Anda di halaman 1dari 13

Nama : Adriana Rizkitta Rahmayatie

Absen : 01
Kelas : X MIA 3
I.
II.

III.

Amati
: Sumber Hukum Islam
Menanya
:
1. Bagaimana pandangan Al-Quran tentang Yahudi?
2. Apa yang menyebabkan hancurnya bangsa Yahudi menurut Al-Quran dan
Sunnah?
Eksplorasi
:
1. Paling tidak terdapat empat ungkapan di dalam al-Qur'an untuk menyebutkan umat
Yahudi, yaitu Bani Israil, Yahud, Hud dan Hadu.
Al-Quran menyebutkan kata Yahudi sebanyak delapan kali, satu di antaranya dalam
bentuk kata sifat. Kata Yahudi termuat dalam Surat al-Baqarah 02:113 dan 120,
Surat al-Maidah 05:18, 51, 64 dan 82 dan Surat al-Taubah 09:30. Semua ayat yang
menyebutkan kata Yahudi, termasuk kategori ayat madaniyah, yakni ayat yang
diwahyukan sesudah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hijrah ke kota
Yastrib (Madinah).
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nashrani itu tidak mempunyai
suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak
mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.
Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan
mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang
apa-apa yang mereka berselisih padanya. [QS al-Baqarah 2:113]
Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu. [QS al-Baqarah 2:120]
Orang-orang Yahudi dan Nashrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa
kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasihkekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang
diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala
sesuatu). [QS al-Maidah 5:18]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi


dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dzalim. [QS al-Maidah 5:51]
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang
telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka;
Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan
permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka
menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan
di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat
kerusakan.[QS al-Maidah 5:64]
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya
dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya kami ini orang Nashrani". Yang demikian itu disebabkan karena di
antara mereka itu (orang-orang Nashrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahibrahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.[QS alMaidah 5:82]
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nashrani
berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati
Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?[QS at-Taubah 9:30]
Dengan sebutan Bani Israil, ditampilkan 40 kali, baik dalam ayat yang termasuk
kategori makkiyah maupun madaniyah. Kata Israil disebut hanya sekali dalam Surat
Maryam 19:58, yang termasuk kategori ayat Madaniyah. (Baqi, 1981 : 33, 137 dan
775).
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh,
dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha
Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. [QS Maryam 19:58]

Sebutan Hud (an) disebut di dalam surat al-Baqarah 02:111, 135 dan 140 yang
termasuk katagori ayat madaniyah. Di sini perlu dibedakan antara kata Hud (an)
dalam ayat tersebut di atas yang menunjuk kepada umat atau bangsa, dengan kata
yang sama dalam surat al-A'raf 07:65, surat Hud 11:50 dan 58 yang menunjuk nama
seorang nabi, yaitu Nabi Hud. Yang kedua ini semuanya termasuk katagori ayat
makkiyah.
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani". Demikian itu (hanya)
angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". [QS al-Baqarah 02:111]
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau
Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan
orang musyrik". [QS al-Baqarah 02:135]
ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa
Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi
atau Nashrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah,
dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah
dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang
kamu kerjakan. [QS al-Baqarah 02:140]
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" [QS a-Araf 7:65]
Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah
mengada-adakan saja. [QS Hud 50]
Dan tatkala datang adzab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang
beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula)
mereka (di akhirat) dari `adzab yang berat.[QS Hud 58]
Sebutan Hadu dimuat sebanyak 10 kali, dua di antaranya termasuk kategori
makkiyah.
Kata Israil dalam bahasa Hebrew (Ibrani) mempunyai arti Prince of God
(Penrice, 1971 : 05) dan dipakai untuk sebutan atau laqab bagi Nabi Yaqub bin
Ishaq bin Ibrahim (Ismail Ibrahim, 1968 : 38, bandingkan dengan Kejadian 32:28
dan 35:10). Menurut Surat al-Maidah 05:12, Bani Israil terdiri dari 12 naqib,
yaitu duabelas kelompok, yang terdiri dari duabelas anak laki-laki Nabi Yaqub dan
isteri-isterinya. Nama anak-anak tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian

