, dan
penyajian bahan makanan.5
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat
perhatian karena didorong oleh kebutuhan alat ukur untuk menilai status yang
dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan gizi masyarakat.
Pada dasarnya berbagai indeks antropometri digunakan dalam kegiatankegiatan :

1.

Penilaian status gizi (assesment) dalam survei secara luas dalam skala
nasional atau survei untuk wilah terbatas seperti dalam penilaian dab evaluasi
kegiatan gizi tertentu.

2.

Memantau pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS.

3.

Kegiatan penapisan (Screening), untuk memilih target dalam suatu


kegiatan seperti pemberian makanan tambahan (PMT).

4.

Kegiatan di klinik dalam hubungan dengan penyakit atau pengobatan.5


Status gizi ditentukan berdasarkan Dirjen Binkesmas Depkes RI 1995,

tentang Kartu Menuju Sehat (KMS), yaitu menggunakan persentase median baku
WHO-NCHS. Gizi buruk ditetapkan bila BB/U < 60%: gizi kurang BB/U 60% <70%: gizi sedang: BB/U 70% - <80%: dan gizi baik : BB/U 80% 120% median
standar WHO-NCHS.5
C. Kartu Menuju Sehat ( KMS )
Kartu Menuju Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan
pertumbuhan-perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian status
gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin, balita laki-laki dan
perempuan sama saja. Pita gambar yang ada pada KMS berdasarkan % median,
artinya tidak disesuaikan dengan hasil berat badan

balita dan kemudian

ditentukan status gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum pada KMS
Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan
menunjukkan keadaan GIZI BURUK tetapi sebagai warning untuk konfirmasi
dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat
badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-Turunnya berat badan
balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.4
Hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan atau
digunakan untuk :
1.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan


melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau
BGM

2.

Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan


melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase balita
yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D)

3.

Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat

4.

Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program dan


partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu

S P

t e a mt
s u
Pp
ee rr tt
m
b h u
h ( a s ne
I nb du
v
i d
u

a
uu

t a

n
m

t i a
il a n

p
)

Gambar 1. Bagan Cakupan Pemantauan Balita dalam KMS (Depkes, 1999)


D. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,
mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.6
1. Balita naik berat badannya (N) bila :
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
b. 3. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.
2. Balita tidak naik berat badannya (T) bila :
a. Garis pertumbuhannya turun, atau
b. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
c. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna diatasnya
3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,
sehingga harus langsung di rujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit

4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya
balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit.
5. Balita tumbuh baik bila garis berat badan anak naik setiap bulannya
6. Balita sehat bila berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita
warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Status gizi sangat menentukan seseorang balita untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal, dan status gizi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terlihat dalam gambar:2
Status sosial ekonomi

Herediter

Makanan

Kualitas pengasuhan anak

Status Gizi

Lingkungan

Penyakit infeksi

Tumbuh kembang optimal

Gambar 2. Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi atau kesehatan adalah
faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang merupakan faktor yang
berpengaruh dari luar diri seseorang terdiri dari daya beli masyarakat, pendapatan,
pendidikan, pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan
lingkungan. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah nilai cerna
makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan
ukuran tubuh.2

Kualitas tumbuh kembang balita merupakan hasil pengaruh beragam yang


dapat terjadi dalam suatu keluarga atau rumah tangga dalam model perilaku
konsumsi pangan dinyatakan bahwa gaya hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu pendapatan keluarga, jenis pekerjaan, pendidikan, identitas suku, tempat
tinggal di kota dan di pedesaan, agama dan kepercayaan, tingkat pengetahuan
kesehatan dan gizi serta karakteristik psikologis.2
Gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi pada balita selalu
berhubungan dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial ekonomi.
Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak terdistribusi merata di tengah
masyarakat tetapi kekurangan gizi sangat erat hubungannya dengan sindroma
kemiskinan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan ini adalah berupa penghasilan
yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, kualitas dan kuantitas makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang
jelek, akses terhadap pelayanan kesehatan yang amat terbatas, dan tingkat
malnutrisi merupakan penyebab utama kesakitan pada anak dan secara tidak
langsung sebagai penyebab kematiannya.2
Tingkat sosial ekonomi keluarga di sini adalah jenis pekerjaan orang tua
dan penghasilan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua dan penghasilan keluarga
sangat dipengaruhi tingkat pendidikan. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa
penyakit gizi kurang yang berakibat merosotnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
banyak diderita oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal itu terjadi karena
kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan akan pangan sangat rendah, baik
kualitatif maupun kuantitatif.2
Mekanisme infeksi akan dapat membahayakan status gizi balita karena
dapat terjadi hal-hal berikut : 1) Terjadi pengurangan masukan makanan dan air
akibat keadaan anoreksia dan/atau alasan lainnya yang menyebabkan pembatasan
masukan diet anak; 2) terjadi pengurangan absorbsi dan pemanfaatan makanan
yang telah masuk tubuh; 3) bertambahnya jumlah kehilangan nutrien-nutrien dan
air; 4) terjadi peningkatan kebutuhan metabolik, oleh karena itu terjadi pula

peningkatan kebutuhan gizi; 5) terjadi pengurangan masukan makanan atau sama


sekali tanpa masukan makanan secara sengaja.
Berat badan merupakan alat ukur terpenting dalam pemantauan
pertumbuhan anak, karena menggambarkan hasil pertumbuhan dari seluruh
jaringan otot, tulang, lemak, cairan tubuh dan lain-lain, sehingga berat badan
merupakan indikator tunggal yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan
gizi dan pertumbuhan anak.2
Upaya perbaikan gizi kurang dapat dilakukan antara lain melalui
kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan penyuluhan kesehatan untuk
menumbuhkan kesadaran dan membudayakan perilaku hidup sehat sedini
mungkin di masyarakat.2
Perilaku hidup bersih adalah suatu tindakan perorangan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal, sehingga meningkatkan produktivitas sumber
daya manusia. Indikator perilaku hidup bersih sehat meliputi: cuci tangan dengan
sabun sebelum makan; cuci tangan dengan sabun setelah BAB (Buang Air Besar);
sayuran, buah dan bahan makanan harus dicuci, sebelum dimakan atau dimasak,
selalu minum air yang telah direbus (air masak atau air matang), makanan yang
tersedia bebas dari lalat dan kecoa atau makanan dalam keadaan tertutup, alat
masak dan alat makan harus selalu bersih (dicuci dengan sabun dan dibilas dengan
air bersih); Buang Air Besar (BAB) di jamban, dalam kehidupan sehari-hari selalu
menggunakan air bersih; tidak ada sampah yang berserakan; kuku selalu bersih.7

