PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.
berfungsi untuk memelihara janin dalam rongga rahim selama kehamilan. Selaput
ketuban sendiri terdiri atas dua lapisan utama, yaitu lapisan amnion (inner layer) yang
memelihara cairan amnion dan lapisan korion (outer layer) yang menghadap ke arah
kavum uterus (uterine desidua), sehingga disebut juga chorioamnion membrane.4
Lapisan amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur dan kuat yang
terdapat pada bagian dalam selaput ketuban. Lapisan ini terdiri dari jaringan sel
kuboid yang berasal dari ektoderm, berupa mikrovili yang berfungsi untuk
mentransfer cairan, metabolisme, menghasilkan zat penghambat metalloproteinase-1,
dan juga menghasilkan zat-zat vasoaktif berupa endotelin-1 (vasokonstriktor) dan
PHRP (parathyroid hormone related protein) untuk mengatur peredaran darah dan
tonus pembuluh lokal. Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial yang
mengandung kolagen tipe I, III, dan IV.4,5
Secara mikroskopis, lapisan amnion mempunyai ketebalan normal, yaitu 2080 m, yang terdiri dari 5 lapisan di bawahnya, yaitu : (1) Lapisan epitelium
merupakan lapisan terdalam yang berhubungan langsung dengan cairan amnion.
Lapisan ini terdiri dari selapis sel-sel yang melekat pada (2) membran basalis. Di
dalam lapisan epitelium terdapat (3) lapisan kompakta dan (4) lapisan fibroblas yang
berisi jaringan padat serat-serat kolagen sehingga bertanggung jawab dalam 60-80%
ketebalan dan keelastisan lapisan amnion. Kemudian (5) lapisan spongiosa yang
terletak paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion, yang mengandung
banyak proteoglikan.4,5
Di dalam rongga amnion yang terbentuk dari lapisan amnion terdapat cairan
amnion yang berasal dari sekresi aktif epitel amnion, transudasi sirkulasi janin, air
seni janin, dan transudasi sirkulasi maternal. Cairan amnion umumnya berwarna
jernih agak pucat dan sedikit basa (pH 7,2), dengan komposisi air (98-99%),
karbohidrat (glukosa dan fruktosa), protein (albumin dan globulin), lemak, hormon
(estrogen dan progesteron), enzim (alkali fosfatase), mineral (natrium, kalium, dan
klorida), material lain (vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas, dan
mekonium). Cairan ini mempunyai berbagai fungsi selama masa kehamilan maupun
saat persalinan.4
Lapisan korion merupakan lapisan terluar dari selaput ketuban dan terdiri dari
jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Sel mesenkim berfungsi untuk
menghasilkan kolagen sehingga selaput ketuban menjadi lentur dan kuat. Selain itu,
sel mesenkim juga menghasilkan sitokin IL-6, IL-8, MCP-1 (monocyte
chemoattractant protein-1) yang bermanfaat untuk melawan bakteri. Lapisan korion,
mempunyai ketebalan 100-500 m, yang secara histologis terdiri atas tiga lapisan di
bawahnya, yaitu (1) yang melekat pada lapisan trofoblas (yang berhubungan dengan
desidua maternal), (2) membran basalis yang mendukung (3) lapisan retikular, yang
merupakan komponen mayoritas untuk ketebalan lapisan korion.4,5
kemampuan
untuk
mensintesis
vasokonstriktor
endotelin-1
serta
janin
dapat
bebas
bergerak
sehingga
membantu
perkembangan
neuromuskular.
2.3.
dalam menekan produksi matriks ekstraseluler dengan meningkatkan produksi MMP9 dan MMP-3 pada selaput ketuban.9
yaitu:5,7
1. PPROM (Preterm Premature Rupture of The Membrane) ketuban pecah dini
yang terjadi pada usia kehamilan < 37 minggu.
2. TPROM (Term Premature Rupture of The Membrane) ketuban pecah dini
yang terjadi pada usia kehamilan > 37 minggu.
