Anda di halaman 1dari 8

Matthew. (2011). The nature of sleep.

Comparative studies in society and history 53(4):


945-970.
Olson, D., M., Borel, C.,O., Laskowitz, D., T., et al. (2001). Queit tiem: A nursing
intervention to promote sleep in neuro critical care units. Am J Crtit Care 10(2):
74-787.
Page, M., S., Berger, A., M., Johnson. (2006). Putting evidence into practice: evidence
based interventions for sleep wake disturbances. Clinical Journal of oncology
Nursing, 10(6), 753-676.
Reeder, C., E., Franklin, M., Bramley, T.,J. (2007). Current Landscape of Insomnia in
Managed Care. The american journal of managed care, 13(5).
Tembo, A., C., & Parker, V. (2009). Factors that impact on sleep in intensive care
patients. Intensive and Critical Care Nursing Journal, 25, 314-322.
Tompson, D., R. (2012). Guidlines for intensif care unit design. Crit Care Med, 40(5).
Truman, B., & Ely, E.,W. (2003). Monitoring Delirium in Critically Ill Patients Using
the CAM-ICU. Critical Care Nurse: ProQuest Nursing & Allied Health Source,
23(2): 25-38.
Zhang, L, Sha, Kong, et al. (2013). Factors that affect sleep quality: perceptions made
by patients in the intensive care unit after thoracic surgery. Supportive care in
cancer, 21(8), 2091-6.

99

JUDUL
PRESENTER
AUTHOR (S)
INSTITUSI

ID. OP/ NC-11


Patient Safety di Area Keperawatan Kritis: Literature Review
Endah Setianingsih
Endah Setianingsih, Aan Nuraeni

ABSTRAK
Perawatan intensif memberikan intervensi yang beresiko tinggi dengan penanganan yang cepat.
Kejadian adverse event di intensif mengakibatkan kondisi perburukan, komplikasi sampai ke
kematian, sehingga perawat dituntut untuk memberikan asuhan yang lebih aman. Mewujudkan
patient safety butuh upaya dan kerjasama tim, dari seluruh komponen sarana pelayanan
kesehatan, dan perawat memegang peran kunci untuk mencapainya.
Literatur review ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan ringkasan tentang
patient safety di area keperawatan kritis.
Penelaahan sumber dilakukan dengan melakukan review jurnal yang diambil dari database
Ebscohost, CINAHL, Proquest, dan google scholar yang diterbitkan tahun 1995-2013 dengan
kata kunci patient safety in critical care, intensive care unit, culture safety , workload of nurse,
communication and collaboration. Jumlah literatur yang diperoleh sebanyak 80 jurnal dan 37
jurnal diantaranya memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dari penelitian quantitatif dengan
analisis narasi yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan pasien safety di area
keperawatan kritis.
Patient safety sering di hubungkan dengan human error, karena kesalahanya sering diakibatkan
karena manusia. Ketidakefektifan komunikasi dan kolaborasi antar tim perawat intensive, jam
kerja yang over load, culture safety dan medication error merupakan masalah yang sering
terjadi dan mengakibatkan adverse aveent yang membuat komplikasi, lama rawat bertambah
dan bahkan mengakibatkan kematian.
Kata kunci : pasien safety, pasien safety in critical care, intensive care unit, workload of nurse,
culture safety, medication errror.

PENDAHULUAN
Keselamatan pasien merupakan isu global yang menjadi prioritas utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Institusi pelayanan kesehatan dan
praktisi kesehatan telah mengembangkan konsep tentang keselamatan pasien, dimulai
sejak International of Medicine mengeluarkan pernyataan To Err is Human.(Tracy,
2013). Menurut Institute of Medicine keselamatan pasien didefinisikan sebagai
Freedom from accidental injury. Tahun 1999 The Institute of Medicine dalam
laporannya tentang kejadian medical error menyatakan bahwa setiap tahunnya di
Amerika Serikat terdapat 44.000 sampai 98.000 kematian di rumah sakit akibat
medication error (Leonard, 2003). Di ruang perawatan intensif tingkat potensi kejadian
medication error lebih tinggi dibandingkan non ICU. Hal itu terjadi karena
kompleksitas pasien, ketergantungan pasien dengan perawat, serta ketergantungan
pasien terhadap alat bantu pernapasan. (Scoot, et al.2006). Selain itu, ruang perawatan
intensive merupakan unit yang memberikan intervensi yang beresiko tinggi dengan
penanganan yang cepat. Kesalahan pengobatan di ruang perawatan intensif bisa
mengakibatkan kondisi perburukan sampai ke kematian. (Krimsky,2009)

100

TUJUAN
Tujuan dari literatur review ini adalah untuk memberikan ringkasan dari beberapa
literatur internasional yang berkaitan dengan keselamatan pasien di ruang perawatan
intensif dan mengkaji aspek- aspek yang berkaitan dengan keselamatan pasien di area
keperawatan kritis.
METODE
Study literatur ini dilakukan dengan mereview penelitian penelitian terkait pasien safety,
yang diperoleh melalui media elektronik. Literatur tersebut di dapatkan melalui
pencarian di database CINAHL dari EbscoHost, Proquest, dan Google Scholar.
Pencarian dengan menggunakan kata kunci, pasien safety, pasien safety in critical care,
morkload of nurse, communication and collaboration in patient safety, intensive care
unit dan culture saftey. Literatur yang di temukan sebanyak 80 jurnal , 37 jurnal yang
memenuhi kriteria inklusi jurnal dengan data quantitatif dari tahun 1995 2013. Studi
literatur ini menggunakan analisis narasi (narrative analysis) yang kemudian akan
dideskripsikan untuk menggambarkan pasien safety di area keperawatan kritis.
HASIL
Jurnal yang diperoleh dari pencarian dengan kata kunci patient safety, patient safety
in
nursing, intensive care unit, work load of nurse, coomunication and collaboration,
medication error, adverse event dan culture safety yang berguna bagi perkembangan
perawatan dan keselamatan pasien di lingkup intensive care.
Keselamatan Pasien di ICU
Perawatan di ruang perawatan intensif bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang
menitikberatkan pada pencegahan terhadap kondisi perburukan, dan komplikasi melalui
observasi serta monitoring yang ketat serta kemampuan untuk menginterprestasikan
setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.(Krimsky, 2009). Pasien kritis
mempunyai hak untuk terhindar dari medical error, tapi dalam kenyataanya kejadian
error sangat beresiko terjadi di ruang perawatan intensif (Bohomol, 2006). Dari 5 juta
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif dalam satu tahun, 1/5 (seperlima, sekitar
19 %) terjadi kesalahan pemberian obat dan 42% lama hari rawatnya bertambah karena
medical error (Scoot et al, 2006).
Akibat dari adverse event yang terjadi ICU, selain pasien harus mengeluarkan biaya
lebih tinggi , mungkin ada bahaya serius yang terjadi, sampai menyebabkan kematian.
Masalah Masalah Keselamatan Pasien di Area Keperawatan Kritis
Medication error
Penelitian tentang kesalahan dalam pengobatan dan pemberian administrasi obat
yang aman sudah dimulai pada tahun 1960-an di Amerika Serikat (Flynn et al, 1999).
Kesalahan dalam pengobatan terjadi ketika obat diresepkan, dibagikan, dan saat obat
diadministrasikan ke pasien. Masalah medication error ini adalah masalah utama di
sektor perawatan kesehatan di seluruh dunia. Menurut Cullen et al (1997), tingkat
potensi kejadian adverse event di ruangan perawatan intensif dua kali lebih tinggi di
bandingkan non ICU. Hal ini senada dengan hasil penelitian Bohomol et al (2009) kasus
medications error di ruang perawatan intensif paling tinggi kesalahannya diantaranya
yaitu obat tidak tersedia di lembaga 41,0%, distribusi di apotik 16,3%, kegagalan dalam
transkripsi dari resep ke apotik 11,0%, kegagalan komunikasi antar layanan 8,0 %,
masalah yang terkait dengan resep 7,0 %, kegagalan untuk memeriksa obat 6,6 %,