Lama (Taurat) Kitab Kejadian 35 : 22-26 adalah Rubin, Simeon, Levi, Yehuda,
Issachar, Zebulon (dari isteri Yaqub bernama Lea), Yusuf, Benyamin (dari isteri
Yaqub bernama Rachel), Dan, Naftali (dari isteri Yaqub bernama Bilha), Gad dan
Asier (dari isteri Yaqub bernama Zilpa).
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah
Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka
dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di
antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus". [QS
al-Maidah 5:12]
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah
besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah daripadanya duabelas
mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing.
Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka
manna dan salwa. (Kami berfirman); "Makanlah yang baik-baik dari apa yang
telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah
yang selalu menganiaya dirinya sendiri. [QS al-Araf 7:160]
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:
"Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas
mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masingmasing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. [QS al-Baqarah 2:60]
Pada masa kepemimpinan Nabi Musa Alaihissalam, umat Yahudi merupakan suku
(qabilah) yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah 02:60, dan Surat al-Araf 07:160.
Dari keterangan tentang duabelas mata air, nampak-nya masing-masing putera Nabi
Ya'qub membangun kelompok tersendiri. Di dalam Perjanjian Lama,
KitabKejadian 49:28 dan Keluaran 24:04 dijelaskan bahwa Nabi Musa Alaihissalam
membangun duabelas tugu di satu mezbah yang berlokasi di kaki bukit Torsina,
sebagai lambang eksistensi duabelas naqib tersebut di depan.
Nabi Musa Alaihissalam menerima wahyu al-Kitab sebagai petunjuk bagi Bani
Israil (al-Isra 17:02). Di antara isinya adalah larangan menyembah tuhan selain
Allah, perintah berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim dan kaum miskin,
berbicara yang baik, mendirikan salat dan menunaikan zakat (al-Baqarah 02:82,
bedakan dengan Ulangan 05:06-21 ).

Selain al-Kitab, mereka dianugerahi pula suksesi para rasul dari kalangan umat
Yahudi, kebaikan dan keutamaan di muka bumi (al- Jasiyah 45:16 ). Namun dalam
pelaksanaannya, aturan-aturan yang baik itu kurang mendapat perhatian disebabkan
hati mereka yang kaku. Al-Quran memberikan gambaran tentang sifat dan sikap
umat Yahudi yang negatif, yaitu : mempermainkan agama (al-Maidah 05:57),
menjadikan al-Kitab hanya sebagai lambang dan kebanggaan saja (al-Jumuah 62:05
), lebih berani mendustakan bahkan membunuh nabi (al-Maidah 05:70 ), merobah
al-Kitab (al-Baqarah 02:75, al-Nisa 04:46), memalsukan agama (al-Baqa-rah
02:79), memanipulasikan informasi (al-Baqarah 02:174), suka khianat (-Baqoroh
02:64), suka melanggar aturan (al-Baqarah 02:65), konfrontatif (al-Baqarah
02:44 ), cenderung kepada kemusyrikan (al-Baqarah 02:92 ), sangat takut mati
(al-Jumuah 62:07), bergelimang riba (al-Nisa 04:53 ), paling memusuhi umat
beriman (al-Maidah 05:82 ) dan lain sebagainya.
Di saat mereka berada dalam kondisi lemah, sikap tersebut diselubungi dengan rapi
dan mereka membentuk al-jamiyat al-sirriyah, sebagaimana diistilah kan oleh Le
Beaume dalam Le Koran Analyze, terj., 1955:354, yaitu gerakan bawah tanah,
organisasi kamuflase, untuk menyebarkan kerusakan dan permusuh an (al-Mujadilah
58:08).
Menurut informasi al-Quran. genealogi Yahudi berpangkal dari Nabi Ibrahim
Alaihissalam melalui puteranya Nabi Ishaq Alaihissalam, yang kemudian
menurunkan Nabi Yaqub Alaihissalam dengan duabelas puteranya. Kekeluargaan
Yahudi bersifat patrialchal (Brandon, 1970 : 378 ), dan keyakinan tentang
ketuhanan yang dianut, sesuai dengan yang termaktub di dalam al-Kitab adalah
keyakinan monotheism.
Gerakan Yahudi berkembang dalam dua bentuk sesuai dengan kondisi nyata yang
mereka hadapi, yaitu pada saat mereka mempunyai kekuatan yang cukup untuk
tampil terbuka, gerakannya dilakukan secara terbuka, tetapi di saat mereka tertindas
oleh kekuatan lain, gerakan itu tidak mandeg, tetapi berubah menjadi gerakan bawah
tanah, yang dengan penuh kepercayaan mengembangkan kekuatan untuk bangkit
sebagai gerakan terbuka.
Pada masa Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, di Yasrib
(Madinah) gerakan bawah tanah ini diperankan oleh Banu Quraizah, Banu al-Nadir
dan Banu Qainuqa, yang kemudian karena gerakan itu tercium oleh umat Islam,
kelompok itu dievakuasi (ijla') dari kota Madinah. Banyak yang beranggapan bahwa
evakuasi itu karena agama atau etnis, tetapi kenyataan sejarah menyatakan bahwa
evakulasi dari Madinah karena kejahatan konspirasi untuk menjatuhkan Rasulullah,
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang bisa saja sanksi seperti itu
dijatuhkan kepada kelompok lain.

