Hak Dan Kewajiban WP
Hak Dan Kewajiban WP
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian
sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga
keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain. Bagi
penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia diwajibkan melakukan
pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari
hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu merupakan
sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu
seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada
kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan
kepentingan umum.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya didalam
pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai semua
pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah
Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara
Self Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding system).
Withholding System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan pemerintah untuk
memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk melakukan pungutan dan
pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
1
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus
ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak dapat
rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang
telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak
adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena
menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga
dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek setiap jenis
pajak.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dalam
TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai beikut :
1. Mengetahui Hak dan Kewajiban Wajib Pajak.
2. Mengetahui Hak dan Kewajiban Fiskus.
3. Mengetahui tentang Penghindaran Pajak.
4. Mengetahui tentang Rahasia Jabatan.
5. Mengetahui tentang Kuasa/Wakil Wajib Pajak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
keseimbangan hak negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang
Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
mengakomodir mengenai hak dan kewajiban WajibPajak. Dalam melaksanakan kewajiban pajak
akan terasa mudah jika Wajib Pajak (WP) memahami hak dan kewajiban Wajib Pajak. Hak-hak
Wajib Pajak yang diatur dalam undang-undang perpajakan adalah sebagai berikut.
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus.
Hak ini merupakan konsekuensi logis dari system self-assessment yang mewajibkan
Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
pajaknya sendiri. Untuk dapat melaksanakan system tersebut, hak Wajib Pajak untuk
mendapatkan pembinaaan dan pengarahan sesuai dengan ketentuan yang ada. Apabila
hak ini bias dimanfaatkan dengan baik oleh Wajib Pajak, berarti sosialisasi dan
penerapan atas ketentuan yang berlaku dapat berjalan dengan baik.
2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan.
Apabila Wajib Pajak dalm menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) terdapat
kekeliruan dalam pengisiannya, misalnya, karena ada data yang belum dilaporkan
atau terdapat kesalahan dalam menghitung, Wajib Pajak masih diberikan kesempatan
untuk membetulkannya dengan syarat fiskus belum melakukan tindak pemeriksaan.
Ketentuan Pasal 8 Ayat (1) UU KUP menegaskan bahwa pembetulan SPT tersebut
diberikan dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak.
3. Hak memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan.
Pasal 3 ayat (3) dan (4) UU KUP menegaskan bahwa batas waktu penyampaian SPT
masa paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak dan untuk SPT tahunan paling
lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Batas waktu tersebut dapat diperpanjang
paling lama 6 bulan dengan mengjaukan permohonan secara tertulis.
4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak.
Apabila Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajaknya mengalami kelebihan,
maka atas kelebihan tersebut dapat diminta kembali dengan suatu permohonan
tertulis, sesuai keetentuan pasal 11 UU KUP. Setelah fiskus melakukan pemeriksaan,
maka pengembaliannya dilakukan paling lama satu bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehiubungan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
5. Hak mengajukan kebereratan.
Apabila wajib pajak merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang diterbitkan atau
pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan pihak ketiga, Wajib Pajak dapat
mengajukan upaya hukum keberatan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat,
tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa
jangka waktu tidak dapat dipenuhi karena keadaaan diluar kuasanya. Upaya keberatan
diajukan ke kepala KPP/KPPBB sesuai ketentuan Pasal 25 UU KUP.
6. Hak mengajukan banding.
Apabila Wajib Pajak sudah mendapat keputusan atas upaya keberatan yang diajukan
ke kantir pajak dan merasa keputusan tersebut tidak memuaskannya, maka Wajib
Pajak dapat mengajukan upaya hukum banding ke pengadilan pajak sesuia dengan
ketentuan Pasal 27 UU KUP. Permohonan banding diajukan dalam jangka waktu 3
bulan sejak keputusan diterima yang dilampiri dengan salinan dari surat keputusan
yang dimaksud.
7. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia wajib pajak.
