Anda di halaman 1dari 2

1.

Latar Belakang
Mengkonsumsi berbagai sayuran sangat berguna untuk kesehatan tubuh
manusia, baik yang dapat dimakan dalam kondisi segar atau mentah (lalapan) ataupun
dimasak. Sayuran segar (lalapan) memiliki kandungan gizi yang sangat baik karena
kaya akan protein, vitamin, mineral serta serat. Sayur-sayuran seperti timun, kemangi,
kacang panjang, kubis atau kol dan tomat sering digunakan sebagai lalapan di warung
atau makan di lesehan. Salah satu sayuran yang sangat bermanfaat adalah kubis,
karena dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar
buang air besar.
Permasalahan yang sering muncul adalah kebersihan dari sayuran segar
(lalapan) tersebut, contohnya terkadang pada kubis yang telah dibersihkan dan dicuci
masih ditemukan adanya agen kuman seperti nematoda usus. Penyebaran nematoda
usus pada sayuran dapat disebabkan karena kurangannya pengetahuan mengenai cara
pengelolaan dan langkah-langkah pencegahannya.
Di Indonesia, nematoda usus masih menjadi masalah serius bagi kesehatan
masyarakat, yaitu seperti Ascaris Lumbricoides, Hook Worm dan Cacing Cambuk.
Tanah, sayuran dan air merupakan salah satu cara transmisi dari telur-telur nematoda
usus tersebut. Jika ada ditemukan banyak telur nematoda usus pada sumber
kontaminasi (seperti sayuran, tanah dan air), otomatis akan mempengaruhi
peningkatan derajat endemik infeksi cacing. Selain itu, terdapat banyak penyebab
yang mempengaruhi meningkatnya penyebaran dari infeksi cacing mulai dari
kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun, adanya
kontaminasi atau agent menular pada permukaan tubuh, pada dalam pakaian.
Terdapat dua jalur masuk dari nematoda usus dalam menginfeksi tubuh
manusia, yaitu melalui mulut dan kulit. Telur masuk baik melalui tangan tidak bersih
maupun dari sayuran yang tidak dimasak. Sedangkan larva dari nematoda usus dapat
masuk melalui air yang terkontaminasi. Beberapa dari nematoda hidup sebagai parasit
didalam saluran pencernaan tubuh manusia.

2. Metode
Penelitian yang dilakukan Nugroho C., dkk (2010) merupakan penelitian
deskriptif

kualitatif

dengan

menggunakan

pendekatan

laboratorium.

Bahan

pemeriksaan yang digunakan adalah kubis, karena kubis banyak digunakan oleh para
pejual lalapan terutama di food court, warung, maupun di lesehan tengah Kota
Wonosari Yogyakarta Gunungkidul.
Dalam pembuatan sedimen dari telur nematoda usus yang digunakan sebagai
deterjen solution adalah larutan NaOH 0,2%. Dalam mengidentifikasi telur nematoda
usus tersebut metode yang digunakan yaitu pemeriksaan secara tidak langsung yaitu
dengan teknik sedimentasi atau teknik pengendapan sederhana. Teknik ini
membutuhkan

waktu

lama,

tetapi

mempunyai

keuntungan

karena

dapat

mengendapkan telur tanpa merusak bentuknya.


Penelitian dilakukan dengan cara menghitung jumlah sampel yang positif
mengandung telur nematoda usus dan yang negatif (tidak mengandung) telur
nematoda usus kemudian dihitung spesies telur dan bentuk infektif atau non infektif
(fertil dan infertil) dari spesies telur nematoda usus dan dihitung persentase telur
nematoda usus yang ditemukan berdasarkan spesies telur, bentuk infektif atau non
infektif (fertil dan infertil) nematoda usus dari sampel yang diperiksa.
3. Hasil
Ditemukan hasil positif adanya kontaminasi telur nematoda usus dari kubis
(Brassica oleracea) sebesar 38,89%, dimana terdiri atas beberapa spesies telur
nematoda usus seperti Ascaris Lumbricoides sebesar 50%, hook worm sebesar 12,5%,
dan cacing cambuk sebesarnya 37,5%.
4. Kesimpulan
Ditemukan adanya kontaminasi dari telur nematoda usus pada kubis (Brassica
oleracea) yang digunakan untuk menu sayuran segar (lalapan) di food court pejalan
kaki di tengah Kota Wonosari Yogyakarta Gunungkidul.

Anda mungkin juga menyukai