Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada tanggal 5 maret 2013, Ny Y berusia 33 tahun alamat sukarami


Palembang, berkebangsaan Indonesia, bekerja sebagai ibu rumah tangga datang ke
IGD RSMH dengan keluhan hamil muda dengan nyeri perut bagian bawah sejak
3 hari SMRS. 3 hari SMRS pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri dirasakan terus menerus, perut terasa seperti diremas-remas. Pasien
mengaku timbul bercak berwarna kecoklatan pada pakaian dalamnya , demam
disangkal, BAB dan BAK biasa. Pasien mengaku mengurut

perutnya untuk

mengurangi rasa nyeri.


2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri masih ada dan terasa semakin hebat.
Pasien lalu berobat ke RS bhayangkara dilakukan USG dan dinyatakan hamil
dengan kehamilan diluar kandungan. Pasien lalu dirujuk keRSMH dan
direncanakan operasi.
Berdasarkan uraian anamnesis diatas, adanya keluhan hamil muda dengan
nyeri perut bagian bawah dapat disebabkan oleh banyak penyakit seperti
kehamilan ektopik terganggu, penyakit radang panggul,abortus imminens, torsi
kista ovarii dan appendisitis. Adanya gejala dan tanda kehamilan serta adanya
bercak kecoklatan pada pakaian dalam yang dicurigai perdarahan pervaginam
yang dikeluhakan oleh pasien dapat menyingkirkan kemungkinanan torsi kista
ovarii.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/70mmHg, nadi 86x/menit, 19x/menit, suhu 37
C, dan keadaan organ lain dalam batas normal. Pemeriksaan luar didapatkan
adanya nyeri tekan diseluruh lapangan perut, nyeri lepas(+). Pada pemeriksaan
dalama didapatkan dari inspekulo portio livide, OUE tertutup. Vaginal toucher
didapatkan portio konsistensi lunak, nyeri goyang portio (+), OUE tertutup dan

cavum douglas menonjol. Pada rectal toucher juga didapatkan cavum douglas
menonjol.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas abortus imminens
dapat disingkirkan karena pada abortus perdarahan lebih merah sesudah amenore,
dan tidak didapatkan nyeri goyang serviks. Diagnosis kehamilan disertai
appendisitis dapat disingkirkan karena pada appendisitis tidak ditemukan nyeri
pada gerakan serviks uteri tetapi nyeri di titik Mc burney. Jadi, dapat ditegakkan
diagnosis pada kasus ini ialah Kehamilan Ektopik terganggu.
Untuk membantu penegakan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan
penunjang, yakni pemeriksaan kehamilan didapatkan hasil postif hamil,
pemeriksaan laboratorium dimana terdapat kadar hemoglobin yang menurun
yakni 8,3g/dl yang menunjukkan anemia pada pasien in. Selain itu, dilakukan juga
kuldosintesis didapatkan hasil positif yaitu adanya darah berwarna kecoklatan
sampai hitam yang tidak membeku. Dari USG tidak ditemukan gestational sack
dan juga ditemukan cairan bebas dicavum abdomen dengan kesan haematocele
Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada pasien ini
berdasarkan data dari anamnesis dimana adanya keluhan nyeri hebat dipert bagian
bawah, adanya perdarah pervaginam yang berupa bercak kecoklatan, adanya
riwayat penggunaan IUD selama 5 tahun , dari pemeriksaan fisik didapatkan
adanya portio livide, nyeri goyang portio dan juga penonjolan dari cavum douglas
yang mengarahkan diagnosis pada kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis
diperkuat dengan hasil pemeriksaan penunjang dari hasil USG dimana tidak
ditemukan gestational sack dikavum uteri, ditenukannya cairan bebas yang
terdapat dalam cavum douglas dan dari kuldosintesis didapatkan hasil yang
positif. Walaupun tidak ditemukan perdarahan pervaginam dalam jumlah yang
besar dari hasil USG dapat diketahui bahwa telah terjadi ruptur dimana
ditemukannya cairan bebas dicavum abdomen dan juga cavum douglas.
Dalam menangani kasus ini, beberapa hal harus dipertimbangkan, yakni
kondisi penderita, keinginan pasien mengenai fungsi reproduksinya, lokasi

kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvik, kemampuan teknik bedah


operator, dan kemampuan teknologi. Pada kasus ini , penatalaksanaan yang perlu
dilakukan meliputi perbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan dan
transfusi darah. Selanjutnya ialah tindakan operatif, dari hasil laparatomi
didapatkan ruptur tuba pars ampularis sinistra dan dilakukan salfingektomi
sinistra. Selain itu juga diberikan antibiotika ceftriaxon 2x1 Iv karena kehamilan
ektopik ini biasanya berkaitan dengan

dengan gangguan fungsi tuba yang

disebabkan oleh infeksi. Pemberian analgetik untuk mengontrol nyeri pasca


tindakan seperti ketoprofen 100mg suppositoria, tramadol 200mg IV.
Sebagian besar penyebab kehamilan ektopik tidak diketahui. Penyebab
kehamilan ini disebabkan oleh gangguan transportasi dari hasil konsepsi,
penyempitan lumen akibat tumor dan kelainan hormonal. Pada kasus ini
kemungkinan penyebabnya ialah pemakaian KB IUD selama 5 tahun.
Prognosis ibu untuk kasus ini quo ad vitam ad fungtionam dubia. Sebagian
wanita setelah mengalami kehamilan pada satu tuba dapat mengalami kehamilan
ektopik lagi pada tuba yang lain. Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat
mempengaruhi fertilitas wanita

Anda mungkin juga menyukai