Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Pengamatan merupakan hal yang penting dan biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Seperti ilmu pengetahuan lain, fisika berdasar pada pengamatan
eksperimen dan pengukuran kuantitatif. Tujuan utama dari ilmu fisika adalah
memperoleh sejumlah hukum dasar yang mengatur fenomena alam dan
menggunakannya untuk memperoleh teori yang dapat memperkirakan hasil dari
eksperimen. Hukum dasar yang dipergunakan untuk membangun teori dijabarkan
dalam bahasa matematika, sebuah alat untuk menjembatani antara teori dan
eksperimen.
Pada sebuah eksperimen akan dilakukan pengamatan, pengukuran, pencatatan data
dalam bentuk yang teratur, diikuti dengan analisa data dan diakhiri dengan mengambil
kesimpulan. Tujuan utama dari kerja laboratorium adalah memberikan dasar dalam
ilmu eksperimen sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat melakukan penelitian
yang dapat dilakukan sendiri. Tujuan dasar dari kerja laboratorium fisika adalah
membekali siswa agar :
1. Memperoleh pemahaman tentang konsep dan teori dasar ilmu fisika.
2. Terbiasa dengan berbagai jenis peralatan dan belajar bagaimana melakukan
pengukuran yang dapat dipercaya (reliable).
3. Belajar bagaimana melakukan pengukuran yang benar berikut memahami
kesalahan pengukurannya.
4. Belajar bagaimana menganalisis data.
5. Belajar bagaimana membuat grafik dan menganalisa hubungan antara
besaran-besaran fisika.
6. Balajar bagaimana membuat laporan kerja lab yang lengkap, benar dan tepat
7. Belajar bagaimana mengatasi masalah yang timbul di dalam laboratorium
1

Analisa Kesalahan

Bila kita melakukan pembuktian hukum-hukum fisika atau mencari besaran fisis
diperlukan pengukuran. Pembacaan skala pada voltmeter, stopwatch atau batang
penggaris sebagai contoh, dapat diterapkan langsung pada serangkaian analisa
terhadap besaran atau hukum yang sedang dipelajari. Ketidakpastian (uncertainty)
dalam pembacaan, akan menghasilkan ketidakpastian pada hasil akhir. Sebuah
pengukuran yang tanpa disertai ketidakpastian akan mengakibatkan penerapan yang
terbatas. Untuk itu, penting sekali dalam perkuliahan dasar teknik laboratorium untuk
memasukan pembahasan tentang ketidakpastian dalam setiap pengukuran.
Ketidakpastian kadang disebut sebagai kesalahan/ralat (error) eksperimental.

Jenis-jenis Kesalahan Eksperimen


Dalam pengumpulan data, terdapat dua jenis kesalahan eksperimen yaitu kesalahan
sistimatik (systematic error) dan kesalahan acak (random error) yang akan memberi
andil dalam kesalahan pada pengukuran suatu besaran.
Kesalahan sistimatik ditimbulkan oleh sebab yang teridentifikasi dan pada prinsipnya
dapat dihilangkan. Kesalahan sistimatik ada empat jenis, yaitu :
a. Instrumental contoh: peralatan yang tidak terkalibrasi dengan benar, seperti
termometer yang menunjukan suhu 102C saat dicelupkan ke dalam air
mendidih atau mununjukan suhu 2C saat dicelupkan dalam air es pada
tekanan atmosfir.
b. Pengamatan contoh: paralaks dalam pembacaan skala
c. Lingkungan contoh: tenaga listrik yang turun sehingga menyebabkan
pengukuran arus menjadi terlalu rendah
d. Teori disebabkan oleh penyederhanaan dari suatu model atau pendekatan
pada persamaan, contoh: jika gaya gesek bekerja saat eksperimen namun
gaya tersebut tidak dimasukan dalam teori, yang mengakibatkan antara
eksperimen dan teori akan tidak sama.
Kesalahan acak merupakan perubahan negatif-positif yang mengakibatkan setengah
dari pengukuran akan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber kesalahan acak tidak
selalu dapat diidentifikasi. Sumber kesalahan acak yang mengkin adalah
a. Pengamatan contoh : kesalahan dalam penilaian seorang pengamat saat
pembacaan skala alat ukur pada bagian-bagian terkecil
b. Lingkungan contoh : perubahan yang tidak dapat diperkirakan pada
rangkaian tegangan, temperatur atau getaran mekanis dari sebuah peralatan
Kesalahan acak berbeda dengan kesalahan sistimatik dan kesalahan ini dapat
dikuantisasi dengan analisa statistik, sehingga efek kesalahan acak pada besaran dan
hukum fisika pada suatu eksperimen dapat ditentukan. Perbedaan antara kesalahan
acak dan kesalahan sistimatik dapat digambarkan dengan contoh berikut. Misalkan
pengukuran suatu besaran fisis dilakukan sebangak lima kali dalam kondisi yang
sama. Jika hanya terdapat kesalahan acak, maka nilai pengukuran kelimanya akan
tersebar disekitar nilai benar, sebagian akan terlalu tinggi atau terlalu rendah seperti
terihat dalam Gbr. 1a. Jika selain kesalahan acak juga terdapat kesalahan sistimatik
maka kelima nilai pengukuran akan tersebar bukan disekitar nilai benar namun pada
beberapa nilai yang bergeser seperti pada Gbr. 1b

