Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
Virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome atau juga
dikenal sebagai virus korona, saat ini sedang marak dibahas sebab telah
menimbulkan

cukup

banyak korban jiwa

di Arab Saudi. Bahkan diduga,

beberapa korban yang merupakan jamaah umroh asal Indonesia pun telah
mengidap penyakit yang itu.
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning , MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Menurut CDC, Sekitar 3-4 dari setiap 10 pasien dilaporkan dengan
MERS telah meninggal. Hingga 1 Agustus 2013 jumlah kumulatif kasus
konfirmasi MERS CoV didunia sebanyak 94 kasus dan diantarannya 47
meninggal. Negara yang terjangkit antara lain Saudi Arabia, Yordania, Qatar, Uni
Emirat Arab, Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Tunisia. WHO menyebutkan
terjadi penularan terbatas dari manusia ke manusia, baik di dalam keluarga atau
masyarakat

maupun

di pelayanan

kesehatan. Terdapat

beberapa kasus

terkonfirmasi. Sampai saat ini belum jelas sumber asal virus penularnya dan
sedang diteliti lebih lanjut. Dalam jumlah besar warga Negara Indonesia berada di
Jazirah Arab terutama di Saudi Arabia, Jordania, Uni Emirat Arab, dan Qatar
sebagai tenaga kerja yang menetap

dalam waktu relatif lama. Terdapatnya

pengumpulan massa (mass gathering) di wilayah yang sedang berlangsung infeksi


MERS-CoV berisiko dapat terjadi penularan.
Sedangkan WHO menyebutkan hingga tanggal 3 Mei 2014, WHO telah
mengumumkan melalui situs resminya bahwa telah ada 401 orang dari 12 negara

di seluruh dunia yang telah didiagnosis menderita penyakit ini. Seluruh kasus
tersebut diperkirakan berasal dari 6 negara yang terletak di 3 Semenanjung Arab.
Angka kematian penyakit ini saat ini mencapai 50%.
Manifestasi infeksi virus ini cukup lebar, mulai dari tidak bergejala
hingga memiliki keluhan gangguan pernapasan yang cukup berat seperti demam
tinggi, batuk dan sesak nafas, timbul gambaran pneumonia, kadang-kadang
terdapat gejala saluran pencernaan misalnya diare. Sembilan puluh tiga orang
telah dilaporkan meninggal. Hingga saat ini belum ditemukan suatu vaksin
untuk

pencegahan

penyakit

ini

maupun

mengobatinya.

BAB 2

terapi

yang

spesifik untuk

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

PENGERTIAN
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus

korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Tingkat mortalitasnya mencapai 30-50 %. Penyakit Mers disebabkan
oleh Virus dari golongan Coronavirus, ciri virus ini pada permukaan
tubuhnya diselimuti mirip mahkota. Virus sangat dekat jenisnya dengan virus
SARS

(Severe

Acute

Respiratory Syndrome) yang pernah mewabah dari

Hongkong dan daratan China.


2.2.

EPIDEMIOLOGI
Ada 9 negara yang telah melaporkan kasus MERS-CoV ( Perancis, Italia,

Jordania, Qatar, Saudi Arabia, Tunisia, Jerman, Inggris, dan Uni Emirat Arab ).
Semua kasus berhubungan dengan negara di Timur Tengah , baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Menurut CDC, Sekitar 3-4 dari setiap 10 pasien dilaporkan dengan MERS
telah meninggal. Hingga 1 Agustus 2013 jumlah kumulatif kasus konfirmasi
MERS CoV didunia sebanyak 94 kasus dan diantarannya 47 meninggal

Situasi perkembangan kasus MERS-CoV ( Sumber: WHO per 30


september 2013 ).
NEGARA
France
Italy
Jordan
Qatar
Saudi Arabia
Tunisia
United Kingdom
United Arab Emirates
Total

2.3.