Namun, nampaknya di dalam al-Quran informasi tentang sikap dan prilaku umat
Yahudi benar-benar disampaikan secara objektif . Di dalam al-Qur'an dinyatakan
dengan tegas bahwa umat Yahudi tidak seluruhnya bersikap dan berprilaku negatif.
Misalnya pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-Arof 07:162 menggambarkan
bahwa yang mengubah perintah al-Kitab itu bukan seluruh umat Yahudi tetapi
dinyatakan dengan ungkapan, orang-orang yang zalim di antara mereka... .
Demikian pula pernyataan yang tersebut di dalam Surat al-Baqarah 02:75
menggambarkan bahwa yang melakukan perubahan terhadap wahyu yang
diturunkan itu bukan seluruh umat Yahudi, tetapi dinyatakan dengan ungkapan, ada
sebagian dari mereka yang mendengar kalamullah, kemudian mengubahnya ...
Dalam surat al-Nisa' 04:46 dan 160 ; surat
al-Maidah 05:41 yang
menginformasikan sifat dan perilaku negatif umat Yahudi, terkesan tidak
digeneralisasikan, sebab dalam susunan ayat-ayat tersebut selalu dipakai huruf min,
yang lazim disebut sebagai min tab'idiyah, yakni huruf min yang menunjuk pada
sebagian yang disebut, bukan seluruhnya.
Dengan demikian al-Quran tidak menggeneralisasikan sikap dan prilaku negatif
tersebut terhadap keseluruhan bangsa Yahudi dan tidak secara a priori menyatakan
bahwa Yahudi itu negatif. Demikian pula praktik yang dilakukan oleh umat Islam
di zaman permulaan, di Yasrib (Madinah) pada saat dibuatnya Misaq Madinah,
ummat Yahudi ditempatkan sejajar dengan umat Islam disertai jaminan hak dan
beban kewajiban yang sama, dalam masalah yang berkaitan dengan kepentingan
umum di kota Madinah ( Pasal 27 Misaq Madinah).
Evakuasi (ijla') umat Yahudi dari Madinah, sebagaimana telah disinggung di depan,
bukan karena agamanya,juga bukan karena etnisnya, atau karena sentimen ArabIsrael, tetapi semata-mata karena pelanggaran melakukan konspirasi bersama
kekuatan Quraisy dari Makkah yang bertujuan menjatuhkan kepemimpin an
Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jadi masalahnya bukan
menyangkut sentimen antar agama, sentimen antar etnik atau sentimen politik, tetapi
masalahnya adalah pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan satu pihak, yang
mungkin bisa terjadi juga pada pihak lain, termasuk kelompok umat Islam sendiri.
Dari paparan al-Qur'an dan praktik Rasulullah, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam di atas, dapat digambarkan bahwa suatu kondisi dan pengaruh moralitas
tertentu dapat membuat sekelompok orang dari suatu bangsa berbuat negatif. Dan
yang jelas keadaan seperti tersebut bukan hanya merupakan sesuatu yang spesifik
umat Yahudi, bukan sesuatu yang merupakan monopoli umat Yahudi, tetapi dapat
pula dilakukan oleh umat yang lain.
2. Allah Azza wa Jalla berfirman:




Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan
kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka
merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan
kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu
kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan
sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali
(mengazabmu) dan kami jadikan Neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang
tidak beriman. ( QS al-Israa 17:4-8)
Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani
Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau,
maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan berkali-kali,
bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Quran ini
merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Allah
mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang
sangat pedih kepada mereka.
Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orangorang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa
Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah
menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama. Allah mengatakan :
Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.
Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang
telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh
tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat)
untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua kerusakan itu
terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah lamma bukan idza.
Juga katalatufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan),
huruf laam dan nuun berfungsi sebagai takid(penegasan) pada masa mendatang.
Keempat : Demikian pula firman Allah : dan Itulah ketetapan yang pasti
terlaksana menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah
disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.

Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu
adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah
Allah Subhanahu wa Taala telah mengatakan dalam ayat di atas : Kami datangkan
kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar. Sifat
tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan
orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata Kami dalam
kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan
kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.
Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat
aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar
langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki
bangunan-bangunan tersebut.
Kesimpulan : Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi
pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat alIsraa di atas.
Realita : Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis. Mereka
banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita, orang
tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan diri. Mereka
membakar tempat isra Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam dan merobek-robek
kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai
puncaknya.
Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan darah,
pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan pelanggaran perjanjian.
Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan telah
mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi
pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung sekarang.
Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Allah?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan
menginjak-injaknya?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi anak-anak, orang
tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka dengan bebatuan?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih besar daripada pernyataan perang secara
terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru dakwahnya?
Sungguh demi Allah, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!
Lalu Allah Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Artinya, hamba-hamba Allah kelak akan meruntuhkan apa saja yang dibangun dan
dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan

meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah


disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada
masa kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan rumahrumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang diberkahi.
Kami katakan kepada mereka : Dirikanlah terus wahai anak keturunan Zionis,
tinggikan bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin
Allah.
Dan tak lama lagi kalian akan luluhlantak dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan
Allah takkan memungkiri janjinya : dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan
pada kali yang kedua.
Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum muslimin akan berakhir. Kalaulah
belum berakhir berarti penguasaan yang kedua merupakan lanjutan dari yang
pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil Aqsha yang pertama akan
berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya merupakan peristiwa baru.
Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama telah berakhir sesudah bangsa
Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa wilayah tanah Palestina lainnya dalam
satu serangan yang sangat sporadis pada tahun 1967, orang-orang menyebutnya
tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948 mereka sebut dengan tahun
kemalangan.
Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor penghalang
yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu merupakan
musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh
bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela Islam.
Maka kita harus membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat perhitungan
dengan mereka serta menyalakan api kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar
pada wajah mereka tanda-tanda kemalangan dan kehinaan.
Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsha insya Allah- sebagaimana
kaum salafus shalih menguasainya pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah
dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya : dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan
muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuhmusuhmu memasukinya pada kali pertama.
Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Allah dan kebenaran
berita-berita RasulullahShallallahu alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin
bergembira dengan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.[2]
Nubuwat as-Sunnah ash-Shahihah tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa kaum muslimin
akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu alaihi wa Salam
bersabda :

Tidak akan tiba hari kiamat sehingga kaum muslimin berperang melawan Yahudi.
Sampai-sampai apabila orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau
bebatuan, maka pohon dan batu itu akan berseru, wahai Muslim, wahai hamba
Allah, ini orang Yahudi ada bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia.
Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi. (Muttafaq alaihi dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu).
Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu
anhuma
bahwasanya
Rasulullah Shallallahu
alaihi
wa
Salam bersabda : Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi, sampaisampai mereka bersembunyi di balik batu, maka batu itupun berkata, wahai hamba
Allah, ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah dia!.
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :
Pertama : Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin
dan bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang
pasti akan terjadi.
Kedua : Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya di
bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan tempat
persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin untuk
membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.
Ketiga : Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan
kehinaan akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.
Keempat : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma di atas, dimana Nabi
Shallallahu alaihi wa Salam bersabda latuqootilunna (Kalian benar-benar akan
membunuhi
kaum
Yahudi)
yang
disertai
dengan lam dan
nun
sebagai takid(penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah
kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa masa depan adalah
milik Islam saja biidznillahi-, namun haruslah dengan metode para sahabat Nabi
dan kaum salaf yang shalih.
Kelima : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu di atas, dimana
Nabi Shallallahu alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan
pohon : Wahai muslim, wahai hamba Allah yang menunjukkan manhaj tarbawi
(pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan
al-Ubudiyah (penghambaan) yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat
Islam di muka bumi dan melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj
nabawi.[3]
Tha`ifah al-Manshurah adalah Pembebas Negeri Syam al-Muqoddasah
Allah Subhanahu wa Taala telah memberkahi negeri Syam di dalam kitab-Nya alMajid (yang terpuji) di dalam 5 ayat, sebagai berikut :

Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang kami Telah
memberkahinya untuk sekalian manusia. (QS al-Anbiyaa 21:71)
Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya
yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya,
dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS al-Anbiyaa 21:81)
Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian
timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya, dan telah
sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka, dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun
dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. ( QS al-Araaf 7:137)
Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang kami limpahkan
berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan kami tetapkan antara
negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan, berjalanlah kamu di kota-kota itu pada
malam hari dan siang hari dengan dengan aman. (QS Sabaa` 34:18)
Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.
( QS al-Israa` 17:1)
Seluruh ayat di atas menunjukkan akan keutamaan dan keberkahan negeri Syam,
tidak diketahui adanya perselisihan para ulama tafsir tentangnya. Negeri Syam
adalah negeri yang memiliki fadhilah (keutamaan) dibandingkan negeri-negeri
lainnya.
Di negeri inilah risalah-risalah kenabian banyak diturunkan, para rasul banyak diutus
dan menjadi tempat hijrah para Nabi Allah. Di dalamnya terdapat kiblat pertama
kaum muslimin, di-isra`kannya Nabi Shallallahu alaihi wa Salam. Di dalamnya
Dajjal akan binasa di tangan al-Masih alaihi Salam, demikian pula Yajuj dan
Majuj serta bangsa Yahudi akan binasa.
Namun negeri ini kini terampas dan terjajah, dirampas dan dijajah oleh bangsa
terburuk di muka bumi ini. Namun penjajahan mereka atas bumi Palestina dan Syam
adalah penggalian kuburan bagi mereka sendiri. Karena Nabi yang mulia telah
memilih negeri ini sebagai bangkitnya ath-Tha`ifah al-Manshurah (golongan yang
mendapat pertolongan) yang akan membinasakan bangsa Yahudi dan membebaskan
negeri Syam dari kekuasaan mereka serta menegakkan Islam sebagai agama yang
haq.
Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskannya:
Pertama : Hadits Imran bin Hushain radhiyallahu anhu : Akan senantiasa ada
segolongan dari umatku, yang berperang di atas kebenaran, yang menampakkan
(kebenaran) terhadap orang-orang yang mencela mereka, hingga terbunuhnya orang
yang terakhir dari mereka, yaitu al-Masih ad-Dajjal. (HR Abu Dawud : 2484;
Ahmad : IV/329 dan IV/343; ad-Daulabi dalam al-Kuna : II/8; al-Lalika`i dalam
Syarh Itiqod Ushulis Sunnah no. 169; dan al-Hakim : IV/450; dari jalan Hammad
bin Salamah, meriwayatkan dari Qotadah, dari Mutharif).