a)

nilai benar

b)

nilai benar
Gbr 1. Data pengukuran (a) dengan kesalahan acak (b) dengan kesalahan acak dan sistimatik.
Setiap tanda menunjukan nilai pengukuran.

Analisa Statistik dari Kesalahan Acak


Jika besaran fisis, seperti pengukuran panjang dengan batang penggaris atau
pengukuran waktu dengan stopwatch dilakukan berulang kali maka sebaran
pembacaan disebabkan karena kesalahan acak. Untuk suatu kumpulan data, nilai
rata-rata atau  didefinisikan sebagai

    


(1)

Dengan xi adalah harga pengukuran ke-i dan n adalah banyaknya pengukuran.


Semua harga pengukuran akan tersebar disekitar nilai rata-rata seperti ditunjukkan
dalam Gbr. 2. (dalam beberapa kasus,  mendekati nilai benar jika n banyak sekali
dan tidak ada kesalahan sistimatik). Sebaran yang kecil dari nilai pengukuran disekitar
nilai rata-rata menunjukan tingkat presisi yang tinggi.



Gbr.2. Setiap tanda garis menunjukan hasil pengukuran. Nilai terukur tersebar disekitar nilai
rata-rata  .

Nilai terbaik dari suatu pengukuran telah ditentukan dengan menghitung rata-rata ( ).
Kita juga harus memperkirakan ketidakpastian atau kesalahan nilai tersebut. Standar
deviasi didefinisikan sebagai


 

   

(2)

Jika standar deviasi kecil, maka sebaran nilai terukur di sekitar nilai rata-rata akan
kecil sehingga presisi dalam pengukuran menjadi tinggi. Catat bahwa deviasi standar
selalu positif dan memiliki satuan yang sama dengan nilai terukur.
Kesalahan atau ketidakpastian nilai rata-rata ( ) adalah standar deviasi dari harga
rata-rata (sm) yang didefinisikan sebagai :

 



(3)

Dimana s adalah standar deviasi dan n adalah banyaknya pengukuran. Sehingga


dapat dituliskan

 

  



   

  

(4)

Hasil akhir pengukuran dituliskan sebagai


(5)

Persamaan (5) memiliki makna bahwa kemungkinan nilai terukur akan berkisar dalam
jangkauan,   hingga    .

Bila kesalahan sistimatik dalam suatu pengukuran dapat diperkirakan dan


ditambahkan ke dalam hasil akhir pengukuran, maka hasil akhir akan menjadi
       

(6)

Dengan u adalah nilai kesalahan sistematik. Bila dilakukan pengukuran tunggal,


dimana sm = 0, maka nilai      dengan harga u sebesar setengah nilai skala
terkecil dari alat ukur.