2.6.
bebas berupa Reactive Oxygen Species (ROS) yang mengurangi tembaga dan asam
askorbat sehingga menyebabkan malformasi kolagen dan perubahan biokimia pada
selaput ketuban.5,9
`Setelah sintesis kolagen, terjadi juga apoptosis sel (degradasi) kolagen yang
dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang kerjanya akan dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik (Tissue Inhibitor of Metalloproteinase) dan inhibitor
protease. Saat mendekati waktu persalinan, komposisi selaput ketuban ini terjadi
ketidakseimbangan antara MMP dan TIMP, yang mengarah pada degradasi proteolitik
dari matriks metaloproteinase dan membran janin. Sehingga selaput ketuban menjadi
rapuh pada daerah tertentu dan pecah.5,9
a.
mengeluarkan cairan, berwarna putih jernih, keruh, kuning kehijauan atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara tiba-tiba dari jalan lahir. Keluhan
tersebut dapat disertai demam jika sudah ada infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa
persalinan, tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus.5,10,11,12
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan tidak adanya
nyeri tekan. Tinggi fundus uteri harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang
diharapkan menurut HPHT. Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan
presentasi.
b.
ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kutur dan
pemeriksaan bakteriologis. 5,10,11,12
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah:
1. Pooling
2. Nitrazine test
3. Ferning
c.
Pemeriksaan dalam
10
Pemeriksaan penunjang
7,0 - 7,5. Sehingga dengan pecahnya selaput ketuban Ph vagina menjadi 6,0 8,1.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah
menjadi biru. 5,10,11,12
kaca dan dibiarkan mengering dengan udara selama 10 menit. Pada pemeriksaan
melalui mikroskop didapatkan typical arborization atau pola fern (seperti pakis)
bila terdapat cairan amnion. False positive disebabkan oleh sidik jari, bedak, dan
cairan sperma / semen. 5,10,11,12
kehamilan, letak janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban. 5,10,11,12
Kardiotokografi
Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin secara dini atau memantau
Amniosintesis
Digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilsterol
11
2.8.
a.
eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative beri deksametason, observasi tanda
tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia
kehamilan 32 37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda
tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 37
minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason intramuscular 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.5
b.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesaria,
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
12
Gambar 2.3. Algoritma manajaemen dan evaluasi preterm premature rupture of the
membranes.1
13
2.9.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan, yaitu:5
1.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul dengan persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.5
2.
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
akan semakin gawat.5
3.
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasia pulmonar.5
4.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
kehamilan, penanganan yang diberikan, dan penyulit yang ada. Pada umumnya,
prognosis ketuban pecah dini adalah ragu-ragu menuju baik, namun jika disertai
14
penyulit seperti kematian janin dan sepsis, prognosis akan menjadi ragu-ragu menuju
buruk.7
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
: Ny. M
Umur
: 30 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status
: Menikah
15
Tanggal masuk
: 24 Juni 2015
Pukul
: 23.10 WIB
GPA
: G3P2A0
Tinggi badan
: 162 cm
Berat badan
: 60 kg
ANAMNESIS UMUM
Ny. M, 30 tahun, G3P2A0, Batak, Islam, SMA, IRT, i/d. Tn. B, 31 tahun, Batak, Islam,
STM, Wiraswasta, datang ke IGD RSUPM pada tanggal 24 Juni 2015 pkl. 23.10 WIB
dengan :
KU
T
:
:
RIWAYAT HAID
HPHT : ? 10 - 2014
TTP : ? 07 - 2015
ANC : Bidan 2x, Sp.OG 2x
RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, aterm, 3000 gram, SC, Sp.OG, RS, 8 tahun, sehat.
2. Perempuan, aterm, 3400 gram, PSP, bidan, klinik, 5 tahun, sehat
3. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENS
16
Sens
: CM
Anemis
: (-)
TD
: 120/80 mmHg
Ikterik
: (-)
Nadi
: 72 x/i, reguler
Sianosis
: (-)
RR
: 20 x/i, reguler
Dispnea
: (-)
: 36,8o C
Oedema
: (-)
B. STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen : Membesar asimetris
TFU
Teregang
: Kiri
Terbawah : Bokong
Gerak
: (+) aktif
HIS
: (-)
DJJ
EFW
: 2400-2800 gram
C. STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo : Portio erosi (+), lividae (+), F/A (+), darah (-).
Tampak cairan menggenang di introitus vagina, dibersihkan.