STATUS GIZI

Konsumsi makanan

Pengukuran Antropometri (BB/U)

Penyakit infeksi dan parasit

Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat

Perilaku hidup bersih dan


sehat & terjangkaunya pelayanan kesehat
Daya beli
Tersedia
Ketersediaan pangan di keluarga & masyarakat
Pola konsumsi
Pola distribusi

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan gizi

Sosial-Budaya-Ekonomi

SUMBER DAYA

Gambar 3. Kerangka Teori Status Gizi Balita dan Sumber Daya Manusia
Pemerintah telah melakukan upaya perbaikan status gizi pada kelompok
rawan termasuk balita dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan
melalui Program Jaring Pengamanan Sosial di Bidang Kesehatan (JPSBK). Salah
satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur 6-12 bulan dan anak balita

10

dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga miskin. Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya PMT pemulihan diberikan juga kepada anak balita gizi kurang
dan atau buruk dari keluarga miskin mendapat prioritas untuk dirawat inap secara
gratis di puskesmas atau di rumah sakit untuk mendapatkan tata laksana gizi
buruk sesuai pedoman yang ada.8
Pada pertengahan tahun 2000, paket PMT Pemulihan program JPSBK
yang merupakan dana dari anggaran pusat direncanakan tidak diperpanjang lagi.
Selanjutnya pemerintah daerah sejalan dengan era desentralisasi diharapkan dapat
melanjutkan program serupa sesuai dengan kemampuannya. Mengingat sumber
daya pemerintah daerah relatif terbatas, maka diperlukan perencanaan yang tepat
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang berperan penting dalam perbaikan status gizi
balita, khususnya balita gizi buruk yang merupakan kelompok rawan terhadap
kualitas sumber daya manusia di masa depan. Dengan diketahuinya faktor-faktor
yang mempengaruhi perbaikan status gizi balita dengan gizi buruk, diharapkan
dapat menjadi masukan dalam membuat prioritas program yang tepat dan efektif
sesuai kemampuan daerah yang relatif semakin terbatas.Berikut kerangka teori
menurut Depkes RI.8
F. Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak
benar apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi
Buruk, karena :4,6
1.

KMS

hanya

di

pergunakan

untuk

pemantauan

pertumbuhan

perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan status


gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan
menggunakan tabel antropometri, walaupun penggunaan indeks sama yaitu
Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel
antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi
buruk.
11

2.

Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak
yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis
merah pada KMS.

3.

Persamaanya

adalah

sebagai

Indikator

Status

Gizi

dengan

menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil


penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan

Gambar 4. Kerangka Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Gizi


Buruk
G. Analisis Penyebab Masalah
Masalah dapat disebabkan oleh input, proses dan lingkungan. Input terdiri
dari lima komponen, yaitu Man, Money, Method, Material, dan Machine.
Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Pergerakan dan
Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian). Masalah yang

12

timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal.
Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan
pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.

Lingkungan: fisik,
kependudukan, sosial,
budaya, ekonomi,
kebijakan.

INPUT

PROSES

Man

P1

Money

P2

Matherial

P3

Methode

Machine

OUTPUT

Gambar 5. Analisa penyebab masalah menggunakan pendekatan sistem


Setelah dilakukan pendekatan dari berbagai sistem, selanjutnya akan
ditentukan upaya pemecahan masalah yang sesuai denegan penyebab masalah
tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, proses
maupun lingkungan. Setelah itu ditentukan beberapa alternatif pemecahan
masalah yang terpilih, lalu disusun rencana penerapan dan selanjutnya dilakukan
monitoring dan evaluasi.9

13

Identifikasi massalah

Monitoring dan evaluasi

Penyusunan Rencana penerapan

Penentuan penyebab masalah

Menentukan alternative pemecahan masala

Penetapan pemecahan masalah terpilih

Gambar 6. Siklus pemecahan masalah


Urutan dalam siklus pemecahan :9
a. Identifikasi masalah

14

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,


menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan.
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan serta
konfirmasi dengan petugas kesehatan. Penentuan penyebab masalah
dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan
menyimpang dari masalah tersebut.
c. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung
pada alternatif pemecahan masalah.
d. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon Kualitatif untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik.
e. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of
Action atau Rencana Kegiatan).
f. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada
kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :9

15

MACHINE

METHODE
MAN
MATERIAL
MONEY
INPUT

16

Gambar 7. Diagram fish bone


H. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks:
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah
yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.makin penting
cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah.
Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 5. Bila makin
magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan
penilaian pada kriteria I dan V.
Tabel 1. Penilaian Kriteria Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan Cost
Magnitude

Importancy

Vulnerability

Cost

1 = Tidak magnitude

1 = Tidak penting

1 = Tidak sensitif

1 = Sangat murah

2 = Kurang magnitude

2 = Kurang penting

2 = Kurang sensitif

2 = Murah

3 = Cukup magnitude

3 = Cukup penting

3 = Cukup sensitif

3 = Cukup murah

4 = Magnitude

4 = Penting

4 = Sensitif

4 = mahal

5 = Sangat magnitude

5 = Sangat penting

5 = Sangat sensitif

5 = sangat mahal

Dari hasil skoring meliputi Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan


Cost. Maka dilakukan penghitungan dengan rumus MxIxV/C dan akan diurutkan
pada tabel di bawah ini

17

I. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gantt Chart, halm ini bertujuan untuk
menentukan perncanaan kegiatan.

BAB III
ANALISIS MASALAH
Di Puskesmas Salaman I masalah balita BGM juga merupakan salah satu
masalah gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasil SPM
bulan Januari Juni 2015 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 0,6%
dengan pencapaian sebesar 215% sehingga kasus balita BGM ini tidak menjadi
masalah pada tingkat Puskesmas karena sesuai denga target yang ditetapkan oleh
Dinkes yaitu <1,5%.
Namun demikian, bila dilihat pada tingkat desa, kasus balita BGM ini
masih menjadi masalah dari bulan Januari - Juni 2015 khususnya pada desa
Paripurno. Berikut tabel cakupan balita BGM pada 10 desa di kecamatan Salaman
periode Januari Juni 2015.
Tabel 2. Cakupan BGM Tiap Desa pada Lingkup Wilayah Kerja Puskesmas Salaman I pada
periode Januari Juni 2015

No.