Al-Hakim berkata : Shahih menurut syarat Muslim dan Imam adz-Dzahabi


menyepakatinya. Syaikh Salim berkata : Hadits ini sebagaimana yang dikatakan
oleh al-Hakim.
Dan menyertai (tabi) riwayat ini adalah riwayat dari Abul Alaa` bin asy-Syakhir
dari saudaranya Mutharif, dikeluarkan oleh Ahmad (IV/434), dan Syaikh Salim
berkomentar : isnadnya shahih menurut syarat imam yang enam.
Kedua : Hadits Salamah bin Nufail radhiyallahu anhu : Saat ini akan tiba masa
berperang, akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan
(kebenaran) di hadapan manusia, Allah mengangkat hati-hati suatu kaum, mereka
akan memeranginya dan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan kepada mereka
(kemenangan), dan mereka tetap dalam keadaan demikian, ketahuilah bahwa pusat
negeri kaum mukminin itu berada di Syam, dan ikatan tali itu tertambat di punuk
kebaikan hingga datangnya hari kiamat. (HR Ahmad : IV/104; an-Nasa`i : VI/214215; Ibnu Hibban : 1617-Mawarid; al-Bazzar dalam Kasyful Astaar : 1419; dari
jalan al-Walid bin Abdurrahman al-Jarsyi dari Jabir bin Nufair.)
Syaikh Salim berkata : Dan isnad ini shahih menurut syarat Muslim.
Ketiga : Hadits Qurrah radhiyallahu anhu : Apabila penduduk negeri Syam telah
rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan
dari umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orangorang yang menyelisihi mereka hingga datangnya hari kiamat. (HR at-Tirmidzi :
2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam
Marifatu Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syubah bin Muawiyah bin Qurrah, dari
ayahnya secara marfu)
Imam at-Tirmidzi berkata : hadits hasan shahih. Syaikh Salim berkomentar :
Hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim).
Keempat : Hadits Saad bin Abi Waqqosh radhiyallahu anhu yang memiliki dua
lafazh yang berbeda, yaitu :
Pertama : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam : Akan
senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (diri) di atas kebenaran,
yang senantiasa perkasa hingga hari kiamat. (HR al-Lalika`i di dalam Syarh Ushul
Itiqod Ahlis Sunnah wal Jamaah : 170).
Kedua : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam : Akan
senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga datangnya
hari kiamat. (HR Muslim : XIII/68-Nawawi; Abu Nuaim di dalam al-Hilyah :
III/95-96; as-Sahmi di dalam Tarikh Jurjaan : 467; dan selainnya dari jalan Abu
Utsman al-Hindi)
Syaikh Salim berkomentar : Iya, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam telah
menjelaskan negeri al-Firqah an-Najiyah dengan penjelasan yang terang yang tidak
ada lagi keraguan padanya, dan beliau mengabarkan bahwa negeri itu adalah Syam
yang diberkahi dan penuh kebaikan.

Dan penjelasan Syaikh Salim al-Hilali di sini ditopang oleh penjelasan berikut :
Hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Umair dari
Malik bin Yakhomir, Muadz berkata : Dan mereka ini (ath-Tha`ifah al-Manshurah)
berada di Syam. Dan ucapan ini dihukumi marfu karena tidaklah diucapkan
dengan rayu (pendapat) dan ijtihad.
Hadits Saad di atas : Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan
kebenaran hingga datangnya hari kiamat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullahu menukil dalam kitabnya Manaqib asy-Syam wa Ahluhu (hal. 72-77)
ucapan Imam Ahmad bin Hanbal : Penduduk Maghrib, mereka adalah penduduk
Syam.
Syaikh Salim mengomentari : Saya sepakat dengan dua alasan :
Pertama adalah, bahwa seluruh hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa mereka
adalah penduduk Syam.
Kedua, bahasa Nabi Shallallahu alaihi wa Salam dan penduduk Madinah tentang
penduduk Maghrib (barat) maksudnya adalah penduduk Syam, karena mereka
(penduduk Maghrib) berada di barat mereka (Rasulullah dan para sahabatnya),
sebagaimana bahasa mereka tentang penduduk Masyriq (timur) adalah penduduk
Nejed dan Irak. Karena Maghrib (barat) dan Masyriq (timur) adalah perkara yang
nisbi (relatif).
Seluruh negeri yang memiliki barat maka bisa jadi merupakan bagian timur bagi
negeri lainnya dan sebaliknya. Dan yang menjadi pertimbangan di dalam ucapan
Nabi Shallallahu alaihi wa Salam ini tentang barat dan timur adalah tempat beliau
mengucapkan hadits ini, yaitu Madinah.
Kesimpulan : Negeri Syam adalah negeri ath-Tha`ifah al-Manshurah yang akan
menampakkan kebenaran, tidaklah akan membahayakan mereka orang-orang yang
menyelisihi dan mencela mereka, mereka akan mendapatkan kemenangan dari Allah
dan mereka tetap dalam keadaan demikian sampai datangnya hari kiamat. AthThaifah al-Manshurah inilah yang akan memenangkan Islam dan membebaskan
negeri Syam dari belenggu penjajahan bangsa Yahudi yang terlaknat, dan merekalah
yang akan membinasakan bangsa Yahudi terlaknat ini.

Anda mungkin juga menyukai