Perkiraan Kesalahan Acak


Kita dapat memperkirakan kesalahan (error estimate) pengukuran dengan cara
penilaian dan pengalaman. Sebagai contoh, bila sudah diketahui bahwa kesalahan
dalam sebuah alat ukur adalah sama dengan skala terkecil dari alat ukur tersebut,
namun jenis peralatan sangat bervariasi dalam reabilitas skala terkecil sehingga harus
memperhatikan sejumlah penilaian. Jika kita mengukur posisi suatu tanda adalah 92,4
cm dengan menggunakan penggaris dengan skala terjecil dalam millimeter, maka kita
dapat menuliskan hasil pengukuran menjadi 92,4 0,1 cm.

d1

d1
Gbr. 3 Kesalahan d2 lebih besar dari pada d1 karena titik pusat tanda tidak sama

Gbr. 3. menunjukkan suatu cara penilaian yang harus diperhatikan saat


memperkirakan kesalahan sebuah pengukuran. Jarak d1 adalah jarak pisah dari dua
garis vertikal sedangkan d2 adalah jarak antara titik pusat dua buah tanda. Walaupun
kita mengukur d1 dan d2 dengan mistar yang sama (memiliki skala terkecil alat ukur
yang sama), kesalahan d2 akan lebih besar dari pada d1.

Perambatan Kesalahan
Perambatan kesalahan merupakan metode sederhana untuk menentukan kesalahan
sebuah nilai, dimana nilai tersebut dihitung dengan menggunakan dua atau lebih nilai
terukur dan dengan menyertakan perkiraan kesalahan yang diketahui.

Penjumlahan dan Pengurangan dalam Pengukuran


Misalkan x, y, dan z adalah tiga nilai terukur dengan perkiraan kesalahan sebesar x,
y, dan z. Hasil dari tiga pengukuran dapat dituliskan dalam bentuk
     



(7)

dimana setiap perkiraan kesalahan bisa berupa skala terkecil dari alat ukur. Jika w
merupakan nilai yang akan dihitung dari pengukuran di atas, maka akan didefinisikan
menjadi
! 

(8)

"!  "  " "

(9)

Bila perkiraan kesalahan dari x, y, dan z diketahui, maka kesalahan w dapat peroleh
dengan menghitung turunan dari Pers (8)
Perhitungan dengan analisa statistik menunjukan bahwa w merupakan akar kuadrat
dari penjumlahan kuadrat dari perkiraan kesalahan :
!  #      

(10)

Perkalian dan Pembagian dalam Pengukuran

Luas dari persegi panjang dengan lebar w dan tinggi h adalah $  ! % &. Bila kita
mengukur lebar dan tinggi persegi panjang berikut harga perkiraan kesalahannya,
maka kita akan mengetahui nilai w w dan h h sehingga kita dapat menghitung A
A. Untuk menentukan A, pertama-tama kita dapat menggunakan kalkulus turunan
untuk memperoleh turunan luas dari dA
"$ 

'(

')

"! 

'(
'*

"&

 &"!  !"&

(11)

Seperti dalam penjumlahan dan pembagian, analisa statistik menunjukan pendekatan


yang lebih baik dari fraksi kesalahan dari luas A/A adalah
+(
(

+) 

+* 


, ) -  , * -

(12)

Penyimpangan
Persentase penyimpangan adalah salah satu metode untuk membandingkan nilai
eksperimen dengan nilai yang diterima atau nilai literatur. Definisi dari persentase
penyimpangan adalah
./01/2341/5./2678.42942  :

;<=><5=<?@A>?BA5 5;<=><5@CDE@A<F@;
;<=><5=<?@A>?BA

: G HIIJ

(13)
-2

Sebagai contoh, pengukuran besar konstanta gravitasi g adalah 9,20 0,20 ms dan
-2
nilai yang sudah diterima adalah 9,80 ms , maka persentase kesalahan adalah 6,1%.
Kenyataan bahwa nilai yang sudah diterima sangat mendekati nilai eksperimen
menunjukan bahwa sesuatu yang salah pada peralatan pengukuran, kemungkinan
kesalahan sistimatik tidak dihilangkan.

Angka Penting

Dalam memperkirakan hasil suatu pengukuran, kita dapat menuliskan perkiraan


terbaik dengan angka penting serta ketidakpastianya sehingga jumlah angka desimal
sesuai dengan perkiraan terbaik. Untuk penulisan perkiraan terbaik, mengikuti aturan
angka penting sedangkan penulisan ketidakpastian mengikuti aturan jumlah desimal.
Cara menentukkan angka penting adalah
1. Angka bukan nol yang terletak di posisi paling kiri adalah digit paling berarti
2. Jika tidak ada tanda koma desimal, angka bukan nol yang terletak di posisi
paling kanan adalah digit paling kurang berarti
3. Jika ada tanda koma desimal, angka yang terletak di posisi paling kanan
termasuk angka nol adalah digit paling kurang berarti
4. Jumlah angka berarti adalah jumlah seluruh digit yang terletak diantara dijit
paling berarti dan digit paling kurang berarti ditambah dua
Contoh : 1234123.400123,41000,10,10 0,0001010 100,0 semua nilai tersebut
mempunyai empat angka penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh langsung dari proses pengukuran
dan memasukan angka nol untuk tujuan letak titik desimal. Definisi ini dapat
digambarkan dengan sejumlah contoh:
Angka

