Anda di halaman 1dari 35

Pembunuhan dan Penjeratan

Laberna Shandra Puspitarini*


102010121
Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Email : laberna_pita@yahoo.co.id

Skenario 1
Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang
dibagian bawahnya digulungnya hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan
baju (yang kemudian diketahui sebagai baju milikinya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar , namun
leher masih dijumpai ada satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan
dan kiri yang memiliki ciri ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.Perlu diketahui
bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan
yang berhutan cukup berat.
Pendahuluan
Di masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan
nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di
tingkat lebih lanjut diperlukan bantuan berbagai ahli terkait untuk membuat jelas jalannya
peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain. Dokter yang
diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran
yang dimilikinya yang terhimpun dalam kazanah ilmu kedokteran forensik. Untuk
mengetahui perlu adanya tatalaksana medikolegal, tanatologi, traumatologi, teknik
pemeriksaan dan lainnya yang dapat membantu dokter memenuhi kewajibannya membantu
penyidik kasus.
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Aspek Hukum1,2
Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
-

jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;


tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;
kehilangan salah satu pancaindra;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya andungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.
Pasal 351 KUHP
1. Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4. Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
1. Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
3. Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.
Pasal 354 KUHP
1. Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15tahun.

Proses Hukum Kasus Pidana Umum3


1. Pelaporan
Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.
Siapa yang bisa melapor ?
a. Korban (Terutama untuk delik aduan)
b. Saksi
c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan 2
2. Penyidikan

Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian


tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat jelas tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Pasal 6 KUHAP
1. Penyidik adalah :
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh undangundang
2. Syarat kepangkatan pejabat sebagai mana di maksud dalam ayat 1 akan di atur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah.
Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta sebagai
saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak hukum, warga
yang diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal selama proses
penyidikan berlangsung. 2
Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi tindak pidana ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang dapat digolongkan sebagai berikut :2
a. kedapatan tertangkap tangan (ondtdekkeng op heterdaad)
b. diluar tertangkap tangan
Aspek Medikolegal1,2
1. Kewajiban dokter membantu peradilan
PASAL 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas ntuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.
Keputusan Menkeh No. M.01PW.07-43 tahun 1982 tentang pedoman pelaksanaan
KUHAP.
Pasal 134 KUHAP
1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan

terlebih dahulu kepada

keluarga korban.
2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 137 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
2. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 138 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya ada alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Pasal 184 KHAP


(1) Alat bukti yang sah adalah:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diktahui tidak perlu dibuktikan
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Penjelasan pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik
atau penuntut yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, diseai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangangan atau surat
yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata lakasana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal
atau sesuatu keadaan
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliaannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yan lain
3. Sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus

atau untuk

sementara waktu diserahi tugas

menjalankan jabatan umum.


(3) Jika pada waktu melakukan kejahaan belum lewat dua tahun adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denada paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi, ahli atau juru
bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukannya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan
4. Rahasia jabatan dan pembuatan SKA/ V et R
Peraturan pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah doker
Saya bersumpah/berjanji bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
Saya ajkan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martaat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan mereahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya sadan
karena keilmuan saya sebagai dokter. .........dst.

Peraturan pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.


Pasal 322 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
Pasal 51 KUHP
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang tidak menyebabkan hapusnya pidana kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.
5. Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasi
Peraturan Pemerintah No18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi alat dan atau Jaringan tubuh manusia.
Pasal 70 UU kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
6. Persetujuan tindakan medik
Peraturan Menteri Kesehatan No 585/MenKes/per/IX/1989 tentang persetujuan Tindakan
Medik
7. Pantia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan No 554/menKes/XII/1982 tentang Panitia Pertimbangan dan
Pembinaan Etik Kedokteran
8. Praktek dokter
Pasal 512a KUHP
Barangsiapa sebagai mata pencaharian baik khusus maupaun sebagai sambilan
menjalankan pekerjaan dokter atau dokter gigi dengan tidak mempunyai surat izin,

didalam keadaan yang tidak memaksa, diancam dengan kurungan paling lama dua bulan
atau denga setinggi-tingginya sepuluh ribu rupiah.
Pasal 531 KUHP
Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang mengahadapi maut,
tidak memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya, tanpa selayaknya
menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam jika kemdian orang itu
meninggal, dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah.
Pasal 53 UU Kesehatan
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati pasien.
3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medik
terhadap seseorang denga memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
4) Ketentuan menganai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 54 UU Kesehatan
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK ditetapkan
dengan Keppres.
Pasal 55 UU Kesehatan
1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan.
9. Keterangan Palsu
Pasal 267 KUHP
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau
tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.