KASUS ( KEMATIAN)
2 (1)
1 (0)
2 (2)
5 (3)
108 (47)
3 (1)
3 (2)
6 (2)
130 (58)

ETIOLOGI
MERS Co-V adalah merupakan salah satu jenis virus yang menyerang

organ pernafasan orang mengidapnya yang merupakan jenis penyakit saluran


pernafasan yang bisa mengakibatkan kematian. MERS Cov adalah merupakan
singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini
merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus (Novel Corona Virus).
Ordo
: Nidovirales
Familia
: Corona viridae
Genus
: Corona virus
Informasi yang diperoleh dari website Kementrian Kesehatan RI
memberitakan bahwasannya virus ini berbeda dengan corona virus lain yang telah
ditemukan sebelumnya. Sehingga kelompok studi Corona Virus dari Komite
Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa Novel Corona Virus
tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov. Virus ini tidak sama dengan Corona
Virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip
dengan Corona Virus yang terdapat pada kelelawar.

2.4.

PATOGENESIS

Corona virus dapat dibawa oleh kelawar dan serangga diperantarai oleh
debu dan berpindah ke onta kemudian terkontaminasi dengan manusia. Dan sifat
dari corona virusnya zoonosis.
Cara penularan MERS-CoV :

Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak
terdapat transmisi penularan antar manusia secara luas dan berkelanjutan.
Mekanisme penularan belum diketahui.

Kemungkinan penularannya dapat melalui :

Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau
bersin
Tidak langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
2.5.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang tampak pada penyakit MERS, antara lain :
Demam (38C) atau ada riwayat demam
Batuk
Sakit tengorokan
Sesak napas
Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
Merujuk pada definisi kasus WHO, klasifikasi kasus MERS-CoV adalah :
1. Kasus Dalam Penyelidikan
Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Negara Timur
Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit

kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.


Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
merawat pasien ISPA berat, terutama pasien yang memerlukan

perawatan intensif.
Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit sama) dalam periode
14 hari, tanpa ditemukan riwayat berpergian, kecuali ditemukan

etiologi/penyebab penyakit lain.


Seseorang dengan Infeks Saluran Pernapasan Akut ringan sampai
berat yang memiliki kontak erat dengan kasus konfirmasi atau
kasus probable infeksi MERS- CoV dalam waktu 14 hari sebelum
sakit.

2. Kasus probable

Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,


radiologis atau histopatologis dan tidak tersedia pemeriksaan
MERS-CoV atau hasil laboratoriumnya negatif pada satu kali

pemeriksaan spesimen yang tidak adekuat dan adanya hubungan

epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-CoV.


Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau histopatologis dan hasil pemeriksaan laboratorium
inkoklusif (pemeriksaan skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi
biomolekular ) dan adanya hubungan epidemiologis langsung
dengan kasus konfirmasi MERS-CoV.

3. Kasus konfirmasi

Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasil pemeriksaan


laboratorium positif.

2.6.

DIAGNOSA

Anamnesis: Demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan pula

riwayat bepergian dari negara timur tengah 14 hari sebelum onset


Pemeriksaan fisis: Sesuai dengan gambaran pneumonia
Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi

sampai gambaran ARDS


Laboratorium: Ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab
tenggorok dan sputum

Bahan pemeriksaan :

Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/atau

swab tenggorokan)
Spesimen saluran

napas

bagian

bawah

(sputum,

aspirat

endotracheal, kurasan bronkoalveolar)


Jenis pemeriksaan :

Kultur mikroorganisme sputum dan darah


Pemeriksaan virus influenza A dan B
Virus influenza A subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara
dengan virus H5N1 ditemukan pada unggas), virus parainfluenza,

rhinoviruses, adenonviruses, metapneumoviruses manusia, dan

corona virus baru .


Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan
menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction
(RT-PCR).

2.7.

PENATALAKSANAAN

Berikan terapi oksigen pada pasien sesak nafas


Berikan terapi untuk mengobati gejala demam, dan batuk
Pada pasien pneumonia dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat
diberikan antibiotik secara empirik. Pneumonia ringan, dapat
diberikan golongan betalaktam, antibetalaktamase IV. Pneumonia

sedang/berat dapat di berikan respiratory Flouroquinolon IV.


Pemantauan secara ketat pasien dengan ISPA berat bila terdapat
tanda-tanda perburukan klinis, seperti gagal nafas, hipoperfusi
jaringan, syok dan memerlukan perawatan intensif (ICU)

2.8.

