Lee dan Widmer (1996) menyatakan bahwa uji fenol dapat menghitung
secara kuantitatif semua grup fenolik seperti quercetin, antosianin dan
fenolik pada teh, namun tidak dapat membedakan tipe-tipe fenol yang
terkandung didalamnya (monomer, dimer atau trimer). Selain itu adanya
komponen protein, asam nukleat dan asam askorbat dapat mempengaruhi
uji polifenol.
Menurut Tiwari et al. (2006) dan Bartly dan Jacobs (2006) polifenol
terikat yang terlepas akibat perlakuan pemanasan dan pengeringan
memungkinkan suatu bahan memiliki aktivitas antioksidan yang rendah,
meskipun mengandung kadar fenol tinggi.
Filtrat sampel ditambahkan dengan aquadest untuk melarutkan sampel. Digunakan aquadest
karena aquadest merupakan pelarut universal dan cukup untuk melarutkan sampel agar tidak
terlalu perkat. Filtrat sampel kemudian direaksikan dengan reagen Folin ciocalteau fenol,
ditambahkan Na2CO3 5% untuk memberi suasana basa pada sampel. Diinkubasi 30 menit untuk
memaksimalkan reaksi antara reagen folin dengan fenol pada sampel. Diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 760nm pada spektrofotometer dengan menggunakan larutasn standar
asam galat. Asam galat termasuk dalam senyawa fenolik dan memiliki aktivitas antioksidan yang
kuat. Asam galat digunakan untuk larutan standar karena asam galat merupakan turunan dari
asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana yang terdapat dalam setiap
tumbuhan. Selain itu, asam galat sebagai standar didasarkan atas ketersediaan substansi yang
stabil dan murni serta harganya lebih murah dibandingkan senyawa standar lainnya.
Dari hasil pengukuran maka diperoleh absorbansi dari masing-masing larutan standar dan
dari masing-masing sampel. Absorbansi inilah nantinya dimasukan kedalam rumus untuk
menentukan koefisien korelasi dan membuat persamaan garis juga kurva standar. Sedangkan
absorbansi sampel nantinya digunakan untuk mencari konsentrasi sampel serta persentase total
fenol dalam masing-masing sampel. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan
nilai R sebesar 0.996 dan diperoleh persamaan garis y = 0.056734x - 0.022. Dari persamaan garis
ini dilakukan perhitungan untuk menentukan konsentrasi masing-masing sampel, diantaranya :
Dari rumus ini diperoleh kadar total fenol masing-masing sampel diantaranya:
= 0,510 %
Dari hasil kadar fenol yang didapat, kadar kandungan fenol terdapat pada madu.
Kandungan nutrisi dalam madu yang berfungsi sebagai antioksidan adalah
vitamin C, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten
yang bermanfaat sebagai antioksidan tinggi (Gheldof, 2002). Senyawa
dengan aktivitas antioksidan yang diteliti adalah senyawa fenolat. Senyawa
fenolat dalam tumbuhan dapat berupa fenol, antraquinon, asam fenolat,
kumarin, flavonoid, lignin dan tannin. Banyaknya jenis senyawa fenolat
dalam madu, sehingga kandungan fenol pada madu tinggi. Selain itu, proses
analisis kandungan fenol pada sampel madu tidak melewati proses
pemanasan sehingga senyawa fenol tidak berkurang karena adanya proses
oksidasi dari pemanasan.
Kadar fenol tertinggi kedua yakni teh kemasan botol sosro. Senyawa
fenol yang paling utama dalam teh adalah tanin/katekin. Tanin disebut juga
sebagai asam tanat atau asam galotanat. Tanin tidak berwarna sampai
berwarna kuning atau coklat. Tanin meliputi Substansi fenol yang merupakan
senyawa paling penting pada daun teh adalah tanin/catechin. Tanin
merupakan senyawa paling kompleks dan tidak berwarna. Perubahannya di
dalam pengolahan langsung atau tidak langsung selalu dihubungkan dengan
semua sifat teh yang siap dikonsumsi, yaitu rasa, warna dan aroma. Tanin
sebagian besar tersusun atas: katekin, epikatekin, epikatekin galat, epigalo
katekin, epigalo katekin galat, galo katekin. Dari seluruh berat kering daun
teh terdapat catechin sekitar 20-30%. Proses dari teh botol sosro melalui
proses yang baik dalam mengekstrak teh tanpa melewatkan senyawa fenol
pada the tersebut.selain itu, the botol sosro menggunakan teh hijau dalam
pembuatannya sehingga tidak melewati proses fermentasi. Proses
fermentasi
Berbeda dengan hasil kadar senyawa fenol dari teh celup Sariwangi. Pada
teh ini, terjadi proses pengeringan dan penggilingan serta proses fermentasi.