Desa

1.

Salaman

Jan
0

Feb
0

Cakupan (%)
Mar
Apr
0
0

Mei
0

Jun
0
18

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kalisalak
Menoreh
Kalirejo
Paripurno
Ngargoretno
Ngadirejo
Sidomulyo
Kebonrejo
Banjarharjo

0
1,20
0
1,56
0,93
1,10
0
0,60
1,17

0,41
1,16
0,35
1,61
1,00
1,06
0
0,30
1,2

0
0,94
0
1,09
1,01
1,07
0
0,30
1,20

0
0,90
0,36
0,54
1,06
1,16
0
0,30
1,31

0
1,39
0
1,63
1,03
1,55
0
0,93
1,26

0
0,96
0
1,63
1,08
0,76
0
0,93
1,36

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa cakupan balita BGM di


Desa Paripurno yang sesuai dengan target Dinkes <1,5% hanya terdapat pada
bulan Maret dan April. Namun, cakupan balita BGM kembali tinggi pada bulan
Mei dan Juni dengan cakupan sebesar 1,63. Hal ini disebabkan karena adanya
kasus kambuh dan penemuan kasus baru.
Temuan balita BGM pada Desa Paripurno mengalami perubahan setiap
bulannya. Tabel dibawah ini menggambarkan sasaran dan cakupan balita BGM
yang diperoleh Desa Paripurno pada bulan Januari Juni 2015.
Tabel 3. Cakupan Balita BGM di Desa Paripurno pada Periode Januari Juni 2015

No.

Bulan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

Target

Sasaran

<1,5%

192
186
182
184
184
184

Cakupan
Hasil
3
3
2
1
3
3

%
1,56
1,61
1,09
0,54
1,63
1,63

Desa Paripurno terdiri dari 7 dusun. Pada bulan Juni 2015 didapatkan 3
balita yang berada dibawah garis merah atau BGM pada dusun yang berbeda.
Tabel berikut menggambarkan persebaran balita BGM pada tiap dusun di Desa
Paripurno.
Tabel 4. Jumlah Balita BGM pada Tiap Dusun di Desa Paripurno

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Dusun
Sabrang
Komboran
Kalisat
Kebon Mentok
Kayu Ares

Jumlah balita BGM


0
0
0
2
0

19

6.
7.

Bandungan
Gombong

1
0

Dari tiga balita BGM yang didapatkan di desa Paripurno, diketahui bahwa
dua balita berada di Dusun Kebonmentok dan satu balita berada di Dusun
Bandungan.
Desa Paripurno menjadi satu-satunya desa dalam lingkup wilayah kerja
Puskesmas Salaman I yang masih memiliki masalah balita BGM pada periode
Januari Juni 2015. Oleh sebab itu, penulis memilih Desa Paripurno sebagai
tempat penelitian. Berikut adalah cara menghitung cakupan dan pencapaian:

Cakupan BGM (%)

Jumlah Balita BGM didesa Pripurno


Jumlah Balita yang Ditimbang ( D )

3
184

1,63 %

100

%
100%

Jumlah pencapaian Balita BGM di Desa Paripurno :


Pencapaian

Target DinKes
Cakupan

1,5
1,63

92,02 %

100 %

100 %

20

BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
INPUT

PROSES

Man : Dokter, Bidan desa,


Kader, Pemegang program
gizi

P1 : Perencanaan dan
penjadwalan rutin
kegiatan Posyandu

Money : Swadaya dari para


orang tua balita yang datang
ke Posyandu

P2 : Pelaksanaan kegiatan
posyandu setiap bulan,
edukasi dan penyuluhan
pada ibu balita BGM
setelah penimbangan

Method : sistem 5 meja,


kerjasama dengan
puskesmas (koordinator
gizi)

P3 : Pencatatan dan
pelaporan hasil Posyandu
setiap bulan

Material : Bangunan
Posyandu

Cakupan
Balita
BGM

Machine : Timbangan,
pengukur TB, buku KIA, &
kohort penimbagan balita
LINGKUNGAN
-

Pengetahuan orang tua balita


Perilaku orang tua balita
Informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan ( Bidan, Desa, Kader)
Masalah sosial ekonomi dan faktor lain

21

Gambar 8. Kerangka Teori

B. Kerangka Konsep

tor Petugas Kesehatan (Dokter, Bidan, Kader, Petugas Gizi, Petugas Promkes) :
an petugas kesehatan dalam memberikan informasi aktif tentang balita BGM
yuluhan mengenai balita BGM dan dampaknya

PENINGKATAN PROGRAM BALITA BGM DI DESA PARIPURNO, KECAMATAN SA

Faktor-faktor balita BGM :


Internal :
Jenis kelamin
Usia
Eksternal :
ASI dan MP-ASI
Pengetahuan orang tua tentang balita BGM
Perilaku orang tua
Masalah pekerjaan dan penghasilan orang tua balita BGM

22

Gambar 9. Kerangka Konsep

BAB V
METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8 11 Agustus 2015. Jenis data


yang diambil adalah:
1. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
disusun meliputi pertanyaan tentang pengetahuan, prilaku, tenaga kesehatan
dan media promo. Kemudian pertanyaan tersebut ditujukan kepada ibu yang
mempunyai anak usia balita dengan keadaan gizi di bawah garis merah.
Responden diambil jumlah 2 orang ibu yang mempunyai balita dengan BGM,
dari total 3 ibu yang mempunyai balita dengan BGM. Data primer juga
diambil dari hasil wawancara terhadap bidan desa, petugas gizi, dan kader.
2. Data Sekunder, diperoleh dari data Survei Mawas Diri (SMD) dan laporan
kegiatan setiap bulan dari bagian Gizi dan Balita Puskesmas Salaman I.
A. Batasan Judul
Penulis memilih judul Rencana Peningkatan Program Penanganan Balita
Bawah Garis Merah di Desa Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang Evaluasi Program Gizi Periode Januari Juni 2015 dengan batasan
pengertian judul sebagai berikut :
1. Rencana
Kerangka sesuatu yang akan dikerjakan.