PENCEGAHAN
Penyakit ini dapat dicegah dengan selalu menjalankan pola hidup

yang bersih dan sehat, diantaranya yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan higienis, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, selalu mencuci tangan
dengan sabun menggunakan air mengalir, memakai masker atau menutup
mulut dan hidung saat mengalami flu dan usahakan untuk tidak berada di
luar rumah untuk sementara untuk mencegah penularan terhadap orang lain.
Selain itu sering-seringlah berkunjung ke dokter untuk melakukan cek
kesehatan terutama jika mengalami gejala penyakit seperti batuk, demam, dan
kesulitan bernapas dalam jangka waktu empat belas hari khususnya jika dalam
waktu dekat akan berkunjung ke tempat wabah MERS berada. periksalah ke

dokter setiap 6 minggu sekali dan melakukan vaksinasi meningitis terlebih


dahulu.
Namun sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang dapat
menyembuhkan penyakit ini, yang ada hanyalah obat untuk meringankan gejala
atau akibat yang ditimbulkan dari penyakit MERS. Salah satu cara mengobati
MERS adalah dengan pemberian obat vaksin untuk pengobatan hepatitis C
yang secara klinis telah teruji mampu mengurangi frekuensi
pertambahan replika virus MERS di dalam tubuh yang diujikan terhadap 6
kera yang telah terinfeksi penyakit MERS. Vaksin untuk hepatitis C ini
merupakan perpaduan antara obat interferon-alpha 2b dan ribavirin yang hanya
digunakan sebagai tahapan awal pengobatan pada infeksi MERS.

Pencegahan transmisi droplet.


Pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan

dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV


Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter

antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.


Terapkan etika batuk.

Kewaspadaan MERS-cov di KNO


A. SURVEILANS DI PINTU MASUK
Surveilans di pintu masuk dilakukan untuk mendeteksi dini dan respon serta
memastikan wilayah bandara, pelabuhan, bandara dan lintas batas negara dalam
keadaan tidak ada transmisi virus MERS-CoV.
1) Kewaspadaan
Kewaspadaan dilakukan terhadap dua hal yaitu waspada terhadap kasus
MERS-CoV yang masuk ke Indonesia untuk dilakukan deteksi dini dan respon,
serta waspada terhadap keamanan (transmisi virus MERS-CoV) wilayah
bandara, pelabuhan dan lintas batas negara (antar pengunjung, dari dan ke
petugas bandara serta keluarganya petugas, terutama petugas kesehatan yang
kontak dengan kasus).

Upaya kewaspadaan yang dilakukan antara lain:


a. Pemutakhiran informasi untuk mengetahui perkembangan penyakit dari
negara-negara lain melalui :
Website WHO
(http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/en/index.html)
untuk mengetahui negara terjangkit serta jumlah kasus dan kematian.
Laporan harian tentang kondisi jamaah haji di Saudi Arabia (berkoordinasi
dengan Pusat Kesehatan Haji).
Sumber lain yang terpercaya misalnya web pemerintah/ Kementerian
Kesehatan kerajaan Saudi Arabia (www.moh.gov.sa/en/)
Kemudian

disebarluaskan

ke

unit-unit

terkait

di

otoritas

bandara/pelabuhan/PLBD.10
b. Mengidentifikasi faktor risiko yang memberi peluang terjadinya transmisi
virus MERS-CoV di bandara dan tindakan perbaikan (respon), misalnya
petugas tidak menggunakan masker, prosedur pemeriksaan pasien dalam
investigasi, sirkulasi udara ruangan pemeriksaan rentan (risiko pada petugas)
dan sebagainya.
c. Mendeteksi adanya kasus di poliklinik (laporan harian KKP/ zero reporting).
d. Mendeteksi adanya kasus dengan gejala demam, batuk dan atau pneumonia
di antara petugas KKP atau otoritas bandara/ pelabuhan/ PLBD dan
operator/ agen alat angkut yang kontak dengan penumpang dari jazirah Arab
atau negera terjangkit mengenai ada tidaknya yang mengalami. (laporan
harian KKP/zero reporting).
2) Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan melalui pengawasan kedatangan terhadap orang, barang
dan alat angkut yang datang dari negara terjangkit.
a. Pengawasan terhadap orang :

Pemberian Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) terhadap


jamaah haji yang kembali atau Health Alert Card (HAC) bagi pelaku
perjalanan lainnya dari negara terjangkit.
1