Kesan: Tidak mengalir aktif
Nitrazin test (+), valsava test (-)
VT
: Cervix tertutup
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS:
o Janin tunggal, presentasi bokong, anak hidup
o FM (+), FHR(+)
o BPD
: 85,1 mm
o FL
: 67,8 mm
o AC
: 30,6 mm
17
: 3 cm
DIAGNOSIS
PPROM + Prev. SC 1x + MG + KDR (34-35) minggu + PB + AH
TERAPI
-
Bed Rest
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
RENCANA
-
Rawat ekspektatif
Awasi vital sign, kontraksi uterus, DJJ dan tanda- tanda korioamnionitis
18
FOLLOW UP
Tanggal 25-06-2015
S
: Keluar air- air dari kemaluan (-)
O
: SP: Sensorium
: Compos Mentis
TD
: 120/70mmHg
HR
: 78 x/i, reguler
RR
: 22 x/i, reguler
T
: 36,3C
Status obstetrikus
Anemis
Ikterik
Sianosis
Dispnea
Edema
Abdomen
: Membesar asimetris
TFU
: 4 jari bpx
Teregang
: Kiri
Terbawah
: Bokong
Gerak
: (+) aktif
HIS
: (-)
DJJ
EFW
: 2400-2800 gram
: -
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Bed Rest
IVFD RL 20 gtt/i
Status obstetrikus
: Compos Mentis
: 110/70mmHg
: 72 x/i, reguler
: 22 x/i, reguler
: 36,5C
Anemis
Ikterik
Sianosis
Dispnea
Edema
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Abdomen
: Membesar asimetris
TFU
: 4 jari bpx
Teregang
: Kiri
Terbawah
: Bokong
Gerak
: (+) aktif
HIS
: (-)
DJJ
EFW
: 2400-2800 gram
Bed Rest
IVFD RL 20 gtt/i
20
SC CITO
PERSIAPAN
-
SIO
Konsul anak
Konsul anestesi
LABORATORIUM
WBC /RBC /HGB /HCT /PLT = 14.100/ 4,41 x 106/ 12,50/ 39,50/ 253.000
PT/ INR /aPTT = 12,6 (c: 13)/ 1,0/ 29,7 (c: 27,2)
Ibu dibaringkan di atas meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
Dilakukan insisi uterus secara pfanensteil pada bekas luka operasi lama,mulai
dari kutis, subkutis, fascia dan kemudian otot dan peritoneum dikuakkan
secara tumpul.
Dengan meluksir bokong, lahir bayi laki-laki, BB 2800 gram, PBL 46 cm,
apgar score 8/9, anus (+).
Tali pusat diklem didua tempat dan digunting diantaranya. Placenta dilahirkan
secara peregangan tali pusat terkendali, kesan: lengkap.
Kavum uterus dibersihkan dengan kasa terbuka dari sisa darah dan selaput
placenta, kesan: bersih.
22
Kavum abdomen dibersihkan dari sisa air ketuban dan darah, kesan: bersih.
Kemudian dijahit lapis demi lapis. Luka operasi ditutup dengan supratule,
kasa steril dan hypafix. Dilakukan vagina hygiene.
TERAPI POST SC
-
FOLLOW UP KALA IV
Jam (WIB)
13.45
14.15
14.45
15.15
15.45
Tek darah
120/70 mmHg
120/70 mmHg
120/80mmHg
120/80mmHg
120/80mmHg
HR(x/i)
92
96
88
88
92
RR(x/i)
20
20
22
20
22
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
10 cc
5 cc
Kontraksi
Perdarahan (cc)
RENCANA
-
Tanggal 27-06-2015
S
: O
: SP: Sensorium
TD
HR
RR
T
Status obstetrikus
: Compos Mentis
: 110/60mmHg
: 84 x/i, reguler
: 24 x/i, reguler
: 36,3C
Anemis
Ikterik
Sianosis
Dispnea
Edema
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Abdomen
TFU
L/O
P/V
BAK
BAB
LABORATORIUM
WBC/RBC/HGB/HCT/PLT = 15.100/ 3,79 x 106/ 10,50/ 31,80/ 332.000
A
:-
Bed Rest
IVFD RL + oksitosin 5-5 =>20 gtt/i
24
Rencana:
-
Aff kateter
Mobilisasi ringan
Tanggal 28-06-2015
S
: O
: SP: Sensorium
TD
HR
RR
T
Status obstetrikus
: Compos Mentis
: 120/70mmHg
: 80 x/i, reguler
: 22 x/i, reguler
: 36,5C
Anemis
Ikterik
Sianosis
Dispnea
Edema
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Abdomen
TFU
L/O
P/V
BAK
: (+) Normal
BAB
25
:-
Bed Rest
Cefadroxil tab 2 x 500 mg
B.comp tab 2 x 1
Rencana:
-
Tanggal 29-06-2015
S
: O
: SP: Sensorium
TD
HR
RR
T
Status obstetrikus
: Compos Mentis
: 110/70mmHg
: 80 x/i, reguler
: 20 x/i, reguler
: 36,6C
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Abdomen
TFU
L/O
P/V
BAK
: (+) Normal
BAB
:-
Anemis
Ikterik
Sianosis
Dispnea
Edema
26
B.comp tab 2 x 1
Rencana:
-
RESUME
Ny. M, 31 tahun, G3P2A0, Batak, Islam, SMA, IRT, i/d. Tn. F, 14 th, Batak,
Islam, SMA, Wiraswasta, datang ke IGD RSUPM pada tanggal 24 juni 2015 pkl.