Dalam penjelasan Pasal 34 UU KUP ditegaskan bahwa setiap pejabat, petugas pajak
maupun mereka yang melakukan tugas dibidang perpajakan untuk tidak
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut masalah perpajakan,
antara lain :
a. SPT, laporan keuangan, dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.
b. Data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan
c. Dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia
d. Dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkenaan.
4
Apabila pejabat tersebut membocorkan rahasia Wajib Pajak kepada pihak lain, maka
Wajib Pajak dapat mengadukan pejabat tersebut karena telah melakukan tindak
pidana perpajakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 UU KUP.
8. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
Dalam hal-hal tertentu, ada kalanya Wajib Pajak tidak dapat melunasi utang pajaknya
secara sekalius. Misalnya, Wajib Pajak mengalami kesullitan likuiditas atau
mengalami keadaan diluar kekuasaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Hak yang
diberikan berdasarkannketentuan pasal 9 ayat (4) ini dimaksudkan untuk membantu
Wajib Pajak tetap dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tetap dapat
menjalankan usahanya sesuai dengan kondisi nyata Wajib Pajak yang bersangkutan.
9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak.
Pasal 25 ayat (6) UU KUP memberikan hak kepada Wajib Pajak agar Direktorat
Jendral Pajak memberiakn keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan pajak, pemotongan atau pemungutan pajak. Hal
ini terkait dengan proses pengajuan hukumkeberatan yang akan disampaikan Wajib
Pajak.
10. Hak memberikan alasan tambahan.
Pasal 26 ayat (2) UU KUP menegaskan bahwa sebelum surat keputsan atas keberatan
diterbitkan, maka Wajib Pajak dapat menyampaikan alas an tambahan atau penjelasan
tertulis. Alasan tambahan atau penjelasan tertulis ini merupakan suatu hal yang sangat
baik dalam rangka memperoleh gambaran yang lebih objektif terlebih disebabkan
adanya pemeriksaan yang dilaksanakan secara terburu-buru yang umumnya atas dasar
batas waktu pemeriksaan yang harus segera selesai.
11. Hak mengajukan gugatan.
Pasal 23 ayat (2) UU KUP menegaskan adanya hak Wajib Pajak untuk mengajukan
gugatan atas:
a. Pelaksanaan surat paksa, Surat Perintah melaksanakan penyitaan, atau
pengumuman lelang.
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain
yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26.
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan
dengan Surat Tagihan Pajak.
menghitung
penghasilan
neto
dengan
menggunakan
norma
penghitungan penghitungan penghasilan neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak.
Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa, sesuai dengan ketentuan pasal 29 ayat (3) UU
KUP, tentunya wajib menaati ketentuan pemeriksaan pajak. Misalnya, Wajib Pajak
memperlihatkan dan/atau meminjam buku atau catatan dan dokumen lain yang
8
2.2
berikut.
1. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan.
Hak untuk menerbitkan NPWP dan NPPKP dilakukan secara jabatan oleh karena
Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya untuk
mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya ke kantor pajak, sesuai dengan
9
Pasal 2 ayat (4) UU KUP. Hal ini dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh
atau dimiliki kantor pajak ternyata Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak telah
memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP dan/atau dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak.
Berbagai surat ketetapan pajak yang merupakan hak fiskus untuk menerbitkannya
adalah STP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN. Pengertian menerbitkan surat pjak
sekaligus juga dalam arti membetulkannya secara jabatan, sesuai dengan pasal 16
ayat (1) UU KUP.
3. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak sebagaimana ditentukan dalam
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar setelah jatuh tempo pembayaran, maka fiskus
mempunyai hak untuk menerbitkan Surat Paksa agar Wajib Pajak dalam jangka waktu
yang ditentukan, yaitu 2 kali 24 jam harus melunasi utang pajaknya. Apabila dalam
jangka waktu tersebut Wajib Pajak tetap tidak melunasinya, maka fiskus dapat
menindaklanjutinya dengan menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,
agar terhadap harta kekayaan Wajib Pajak dilakukan penyitaan guna sebagai jaminan
untuk melunasi utang pajaknya.
4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan.
Hak fiskus untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan perundang-undangan perpajakan diatur dalam pasal 29 UU KUP.
Sementara itu, terhadap penyegelan dilakukan fiskus terhadap tempat atau ruangan
tertentu apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya, yaitu tidak memberikan
kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu guna kelancaran pemeriksaan. Penyegelan dimaksudkan untuk
mengamankan atau mencegah hilangnya pembukuan, catatan-catatan, dan dokumendokumen lain yang diperlukan.
5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi.
Dalam praktik penerbitan Surat Ketetapan Pajak ,tentu dapat terjadi adanya
ketidaktelitian petugas pajak yang dapat membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah
atau tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal yang demikian, maka sanksi
administrasiberupa bunga, denda, dan kenaikan yang terdapat dalam ketetapan pajak
tersebut dapat dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Bahkan,
10
karena jabatannya pula dan berlandaskan unsur keadilan, Direktur Jenderal Pajak
dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.
6. Hak melakukan penyidikan.
Penyidikan terhadap Wajib Pajak dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) tertentu dilingkungan Direktoriat Jenderal Pajak yang diberi wewenang
khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
diatur dalam Pasal 44 UU KUP.
7. Hak melakukan pencegahan.
Hak melakukan pencegahan terhadap Wajib Pajak untuk pergi ke luar negeri
didasarkan pada ketentuan pasal 29 UU tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(UU PPSP). Pencegahan dilakukan apabila Wajib Pajak atau penaggung pajak
mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00
dan diragukan
12 bulan sejak surat permohonan diterima kantor pajak sesuai dengan ketentuan pasal
17B dan 17C UU KUP.
3. Kewajiban merahasiakan data Wajib Pajak.
Setiap petugas pajak, sesuai dengan ketentuan pasal 34 UU KUP, dilarang
mengungkapakan kerahasiaan Wajib Pajak kepad pihak lain atas segala sesuatu yang
menyangkut data perpajakan. Masalah kerahasiaan data di bidang perpajakan
merupakan hal yang sangat penting, karena adanya data yang disampaikan oleh Wajib
Pajak kepad pihak fiskus bertalian erat dengan masalah data perusahaan, penghasilan,
kekayaan, pekerjaan dan data-data lain yang tidak boleh diketahui oleh pihak lain.
4. Kewajiban melaksanakan Putusan.
Putusan Pengadilan Pajakharus diucapkan dalam siding yang terbuka untuk umum.
Putusan pengadilan pajak tersebut langsung dapat dilaksanakan dengan tidak
memerlukan lagi keputusan pejabat pajakyang berwenang kecuali peraturan
perundang-undangan yang mengatur lain. Salinan putusan atau sakinan penetapan
tersebut akan dikirim kepada pihak dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal putusan
pengadilan pajak yang diucapkan dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal putusan
sela diucapkan. Sesuai dengan ketentuan pasal 88 ayat (2) UU Pengadilan Pajak,
Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dalam
jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal diterimanya putusan.
2.3
PENGHINDARAN PAJAK
Dalam penjelasan Undang-unang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP) telah dinyatakan bahwa pajak merupakan salah satu sarana dan hak tiap wajib pajak
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Namun bagi pelaku
bisnis pajak dianggap sebagai beban investasi. Oleh karena itu, adalah wajar bila perusahaan /
pengusaha berusaha untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang
efektif. Menurut Arnold dan McIntyre (1995), penghindaran pajak merupakan upaya
penghindaran atau penghematan pajak yang masih dalam kerangka memenuhi ketentuan
perundangan (lawful fashion).
Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Menahan Diri
12
Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang
bisa dikenai pajak. Contoh:
-
Secara moral, hal ini tidak tercela karena tidak ada orang yang akan menganggap perbuatan
seorang perokok yang mengurangi kebiasaan merokoknya sebagai orang yang menghindari
pajak. Malah, orang yang mengurangi, atau malah tidak merokok sama sekali dianggap sebagai
tindakan terpuji.