Menerima pelaporan dari tenaga kesehatan kloter/ awak/ operator/ agen

alat angkut yang baru saja meninggalkan daerah terjangkit mengenai ada tidaknya
penumpang yang sakit, terutama yang menderita infeksi saluran pernapasan akut
(form JH Kloter terlampir).
2

Petugas aktif menanyakan pada operator/ agen alat angkut mengenai ada

tidaknya penumpang yang sakit, terutama yang menderita infeksi saluran


pernapasan akut.
3

Petugas aktif menanyakan pada semua unit otoritas di

bandara/pelabuhan/PLBD dan operator/ agen alat angkut mengenai ada tidaknya


petugas yang menderita infeksi saluran pernafasan akut.
4

Mendeteksi penumpang dari negara terjangkit yang mengalami demam

melalui penggunaan thermal scanner di terminal kedatangan:


5
b. Pengawasan terhadap barang :
1

Pemeriksaan terhadap barang-barang yang dibawa dari negara terjangkit.

c. Pengawasan terhadap alat angkut :


1

Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen kesehatan alat angkut.

Pemeriksaan langsung kesehatan alat angkut oleh tim petugas KKP.

3) Kesiapsiagaan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan tinjauan atas kesiapan
perangkat surveilans yang ada dalam menghadapi kemungkinan masuknya
infeksi MERS-CoV ke wilayah Indonesia. Dalam praktisnya ada 4 hal yang
harus disiapkan sebagai kesiapsiagaan yaitu : Peraturan,pedoman, SOP di

masing-masing KKP; Tim Gerak Cepat ; petugas yang terlatih; serta Sarana,
logistik dan biaya.
Scara umum kesiapsiagaan tersebut meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
1

Membentuk atau mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah

otoritas pintu masuk negara (pelabuhan laut/ udara/ lintas batas darat. Tim terdiri
atas petugas KKP, Imigrasi, Bea Cukai dan unit lain yang relevan di wilayah
otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam
pencegahan importasi penyakit.
2

Peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di pintu masuk negara dalam

kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV dengan melakukan table top exercises dan


simulasi penanggulangan MERS-CoV.
3

Meningkatkan jejaring kerja dengan semua unit otoritas di

bandara/pelabuhan/PLBD.

b. Sarana dan prasarana


1

Kesiapan sarana pelayanan kesehatan meliputi tersedianya ruang yang

dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan tatalaksana penumpang sakit


yang sifatnya sementara (sebelum dirujuk ke RS rujukan propinsi/ditunjuk).
2

Memastikan alat transportasi (ambulans) dapat difungsikan setiap saat

untuk mengangkut kasus ke RS.


3

Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi

dengan unit-unit terkait.


4

Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

antara lain obatobat suportif (life saving), alat kesehatan, APD, Health Alert
Card, dan lain lain, dan melengkapi logistik, jika masih ada kekurangan.
5

Menyiapkan media komunikasi risiko atau bahan KIE dan menempatkan

bahan KIE tersebut di lokasi yang tepat.

Ketersediaan pedoman pengendalian MERS-CoV untuk petugas

kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan rujukan kasus.

c. Pembiayaan
Pembiayaan

yang diperlukan untuk surveilans dan respon dalam

kesiapsiagaan

menghadapi

MERS-CoV

bersumber

dari

anggaran

pemerintah.
4) Respon
a. Jika ada laporan dari crew yang menyatakan bahwa ada jamaah haji yang sakit
dengan gejala Panas, Batuk dan sesak nafas di atas pesawat sebelum landing maka
Petugas KKP melakukan persiapan dil apangan utk mengevakuasi penumpang
yang sakit. Persiapan yang dilakukan adalah petugas yang akan boarding ke
Pesawat menggunakan APD standar (masker dan sarung tangan), menyiapkan
ambulans evakuasi penyakit menular, masker untuk dibawa ke atas pesawat dan
menyiapkan ruang isolasi sementara untuk melakukan tindakan pertolongan
pertama sebelum dilakukan rujukan.
b. Pesawat setelah mendarat parkir di remote area.
c. Petugas KKP yang sdh menggunakan APD standar dengan menggunakan
ambulans mendekati pesawat yg membawa penumpang sakit.
d. Setelah pintu pesawat dibuka petugas KKP meminta Gendec kepada Crew
dan petugas wajib menyampaikan SOP evakuasi penumpang sakit kepada
Crew pesawat.
e. Pramugari memberikan pengumuman kepada seluruh jamaah haji bahwa
akan dilakukan penanganan kesehatan oleh Petugas Kesehatan Bandara.
f. Petugas KKP bersama pramugari menuju penumpang yang sakit dan
memakaikan masker N95 kepada penumpang yang sakit
g. Orang yang kontak dengan penumpang sakit yaitu penumpang yang duduk 2
baris di depan, 2 baris belakang dan 2 baris kiri dan kanan dipasangkan
masker N95 dan berikan penjelasan kepada penumpang tersebut.

