Makalah KKP Mers Belawan Finish 1
Makalah KKP Mers Belawan Finish 1
PENDAHULUAN
Virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome atau juga
dikenal sebagai virus korona, saat ini sedang marak dibahas sebab telah
menimbulkan
cukup
beberapa korban yang merupakan jamaah umroh asal Indonesia pun telah
mengidap penyakit yang itu.
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning , MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Menurut CDC, Sekitar 3-4 dari setiap 10 pasien dilaporkan dengan
MERS telah meninggal. Hingga 1 Agustus 2013 jumlah kumulatif kasus
konfirmasi MERS CoV didunia sebanyak 94 kasus dan diantarannya 47
meninggal. Negara yang terjangkit antara lain Saudi Arabia, Yordania, Qatar, Uni
Emirat Arab, Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Tunisia. WHO menyebutkan
terjadi penularan terbatas dari manusia ke manusia, baik di dalam keluarga atau
masyarakat
maupun
di pelayanan
kesehatan. Terdapat
beberapa kasus
terkonfirmasi. Sampai saat ini belum jelas sumber asal virus penularnya dan
sedang diteliti lebih lanjut. Dalam jumlah besar warga Negara Indonesia berada di
Jazirah Arab terutama di Saudi Arabia, Jordania, Uni Emirat Arab, dan Qatar
sebagai tenaga kerja yang menetap
di seluruh dunia yang telah didiagnosis menderita penyakit ini. Seluruh kasus
tersebut diperkirakan berasal dari 6 negara yang terletak di 3 Semenanjung Arab.
Angka kematian penyakit ini saat ini mencapai 50%.
Manifestasi infeksi virus ini cukup lebar, mulai dari tidak bergejala
hingga memiliki keluhan gangguan pernapasan yang cukup berat seperti demam
tinggi, batuk dan sesak nafas, timbul gambaran pneumonia, kadang-kadang
terdapat gejala saluran pencernaan misalnya diare. Sembilan puluh tiga orang
telah dilaporkan meninggal. Hingga saat ini belum ditemukan suatu vaksin
untuk
pencegahan
penyakit
ini
maupun
mengobatinya.
BAB 2
terapi
yang
spesifik untuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
PENGERTIAN
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Tingkat mortalitasnya mencapai 30-50 %. Penyakit Mers disebabkan
oleh Virus dari golongan Coronavirus, ciri virus ini pada permukaan
tubuhnya diselimuti mirip mahkota. Virus sangat dekat jenisnya dengan virus
SARS
(Severe
Acute
EPIDEMIOLOGI
Ada 9 negara yang telah melaporkan kasus MERS-CoV ( Perancis, Italia,
Jordania, Qatar, Saudi Arabia, Tunisia, Jerman, Inggris, dan Uni Emirat Arab ).
Semua kasus berhubungan dengan negara di Timur Tengah , baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Menurut CDC, Sekitar 3-4 dari setiap 10 pasien dilaporkan dengan MERS
telah meninggal. Hingga 1 Agustus 2013 jumlah kumulatif kasus konfirmasi
MERS CoV didunia sebanyak 94 kasus dan diantarannya 47 meninggal
2.3.
KASUS ( KEMATIAN)
2 (1)
1 (0)
2 (2)
5 (3)
108 (47)
3 (1)
3 (2)
6 (2)
130 (58)
ETIOLOGI
MERS Co-V adalah merupakan salah satu jenis virus yang menyerang
2.4.
PATOGENESIS
Corona virus dapat dibawa oleh kelawar dan serangga diperantarai oleh
debu dan berpindah ke onta kemudian terkontaminasi dengan manusia. Dan sifat
dari corona virusnya zoonosis.
Cara penularan MERS-CoV :
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak
terdapat transmisi penularan antar manusia secara luas dan berkelanjutan.
Mekanisme penularan belum diketahui.
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau
bersin
Tidak langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
2.5.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang tampak pada penyakit MERS, antara lain :
Demam (38C) atau ada riwayat demam
Batuk
Sakit tengorokan
Sesak napas
Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
Merujuk pada definisi kasus WHO, klasifikasi kasus MERS-CoV adalah :
1. Kasus Dalam Penyelidikan
Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Negara Timur
Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit
perawatan intensif.
Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit sama) dalam periode
14 hari, tanpa ditemukan riwayat berpergian, kecuali ditemukan
2. Kasus probable
3. Kasus konfirmasi
2.6.