23

2. Peningkatan
Usaha meningkatkan suatu rencana.
3. Evaluasi
Suatu proses untuk menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
4. Program
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.
5. Gizi
Suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,


metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi.
6. Cakupan
Cakupan adalah jangkauan dari suatu hal.
7. Balita
Salah satu periode usia manusia dimulai dari 0 bulan sampai dengan 60 bulan.
8. BGM
Berat badan Balita basil penimbangan yang dititikkan dalam KMS danberada
di bawah garis merah.
9. Desa Paripurno
Desa Paripurno merupakan salah satu desa dari 10 desa yang berada dalam
wilayah kerja Puskesmas Salaman I.
10. Kecamatan Salaman
Kecamatan Salaman adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Magelang.
11. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Tengah.
12. Periode Januari Juni 2015
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai
cakupan gizi balita BGM.
B. Definisi Operasional
24

1. Sasaran adalah seluruh balita yang ditimbang di Desa Paripurno, Kecamatan


Salaman, Kabupaten Magelang
2. Cakupan adalah presentase hasil perbandingan jumlah balita BGM dengan
seluruh jumlah balita yang ditimbang yang ada di desa tersebut pada periode
tertentu
3. Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan balita BGM
dengan target dinas kesehatan Magelang tahun 2015
C. Batasan Opersional
1. Periode kegiatan berlangsung selama 6 bulan dari Januari Juni 2015. Desa
Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
2. Pengetahuan merupakan pengetahuan Ibu tentang status gizi meliputi
penyebab dan faktor yang mempengaruhi gizi balita serta tentang balita
BGM.
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 81% - 100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65% - 80%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
3. Perilaku adalah yang dilakukan ibu dengan tujuan untuk meningkatkan status
gizi Balitanya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup Lokasi : Wilayah Desa Paripurno Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang
b. Lingkup Waktu : Januari Juni 2015
c. Lingkup Sasaran : Jumlah Ibu yang mempunyai Balita BGM di Desa
Paripurno

Kecamatan

Salaman

Kabupaten

Magelang,

Program

Puskesmas Gizi.
d. Lingkup Metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan.
e. Lingkup Materi : Evaluasi Balita BGM di Wilayah Desa Paripurno
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
E. Batasan Masalah
Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih
terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal
ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan gizi balita
25

dengan BGM di Desa Paripurno Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang


periode Juli Agustus 2015

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi :
Ibu yang mempunyai balita BGM di Desa Paripurno Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang dan ibu bersedia untuk diwawancara
Kriteria ekslusi:
a. Ibu yang memiliki balita yang tidak BGM
b. Ibu yang mempunyai balita BGM tetapi tidak bersedia diwawancarai atau
tidak berada di tempat.

BAB VI
HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Desa Paripurno


1. Letak Wilayah

26

Desa Paripurno terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten


Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Terdapat tujuh dusun di Desa Paripurno,
yaitu Dusun Sabrang, Komboran, Kalisat, Kebon Mentok, Kayu Ares,
Bandungan dan Gombong. Pelaksanaan kegiatan survei dan intervensi
dilakukan di tingkat Desa Paripurno.

Gambar 10. Peta Desa Paripurno


2. Batas Wilayah
Wilayah Desa Paripurno dibatasi oleh:
a. Sebelah Utara
: Desa Ngadirejo
b. Sebelah Timur
: Desa Giri Purno Ngadiharjo
c. Sebelah Selatan
: Desa Ngagoretno
d. Sebelah Barat
: Desa Kalirejo
3. Luas Wilayah
Wilayah Desa Paripurno (data statistik 2012) adalah 367 ha.
4. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Paripurno pada tahun 2014 adalah 3.687 jiwa.
Terdiri dari jenis kelamin laki-laki 1.663 jiwa dan perempuan 2.020 jiwa.
(Sumber: Balai Desa Paripurno).
5. Fasilitas Umum
Tabel 5. Fasilitas Umum pada Desa Paripurno
No

DUSUN

Rumah
Sakit

Puskes
mas

Puskesmas
Pembantu

Posyan
PKD
du

Bidan
Prak
tek

Praktek
dokter

27

Komboran
Kebon
Mentok
Kalisat
Sabrang
Kayu Ares
Bandungan
Gombong
JUMLAH

1
1

1
1
1
1
1
7

1
1

B. Hasil Survey dan Pengamatan


Data Balita BGM di Desa Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang diperoleh dari data primer yang diperoleh langsung dari survei atau
inspeksi terhadap Ibu yang mempunyai Balita BGM dengan sasaran balita
BGM yang ada di Desa Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang meliputi 3 Ibu yang mempunyai Balita BGM, serta data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari laporan kegiatan bagian Gizi Pukesmas
Salaman 1. Pengambilan data primer dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa
tanggal 10 11 Agustus 2015 dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan
pukul 13.00 WIB telah dilaksanakan. Seluruh isian daftar tilik diisi oleh
penilik dengan melihat langsung kondisi lapangan dan menanyakan beberapa
pertanyaan melalui wawancara terpimpin kepada Ibu yang memiliki balita
BGM. Jumlah cakupan Balita BGM di Desa Paripurno :

Cakupan BGM (%)

Jumlah Balita BGM didesa Pripurno


Jumlah Balita yang Ditimbang ( D )

3
184

1,63 %

100

%
100%

Jumlah pencapaian Balita BGM di Desa Paripurno :


Pencapaian

Target DinKes
Cakupan

100 %

28

1,5
1,63

92,02 %

100 %

Tabel 6. Data Balita BGM Desa Paripurno periode Januari Juni 2015
No
.
1.
2
3.
4.

Nama
(dusun)
Khoirul Rojab
(Kebonmentok)
Kholif Ginanjar
(Bandungan)
Aprilia
(Kebonmentok)

Tanggal
lahir
13/09/ 2011

26/04/2011

Putri Maulida

04/03/2010

22/06/2011

Jk
L
L

OT
Robani/Kha
siroh
Nurohmad/
Lestari
Samin/Siti
Muslikah
Supar/Siti
Fatiah

Berat Badan (kg)


Mar Apr Mei

Ket

Jan

Feb

Jun

10.0

10.0

12.0

12.0

11.0

11.0

10.0

10.0

10.5

10.5

10.5

10.5

10.0

10.0

11,8

11,8

11,8

1. Kuesioner Penyebab masalah


Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan. Kuesioner dilakukan
untuk mencari penyebab masalah mengapa balita BGM masih tinggi,
kuesioner dibagikan kepada 3 responden. Penyebaran kuesioner dilakukan
pada tanggal 10 dan 11 Agustus 2015 kepada 3 responden (3 Ibu balita
BGM) yang bertempat tinggal di dusun Kebonmentok dan Bandungan Desa
Paripurno,

Kecamatan

Salaman,

Kabupaten

Magelang.

