Anda di halaman 1dari 2

EVALUASI TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH :IIMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD)


SIFAT UJIAN
DOSEN

:TAKE HOME EXAMINATION


: Drs.BAGOES SOENARJANTO,M.Si.

Negeri ini akan menyambut pesta demokrasi setiap lima tahun sekali.Pemilihan
umum sudah banyak di gelar di berbagai daerah,dari skala tingkat kabupaten atau
kota hinggaa pemilu(pemilihan umum)tingkat provinsi sudah terjadwal dengan
rapi.Para kalangan elit yang dikatakan kalangan birokrat juga ikut menjadi pemain
dalam uvoria.pesta demokrasi

yang seharus sebagai tolak ukur mencari bibit

unggul pemimpin bangsa yang berkualitas, yang bisa menampung aspirasi rakyat
disalah

gunakan

demi

kepenting

pribadi

golongan

ataupun

partai

yang

menaunginya.Sungguh ironis memang,tapi inilah kabut gelap yang belum hilang di


Negara

ini.birokrasi

yang

berjalan

di

tempat,pejabat

birokrat

yang

lebih

memetingkat pecitraan dari pada action di lapangan.Demokrasi di Negara ini


sangat kontras dengan kinerja para anggota dewan maupun pejabat yang duduk di
pemerintahan di kala musim kampanye mereka seolah-olah mengedepankan dan
menonjolkan karakteristik manusia yang mengedepankan ke pentingkan publik di
atas segala-segalanya.Dan itu,yang terjadi di masyarakat bualan saat kampanye
dengan tindakan di lapangan.kampanye dengan pecitraan tidak selamanya manis
di esok hari.Asumsi para masyarakat beranggapan tentang pandangan pemilu
pilkada di daerah maupun pilpres hanya sekedar ajang pertarungan antar investor
politik semata,Aktor- aktor utama Pilkada telah berubah menjadi sekedar wayang
yang perannya telah diskenariokan oleh sang dhalang, sang pemilik modal
ekonomi. Para politisi, anggota KPU, anggota Panwaslu,serta institusi yang
menaunginya telah kehilangan kekuasaan dan kewenangannya. Penjaga garda
terdepan Pilkada itu terbang ke sana kemari mengikuti arah terpaan angin sang
pembuat skenario. Mereka telah kehilangan legitimasi sosial, powerless, dan tidak
memiliki

bargaining

position

yang

kuat.

Obyektivitas

performen

politiknya

diragukan. Meminjam pemikiran sosiolog Perancis, Jean Baudrillard dalam karyanya


tentang

the

mirror

of

production

yang

menemukan

konsep

hiper-realitas,

fenomena Pilkada semacam ini dapat dianalogkan sebagai pseudo-reality, suatu


kenyataan yang palsu.Sandiwara politik.Di dalam politik seseorang tidak mengerti
mana kawan mana lawan yang mereka tau cuma kepenting.Kepenting yang
mengabaikan kepentingan masyakat luas.

Anda mungkin juga menyukai