DIAGNOSA
Bahan pemeriksaan :
swab tenggorokan)
Spesimen saluran
napas
bagian
bawah
(sputum,
aspirat
2.7.
PENATALAKSANAAN
2.8.
PENCEGAHAN
Penyakit ini dapat dicegah dengan selalu menjalankan pola hidup
yang bersih dan sehat, diantaranya yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan higienis, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, selalu mencuci tangan
dengan sabun menggunakan air mengalir, memakai masker atau menutup
mulut dan hidung saat mengalami flu dan usahakan untuk tidak berada di
luar rumah untuk sementara untuk mencegah penularan terhadap orang lain.
Selain itu sering-seringlah berkunjung ke dokter untuk melakukan cek
kesehatan terutama jika mengalami gejala penyakit seperti batuk, demam, dan
kesulitan bernapas dalam jangka waktu empat belas hari khususnya jika dalam
waktu dekat akan berkunjung ke tempat wabah MERS berada. periksalah ke
disebarluaskan
ke
unit-unit
terkait
di
otoritas
bandara/pelabuhan/PLBD.10
b. Mengidentifikasi faktor risiko yang memberi peluang terjadinya transmisi
virus MERS-CoV di bandara dan tindakan perbaikan (respon), misalnya
petugas tidak menggunakan masker, prosedur pemeriksaan pasien dalam
investigasi, sirkulasi udara ruangan pemeriksaan rentan (risiko pada petugas)
dan sebagainya.
c. Mendeteksi adanya kasus di poliklinik (laporan harian KKP/ zero reporting).
d. Mendeteksi adanya kasus dengan gejala demam, batuk dan atau pneumonia
di antara petugas KKP atau otoritas bandara/ pelabuhan/ PLBD dan
operator/ agen alat angkut yang kontak dengan penumpang dari jazirah Arab
atau negera terjangkit mengenai ada tidaknya yang mengalami. (laporan
harian KKP/zero reporting).
2) Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan melalui pengawasan kedatangan terhadap orang, barang
dan alat angkut yang datang dari negara terjangkit.
a. Pengawasan terhadap orang :
alat angkut yang baru saja meninggalkan daerah terjangkit mengenai ada tidaknya
penumpang yang sakit, terutama yang menderita infeksi saluran pernapasan akut
(form JH Kloter terlampir).
2
Petugas aktif menanyakan pada operator/ agen alat angkut mengenai ada
3) Kesiapsiagaan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan tinjauan atas kesiapan
perangkat surveilans yang ada dalam menghadapi kemungkinan masuknya
infeksi MERS-CoV ke wilayah Indonesia. Dalam praktisnya ada 4 hal yang
harus disiapkan sebagai kesiapsiagaan yaitu : Peraturan,pedoman, SOP di
masing-masing KKP; Tim Gerak Cepat ; petugas yang terlatih; serta Sarana,
logistik dan biaya.
Scara umum kesiapsiagaan tersebut meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
1
otoritas pintu masuk negara (pelabuhan laut/ udara/ lintas batas darat. Tim terdiri
atas petugas KKP, Imigrasi, Bea Cukai dan unit lain yang relevan di wilayah
otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam
pencegahan importasi penyakit.
2
bandara/pelabuhan/PLBD.
antara lain obatobat suportif (life saving), alat kesehatan, APD, Health Alert
Card, dan lain lain, dan melengkapi logistik, jika masih ada kekurangan.
5
kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan rujukan kasus.
c. Pembiayaan
Pembiayaan
kesiapsiagaan
menghadapi
MERS-CoV
bersumber
dari
anggaran
pemerintah.
4) Respon
a. Jika ada laporan dari crew yang menyatakan bahwa ada jamaah haji yang sakit
dengan gejala Panas, Batuk dan sesak nafas di atas pesawat sebelum landing maka
Petugas KKP melakukan persiapan dil apangan utk mengevakuasi penumpang
yang sakit. Persiapan yang dilakukan adalah petugas yang akan boarding ke
Pesawat menggunakan APD standar (masker dan sarung tangan), menyiapkan
ambulans evakuasi penyakit menular, masker untuk dibawa ke atas pesawat dan
menyiapkan ruang isolasi sementara untuk melakukan tindakan pertolongan
pertama sebelum dilakukan rujukan.
b. Pesawat setelah mendarat parkir di remote area.
c. Petugas KKP yang sdh menggunakan APD standar dengan menggunakan
ambulans mendekati pesawat yg membawa penumpang sakit.