(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang dalam rumah
sakit gila atau untuk menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling lama
delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat
keterangan paslu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Identifikasi Forensik1
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk
mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan
proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana
alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus
lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang
yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif
(tidak meragukan).

Metode Identifikasi Forensik


a. Identifikasi primer
Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria
identifikasi lain. Teknik identifikasi primer yaitu : Pemeriksaan DNA, pemeriksaaan
sidik jari, pemeriksaan gigi.
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai
tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.
b. Identifikasi sekunder

Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat berdiri


sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri
atas cara sederhana dan cara ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri
seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang
ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan
medis.

Ada beberapa cara identifikasi yang biasa dilakukan, yaitu:


1. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang
memiliki sidik jari yang sama. Dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari
tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan
kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.
2. Metode visual
Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama
wajah). Oleh karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang masih utuh (belum
membusuk), maka tingkat akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik.
3. Pemeriksaan dokumen
Metode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, kartu golongan
darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan.
Namun perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam
saku, tas atau dompet pada jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan.
4. Pemeriksaan pakaian
Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenzah.
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui merek, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang
semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah.
Untuk kepentingan lebih lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya
disimpan dan didokumentsikan dalam bentuk foto.
5. Identifikasi medik
Metode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik secara keseluruhan,
meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, adanya
luka bekas operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan sebagainya. Metode ini
mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan
berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya

cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode


identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan
umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
6. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang
jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang
merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan
tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar
identik sekalipun.
7. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari
tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara.
Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:
Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani
dan cairan tubuh.
Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan
darah.
8. Metode ekslusi
Metode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah
orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan
identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa
korban tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut di atas, maka sisa diidentifikasi
menurut daftar penumpang
9. Identifikasi potongan tubuh manusia (kasus mutilasi)
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia
atau hewan.Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan
tersebut dari satu tubuh. Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan,
dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara
pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi. Untuk memastikan bahwa potongan tubuh
berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan
secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigenantibodi (reaksi presipitin).jenis kelamin ditentukan dengan pemriksaan makroskopik dan
harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin
seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan
otot.

10. Identifikasi kerangka


Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut
adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri
khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah.Dicari pula
tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang. Bila terdapat dugaan
berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data
antemortem.Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat
dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen
tulang tengkorak di atas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan
diambil dari sudut pengambilan yang sama.Dengan demikian dapat dicari adanya titiktitik persamaan.
Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi
geligi, tulang panggul atau lainnya.Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama
yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak,
sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.Sedangkan tinggi badan dapat
diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh
banyak ahli.
Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk
menilai tinggi badan.Bila tidak diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan
jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan
lunak pada berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk
memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.
11. Forensik molekuler
Pemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan
molekul dan DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk melengkapi dan
menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak
dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta berbagai kasus ragu ayah (paternitas).

Tanatologi1
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensic yang mempeljari kematian

dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Dikenal istilah tentang mati adalah sebagai berikut:
Mati somatis (mati klinis)
Tterjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf
pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan yang menetap (irreversible).
Mati suri (suspended animation, apparent death)
Adalah terhentinya ketiga sistem kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.
Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Kematian tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
Mati serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernafasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati batang otak)
Adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak)
maka seseorang dikatakan tidak dapat hidup lagi.
Tanda pasti kematian
Setelah beberapa waktu pasca kematian timbul perubahan yang jelas, sehingga
memungkinkan didiagnosa kemtian menjadi lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal seagai
tanda pasti kematian berupa :
1. Lebam mayat (livor mortis)
Penumpukan eretrosist pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali bagian
tubuh yang terletak alas keras. Tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama makin luas
dan lengkap, akhirnya menetap setelah 8-12 jam. Sebelumnya lebam mayat bias hilang
pada penekanan dan dapat berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir.
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan aktin
miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku. Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis,
arahnya sentripetal (dari luar kedalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan
selama 12 jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya. Dapat digunakan untuk
menentukan saat kematian.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

Terjadi karena pemindahan panas dari tubuh yang panas ke lingkungan yang lebih dingin
dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Leih cepat terjadi pada suhu
keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembapan yang rendah, tubuh kurus,
posisi telentang, tidak berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna
untuk penghitungan saat kematian.
4. Pembusukan (dekomposisi)
Terjadi akibat proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja bakteri. Tampak 24 jam
pasca mati berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah yang secara
bertahap menyebar keseluruh perut dan dada menyertai terciumnya bau busuk. 36-48 jam
pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat memperkirakan saat
kematian).
5. Adiposera (lilin mayat)
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak,
berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Terutama terdiri dari
asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan mengalami
hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan
sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi dan kristal-kristal sferis
dengan gambaran radial. Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat
bertahan hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya
adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat
adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit. Pembusukan akan terhambat oleh
adanya adiposera karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah.
6. Mumifikasi
Adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan
berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Terjadi bila suhu
hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang
lama (12-14 minggu).

Perkiraan saat kematian1


1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri-kanan
kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di
tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.

Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi
kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetsan
air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi kira-kira 6 jam pascamati.
Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12
jam pascamati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian
tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata.
Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati.4
Perubahan pada retina dapat menunjukan saat kematian hingga 15 jam pascamati. Hingga
30 menit pascamati tamapak kekeruhan macula dan mulai memucatnya diskus optikus.
Kemudian hingga 1 jam pascamati, macula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi.
Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning.
Warna kuning juga tampak di sekitar macula yang menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola
vascular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan
pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pascamati menjadi kabur dan
setelah 5 jam menjadi homogeny dan lebih pucat.
Pada kira-kira 6 jam pascamati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar
yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu
Dalam waktu 7-10 jam pascamati akan mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat
kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi
beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam pascamati tidak ditemukan
lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya macula saja yang tampak
berwarna coklat gelap.
2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengososngan lambung sangat bervariasi, sehingga
tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan
saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat
keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi
lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah
makan makanan tersebut.
3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4
mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku yang
diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
4. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%
menunjukan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg
% menunjukan kematian belum 24 jam, kadar keratin kurang dari 5 mg% dan 10 mg%
masing-masing menunjukan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
5. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pascamati.
6. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analis darah pascamati
tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan
tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari
sel yang mati. Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat
menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu terjadi. Hingga saat
ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan
saat mati yang lebih tepat.
7. Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pascamati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan
terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan
kontraksi otot mayat sehingga 90-120 menit pascamati dan mengakibatkan sekresi
kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat
menimbulkan perdarahan bawah kulit samapai 1 jam pascamati.

Traumatologi1
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat
Mekanik
Kekerasan oleh benda tajam
Kekerasan oleh benda tumpul
Tembakan senjata api

Fisika

Suhu
Listrik dan petir
Perubahan tekanan udara
Akustik
Radiasi

Kimia
Asam atau basa kuat
Luka akibat kekerasan benda tajam
Benda-benda yang dapat mengaibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat
seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu bajakn tepi
kertas atau rumput.
Gambaran umum luka yang diakibatkan adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk
garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, sayat, luka tusuk dan luka
bacok. Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok
mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka
yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata
sewaktu ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat
menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah
berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,
berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip,
luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu
dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung
benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.
Kulit disekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka
lecet atau memar, kecuali bila bagian gagngturut membentur kulit.

Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam
penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang
benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri atau
kecelakaan memiliki ciri-ciri berikut :
Tabel 1. Ciri-ciri luka pada kasus pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan

Lokasi luka
Jumlah luka
Pakaian
Luka tangkis
Luka percobaam
Cedera sekunder

Pembunuhan
Sembarang
Banyak
Terkena
Ada
Tidak ada
Mungkin ada

Bunuh Diri
Terpilih
Banyak
Tidak terkena
Tidak ada
Ada
Tidak ada

Kecelakaan
terpapar
Tunggal/banyak
Terkena
Tidak ada
Tidak ada
Mungkin ada

Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan
tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi
antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel
besi, serat kain dan pmeriksaan terhadap bercak darah.
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang ceat
mematikan misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut dan lipat paha. Bunuh diri
dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pda tempat yang terjangkau
oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban
menyingkap pakaian terlebih dahulu.
Asfiksia
Asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti
laringitis difteri atau , menimbulkan gangguan gerakan paru seperti fibrosis paru
b. Trauma mekanik, yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan
atau halangan pada saluran napas dan sebagainya.

c. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,


narkotika.
Asfiksia mekanik
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kerkerasan (yang bersifat mekanik), misalnya :

a.
b.

a.
b.
c.