Penggilingan untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi.
Selama
fermentasi dan oksidasi, banyak zat-zat yang berguna seperti katekin,
vitamin berubah atau hilang pada saat proses produksi teh hitam. Selama
fermentasi terjadi penurunan kadar tannin yang disebabkan karena
terjadinya proses oksidasi terhadap tannin yang merubah senyawa tanin
menjadi senyawa theaflavin dan thearubigin. Theaflavin atau polifenol yang
teroksidasi memiliki aktivitas antioksidan lebih rendah dari Katekin sehingga
kadar fenolik pada the sariwangi lebih kecil dari teh botol sosro. Selain itu,
Kandungan polifenol dalam daun teh juga dipengaruhi oleh cuaca, varietas, jenis tanah, dan
tingkat kematangan daun ketika dipetik. Oleh karena itu produk teh yang dijual di pasaran
diduga memiliki kandungan polifenol yang berbeda.2
Pada kedua sampel teh, sampel teh botol sosro dalam pembuatannya pasti melewati
proses pemanasan, sedangkan, the celup juga melewati proses penyeduhan (pemanasan) dalam
proses penyajiannya. Ada kemungkinan pemanasan tersebut menyebabkan senyawa fenol
termasuk tokoferol terdekomposisi atau berubah sehingga kemampuannya sebagai antioksidan
mengalami penurunan.
uji fenol dapat menghitung secara kuantitatif semua grup fenolik
seperti quercetin, antosianin dan fenolik pada teh, namun tidak dapat
membedakan tipe-tipe fenol yang terkandung didalamnya (monomer, dimer
atau trimer). Selain itu adanya komponen protein, asam nukleat dan asam
askorbat dapat mempengaruhi uji polifenol.
Pada sampel yang terendah yakni sampel rumput laut. Kandungan fenol terendah
dari rumput laut disebabkan karena adanya kandungan lignin pada sampel.
Hal itu mungkin disebabkan adanya lignin yang ikut terekstrak dapat
mempengaruhi nilai kandungan fenol serta aktivitas antioksidan dari rumput
laut. lignin yang berfungsi sebagai bahan pembentuk dinding sel tanaman
juga termasul kedalam golongan fenol namun fungsinya sebagai antioksidan
belum diketahui.
50
1,5 jam
b.
Kekurangan :
1.
Warna bervariasi dihasilkan pada protein yang berbeda2.
Warna tidak terbatas pada konsentrasi protein dan dengan senyawa fenol dapat membentukwarna
biru sehingga bisa menganggu hasil penetapan3.
Reaksi dapat dipengaruhi oleh sukrosa, lipid, buffer phosphate, monosakarida dan
heksoamin,Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens
tersebut.Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi.
Interferensiyang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan
penambahanSDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan protein.
Harborne JB. 1987. Phytochemical methods. Ed ke-2. New York: Chapman and Hall.
Fithriani D. 2009. Potensi Antioksidan Caulerpa racemosa Diperairan Teluk Harun Lampung.
Thesis. Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Gheldof, N & Engeseth, NJ., 2002, Antioxidant capacity of honeys from various floral
sources based on determination of oxygen radical absorbance capacity and
inhibition of in vitro lipoprotein oxidant in human serum samples, Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 50 (10) : 3050-3055
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan), a.b. K. Padmawinata dan Iwang Sudiro, edisi ke-2, Jakarta
Nely,F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method) [skripsi].
Institud Pertanian Bogor, Bogor.
Maulida R. 2007. Aktivitas Antioksidan Rumpul Laut Caulerpa lentillifera. SKRIPSI. Universitas
Institut Pertanian Bogor.
Radiana, S. 1985. Petunjuk Pengolahan Teh Hitam. PT. Wiga Guna, Jakarta.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga