Anda di halaman 1dari 4

1.

Etiologi
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti, tetapi predisposisi terdiri dari berbagai faktor yaitu faktor lokal, faktor sistemik
dan malnutrisi vitamin.
Faktor lokal
Faktor lokal yang diduga sebagai predisposisi terjadinya leukoplakia
diantaranya adalah trauma yang menyebabkan iritasi kronis misal trauma akibat
gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi, kebiasaan jelek
menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah. Faktor lokal yang lain adalah
kemikal atau termal, misalnya pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin
diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan.
Faktor-faktor kaustik tersebut antara lain:

Tembakau
Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh
asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga
disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah.
Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang
berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut
stomatitis Nicotine. Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul
pembengkakan pada palatum. Selanjutnya, palatum akan berwarna putih
kepucatan, serta terjadi penebalan yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya
multinodulair dengan bintik-bintik kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah
akan membengkak dan terjadi perubahan di daerah sekitarnya. Banyak peneliti
yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari
leukoplakia.

Alkohol
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan

terjadinya

leukoplakia,

karena

pemakaian

alkohol

dapat

menimbulkan iritasi pada mukosa. Alkohol mengandung zat-zat yang mudah


menguap sat ditelan sehingga zat-zat tersebut menguap dalam mukosa dan
menjadiakan pertahan dinding-dinding sel menurun karena zat-zat tersebut
membuat dinding sel yang dilapisi oleh lipoprotein rusak dan menjadi permebel

sehingga cairan itersisial terus keluar dari sel dan menjadi mengerut,bersamaan itu
microba dan zat-zat berbahaya tersebut msuk kedalam dan merusak sel.

Bakterial
Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit
periodontal yang disertai higiene mulut yang jelek. Kandida sering terdapat dalam
preparat histologik dari leukoplakia dan sering juga dihubungkan dengan
leukoplakia nodular ( berbintik-bintik ). Kandida juga menimbulkan reaksi
hiperplastik dan juga dihubungkan displastik dalam leukoplakia.

Pemakaian protesa amalgam


Mayoritas lesi ini hilang atau mengecil secara spontan dengan menghilangkan
protensi listrik dari logam yang berlainan dan berdekatan hal ini disebabkan arus
listrik yang dihasilkan dari dua logam yang berbeda ini akan menyebabkan lapisan
yang korosif. Lapisan korosif ini jika terus menerus bergeseran dengan mukosa
dapat menyebabkan lesi atau infeksi.

Faktor sistemik
Adanya

kemungkinan

konstitutional

karakteristik,

karena

ada

yang

berpendapat bahwa penyakit ini lebih mudah berkembang pada individu yang berkulit
putih dan bermata biru. Pendapat ini dikemukakan oleh Shaffer dan Burket.
Kemungkinan lain adalah adanya penyakit sistemik, misalnya sipilis. Pada penderita
dengan penyakit sipilis pada umumnya ditemukan adanya syphilis glositis.
Candidiasis yang kronik dapat menyebabkan terjadinya leukoplakia. Hal ini telah
dibuktikan oleh peneliti yang melakukan biopsi di klinik. Ternyata, dari 171 penderita
candidiasis kronik, 50 di antaranya ditemukan gambaran yang menyerupai
leukoplakia.
Untuk mengetahui diagnosis yang pasti dari leukokplakia, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan klinik, histopatologi, serta latar belakang etiologi terjadinya
lesi ini.
Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan
keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa
respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan
manifestasi dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut parah,
gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan

menggunakan binatang tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B kompleks


akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik.
2. Klasifikasi Dysplasia
WHO mengklasifikasikan epitheliah dysplasia menurut tingkat keparahannya menjadi :
1. Mild dysplasia yaitu dysplasia yang terjadi pada sepertiga basal lapisan epitel.

Gambaran mikroskopis mild dysplasia. (Sapp JP,


Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and Maxillofacial
pathology, 2nd ed. St.Louise, Missouri: Mosby, 2004 : 98-102, 165-86)

2. Moderate dysplasia yaitu dysplasia yang sudah meliputi setengah lapisan epitel.

Gambaran mikroskopis moderate dysplasia. (Sapp JP, Eversole LR,


Wysocki GP. Contemporary oral and Maxillofacial pathology, 2nd ed.
St.Louise, Missouri: Mosby, 2004 : 98-102, 165-86)

3. Severe dysplasia yaitu dysplasia yang sudah meluas ke seluruh ketebalan lapisan epitel.

Gambaran mikroskopis severe dysplasia. (Sapp JP,


Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and Maxillofacial
pathology, 2nd ed. St.Louise, Missouri: Mosby, 2004 : 98-102, 165-86)

Dysplasia tingkat ringan (mild dysplasia) mempunyai risiko berkembang menjadi karsinoma
sel skuamosa mulut sebesar 3%, dan sekitar 43% dysplasia tingkat berat (sever
dysplasia)akan berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa mulut.

Anda mungkin juga menyukai