Penutupan lubang saluran pernapasan bagaian atas :


Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (gangging dan choking)
Penekanan dinding saluran pernapasan :
Penjeratan (Strangulation)
Pencekikan (manual starngulation, throttling)
Gantung (hanging)
Penekanan dinding dari luar (asfiksia traumatik)
Saluran napas terisi air (tenggelam)

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4
fase, yaitu :
1. Fase dispneu
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi
pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak
tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan
2. Fase konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf
pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi
kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil
mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini
berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
3. Fase apneu
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernpasan melemah dan dapat
berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluran
cairan sperma, urin, tinja.
4. Fase akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut
beberapa saat setelah pernpasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul smapai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya
berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergnatung dari
tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan
tanda-tanda asfiksi akan lebih jelas dan lengkap.
Penjeratan (strangulation)
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama
makin kuat, sehingga saluran napas tertutup. Mekanisme kematian pada penjeratan adalah
akibat asfiksia atau refleks vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body).
Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan bunuh diri maka penjeratan
biasanya adalah pembunuhan. Pada gantung diri semua arteri di leher mungkin tertekan
sedangankan pada penjeratan, arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh
karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.
Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan
dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersamasama dengan Visum et Repertumnya. Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup
(lingkar jerat dapat diperbesar atau diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat
diubah).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah
daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan
gondok. Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti
handuk ata slendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan pada otot-otot leher sebelah
dalam dapat atau tidak ditemukan resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki nylon maka
akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih 2-3 mm. Pola jejas dapat dilihat dengan
menempelkan transparant scotch tape pada daerah jejas di leher, kemudian ditempelkan pada
kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar ultraviolet.
Cara kematian dapat berupa :
a. Bunuh diri, hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan dilakukan sendiri
oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan jumlah
lilitan lebih dari satu.

b. Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka
pada leher
Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan
tertarik masuk ke mesin.
Pemeriksaan Medis
1) Pemeriksaan luar 1
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan harus
dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik
terhadap benda yang menyertai mayat, perhiasan, sepatu dan lain-lain, juga terhadap tubuh
mayat itu sendiri.1
Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan secermat mungkin, pemeriksaan harus
mengikuti suatu sistematika yang telah ditentukan.
1. Label mayat
Mayat yang dikirimkan untuk pemeriksaan kedokteran forensic seharusnya diberi
label dari pihak kepolisian, biasanya merupakan sehelai karton yang diikatkan pada
ibu jari kaki mayat serta dilakukan penyegelan pada tali pengikat label tersebut, untuk
menjamin keaslian dari benda bukti. Label mayat ini harus digunting pada tali
pengikatnya, serta disimpan bersama berkas pemeriksaan. Isi dari label mayat ini juga
dicatat selengkapnya.
Label ini adalah untuk kepentingan identifikasi di kamar jenasah agar mayat tidak
tertukar saat diambil oleh keluarga. Label dari rumah sakit ini harus tetap ada pada
tubuh mayat.1,4
2. Tutup mayat
Mayat seringkali dikirimkan pada pemeriksa dalam keadaan ditutupi oleh sesuatu.
Catatlah jenis/bahan, warna serta corak dari penutup ini. Bila terdapat pengotoran
pada penutup, catat pula letak pengotoran serta jenis/bahan pengotoran tersebut.
3. Bungkus mayat
Mayat kadang-kadang dikirimkan pada pemeriksa dalam keadan terbungkus. Bungkus
mayat ini harus dicata jenis/bahannya, warna, corak, serta adanya bahan yang
mengotori.
4. Pakaian
Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dari pakaian yang dikenakan pada bagian
tubuh sebelah atas sampai sebelah bawah, dari lapisan terluar sampai lapisan yang
terdalam.
Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak/motif dari tekstur,
bentuk/model pakaian, ukuran, merk/penjahit, cap binatu, monogram/inisial serta
tambalan atau tisikan bila ada. Bila terdapat pengotoran atau robekan pada pakaian,