19.43 wib dengan keluhan :keluar air- air dari kemaluan.Hal ini dialami os sejak
tanggal 20 juni 2015.Riwayat mules- mules mau melahirkan (-).Riwayat keluar lendir
darah dari kemaluan (-).Riwayat keputihan (-).BAK : (+) normal, BAB : (+) normal.
RPT/RPO : -/-. Riwayat haid : HPHT ? 10 2014, TTP ? 07 2015, ANC bidan
2x,Sp.OG 1x. Riwayat persalinan :1. Perempuan, aterm, 3000 gram, SC, Sp.OG, RS,
8 tahun, sehat 2.Perempuan, aterm, 3400 gram, PSP, Bidan, Klinik, 5 tahun, sehat
3.Hamil ini.Status present dalam batas normal. Status obstetrikus : abdomen
membesar simetris, TFU 4 jari bpx, teregang kiri, terbawah bokong, gerak (+) aktif,
His (-), DJJ 140 x/menit, EFW 2400-2800 gram, inspekulo portio erosi (+), lividae
(+), F/A (+), darah (-). Tampak cairan menggenang di introitus vagina, dibersihkan,
27
kesan: tidak mengalir aktif. Nitrazin test (+), valsava test (-).Pemeriksaan penunjang
USG TAS : Janin tunggal, intrauterin, presentasi bokong, FM (+), FHR(+), BPD : 85
mm, FL : 67,8 mm, AC: 300,6 mm, placenta corpus anterior grade II, AFI : 3 cm,
EFW : 2409 gram, Kesan : IUP (32-34)minggu + PK + AH. Laboratorium :dalama
batas normal. Diagnosa PPROM + Prev. SC 1x + MG + KDR (34-35)minggu + PB +
AH. Terapi IVFD RL 20 gtt/i, Inj. Ampicillin 1 gr/ 8 jam, Inj. Dexametason 6 mg/ 12
jam selama 48 jam. Rencana rawat ekspektatif, awasi vital sign, DJJ, kontraksi uterus
dan tanda- tanda korioamnionitis, USG konfirmasi untuk melihat jumlah air ketuban.
Rencana SC CITO (tanggal 26 juni 2015). Keadaan ibu post sc stabil. Diagnosa post
sc adalah post sc a/i prev SC 1x + KPD +NH1. Terapi post sc IVFD RL + Oxytocin
5-5 IU => 20 gtt/i, Inj. Ampicillin 1gr/ 12 jam, Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam, Inj.
Ranitidine 50 mg/ 12 jam. Rencana awasi vital sign, kontraksi uterus, tanda- tanda
perdarahan dan cek darah rutin 2 jam post sc. Follow up kala IV dalam batas normal.
Hasil laboratorium 2 jam post sc dalam batas normal. Follow up post sc dalam batas
normal. Pasien PBJ tanggal 29 juni 2015.
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dilaporkan kasus seorang perempuan Ny. M, 30 tahun, G3P2A0 datang ke
RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 24 Juni 2015 pukul 23.10 WIB, dengan
keluhan utama keluar air air dari kemaluan. Hal ini dialami pasien sejak 4 hari
yang lalu, volume 4-6 kali ganti pakaian dalam, berwarna putih jernih, dan tidak
berbau. Riwayat keluar lendir darah (-). Riwayat mulas mulas mau melahirkan (-).
Riwayat trauma (-). Riwayat campur (-). Riwayat keputihan (+) sejak awal
kehamilan. BAB (+) normal. BAK (+) normal. Riwayat penyakit terdahulu tidak
dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak dijumpai.
Pada pemeriksaan obstetrikus didapatkan abdomen : membesar asimetris,
TFU (Tinggi Fundus Uteri) : 4 jari di bawah prosessus xyphoideus, tegang : kiri,
terbawah : bokong, DJJ : 140x/menit, gerak janin (+), kontraksi uterus tidak ada,
perdarahan pervaginam (-), inspekulo : portio erosi, FA (+), lividae (+), darah (-).
Tampak cairan menggenang di introitus vagina, dibersihkan, kesan : tidak mengalir
aktif. Valsalva test (-), Nitrazin test (+).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan obstetrikus, dan pemeriksaan penunjang
lainnya, pasien didiagnosis dengan PPROM + Prev SC 1x + MG + KDR (34-35)
minggu + PB + AH.
29
Teori
pecah
Ketuban
Kasus
atau Pada kasus ini, pasien berusia 30
dini
(PROM)
adalah
atas
20
minggu
sebelum
kasus
ini,
penyebabnya
multigravida,
gemelli,
hormonal,
dalam
KDR
(34-35)
(Preterm
minggu
Premature
dini yang terjadi pada usia kehamilan < Rupture of The Membrane).
37 minggu.
30
pemeriksaan
fisik
didapatkan uterus lunak dan tidak adanya pemeriksaan abdomen dengan hasil
nyeri tekan. Tinggi fundus uteri harus abdomen membesar asimetris, TFU
diukur dan dibandingkan dengan tinggi 4
jari
di
bawah
processus
spekulum
DJJ 140x/menit.
pertama
kali Pada
kasus
ini,
:
pemeriksaan
inspekulo
Tampak
cairan
adalah:
1. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada
forniks posterior
31
akan
memberikan
kasus
ini,
pasien
tidak
ada
indikasi
untuk
meningkat
>
15.000/mm3 13.600/mm3
32
forniks
posterior
vagina
kasus
ini,
pasien
tidak
pemeriksaan
melalui
digunakan
untuk
yang
berguna
untuk
ultrasonografi
: -JT, PB, AH
-FL 67,8 mm
-AFI 3 cm
-EBW 2409gr
-Plasenta corpus anterior
Kesan : IUP (34-35)minggu + PB +
AH
Penatalaksanaan kasus ketuban pecah dini Pada
terbagi dua, yaitu:
kasus
ini,
direncanakan
pasien
perawatan
dengan
pemberian
33
profilaksis
Inj.
1gr/8jam,
2. Aktif : untuk usia kehamilan > 37 minggu paru janin Inj. Dexamethasone
lakukan
terminasi
kehamilan
melihat pelvic score, lakukan induksi bila usia kehamilan ibu 34-35 minggu.
perlu. Jika dilakukan induksi namun tidak
berhasil, pasien segera di sectio cesarea.
Komplikasi yang timbul akibat ketuban Pada kasus ini, ditakutkan akan
pecah dini bergantung pada usia kehamilan, terjadi komplikasi berupa infeksi
yaitu persalinan prematur, hipoksia dan ibu-janin dan persalinan prematur
asfiksia janin, sindroma deformitas janin,
dan infeksi ibu-janin
Prognosis pada ketuban
pecah
bonam
karena
tidak
ada
yang
ada.
Pada
umumnya,
prognosis ketuban pecah dini adalah raguragu menuju baik, namun jika disertai
penyulit seperti kematian janin dan sepsis,
prognosis akan menjadi ragu-ragu menuju
buruk.
DAFTAR PUSTAKA
34
5.
Soewarto. S. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Bab
52. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2011 : 678-82
6.
Cunningham F.G, Mac Donald P.C, Gant N.F, et al. Plasenta dan Membran Janin.
In : Williams Obstetric 21th ed. Vol. 1. Mc Graw-Hill, 2006 : 91-113.
7.
8.
9.
10. Simhan HN, Canavan TP. Preterm premature rupture of membranes: diagnosis,
evaluation and management strategies. BJOG: International Journal of Obstetric
and Gynaecology 2005;112(1): 32-37
11. Medina TM, Hill DA. Preterm premature rupture of membranes: diagnosis and
management. American Family Physicians 2006; 73(4): 659-664
35
36