OLEH
KELOMPOK 8
1.
2.
3.
4.
(P07134013010)
(P07134013021)
(P07134013031)
(P07134013039)
Uji Salkowski
Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama
ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid.
Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian
atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan
warna fluoresens hijau.
1.6. Uji Lieberman Buchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kualitatif untuk kolesterol. Mekanisme
yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran
yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol,
kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi
menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau . Warna
hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya
perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan
akhirnya menjadi hijau tua.
2. Analisis Kuantitatif
Analisa Kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan lemak dari suatu
sampel. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
2.1. Metode Soxhlet
Analisis kadar lemak dengan metode soxhlet menggunakan alat ekstraksi yang
terdiri atas kondensor dan pemanas listrik untuk mengekstrak kandungan lemak yang
terdapat dalam bahan. Untuk sampel dilakukan metode hidrolisis karena mengandung
kadar air yang besar. Hidrolisis ini bertujuan mempermudah mengekstrak lemak yang
terikat dalam matriks-matriks sampel. Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang,
sebelum disuling dikeringkan pada oven. Setelah itu dimasukkan kedalam alat
penyulingan soxhlet yang telah dirangkai dengan labu lemak berisi labu didih yang
telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Sampel tersebut diekstrak dengan
pelarut heksan selama kurang lebih 6 jam. Setelah selesai di suling selama 6 jam,
heksan disulingkan dan ekstrak lemak dikeringkan di dalam oven pengering pada
suhu 105 Pengeringan ini diulangi terus hingga tercapai bobot yang relatif tetap.
Pengukuran kadar lemak dilakukan dengan tiga ulangan.
2.2.
Metode Babcock
Penentuan lemak dapat menggunakan botol Babcock dengan sampel
berbentuk cairan. Sampel yang telah ditimbang dengan teliti dimasukan kedalam
botol Babcock. Pada lehernya telah dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel
yang dianalisa ditambah asam sulfat pekat untuk merusak emulsi lemak sehingga
lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Rusaknya emulsi lemak
dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang menyelimuti globula lemak
yang biasanya terdiri dari senyawa protein. Dengan rusaknya protein (denaturasi
ataupun koagulasi) maka memungkinkan globula lemak yang satu akan bergabung
dengan globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan lemak yang lebih
besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah disentrifugasi lemak akan semakin
jelas terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca banyaknya lemak kedalam
botol ditambahkan aquadest panas sampai lemak atau minyak tepat pada tanda skala
bagian atas. (Sudarmadji, 1996).
2.3.
Metode Goldfish
Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukan kedalam thimbel dan
dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan
pelarut yang digunakan ditempatkan dalam bekerglas di bawah tabung penyangga.
Bila bekerglas dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor
sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian terus menerus
sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan akan terekstraksi, selanjutnya akan
tertampung ke dalam bekerglas kembali. Setelah ekstraksi selesai, sampel berikut
penyangganya diambil dan diganti dengan bekerglas yang ukurannya sama dengan
tabung penyangga. Pemanas dihidupkan kembali sehingga pelarut akan diuapkan lagi
dan diembunkan serta tertampung ke dalam bekerglas yang terpasang di bawah
kondensor, dengan demikian pelarut yang tertampung dapat dimanfaatkan untuk
ekstraksi yang lain (Sudarmadji, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta:
Depkes.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Maggy Thenawijaya,
penerjemah Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Moeljanto, R. 1988. Hubungan Kandungan Lemak Ikan Lemuru Dengan Beberapa Sifat
Biologinya.Jakarta: Liberty
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.1996. Analisa bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.