Penumpang yang duduk 2 baris di depan, belakang, samping kiri dan kanan
diturunkan dari pesawat setelah penumpang yang lain turun.
h. Penumpang yang sakit pneumonia berat di evakuasi ke Ruang Isolasi/ tenda
untuk dilakukan penanganan medis sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
i. Seluruh penumpang turun dari pesawat harus melewati alat deteksi panas
(thermal scanner).
j. Jamaah haji dengan demam, batuk tanpa pneumonia di perbolehkan pulang
dengan diberikan masker dan edukasi untuk kontrol ke puskesmas atau
rumah sakit di wilayahnya apabila gejala berlanjut.
k. Jamaah haji dengan pneumonia tanpa memerlukan perawatan rumah sakit
diperbolehkan

pulang dengan diberikan

masker, pengobatan

yang

diperlukan, serta edukasi untuk isolasi diri (membatasi lingkungan di


rumah) dan berobat ke rumah sakit di wilayahnya bila gejala sakit
bertambah berat.
l. Bila ditemukan kasus dalam penyelidikan (demam, batuk, dan pneumonia berat
yang memerlukan perawatan), lakukan tatalaksana kasus, ambil specimen dan
rujuk ke RS Debarkasi sesuai SOP dengan memperhatikan prinsipprinsip
pencegahan dan pengendalian
infeksi seperti kewaspadaan baku (universal precaution) serta kewaspadaan
terhadap risiko potensi pajanan yang akan terjadi.
m. Petugas KKP juga memberikan penyuluhan kepada crew tentang
kewaspadaan terhadap MERS-CoV setelah seluruh penumpang turun
n. Petugas KKP melakukan tindakan disinfeksi pada tempat duduk penumpang
sakit dan 2 baris di depan/ belakang dan 2 baris di kiri kanan dengan bahan
disinfektan alkohol yang tidak merusak interior pesawat.
o. KKP mencatat data jamaah haji dengan pneumonia dan melaporkan data tsb
ke Posko KLB dan ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi (format KKPNotifikasi terlampir).

p. Mencatat data petugas semua unit otoritas bandara/pelabuhan/PLBD yang


sakit dan mengirimkan data tersebut setiap minggu ke Posko KLB, termasuk
bila tidak ada petugas yang sakit/ zero reporting ( Format KKP-Petugas
terlampir)
q. Melaporkan kasus dalam penyelidikan ke Posko KLB dengan tembusan Dinas
Kesehatan Provinsi dalam waktu 24 jam

BAB 3
PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara yang kami lakukan kepada petugas kesehatan KKP
Kuala namu (KNO) didapati bahwa 5 petugas kesehatan telah mengetahui tentang
MERS-CoV meliputi pedoman umum MERS-CoV, tatalaksana klinis, dan
pencegahan infeksi. Tingkat kewaspadaan terhadap MERS-CoV di KNO yang
dinilai dari pengetahuan informasi perkembangan penyakit, identifikasi, faktor
resiko dan mendeteksi tanda dan gejala dari penyakit tersebut sudah sesuai dengan
pedoman kesiapsiagaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Dimana usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk kesiapsiagaan
MERS-CovV adalah sebagai berikut :
1.

Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk negara (Point of

Entry).
2.

Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.

3.

Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan


menghadapi MERS-CoV, sudah dilakukan sebanyak 3 kali.

4.

Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS


Vertikal tentang kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS-CoV.

5.

Menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan


penanggulangan MERS-CoV, yang terdiri dari :
A. Pedoman umum MERS-CoV
B. Tatalaksana klinis
C. Pencegahan Infeksi
D. Surveilans dimasyarakat umum dan dipintu masuk Negara
E.Diagnostik dan laboratorium

6.

Semua petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam


penanggulangan MERS-CoV.

7.