Jumlah angka penting

2
2,0
2,00
0,136
2,483
3
2,483 10
310
2
3,10 10
2
3,1 10

1
2
3
3
4
4
2 atau 3
3
2

Pengukuran dan kesalahan eksperimental harus memiliki dijit penting terakhir pada
tempat yang sama (relativ terhadap titik desimal).
3
Sebagai contoh : 54,1 0,1121 4 8,764 0,002 (7,63 0,10) 10 .
Pembulatan Angka Penting
Pembulatan angka dapat dilakukan dengan menggunakan aturan
1. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal lebih besar dari
angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya
2. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal kurang dari
angka 5, angka peling kurang berarti tidak perlu dinaikan nilainya
3. Jika dijit paling kanan pada deretan angka setelah koma desimal sama dengan
angka 5, angka paling kurang berarti dinaikan nilainya, hanya jika dia bilangan
ganjil.
Contoh :

1,286 dibulatkan menjadi 1,29


1,284 dibulatkan menjadi 1,28
1,285 dibulatkan menjadi 1,28
1,275 dibulatkan menjadi 1,28
6

Angka Penting pada Perhitungan


Sesungguhnya, angka yang tepat dari penulisan angka penting harus diperoleh
melalui analisa kesalahan. Namun analisa kesalahan membutuhkan waktu dan
biasanya dalam kegiatan laboratorium hal ini ditunda terlebih dahulu. Dalam beberapa
kasus, harus diperoleh angka penting yang cukup sehingga pembulatan tidak
membahayakan. Sebagai contoh ;
0,91 1,23 = 1,1

SALAH

Dalam contoh diatas, angka 0,91 dan 1,23 diketahui menunjukan sekitar 1%, dimana
hasilnya 1,1 didefinisikan sekitar 10%. Dalam kasus ini, akurasi hasil berkurang
hampir sepersepuluh karena kesalahan pembulatan. Sekarang, faktor sepuluh dalam
akurasi menjadi penting dan tidak boleh dibuang dalam analisa yang ceroboh.
0,91 1,23 = 1,1193

SALAH

Dijit tambahan yang tidak penting merupakan beban, dan selanjutnya hal ini
mengakibatkan akibat yang salah dari hasil
0,91 1,23 = 1,12

BENAR

0,91 1,23 = 1,119

kurang baik, tapi bisa diterima

Dalam perkalian atau pembagian kadang dapat diterima untuk memakai jumlah yang
sama dari angka penting dari hasil sebagai faktor terakhir. Contoh
2,6 31,7 =82,42 = 82
5,3 748 = 0,007085 = 0,0071

Contoh Menghitung Volume Silinder


Menghitung volume silinder dilakukan dengan
cara mengukur tinggi silinder sebanyak satu kali
dengan menggunakan penggaris dengan skala
terkecil 1 mm dan mengukur diameter
menggunakan jangka sorong dengan skala
terkecil sebesar 0,05 mm sebanyak lima kali.
h

Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel


berikut
n

h(cm)

D(mm)

1
2
3
4
5

32,0
-

23,90
23,95
23,95
23,90
23,85

Perhitungan hasil pengukuran dan perambatan kesalahan berdasarkan teori


analisa kesalahan diperoleh
1. Pengukuran tinggi silinder dilakukan 1 kali, maka deviasi dari harga ratarata ketinggian smh = 0, sehingga hasil pengukuran ketinggian adalah
dengan
&  &K   *    LI   % I  IM  LI  IM5NN,
besar nilai u adalah dari skala terkecil penggaris (1 mm)

2. Pengukuran diameter silinder dilakukan 5 kali sehingga diperoleh nilai


rata-rata diameter silinder sebesar

LSI  LSM  LSM  LSI  LTM
H
P  R O 
O
 LSH5NN
Q
M


Sedangkan deviasi dari harga rata-rata diamater U adalah


U

H
P   IIW5NN
V
R O O
Q Q H




Maka harga pengukuran diameter silinder adalah

P   U    LSH   % IIW  IILM  LSH  IHW5NN


OO

3. Perhitungan volume silinder adalah


H
H
X  YO &  HW LSH LI  5HWZIT5NN[ 5
W
W
Dengan perhitungan perambatan kesalahan sebagai
berdasarkan