maka ini juga harus dicatat dengan teliti dengan mengukur letaknya yang tepat
menggunakan koordinat, serta ukuran dari pengotoran dari atau robekan yang
ditemukan.
Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku ini harus diperiksa dan dicatat isinya
dengan teliti pula.3
5. Perhiasan
Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan
meliputi jenis perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada
benda perhiasan tersebut.
6. Benda di samping mayat
Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disertakan pula pengiriman benda
di samping mayat, misalnya bungkusan atau tas. Terhadap benda di samping mayt
inipun dilakukan pencatatan yang teliti dan lengkap.
7. Tanda kematian
Di samping untuk pemastian bahwa korban yang dikirimkan untuk pemeriksaan
benar-benar telah mati, pencatatan tanda kematian ini berguna pula untuk penentuan
saat kematian. Agar pencatatan terhadap tanda kematian ini bermanfaat, jangan lupa
mencatat waktu/saat dilakukannya pemeriksaan terhadap tanda kematian ini.
8. Identifikasi umum
Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayt, seperti jenis kelamin, bangsa
atau ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan, keadaan zakar yang
disirkumsisi, adanya striae albicantes pada dinding perut.
9. Identifikasi khusus
Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penentuan identitas secara khusus.
a. Rajah/tattoo: tentukan letak, bentuk, warna serta tulisan tattoo yang ditemukan.
Bila perlu, buatlah dokumentasi foto.
b. Jaringan parut: catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan baik yang
timbul akibat penyembuhan luka maupun yang terjadi sebagai akibat tindakan
bedah.
c. Kapalan (callus): dengan mencatat distribusi callus, kadangkala dapat diperoleh
keterangan yang berharga mengenai pekerjaan mayat yang diperiksa semasa
hidupnya.
d. Kelainan pada kulit: adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi,
eksema dan kelainan lain sering kali dapat memantu dalam penentuan identitas.
e. Anomali dan cacat pada tubuh: kelainan anatomis berupa anomali atau deformitas
akibat penyakit atau kekerasan perlu dicatat seksama.
10. Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan terhadap rambut dimaksudkan untuk membantu identifikasi. Pencatatan
dilakukan terhadap distribusi, warna, keadaan tumbuh serta sifat dari rambut tersebut
baik dalam hal halus kasarnya atau lurus ikalnya. Bila pada tubuh mayat ditemukan

rambut yang mempunyai sifat yang berlainan dari rambut mayat, rambut-rambut ini
harus diambil, disimpan dan diberi label, untuk pemeriksaan laboratorium lanjutan
bila ternyata diperlukan dikemudian hari.5
11. Pemeriksaan mata
Periksa apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Pada kelopak mata, diperhatikan
pula akan adanya tanda-tanda kekerasan serta kelainan lain yang ditimbulkan oleh
penyakit dan sebagainya. Periksa pula keadaan selaput lendir kelopak mata,
bagaimana warnanya, adakah pembuluh darah yang melebar, adakah bintik
perdarahan atau bercak perdarahan. Terhadap bola mata, dilakukan pula pemeriksaan
terhadap kemungkinan terdapatnya tanda kekerasan, pemakaian mata palsu dan
sebagainya. Terhadap kornea (selaput bening mata) ditentukan apakah jernih, adakah
kelainan, baik fisiologis maupun patologik. Iris (tirai mata) dicatat warnanya untuk
membantu identifikasi. Catat pula kelainan yang mungkin ditemukan. Perhatikan
pupil (teleng mata) dan catat ukurannya, apakah sama pada mata yang kanan dan kiri.
Bila terdapat kelainan pada lensa mata harus dicatat.
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
Pemeriksaan meliputi pencatatan terhadap bentuk dari daun telinga dan hidung,
terutama pada mayat dengan bentuk yang luar biasa karena hal ini mungkin dapat
membantu dalam identifikasi. Catat pula kelainan serta tanda kekerasan yang
ditemukan. Periksa apakah dari lubang telinga dan hidung keluar cairan/darah.
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
Pemeriksaan meliputi bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi. Catat kelainan atau
tanda kekerasan yang ditemukan. Periksa dengan teliti keadaan rongga mulut akan
kemungkinan terdapatnya benda asing. Terhadap gigi geligi, pencatatan harus
dilakukan selengkap-lengkapnya meliputi jumlah gigi yang terdapat, gigi geligi yang
hilang/patah/mendapat tambalan/bungkus logam, gigi palsu, kelainan letak,
pewarnaan, dan sebagainya. Data gigi geligi merupakan alat yang sangat berguna
untuk identifikasi bial terdapat data pembanding. Perlu diingat bahwa gigi geligi
adalah bagian tubuh yang paling keras dan tahan terhadap kerusakan.1
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
Kelainan atau tanda kekerasan yang ditemukan harus mendapat perhatian dan dicatat
selengkapnya. Pada mayat laki-laki, catat apakah alat kelamin mengalami sirkumsisi.
Catat kelainan bawaan yang mungkin ditemukan, manik-manik yang ditanam di
bawah kulit, juga keluarnya cairan dan lubang kemaluan serta kelainan yang
ditimbulkan oleh penyakit atau sebab lain. Pada dugaan telah terjadinya suatu
persetubuhan beberapa saat sebelumnya, dapat diambil preparat tekan menggunakan