d. Setelah pintu pesawat dibuka petugas KKP meminta Gendec kepada Crew
dan petugas wajib menyampaikan SOP evakuasi penumpang sakit kepada
Crew pesawat.
e. Pramugari memberikan pengumuman kepada seluruh jamaah haji bahwa
akan dilakukan penanganan kesehatan oleh Petugas Kesehatan Bandara.
f. Petugas KKP bersama pramugari menuju penumpang yang sakit dan
memakaikan masker N95 kepada penumpang yang sakit
g. Orang yang kontak dengan penumpang sakit yaitu penumpang yang duduk 2
baris di depan, 2 baris belakang dan 2 baris kiri dan kanan dipasangkan
masker N95 dan berikan penjelasan kepada penumpang tersebut.
Penumpang yang duduk 2 baris di depan, belakang, samping kiri dan kanan
diturunkan dari pesawat setelah penumpang yang lain turun.
h. Penumpang yang sakit pneumonia berat di evakuasi ke Ruang Isolasi/ tenda
untuk dilakukan penanganan medis sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
i. Seluruh penumpang turun dari pesawat harus melewati alat deteksi panas
(thermal scanner).
j. Jamaah haji dengan demam, batuk tanpa pneumonia di perbolehkan pulang
dengan diberikan masker dan edukasi untuk kontrol ke puskesmas atau
rumah sakit di wilayahnya apabila gejala berlanjut.
k. Jamaah haji dengan pneumonia tanpa memerlukan perawatan rumah sakit
diperbolehkan
masker, pengobatan
yang
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara yang kami lakukan kepada petugas kesehatan KKP
Kuala namu (KNO) didapati bahwa 5 petugas kesehatan telah mengetahui tentang
MERS-CoV meliputi pedoman umum MERS-CoV, tatalaksana klinis, dan
pencegahan infeksi. Tingkat kewaspadaan terhadap MERS-CoV di KNO yang
dinilai dari pengetahuan informasi perkembangan penyakit, identifikasi, faktor
resiko dan mendeteksi tanda dan gejala dari penyakit tersebut sudah sesuai dengan
pedoman kesiapsiagaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Dimana usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk kesiapsiagaan
MERS-CovV adalah sebagai berikut :
1.
Entry).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
seperti
tentang
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN.
Kesimpulan :
Virus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome atau juga
dikenal sebagai virus korona, saat ini sedang marak dibahas sebab telah
menimbulkan
cukup
beberapa korban yang merupakan jamaah umroh asal Indonesia pun telah
mengidap penyakit yang itu.
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit pernapasan
yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan paru-paru). MERSCoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning , MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian
besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
International.
Kewaspadaan dilakukan terhadap dua hal yaitu waspada terhadap kasus
MERS-CoV yang masuk ke Indonesia untuk dilakukan deteksi dini dan respon,
serta waspada terhadap keamanan (transmisi virus MERS-CoV) wilayah bandara,
pelabuhan dan lintas batas negara (antar pengunjung, dari dan ke petugas bandara
serta keluarganya petugas, terutama petugas kesehatan yang kontak dengan
kasus).
Dari hasil wawancara petugas kesehatan didapati bahwa kesiapsiagaan
MERS-CoV di Kuala namu (KNO) yang dinilai dari pengetahuan informasi
perkembangan penyakit, identifikasi, faktor resiko dan mendeteksi tanda dan
gejala dari penyakit tersebut sudah sesuai dengan pedoman kesiapsiagaan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dan sampai saat ini
kasus MERS-CoV di KNO belum terdata dikarenakan sulitnya menegakkan
secara pasti diagnosis dari MERS-CoV, tetapi kesiapsiagaan MERS-CoV tetap
dijalankan.
Saran :
Progam kewaspadaan terhadap MERS- Cov yang sudah berjalan di KKP
pada KNO harus dievaluasi dan diawasi dengan ketat sehingga program tidak
hanya sekedar baik disusun tetapi juga baik dalam implementasiannya. Para
petugas KKP diharapakan dapat memonitoring agen perjalanan dalam
memberikan pengarahan atau edukasi kepada jemaah haji atau perjalanan lainnya
tentang penyakit MERS-CoV. Para penumpang yang akan melakukan perjalanan
ke negara yang terjangkit agar dapat berkerjasama dengan petugas kesehatan
dalam melaporkan kejadian dan tanda tanda MERS-CoV.