Dengan

maka

"X  ]

"X  \]

berikut

^X 
^X 
_ "O   ] _ "&
^&
^O

^X
^X
H
H
_ "O  ] _ "&  ] YO&_ "O  ] YO  _ "&
^O
^&
L
W
H
"X L
 "O  "&
O
&
X

Karena nilai perkiran kesalahan lebih kecil dari pada nilai pengukuran
X ` Xa 5O ` "a & ` &, maka perkiraan kesalahan5X adalah




L
H
L
H
\
\
X  X ] O_  ] &_  HWZIT ]
IHW_  ]
IM_
O
&
LSH
LI
 TTHS5NN[

Sehingga volume silinder adalah (14400 900) mm atau (144 9) 10


3
mm .
3

Analisa Grafik

Salah satu cara terbaik untuk memperoleh hubungan antara variabel terukur adalah
dengan cara memplot data menjadi grafik dan menganalisa grafik tersebut. Prosedur
di bawah ini harus diikuti saat memplot data
1. Gunakan pinsil atau pena yang tajam. Ujung pinsil atau pena yang melebar
akan mengakibatkan ketidakakuratan.
2. Gambarkan grafik pada satu halaman penuh dari laporan. Grafik yang
diciutkan akan mengurangi keakurasian analisa grafik.
3. Beri judul grafik
4. Variabel terikat harus diplot sepanjang sumbu vertikal (y) dan variabel bebas
sepanjang sumbu horizontal (x).
8

5. Berilah nama masing-masing sumbu beserta satuannya


6. Pilih skala untuk setiap sumbu dan mulai setiap sumbu pada titik nol, bila
mungkin
7. Gunakan error bar untuk menunjukkan kesalahan pengukuran
jangkauan
kesalahan

titik data

8. Gambarkan kurva melalui titik-titik data. Jika kesalahanya acak, maka 1/3
dari titik-titik tersebut akan tidak berada pada sekitar jangkauan kesalahan
dari kurva terbaik.
Sebagai contoh, perhatikan percobaan tentang kecepatan benda (variabel terikat)
sebagai fungsi dari waktu (sebagai vaiabel bebas) dengan data di bawah ini
Kecepatan (m/s)

Waktu (s)

0,45 0,06
0,81 0,06
0,91 0,06
1,01 0,06
1,36 0,06
1,56 0,06
1,65 0,06
1,85 0,06
2,17 0,06

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Gbr 3 menunjukkan grafik berdasarkan data di atas Grafik berdasarkan data tersebut
menunjukan kecepatan v merupakan fungsi linier dari waktu t. Persamaan umum
untuk garis lurus adalah
  N  b

(14)

Dimana m adalah kemiringan garis dan b adalah perpotongan terhadap sumbu


vertikal yang merupakan nilai y saat x = 0. Bila v = y, dan x = t, a = m, dan v0 = b
maka :
(15)
c  de  cf

Kecepatan vs Waktu

Gbr. 3. Grafik kecepatan terhadap waktu

Ini merupakan bentuk dari persamaan untuk garis tanpa putus yang melewati data,
dimana v0 adalah nilai kecepatan saat t = 0 dan a adalah kemiringan garis yang
merupakan percepatan benda. Berdasarkan grafik v0 = 0,32 m/s. Untuk menghitung
kemiringan, pilih dua titik pada garis yang cukup terpisah.

d  ghNijiQkdQ 

Persamaan garis adalah

lm
ln

q
r

[o fpf5 
ff fo555 

q
r

so5 
so555 

 ILI5Nt 

V = 0,20 t + 0,32 (m/s)

(16)

(17)
2

Seberapa tepat nilai kemiringan (0,20 m/s ) dan titik perpotongan dengan sumbu
vertikal (0,32 m/s) serta berapa ketidakpastian kemiringan dan perpotongan tersebut?
Pada grafik kecepatan vs waktu, garis tanpa putus menunjukkan garis lurus dimana
kemiringanya telah dihitung.
Dua garis putus-putus menunjukkan kemungkinan kemiringan garis terbesar dan
terkecil dari yang sesuai dengan data. Susuai dalam arti setiap garis memotong
sekitar 2/3 dari error bar. Kesalahan atau ketidakpastian dari kemiringan didefinisikan
sebagai
wxyz{5{w| wxyz{5|
(18)
gh dud&dQ5vd"d5ghNijiQkdQ 