objek yang ditekankan pada daerah glans atau corona glandis yang kemudian dapat
dilakukan pemeriksaan terhadap adanya sel epitel vagina menggunakn teknik
laboratorium tertentu.
Pada mayat wanita, periksa keadaan selaput dara dan komisura posterior akan
kemungkinan adanya tanda kekerasan. Lubang pelepasan perlu pula mendapat
perhatian. Pada mayat yang sering mendapat perlakuan sodomi, mungkin ditemukan
anus berbentuk corong yang selaput lendirnya sebagian berubah menjadi lapisan
bertanduk dan hilangnya rugae.1
15. Lain-lain
Perlu perhatian akan kemungkinan terdapatnya.
a. tanda perbendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ujung-ujung jari
(pada sianosis) atau adanya edema/sembab.
b. bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheotomy, suntikan, pungsi lumbal
dan lain-lain.
c. terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan atau
sepihan cat, pecahan kaca, lumuran aspal dan lain-lain.
16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
Pada pemeriksaan terhadap tanda kekerasan/luka, perlu dilakukan pencatatan yang
teliti dan objektif terhadap: letak luka, jenis luka, bentuk luka, arah luka, tepi luka,
sudut luka, dasar luka, sekitar luka, ukuran luka, saluran luka, dan lain-lain.
17. Pemeriksaan terhadap patah tulang
Tentukan letak patah tulang yang ditemukan serta catat sifat/jenis masing-masing
patah tulang yang terdapat.
2) Pemeriksaan dalam
Autopsi 1,4
Autopsi pada kasus dengan kelainan pada leher
Untuk dapat melihat kelainan pada leher dengan lebih baik maka perlu diusahakan
agar daerah leher bersih dari kemungkinan terdapatnya genangan darah. Untuk itu dilakukan
usaha agar darah yang terdapat dalam pembuluh darah leher dapat dialirkan ke tempat lain.
Pemotonan kulit dimulai dari incisura jugularis ke arah simfisis pubis. Pembukaan rongga
dada dan perut dilakuakan seperti autopsi rutin. Pengeluarahn alat leher ditangguhkan untuk
sementara.
Lakukanlah kini pemotongan kulit kepala, penggergarjian tengkorak seta pengeluaran
otak. Pindahkan ginjal yang semula terdapat pada punggung/bahu ke daerah tengkuk

sedemikian rupa ehingga daerah leher terletak paling tinggi. Dengan mengeuarkan otak dan
alat dada denga jalan memotang trachea setinggi incisura jugularis, maka darah yang terdapat
dalam pembuluh darah daerah leher dapat dialirkan ke arah kepala dan dada, dan lapangan
leher menjadi bersih. Dengan demikian, keainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat
terlihat jelas.
Autopsi pada kasus kematian akibat kekerasan
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat
mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini:
1. Penyebab luka
Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditemukan.
Pada kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk
benda yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk
bulat panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulkan marginal haemorrhage.
Luka lecet jenis tekan memberika gambaran bentuk benda penyebab luka.
2. Arah kekerasan
Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini
sangat membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.
3. Cara terjadinya luka
Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan
terjadi sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri.
Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka.
Bagian tubuh yang basanya terlindung jarang mendapat luka pasa suatu kecelakaan. Daerah
terlndung ini misalnya adalah ketiak, daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan
sebagainya.
Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada
korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis
yang biasanya pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.Pada korban bunuh
diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang mengelompok
dan berjalan kurang lebih sejajar.

4. Hubungan antar luka yang ditemukan dengan sebab mati.


Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh
kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu ertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa
luka yang ditemukan adaah benar-benar luka yang terjadi selama korban msasih hidup (luka
intravital).
Untuk itu tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu
mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan
darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, serbukan sel radang, pemeriksaan histoensimatik sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan. Sekiranya di
samping luka, ditemukan pula keadaan patologik lain, misalnya penyakit tertentu, maka darus
diyakinkan bahwa kelainan yang lain tidaklah merupkan penyebab kematian.
Sebab kematian, cara kematian dan mekanisme kematian1,4
Sebab mati adalah penyakit atau cedera/ luka yang bertanggung jawab atas terjadinya
kematian
Cara kematian adalah macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian. Bila
kematian terjadi sebagai akibat suatu penyakit semata-mata maka cara kematian adalah wajar
(natural death). Bila kematian terjadi sebagai akibat cedera atau luka, atau pada seseorang
yang semula telah mengidap suatu panyakit kematiannya dipercepat oleh adanya cedera atau
luka, maka kematian demikian adalah kematian tidak wajar (unnatural death). Kematian tidak
wajar ini dapat terjadi sebagai akibat kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan. Kadangkala
pada akhir suatu penyidikan, penyidik masih belum dapat menentukan cara kematian dari
yang bersangkutan, maka dalam hal ini kematian dinyatakan sebagai kematian dengan cara
yang tidak tertentukan
Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang
ditimbulkan oleh penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus
hidup