Pertanyaan

mengenai pengetahuan tentang balita BGM, perilaku ibu menangani balita


BGM dan penyebab masalah lain.
a. Kuesioner Pengetahuan Tentang Balita BGM
Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan dibuat berdasarkan kriteria penilaian
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan responden tentang balita
BGM. Untuk setiap pertanyaan dengan jawaban A diberi nilai 1,
sedangkan untuk jawaban B diberi nilai 0. Nilai dari jawaban setiap
responden dijumlahkan, kemudian dipresentasikan.
- Tingkat pengetahuan baik bila skor 81% - 100%
- Tingkat pengetahuan cukup bila skor 65% - 80%
- Tingkat pengetahuan kurang bila skor <65%
Tabel 7. Kuesioner Pengetahuan Tentang Balita BGM

No
.
1.

Pertanyaan
Apakah Ibu mengetahui tentang
balita BGM?

Jawaban
Ya
Tidak

Nilai
a. 1
b. 0

29

Pas
BGM

Semb
uh
lulus

2.

3.

4.

5.

Menurut Ibu, apakah penting


a. Ya
untuk menimbang BB balita setiap b. Tidak
bulan?
Menurut Ibu, Apa penyebab balita a. Asupan gizi lebih
BGM?
sedikit dari yang
dibutuhkan
b. Asupan gizi sesuai
dengan kebutuhan
c.Tidak tau
Apa yang dimaksud dengan gizi
a. Makanan yang terdiri
seimbang?
dari 4 sehat 5
sempurna
b. Makan dengan
frekuensi 3 kali
sehari
Berapa lama pemberian ASI pada a. 6 bulan
b. < 6 bulan
anak tanpa tambahan maakanan
c. Tidak sama sekali
lain?

a. 1
b. 0
a. 1
b. 0
c. 0

a. 1
b. 0

a. 1
b. 0

Tabel 8. Hasil Survei Kuesioner Pengetahuan Tentang balita BGM

IBB
IBB-1
IBB-2
IBB-3

1
0
1
0

Jawaban Pertanyaan
2
3
4
1
1
0
1
1
0
1
1
1

5
1
1
1

Jumlah

Skor

3
4
4

60%
80%
80%

*IBB : Ibu Balita BGM


Tabel 9. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Tentang Balita BGM

Tingkat
Pengetahuan
81 % - 100%
65% - 80%
<65%
TOTAL

Jumlah
Responden
0
2
1
3

Presentase (%)

Kriteria

0%
67%
33%
100%

Baik
Cukup
Kurang

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu


balita BGM di Desa Paripurno, Kecamatan Salaman mengenai balita BGM
cukup dengan presentase 67%.
b.

Kuesioner Perilaku tentang Balita BGM


Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan yang dibuat untuk menilai

perilaku mengenai balita BGM di Desa Paripurno.


Tabel 10. Hasil Survei Kuesioner Perilaku Mengenai Balita BGM

No

Perilaku

Kriteria

Jumla

Presentas

30

.
1.

Apakah Ibu memiliki KMS?

2.

Apakah Ibu membawa anak Ibu


ke Posyandu atau sarana
kesehatan lain setiap bulan?

3.

Apakah ibu menyiapkan menu


makanan beraneka ragam yang
terdiri dari nasi, lauk-pauk,
sayuran, dan buah-buahan?

4.

Berapa kali dalam sehari balita


anda diberi makan?

5.

Berapa lama anda memberikan


ASI kepada balita tanpa
tambahan makanan lain?

6.

Ibu pernah mendapat/mengikuti


penyuluhan/ seminar tentang
kesehatan anak balita atau gizi
anak balita?
Apakah dalam satu bulan ini
anak Ibu sehat (tidak sakit)?

7.

h
a. 3
b. 0
a.2
b.1
c.0

e
a. 100 %
b. 0%
a. 67%
b. 33%

a.0
b.2
c.1

a. 0%
b. 67%
c. 33%

a.0
b.2
c.1
a.1
b.1
c.1

a. 0%
b. 67%
c. 33%
a.33,3%
b.33.3%
c.33,3%

a.Iya
b.Tidak

a.1
b.2

a. 33%
b.67%

a.Iya
b.Tidak

a.0
b.3

a. 0%
b.100%

a. Iya
b. Tidak
a. Selalu
b. Kadangkadang
c. Tidak pernah
a. Selalu
b. Kadangkadang
c. Tidak
pernah
a. >3 kali
b.3 kali sehari
c. <3 kali
a. 6 bulan
b. <6 bulan
c. Tidak pernah

d. Kuesioner Sosial Ekonomi Keluarga Balita BGM


Kuesioner

terdiri

dari

pertanyaan

mengenai

pekerjaan

dan

pendidikan Ibu balita BGM, serta penghasilan keluarga dalam sebulan.


Tabel 11. Kuesioner Sosial-Ekonomi Keluarga Balita BGM

No
.
1.

2.
3.

Pertanyaan
Pendidikan
terakhir Ibu?
Apakah Ibu
Bekerja?
Berapakah
penghasilan
keluarga
dalam ssatu
bulan?

Jawaban
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
b.

SD
SMP
SMA
PT
Iya
Tidak
< Rp500.000,Rp500.000,- Rp1.000.000,c. >Rp
1.000.000,-

Jumlah
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
b.
c.

2
1
0
0
2
1
3
0
0

Presentase
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
b.
c.

67%
33%
0%
0%
67%
33%
100%
0%
0%

31

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendidikan Ibu balita BGM
rata-rata Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sebagian besar Ibu balita BGM bekerja dengan penghasilan keluarga
setiap bulan <Rp.500.00,- sehingga dapat disimpulkan bahwa balita BGM
di Desa Paripurno Kecamatan Salaman berasal dari sosial ekonomi rendah.
2. Hasil wawancara Bidan Desa
Terdapat satu bidan di Desa Paripurno yaitu ibu Him. Dikatakan
oleh bidan, bahwa dirinya telah sering memberikan penyuluhan tentang
makanan bergizi terhadap ibu yang mempunyai balita dengan BGM, tetapi
sebagian besar dari para ibu tersebut tidak menghiraukan nasehatnya,
karena mereka beranggapan bahwa anaknya sulit untuk makan sehingga
lebih cenderung membelikan jajanan dan karena kurangnya penghasilan
untuk membelikan anak makanan sehat selain susu formula. Menurut
bidan, paradigma yang salah ini telah membudaya dalam masyarakat
Paripurno sehingga sangat sulit untuk diubah.
Penyuluhan mengenai makanan yang bergizi secara khusus dan
berkala, sudah ada, dilakukan setiap ada kegiatan posyandu. Program yang
paling baru adalah pemberian PTM yang selalu diberikan saat kegiatan
posyandu.
Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan
bahwa Sumber Daya Manusia sudah cukup dan sudah terdapat sistem
pencatatan yang baik dengan metode kohort.