2. Pindah Lokasi
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke lokasi
yang tarif pajaknya rendah. Contoh: Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia Timur. Namun, pindah lokasi tidak semudah itu dilakukan
oleh wajib pajak. Mereka harus memikirkan tentang transportasi, akomodasi, SDM, SDA, serta
fasilitas-fasilitar yang menunjang usaha mereka. Hal ini harus sesuai dengan kentungan yang
akan mereka dapatkan dan keringanan pajak yang mereka peroleh. Biasanya, hal ini jarang
terjadi. Yang terjadi hanya pada pengusaha yang baru membuka usaha, atau perusahaan yang
akan membuka cabang baru. Mereka membuka cabang baru di tempat yang tarif pajaknya lebih
rendah. Hal ini tidak tercela karena merupakan hak asasi setiap orang untuk memilih tempat atau
lokasi usaha/domisilinya.
3. Penghindaran Pajak Secara Yuridis
Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan
tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan atau ketidak jelasan
undang-undang. Hal inilah yang memberikan dasar potensial penghindaran pajak secara yuridis.
Contoh:
-
Di Indonesia, untuk pegawai diberi tunjangan beras (in natura). Menurut undang-undang
yang berlaku, hal ini tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Penghindarannya dengan
13
2.4
RAHASIA JABATAN
14
pejabat
dan
tenaga-tenaga
ahli
supaya
memberikan
keterangan,
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang
ditunjuknya. Dalam surat izin menteri keuangan harus dicantumkan nama Wajib
Pajak, nama pihak yang ditunjuk dan nama pejabat atau ahli atau tenaga ahli yang
diizinkan untuk memberi keterangan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau
tentang Wajib Pajak.
d. Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkara pidana atau perdata atas
permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata,
Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat dan
tenaga ahli , bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. Permintaan
Hakim sebagaimana dimaksud, harus menyebutkan nama tersangka atau nama
tergugat, keterangan-ketera.ngan yang diminta serta kaitan antara perkara pidana atau
perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut
Pihak-pihak yang dapat diberikan Keterangan oleh Pejabat dan Tenaga Ahli yang Ditunjuk
( Pasal 34 ayat 2a a Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 )
Pihak lain yang kepadanya dapat diberikan keterangn oleh pejabat dan tenaga ahli mengenai
segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan adalah
pejabat dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berwenang melakukan
pemeriksaan di bidang keuangan negara yang sedang menjalankan tugas sesuai dengan surat
tugas yang diterima dan ditunjukan kepada pejabat atau tenaga ahli tersebut. Surat tugas ini
harus menyebutkan nama Wajib Pajak dan keterangan yang ingin diketahui tentang Wajib
Pajak yang bersangkutan
a. Lembaga negara atau instnasi tersebut adalah:
1) Badan Pemeriksa Keuangan
15
2.5
mlaksanakan keajiban perpajakannya, sehingga dia butuh adanya wakil. Dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak diwakili, dalam hal:
a. Badan oleh pengurus
b. Warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau yang
mengurus harta peninggalannya
c. Anak yang belum dewasa /berada dalam pengampuan oleh wali/pengampunya.
Termasuk pengertian Pengurus adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut
menentukan kebijakan dan/atau mengambil keputusan dalam bisnis. Hal ini berarti tidak hanya
direktur dan komisaris sebagaimana tercantum dalam akte notaris, tetapi juga bisa stingkat
General Manager.
Wakil WP bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali secara
meyakinkan dapat dibuktikan bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin
untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.
Kuasa WP dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan pegawainya dengan suatu Surat Kuasa
Khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, dengan syarat:
a. menyerahkan Surat Kuasa Khusus asli, satu Surat Kuasa untuk satu jenis pajak dan
satu masa/tahun pajak
b. memiliki ijin praktek sebaghai Konsultan Pajak
16
c. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau
keuangan negara lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pajak
merupakan
iuran
kepada
Negara
yang
siftanya
dapat
Pajak
dan
Fiskus
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
maka
17
dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang
terutang tersebut.
3.2
SARAN
Jadi, masyarakat harus melaksanakan Hak dan Kewajibannya agar pelaksanaan
pembayaran pajak dapat berjalan dengan baik. Sehingga iuran dari pajak dapat dimanfaatkan
dengan maksimal oleh pemerintah dalam membangun bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Richard Burton dan Wirawan B. Ilyas. 2001. Hukum Pajak. Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Empat.
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=191
18