Menyiapkan pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi / Debarkasi


(KKP).

8.

Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan


alat diagnostik.

9.

Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji


dan umrah serta petugas haji Indonesia.

10. Meningkatkan koordinasi lintas program

dan lintas sektor

BNP2TKI, Kemenhub, Kemenag, Kemenlu dan lain-lain

seperti

tentang

kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV.


11. Melakukan kordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
12. Meningkatkan hubungan Internasional melalui WHO dll.
Dari segi peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk negara (Point
of Entry) di Kuala namu (KNO) dilakukan pemberian kartu kewaspadaan (Health
Alert Card), pemasangan leaflet dan banner, serta adanya termal scanner untuk
mendeteksi suhu tubuh pendatang.

Dari segi penguatan surveilans epidemiologi dilakukan pelaporan adanya


kloter/ awak/ operator/ agen alat angkut yang sakit terutama yang menderita
infeksi saluran pernafasan akut telah dilakukan sesuai dengan pedoman
surveilans. Begitu juga terhadap barang yang dibawa dari negara terjangkit.
Pada kesiapsiagaan MERS-Cov di KNO pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) melakukan tinjauan atas kesiapan perangkat surveilans
memiliki 4 hal yang disiapkan yaitu Peraturan pedoman, Standart Operasional
Prosedur (SOP) di masing masing KKP, Tim Gerak Cepat (TGC), petugas yang
terlatih, serta sarana logistik dan biaya telah sesuai dengan pedoman.
Kesiapsiagaan MERS-CoV juga dilakukan oleh petugas TKHI dimana
petugas TKHI telah dilatih dan diberi pembekalan dalam penanggulangan MERSCoV dan dilakukan persiapan pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi /
Debarkasi (KKP) beserta 100 RS Rujukan.
Menurut informasi yang didapat dari petugas kesehatan KKP Kuala namu
(KNO) mengatakan bahwa sampai saat ini kasus MERS-CoV di KNO belum
terdata dikarenakan sulitnya menegakkan secara pasti diagnosis dari MERS-CoV,
tetapi kesiapsiagaan MERS-CoV tetap dijalankan.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN.
Kesimpulan :
Virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome atau juga
dikenal sebagai virus korona, saat ini sedang marak dibahas sebab telah
menimbulkan

cukup

banyak korban jiwa

di Arab Saudi. Bahkan diduga,

beberapa korban yang merupakan jamaah umroh asal Indonesia pun telah
mengidap penyakit yang itu.
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency

Committee Concerning , MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Kewaspadaan dilakukan terhadap dua hal yaitu waspada terhadap kasus
MERS-CoV yang masuk ke Indonesia untuk dilakukan deteksi dini dan respon,
serta waspada terhadap keamanan (transmisi virus MERS-CoV) wilayah bandara,
pelabuhan dan lintas batas negara (antar pengunjung, dari dan ke petugas bandara
serta keluarganya petugas, terutama petugas kesehatan yang kontak dengan
kasus).
Dari hasil wawancara petugas kesehatan didapati bahwa kesiapsiagaan
MERS-CoV di Kuala namu (KNO) yang dinilai dari pengetahuan informasi
perkembangan penyakit, identifikasi, faktor resiko dan mendeteksi tanda dan
gejala dari penyakit tersebut sudah sesuai dengan pedoman kesiapsiagaan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dan sampai saat ini
kasus MERS-CoV di KNO belum terdata dikarenakan sulitnya menegakkan
secara pasti diagnosis dari MERS-CoV, tetapi kesiapsiagaan MERS-CoV tetap
dijalankan.
Saran :
Progam kewaspadaan terhadap MERS- Cov yang sudah berjalan di KKP
pada KNO harus dievaluasi dan diawasi dengan ketat sehingga program tidak
hanya sekedar baik disusun tetapi juga baik dalam implementasiannya. Para
petugas KKP diharapakan dapat memonitoring agen perjalanan dalam
memberikan pengarahan atau edukasi kepada jemaah haji atau perjalanan lainnya
tentang penyakit MERS-CoV. Para penumpang yang akan melakukan perjalanan
ke negara yang terjangkit agar dapat berkerjasama dengan petugas kesehatan
dalam melaporkan kejadian dan tanda tanda MERS-CoV.

Anda mungkin juga menyukai