Intepretasi temuan berupa visum dan kesimpulan


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510
PROJUSTITIA

4 Desember 2013

Nomor : 1234-SK.III/5678/12-12
Lamp : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan atas jenazah Tn. Budi ---------------------------------Visum et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Dr. Laberna Shandra P, dokter ahli kedokteran
forensik pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort
Polisi Jakarta Barat No. Pol.: B/987/VR/XII/12/Serse tertanggal dua Desembertahun dua ribu
tiga belas, maka pada tanggal empat Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul sebelas lewat
tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan
pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
Nama

: Budi Sejahtera--------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------Umur

: 27 tahun-------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan

: Indonesia------------------------------------------------------------------------

Agama

: Islam---------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Pegawai swasta-----------------------------------------------------------------

Alamat

: Jl. Arjuna utara No. 3, Jakarta Barat ----------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna muda, dengan materai lak
merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.---------------------------------------------------------------Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar

1. Mayat terbungkus kantong jenazah berwarna kuning, bahan plastik dengan resleting
2

pada bagian depan. -------------------------------------------------------------------------------Mayat berpakaian sebagai berikut:-------------------------------------------------------------a Pakaian dalam oblong dari kaus berwarna putih berukuran M. Terdapat robekan
dengan permukaan rata pada daerah ketiak kiri berukuran empat setengah
b

sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya. ----Celana panjang berbahan katun tidak bermerek berwarna hitam dengan satu buah
saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri. Bagian bawah celana digulung

c
3
4

hingga setengah tungkai bawah. ---------------------------------------------------------Celana dalam dari kaus warna putih dengan karet berwarna putih pada pinggang

dengan tulisan Rider berwarna hitam. --------------------------------------------------Tidak terdapat perhiasan mayat. ---------------------------------------------------------------Kemeja lengan panjang berwarna abu-abu berbahan katun berkantung di sebelah kiri
pada kerah kemeja bertuliskan Cool berwarna merah menjerat leher korban. Terdapat
robekan dengan permukaan rata pada kemeja daerah ketiak kiri berukuran empat

setengah sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya.Lebam mayat terdapat pada bagian belakang tubuh berwarna merah keunguan, tidak
hilang pada penekanan. Tidak terdapat kaku mayat pada seluruh tubuh tetapitelah
terjadi penurunan suhu mayat disekujur tubuh dan juga pembusukan berupa

perubahan warna kulit di daerah perut menjadi kehijauan. --------------------------------Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih dua puluh tujuh
tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh

delapan sentimeter dan berat badan lima puluh kilogram. ---------------------------------Rambut kepala sepanjang enam sentimeter, berwarna hitam. Alis berwarna hitam,
tumbuh lebat dengan panjang setengah sentimeter. Bulu mata berwarna hitam, lurus,

panjang satu sentimeter. Kumis dengan panjang lima milimeter. Jenggot tidak ada. --Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan
garis tengah empat milimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata kanan
dan kiri terdapat bintik perdarahan, selaput kelopak mata kanan dan kiri terdapat

bintik perdarahan. --------------------------------------------------------------------------------9 Hidung berbentuk mancung. Kedua daun telinga berbentuk biasa. -----------------------10 Mulut terbuka lima millimeter, lidah tidak terjulur dan tidak tergigit. Kedua bibir
tampak tebal. Gigi geligi lengkap.--------------------------------------------------------------11 Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.---12 Dari lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa. -----------------------13 Luka-luka :
a. Pada leher terdapat luka lecet tekan warna cokelat, arah mendatar pada bagian
depan satu sentimeter di bawah tulang jakun.--------------------------------------------