Bila a adalah kesalahan dari a


wxyz{5{w| wxyz{5|
d 


,  -  IIL5Nt 

f[ fs 


Nilai eksperimen dan kesalahan untuk a adalah d  d  ILI5  IIL5Nt  5

(19)

Kesalahan pada perpotogan dengan sumbu vertikal diperoleh berdasarkan


perpotongan dengan sumbu vertikal dari kemiringan garis maksimum dan minimum :
gh dud&dQ5vhjv}e}QkdQ 

wx{~{*{5nz5wxyz{5{w| |


Bila v0 merupakan kesalahan v0


cf 

fpo f


Nt   IL5Nt

Nilai eksperimen dan kesalahan untuk v0 adalah cf  cf  ILI5  IIL5Nt 

(20)

(21)

Untuk contoh kedua, perhatikan percobaan dari jarak tempuh sebuah benda sebagai
fungsi dari waktu, dengan data
Jarak (m)

Waktu (s)

0,20 0,05
0,43 0,05
0,81 0,05
1,57 0,10
2,43 0,10
3,81 0,10
4,80 0,20
6,39 0,20

1
2
3
4
5
6
7
8

Gbr. 4. menunjukan grafik berdasarkan data di atas Pada kasus ini, membuat garis
lurus dengan cara melewati titik-titik data tidak benar karena d bukan merupakan
fungsi linier terhadap waktu t. Berdasarkan grafik menujukkan d sebanding terhadap
n
t , dimana n >1 sehingga dapat dikatakan d merupakan fungsi kuadrat terhadap waktu
dengan n = 2.
10

Jarak vs Waktu

Gbr. 4. Grafik jarak terhadap waktu

Anggap kita mengetahui hubungan teoritik antara d dan t sebagai



"  de 
(22)

Dimana a adalah percepatan benda. Jika data sesuai dengan hubungan persamaan
2
(22) maka grafik d vs t akan menghasilkan garis lurus.
Jarak terhadap kuadrat waktu digambarkan pada Gbr. 5. Berdasarkan grafik
2
menunjukan fungsi linier dari t sehingga data sesuai dengan hubungan teoritik di
atas. Persamaan garis lurus di atas adalah
"  Ne   "f

(23)

Jarak vs (Waktu)2

Gbr.5. Grafik jarak terhadap kuadrat waktu

11

Least Square (Kuadrat Terkecil)

Sejumlah N data (x , y ) akan dicari persamaan garis lurus untuk serangkaian data
i

tersebut. Prosesnya kadang disebut sebagai regresi linier. Jika sebaran pengukuran
berdasarkan sebaran Gauss, dapat diperlihatkan bahwa garis lurus yang dibuat akan
meminimalisasi jumlah jarak vertikal di kuadrat untuk setiap titik (xi, yi) terhadap garis
lurus y = mx + b seperti terlihat pada Gbr. 6.
  "   N  b

Maka dapat dicari nilai m dan b dengan cara meminimalisasi fungsi s sebagai

    LN    Lb    N     LbN    Qb 

(24)

Bila suku sebelah kanan dikuadratkan maka

(25)

Dengan adalah penjumlahan semua indeks i. Jika


'

'

 I5"dQ5

'

'

I

(26)

Untuk memperoleh m dan b bedasarkan nilai minimum s. Hasilnya merupakan dua


persamaan
'
 Lb     LN     Lb    I q.
'
'

 L    LN    LQb   I

(27)

Gbr. 6. Garis lurus akan meminimalisasi jumlah jarak vertikal kuadrat di.

Dimana bila kita cari m dan b akan diperoleh

N
b

         
.
     

           
     

dengan kesalahan

b  

N  

(28)
 

     


     

.
(29)

12

Sedangkan

 
, -  


                  
     

(30)

Kekuatan hubungan antara x dan y dapat dihitung dari koefisien kolerasi :

j     

+ +

j     

Atau dapat ditulis sebagai

     K

#      K
       

           

(31)

(32)

13

Anda mungkin juga menyukai