3. Hasil wawancara Kader


Tabel 12. Kuesioner Kader

No.
1.
2.

Pertanyaan
Apakah anda tahu makna pita
warna pada KMS?
Apakah anda tahu cara
memantau pertumbuhan balita?

Prese
ntase

Kader
1

62.5%

50%

32

3.
4.
5.

6.

7.

8.
9.

10.

Apakah anda tahu tentang balita


BGM?
Apakah anda tahu tentang
penyebab balita BGM?
Apakah anda tahu tindakan
yang harus dilakukan apabila
ada balita BGM?
Apakah anda tahu tindakan
pencegahan/pengurangan balita
BGM?
Apakah anda mendiskusikan
dengan petugas bila ada balita
BGM?
Apakah anda menimbang balita
dengan benar dan teliti?
Apakah anda melakukan
pencatatan, evaluasi, dan
penjelasan hasil penimbangan
kepada ibu balita?
Apakah anda menyiapkan
dengan baik dan benar
timbangan yang akan
digunakan untuk menimbang
balita?

75%%

75%

50%

62.5%

75%

100%

100%

87.5%

Kader di Posyandu Desa Paripurno, Kabupaten Magelang


berjumlah 27 orang. Wawancara dilakukan pada hari Senin dan selasa, 10 11 Agustus 2015 pada 8 kader dari dusun Komboran, Kebonmentok,
Bandungan, dan Kalisat. Dari hasil wawancara dan pengamatan langung
pada Posyandu (dusun Kalisat) didapatkan bahwa kader mengenal sistem
pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana menjelaskan hasil
penimbangan dalam KMS kepada Ibu balita. Namun, kader kurang
mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan
gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM. Kader
hanya mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang berat
badannya lebih kecil dari berat badan balita seusianya.
BAB VII
PEMBAHASAN

33

A. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem


Berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, proses,
maupun lingkungan.
Tabel 13. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Gizi Balita BGM Ditinjau dari
Faktor Input
KELEBIHAN

INPUT
MAN
(Tenaga Kerja)

MONEY

(Pembiayaan)

METHOD
(Metode)

Tersedianya petugas gizi


Tersedianya petugas
Promkes
Tersedianya kader-kader
yang menangani posyandu.
Tersedianya bidan desa
Tersedianya swadaya dari
para orang tua balita yang
datang ke Posyandu
Tersedianta dana BOK
(Bantuan Operasional
Kesehatan)

Adanya program PMT


(Pemberian Makanan
Tambahan) pemulihan
Adanya metode sistem 5 meja

KEKURANGAN
Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan kader dalam
memberikan penyuluhan tentang
masalah gizi kepada orangtua
balita, terutama Ibu balita BGM.

MATERIAL
(Perlengkapan)

MACHINE
(peralatan)

Tersedia alat untuk kegiatan


Tidak ada atau minimnya media
penimbangan (timbangan)
promosi kesehatan (poster,
dan pengukuran tinggi badan
pamflet, dll( yang membantu
Posyandu
petugas kesehatan dalam
penyuluhan
Adanaya buku KIA dan buku
Kohort penimbangan balita Beberapa alat penimbangan tidak
berfungsi/rusak namun tidak
diperbarui

Adanya Posyandu

Kurangnya program Puskesmas


yang berkesinambungan berupa
penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya
pertambahan berat badan pada
balita dan bahaya balita dibawah
Garis Merah.
Tidak terlaksananya sistem 5
meja secara sistematis
Tidak tersedianya bangunan
khusus untuk kegiatan Posyandu

Tabel 17. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Balita BGM Ditinjau dari
Faktor Proses dan Lingkungan

34

PROSES

KELEBIHAN

KEKURANGAN

(Perencanaan)

Penjadwalan Posyandu setiap Tidak ada jadwal rutin penyuluhan


bulannya teratur.
tentang balita BGM.
Tidak ada jadwal khusus
kunjungan ke rumah balita BGM

P2

(Pelaksanaan)

P1

Adanya kegiatan Posyandu


yang dilakukan setiap bulan
Adanya edukasi oleh
petugas kesehatan setelah
dilakukan penimbangan.

Adanya bidan, petugas


kesehatan dan kader yang
(Penilaian, Pengawasan
bertanggung jawab dan
Pengendalian)
mengawasi jalannya
Posyandu.

P3

Lingkungan

Penyuluhan hanya dilakukan


secara pribadi tergantung
masalah yang dialami balita.
Cara penyampaian informasi
yang dilakukan kurang menarik
minat dari Ibu balita.

Masyarakat menyambut baik


adanya Posyandu yang
diadakan setiap bulannya.
Kegiatan posyandu dekat
dengan rumah masyarakat

Kurangnya pengawasa kinerja


petugas lapangan dan
kurangnya pemantauan terhdap
tata cara penimbangan.
Kurangnya pemantauan
efektifitas terhadap penyuluhan
yang telah dilaksanakan
Kurangnya kesadaran Ibu
tentang pentingnya pertambahan
berat badan balita setiap
bulannya.
Keadaan sosial ekonomi yang
kurang sehingga ada sebagian
Ibu yang bekerja dan
meninggalkan anaknya dirumah
pada jam makan.
Kurangnya pengetahuan ibu - ibu
tentang macam makanan bergizi
Adanya penyakit penyerta yang
mungkin diderita oleh Balita
BGM

B. Konfirmasi Penyebab Masalah Sesuai Hasil Survey


Setelah dilakukan konfirmasi kepada petugas terkait dalam hal ini Bidan
Desa Paripurno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, dari kemungkinan
penyebab masalah di atas maka didapatkan penyebab masalah yang ditemukan,
yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader dalam memberikan
penyuluhan tentang masalah gizi kepada orangtua balita, terutama Ibu
balita BGM.

35

2. Kurangnya

program

Puskesmas

yang

berkesinambungan

berupa

penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pertambahan berat


badan pada balita dan bahaya balita dibawah Garis Merah.
3. Tidak ada atau minimnya media promosi kesehatan (poster, pamflet, dll)
yang membantu petugas kesehatan dalam penyuluhan.
4. Kurangnya tingkat kesadaran dan kurang baiknya pola asuh orang tua
balita tentang gizi anak.
5. Tidak ada jadwal khusus kunjungan ke rumah balita BGM atau kurang
maksimalnya follow up balita BGM.

36

MAN

INPUT

Kurangnya
pengetahuan
dan keterampilan
kader
hatan (poster, pamflet, dll(
yang membantu
petugas kesehatan
dalam penyuluhan.

dalam memberikan penyuluhan tentang masalah gizi kepada orangtua balita, terutama Ibu balita

METHOD

Kurangnya program Puskesmas yang berkesinambungan berupa penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pertambahan berat badan pada balita dan ba

MONEY
Tidak ada masalah
MATERIAL

Tidak tersedianya bangunan khusus untuk kegiatan Posyandu

Cakupan Balita BGM di Desa Paripurno periode Januari Juni 2015 sebesar 1,63% dari <1,5% target DinKes Kab Ma

k adanya jadwal rutin penyuluhan dan kunjungan rumah balita BGM

dilakukan secara pribadi tergantung masalah yang dialami balita

Kurangnya tingkat kesadaran dan kurang baiknya pola asuh orang tua yang memiliki balita BGM

Keadaan sosial ekonomi yang kurang sehingga ada sebagian Ibu yang bekerja dan meninggalkan anaknya dirumah p

P3

LINGKUNGAN
Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan dan kurangnya pemantauan
terhdap tata cara penimbangan.

PROSES

Gambar 11. Diagram Fish Bone

37

38

C. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 15. Alternatif Pemecahan Masalah
No.

Penyebab Masalah

1.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan


kader dalam memberikan penyuluhan
tentang masalah gizi kepada orangtua
balita, terutama Ibu balita BGM.

Alternatif Pemecahan

Memberikan penyuluhan dan


pelatihan bagi kader mengenai gizi
balita, terutama tentang balita BGM
dan dampaknya
Membuat media penyuluhan seperti
brosur, pamflet, atau poster untuk
memudahkan petugas kesehatan
memberi penyuluhan kepada orang tua
balita BGM
Memberikan pelatihan pada kader
tentang pelaksanaan kegiatan PMTpemulihan (masak bersama)

Kurangnya program Puskesmas yang


berkesinambungan berupa penyuluhan
kepada masyarakat mengenai pentingnya
pertambahan berat badan pada balita dan
bahaya balita dibawah Garis Merah.

3.

Tidak ada atau minimnya media promosi


kesehatan (poster, pamflet, dll( yang
membantu petugas kesehatan dalam
penyuluhan.

Membuat media penyuluhan seperti


brosur, pamflet, atau poster untuk
memudahkan petugas kesehatan
memberi penyuluhan kepada orang tua
balita BGM

4.

Kurangnya tingkat kesadaran dan kurang


baiknya pola asuh orang tua balita tentang
gizi anak

5.

Tidak ada jadwal khusus kunjungan ke


rumah balita BGM.

Melaksanakan Program penyuluhan


yang diselenggarakan oleh petugas
kesehatan
mengenai
pentingnya
kesehatan gizi beserta dampak yang
ditimbulkan apabila BB balita
dibawah garis merah.
Membuat jadwal kunjungan ke rumah
balita BGM

2.

Membuat jadwal rutin penyuluhan dan


digilir pada setiap dusun
Melaksanakan Program penyuluhan
yang diselenggarakan oleh petugas
kesehatan mengenai pentingnya
kesehatan gizi dan dampaknya.

39

2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah


Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan kader dalam
memberikan penyuluhan
tentang masalah gizi kepada
orangtua balita, terutama Ibu
balita BGM.

Kurangnya program
Puskesmas yang
berkesinambungan berupa
penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya
pertambahan berat badan pada
balita dan bahaya balita
dibawah Garis Merah

Tidak ada atau minimnya


media promosi kesehatan
(poster, pamflet, dll( yang
membantu petugas kesehatan
dalam penyuluhan.

Memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi


kader mengenai gizi balita, terutama
tentang balita BGM dan dampaknya

Membuat media penyuluhan seperti brosur,


pamflet, atau poster yang mudah dipahami
dan menarik

Pelatihan PMT (masak bersama)

Melaksanakan Program penyuluhan yang


diselenggarakan oleh petugas kesehatan
mengenai pentingnya kesehatan gizi dan
dampaknya

Membuat jadwal kunjungan rumah balita


BGM
Kurangnya tingkat kesadaran dan kurang
baiknya pola asuh orang tua balita tentang
gizi anak

Tidak ada jadwal khusus


kunjungan ke rumah balita
BGM.

Gambar 12. Bagan Penggabungan Alternatif Masalah

40

3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks


Tabel 16. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
No

Nilai Kriteria

Alternatif pemecahan Masalah

Total

(M.I.V)/C

Prioritas

1.

Memberikan penyuluhan dan pelatihan


bagi kader mengenai gizi balita,
terutama tentang balita BGM dan
dampaknya

III

2.

Membuat media penyuluhan seperti


brosur, pamflet, atau poster yang
mudah dipahami dan menarik

12

II

3.

Pelatihan PMT (masak bersama)

4.

Melaksanakan Program penyuluhan


yang diselenggarakan oleh petugas
kesehatan mengenai pentingnya
kesehatan gizi dan dampaknya

16

5.

Membuat jadwal kunjungan rumah


balita BGM

IV

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab


masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks denga rumus MxIxV/C
maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah gizi Balita BGM
sebagai berikut:

1.

Melaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas


kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gizi dan dampaknya

2.

Membuat media penyuluhan seperti brosur, pamflet, atau poster yang mudah
dipahami dan menarik

3.

Memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi kader mengenai gizi balita,


terutama tentang balita BGM dan dampaknya

4.

Membuat jadwal kunjungan rumah balita BGM

5.

Pelatihan PMT (masak bersama)


41

Tabel 17. Plan of Action Penyuluhan tentang Gizi Seimbang Balita BGM Desa Paripurno

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Pelaksana

Tempat

Waktu

Biaya

Tolak Ukur

Metode

Proses

Hasil

1.Program

Meningkatkan

Ibu-ibu

Bidan desa

Desa

Tiga

Biaya

Ceramah,

Melaksanak

Meningkatnya

penyuluhan

pengetahuan

yang

dan Kader

Paripurno

bulan

operasional

diskusi

an

pengetahuan

tentang

para Ibu tentang memiliki

kesehatan

sekali

puskesmas

dan tanya

penyuluhan

Orang tua

pentingnya

gizi balita dan balita di

setempat

jawab

kepada

dengan BGM

orang tua

tentang macam

pada balita dan makanan dengan Paripurno

yang

makanan

resiko

memiliki

bergizi dan

balita

pentingnya

kesehatan

BGM

gizi pemenuhan
balita gizi seimbang

Desa

kesehatan gizi.

42

2.Membuat

Memudahkan

Orang tua

Bidan desa

Posyandu

Satu

Biaya

Pembagia

Melaksanak

Meningkatnya

media

petugas

yang

dan Kader

desa

bulan

operasional

n pamflet

an

pengetahuan

penyuluhan

kesehatan dalam memiliki

kesehatan

Paripurno

sekali

puskesmas

dan

pembuatan,

dan kesadaran

brosur

pembagian

orang tua yang

seperti

brosur, memberi

balita

setempat

pamflet,

atau penyuluhan serta BGM

brosur/pamfl memiliki balita

poster

yang menarik

minat

et kepada

BGM tentang

untuk

orang tua

pentingnya

yang

kesehatan gizi.

mudah dipahami ibu-ibu


dan menarik

membaca

memiliki
balita BGM
3.Program

Meningkatkan

penyuluhan dan pengetahuan


pelatihan

bagi tentang

kader mengenai BGM


gizi

balita, dampaknya

terutama tentang

Kader di

Dokter dan

Desa

Enam

Biaya

Pemeberi

Melaksanak

Meningkatnya

Desa

Bida desa

Paripurno

bulan

Operasional

an materi,

an

pengetahuan

sekali

Puskesmas

diskusi

penyuluhan

kader tentang

dan tanya

kepada

balita BGM

jawab.

kader Desa

dan

Paripurno

dampaknya.

balita Paripurno
dan

balita BGM dan


dampaknya

43

4.Kunjungan

ke

rumah balita BGM

Memantau

Balita

Bidan Desa Rumah

Satu

Biaya

Pemeriks

Melaksanak

Meningkatnya

perkembangan

BGM

atau Kader

balita

bulan

operasional

aan balita

an

BB balita BGM

kesehatan

BGM di

sekali

Puskesmas

BGM

pemeriksaan

setempat

Desa

balita BGM

balita BGM

Paripurno
5.Pelatihan PMT Agar
(masak bersama)

balita Kader

BGM mendapat
Pemberian
Makanan
Tambahan

Bidan Desa Desa


Paripurno

Enam

Biaya

Pelatihan

Melaksanak

Terlaksananya

bulan

Operasional

tentang

an kegiatan

kegiatan PMT

sekali

Puskesmas

pelaksana

pelatihan

dengan baik.

an PMT

kader
tentang
kegiatan
PMT

44

Tabel 18. Gann Chart

Kegiatan
1

Agust
3

Sept
3

Okt
3

Nov
3

Program
penyuluhan
tentang
pentingnya
kesehatan gizi pada balita
dan resiko balita BGM
Membuat
media
penyuluhan
seperti
brosur, pamflet, atau
poster
yang
mudah
dipahami dan menarik
Program penyuluhan dan
pelatihan bagi kader
mengenai gizi balita,
terutama tentang balita
BGM dan dampaknya
Kunjungan ke rumah
balita BGM
Pelatihan PMT (masak
bersama)

45

BAB VIII
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, penyebab masalah tingginya balita BGM di
Desa Paripurno, Kecamatan Salaman periode Januari Juni 2015 dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan
kader dalam memberi penyuluhan tentang masalah gizi kepada ibu yang memiliki
balita, khususnya balita BGM, kurangnya penyuluhan yang berkesinambungan
oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga tidak didukung dengan adanya sarana media
promosi yang cukup seperti brosur, pamflet, maupun poster. Selain itu, penyebab
lain ditemukan adalah kurangnya kesadaran dari orang tua balita akan pentingnya
gizi seimbang.
Adapun alternatif pemecahan masalah yang didapatkan berdasarkan
prioritas adalah Melaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh
petugas kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gizi dan dampaknya, membuat
media penyuluhan seperti brosur, pamflet, atau poster yang mudah dipahami dan
menarik, memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi kader mengenai gizi balita,
terutama tentang balita BGM dan dampaknya, membuat jadwal kunjungan rumah
balita BGM, dan terakhir adalah Pelatihan PMT (masak bersama)
b. Saran
1. Untuk koordinator program gizi
a. Peningkatan kualitas program gizi khususnya balita BGM.
b. Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan gizi pada balita
2. Untuk masyrakat wilayah Desa Paripurno
Diharapkan ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan gizi
balita BGM dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan gizi untuk
balita demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Untuk dokter muda periode berikutnya

46

Diharapkan dapat membantu tercapainya program gizi terutama


balita BGM melalui program penyuluhan bagi warga desa Paripurno
khususnya kepada orang tua dengan balita BGM.

47

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. MDGs. Available at :
http://www.who.int/topics/millenium_development_goals/about/en/.
Accessed on July, 22th 2014
2. Indonesian Public Health. Masalah Gizi dan Penyebabnya. Available at:
http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/masalah-gizi-kurangdan-gizi-buruk.html. Accessed on Mey, 16th 2014
3. Penilaian Status Gizi. Available at : www.depkes.go.id. Accessed on : July,
23th 2015
4. Panduan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi Petugas
Kesehatan. Available at: www. Depkes.go.id. Accessed on March, 18th
2015
5. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Available at:
www.depkes.go.id. Accessed on : April, 20th 2015
6. Kartu Menuju Sehat (KMS). Available at : www.depkes.go.id. Accessed
on January, 2nd 2015
7. PHBS. PHBS di Tempat Umum. Available at:
http://perilakuhidupbersihsehat.com/phbs-di-tempat-umum/. Accessed on :
January, 13th 2015
8. Prafiantini E. Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Dasar Bubur
Beras. Available at : http://majalahkesehatan.com/pemberian-makanantambahan-pmt-berbahan-dasar-bubur-beras/. Accessed on Sept, 29th 2015.
9. Hartoyo. Handout Managemen Pelayanan I Manajemen program di
Puskesmas. Magelang. 2012.

48

Anda mungkin juga menyukai