b. Pada leher sisi kanan, tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, dua
sentimeter diatas luka lecet tekan, terdapat luka lecet geser ukuran dua sentimeter
kali satu sentimeter.-------------------------------------------------------------------------c. Pada daerah ketiak kiri terdapat luka sayat berukuran empat sentimeter kali
setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. ---------d. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat
luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan
rata dan kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka
iris berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan
kedua sudut yang lancip. -------------------------------------------------------------------e. Pada tungkai bawah kiri, delapan di bawah lutut terdapat luka iris berukuran lima
sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang
lancip. -----------------------------------------------------------------------------------------14 Patah tulang tidak ada. --------------------------------------------------------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)
2. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal
di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot
berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi
sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima.------------------------------------3. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan. ----------------------------------4. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak
menunjukan adanya kelainan.-------------------------------------------------------------------5. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah
tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot
leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah. ----------------------6. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit
berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot
dinding perut berwarna cokelat cukup tebal.--------------------------------------------------7. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh, rawan
gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil tidak
membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok berwarna
coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan
kelainan, berat dua puluh gram. ------------------------------------------------8. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh
darah. ----------------------------------------------------------------------------------------------9. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.-----10. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru
terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna

ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa
dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna
ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa
dan darah, berat lima ratus enam puluh gram.------------------------------------------------11. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan
kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan
sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima
sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter,
pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus gram.-----------------------------12. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan
kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas.
Berat hati adalah seribu dua ratus gram.-------------------------------------------------------13. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna
hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.-----------------14. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya
berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram. -----15. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga,dan perabaan kenyal.
Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut
delapan puluh lima gram. -----------------------------------------------------------------------16. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua
belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah. ---------------------17. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang
berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang
berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram. ---------18. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima
gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang
jelas.Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan
sumbatan. -----------------------------------------------------------------------------------------19. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin,berwarna putih, tidak
20. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas
dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah
seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput
keras otak utuh, selaput lunak otak utuh.------------------------------------------------------21. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak
kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian
bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh

gram.-----------------------------------------------------------------------------------------------Kesimpulan
Pada mayat seorang laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat
pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar danluka lecet geser, ditemukan
juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan
tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas.-----------------------------------------------Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan
napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Luka terbuka
dan luka-luka lecet pada orang ini tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban
mati.---------------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana.-----------------------------------------------------------------------------------------------Dokter yang memeriksa,

Dr. Laberna Shandra P.


NIP

Temuan pada visum


Penjeratan 1,6
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama
makin kuat sehingga saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang
biasanya,merupakan suicide maka penjeratan adalah pembunuhan.
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.
Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan sedangkan pada penjeratan arteri
vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh kerana kekuatan atau beban yang
menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.
Bila jerat masih ditemukan melingkari leher,maka jerat tersebut harus disimpan
dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama
dengan visum et repertum
Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup(melingkari jerat dapat diperbesar atau
diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar,melingkari leher dan terapat lebih rendah dair jejas
jerat pada kasus gantung.
Keadaan jejas jerat sangat bevariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk atau
selendang sutera,maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam
dapat ditemukan adanya sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaos kaki nylon akan
meniggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di
leher,kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar
ultra violet.
Bila jejas kasar seperti tali,maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan akan
menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat yang nampak jelas berupa kulit yang mencekung
berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah dalam
tampak banyak resapan darah.
Cara kematian dapat berupa :
1. Bunuh diri
Hal ini jarang menyilutkan diagnosis.Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban
dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan seja,dengan jumlah lilitan lebih dari
satu.
2. Pembunuhan
Pengikatan biasanya dengan simpul nati dan sering trlihat bekas luka pada leher

3. Kecelakaan.
Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja
Luka terbuka1,,6
Luka terbuka biasa terjadi akibat adanya perlukaan oleh benda-benda tajam yang
mampu menembus kulit sehingga bagian dalam tubuh terhubung dengan dunia luar. Benda
yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis maupun
runcing, yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebagainya hingga keping
kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat
berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.
Luka tusuk adalah luka yang dimana kedalaman luka lebih panjang daripada luka itu
sendiri dan biasa terjadi akibat gerakan yang tegak lurus.4Pada luka tusuk, sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah
benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh
benda tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan
kedua luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga
sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan
adanya luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.

Kesimpulan
Sesuai dengan kasus 1 problem based learning yaitu Pada mayat seorang laki-laki
berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan
yang berjalan mendatar danluka lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak
kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tandatanda mati lemas.
Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan
napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam. Luka terbuka
dan luka-luka lecet pada orang ini tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban
mati.
Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan
berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar
meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya
pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan
kemungkinan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai