Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Muhammad Ario Akbar - (1102010177)
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis: 643381
Nama
: Ny. CS
Umur
: 72 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 31 Desember 1933
Agama
: Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia / Jawa
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
Status
: Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan
II.
Keluhan Utama :
Penglihatan kedua mata buram dan semakin memburuk sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan tambahan :
Kepala pusing ketika melihat cahaya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan kedua mata buram dan semakin memburuk sejak 2
tahun yang lalu. Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti sedikit
berkabut,dirasakan pasien diawali dari mata kiri setelah itu mata kanan. Pasien mengaku
awalnya mata pasien buram ketika melihat objek yang jauh, namun sejak 6 bulan yang
lalu, mata pasien juga buram ketika melihat objek yang dekat.Pasien merasa keluhan
tersebut mulai mengganggu aktivitasnya seperti untuk membaca Al-Quran . Pasien ingin
memakai kacamata, tetapi belum diperbolehkan oleh dokter. Pasien mengatakan keluhan
lain yang dirasakan yaitu seperti melihat pelangi atau sinar yang silau dan berputar-putar
yang membuat kepala pasien terkadang menjadi pusing. Pasien juga merasa lebih silau
ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun sebelumnya. Pasien mengaku
sempat ingin dioperasi namun belum diperbolehkan karena terdapat riwayat Asma dan
Hipertensi yang belum terkontrol.
Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda-benda
berterbangan yang mengikuti arah gerak mata.Pasien menyangkal mempunyai riwayat
pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu lama. Pasien menyangkal
mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah
melihat ketika dalam ruangan atau dalam keadaan gelap. Pasien menyangkal mempunyai
diabetes mellitus.
Riwayat Penyakit Dahulu
I. 3 Pemeriksaan Fisik
I. 3. 1 Status Generalis
Keadaan Umum
Baik
Kesadaran
Compos menits
Tekanan darah :
130/90 mmHg
Nadi
92 x / menit
Suhu
Afebris
Laju nafas
22 x / menit
I. 3. 2 Status Oftalmologis
PEMERIKSAAN
Visus
Kedudukan bola mata
Gerakan bola mata
Lapangan pandang
Palpebra superior
OD
3/60
ortoforia
OS
3/60
ortoforia
Palpebra inferior
spasme (-) ; nyeri tekan (-) ; spasme (-) ; nyeri tekan (-) ;
Konjungtiva
benjolan (-)
benjolan (-)
tarsal Hiperemis (-) ; papil (-) ; folikel Hiperemis (-) ; papil (-) ; folikel
superior
Konjungtiva
inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
sikatriks (-)
Dalam ; jernih
Dalam ; jernih
Nodul (-) ; kripte (+) ; sinekia (-) Nodul (-) ; kripte (+) ; sinekia (-)
Regular ; 3mm ; RL (+) ; RTL Regular ; 3mm ; RL (+) ; RTL
Lensa
(+)
(+)
Keruh pada bagian subkapsular Keruh pada bagian subkapsular
posterior ; shadow test (+)
Tekanan intraokular
Funduskopi
15.6 (Tonometri)
Reflek Fundus (+) Suram
13.1 (Tonometri)
Reflek Fundus (+) Suram
Oculi Dekstra
Oculi Sinistra
Oculi Dekstra
Oculi Sinistra
1. 4 Resume
Pasien perempuan, berumur 72 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan
keluhan penglihatan kedua mata buram dan semakin memburuk sejak 2 tahun yang
lalu. Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti sedikit berkabut. Pasien
mengaku awalnya mata pasien buram ketika melihat objek yang jauh, namun sejak 3
bulan yang lalu, mata pasien juga buram ketika melihat objek yang dekat. Pasien
mengatakan keluhan lain yang dirasakan yaitu seperti melihat pelangi atau sinar yang
silau dan berputar-putar yang membuat kepala pasien terkadang menjadi pusing.
Pasien juga merasa lebih silau ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun
sebelumnya.. Pada pemeriksaan fisik didapati visus pada ODS 3/60 dan kekeruhan
pada lensa pada daerah posterior dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata
kanan dan kiri pasien didapatkan refleks fundus positif namun suram karena adanya
kekeruhan pada lensa bagian posterior.
1. 5 Diagnosis Kerja
6
1. 6 Tatalaksana
1.
Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.
2. Tindakan operasi :
- ODS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) atau Fakoemulsifikasi +
IOL.
3. Kacamata :
Sebelum operasi, dapat diberikan kacamata dengan ukuran koreksi sebagai berikut
ODS: S -3.00 C -2.00 (90), untuk membantu penglihatan pasien.Namun pemberian
kacamata disarankan diberikan setelah satu bulan pasca operasi dan setelah visus pasien
dievaluasi ulang.Alasan pemberian kacamata sebulan paska operasi mengingat
pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam pemberian kacamatanya, karena visus pasien
juga akan berubah dengan operasi diakibatkan penanaman lensa intraokuler.
1. 7 Prognosis
Quo ad vitam
: ad Bonam
Quo ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi etiologi
I. Katarak kongenital
II. Katarak akuisita
1.
Katarak senilis
2.
Katarak traumatik
3.
Katarak komplikata
4.
Katarak metabolik
5.
6.
7.
8.
Katarak
yang
berhubungan
ii.
Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
10
Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam
11
GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
12
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
- Kontrol gula darah pada pasien DM
- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin
dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
- Refraksi
- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada
opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
13
Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.
2.
Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3.
Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.
Evaluasi Preoperatif
1.
2.
3.
14
sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit
dakriosistitis,
maka
harus
dilakukan
dakriosistektomi
ato
dakriosistorinostomi.
4.
Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak
5.
15
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih
cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca
bedah minimal.
16
/
LENSA TANAM INTRAOKULER
Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus
siliaris atau kapsula posterior lensa.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 5th 4 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2014.
3.
4.
5.
18
19