kelebihan beban kerja 5,0 %, lainnya 3,7 %, dan kesalahan tetesan infus pump 0,7%.
Namun Menurut (Rothschild, 2005) kesalahan dalam pemberian obat intravena dan
kejadian adverse event obat dapat dideteksi dan diminimalkan dengan menggunakan
infus pump.
Menurut Kopp (2006), semua potensi kesalahan dalam pemberian obat, 2/3 dari
kejadian efek samping obat sebenarnya dapat dicegah. Ada satu kesalahan yang dapat
dicegah untuk setiap lima dosis obat yang diberikan. kesalahan yang paling sering
adalah karena kelalaian dosis , dosis yang salah, obat yang salah , teknik yang salah,
atau interaksi antar obatnya yang salah.
Komunikasi dan kolaborasi
Pentingnya komunikasi antara perawat dan petugas kesehatan lain dalam proses
pemberian perawatan pasien menjadi hal yang penting. Komunikasi yang efektif dan
kerja sama tim sangat penting untuk pemberian asuhan keperawatan pasien yang aman.
(Leonard, 2004; Slort, 2011). Lebih dari 85% kesalahan yang ada diruang intensif
disebabkan karena kegagalan komunikasi dan kurangnya kolaborasi tim (Pronovost,
2003). Keterbukaan komunikasi antara anggota tim juga terkait dengan sejauh mana tim
memahami tujuan perawatan pasien. (Reader, 2007). Beberapa kesalahan yang terjadi di
ICU dikaitkan dengan masalah komunikasi antara dokter dan perawat (Donchin, 1995).
Banyak hal yang berkontribusi terhadap kegagalan komunikasi tersebut, menurut
Leonard (2003 ; Haig, 2006) komunikasi dengan model (SBAR) Situation, Background,
Assesment, Recomendation merupakan metode komunikasi efektif untuk menjembatani
gaya komunikasi yang berbeda antar profesi. Kolaborasi yang tidak baik tentu akan
menyebabkan peningkatan kesalahan dan peningkatan resiko terjadi kesalahan diruang
perawatan intensif. Hambatan kolaborasi antara lain kurangnya komunikasi perawat
tidak melaporkan ke tim tentang masalah yang dihadapi pasien, konflik antara si
pemberi layanan dan kegagalan dalam mengembangkan rencana perawatan dalam
mencegah terjadinya komplikasi. (Bohomol, 2008).Komunikasi yang baik akan
memberikan hasil yang positif bagi pasien, anggota keluarga, dan tim kesehatan (Slort,
2011). Perlu diketahui bahwa kegagalan komunikasi selama perencanaan pulang pasien
dan perawatan pasien dirumah dapat membahayakan untuk keselamatan pasien dirumah
(Arora, 2005)
Budaya Pasien Safety
Ruang intensive care merupakan sebuah institusi tunggal yang memiliki persepsi yang
berbeda beda terhadap budaya keselamatan. (Huang, 2007). Budaya keselamatan
pasien sangat berpengaruh dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman ke
pasien. Menurut Cooper, 2010 hambatan terbesar untuk memperbaiki pelayanan
kesehatan yang lebih aman adalah budaya dari organisasi kesehatan (Cooper, 2000).
Persepsi dari manajemen dan iklim keamanan di rumah sakit yang menyadari akan
pentingnya pasien safety akan lebih memberikan asuhan keperawatan yang aman
kepada pasien.(Huang, 2010). Tercapainya program keselamatan yang komprehensif di
ruang intensif dikaitkan dengan perbaikan secara signifikan dalam budaya
keselamatan.(Pronovost, 2008).
Beban Kerja dan emosional perawat
Beban kerja perawat yang bekerja over load akan mengakibatkan resiko terjadi
kesalahan. Resiko terjadi kesalahan lebih besar terjadi pada perawat dengan durasi shift
kerja lebih panjang. Perawat training/ magang yang mempunyai durasi kerja lebih
panjang juga beresiko melakukan kesalahan medis yang serius. (Lockley, 2004). Hal ini
karena dengan shift lebih panjang sering berhubungan dengan penurunan tingkat

kewaspadaan perawat (Scoot, 2006). Menurut Carayon & Alvarado (2007) berpendapat
bahwa efek dari beban kerja perawat berpengaruh terhadap hasil dan kualitas kehidupan
kerja perawat juga keamanan perawatan yang di berikan oleh perawat kritis (Carayon &
Alvarado, 2007). Selain itu, memaksakan beban kerja secara overload kepada perawat
juga sering berdampak pada emosi. Menurut Laschinger et al (2001), salah satu cara
yang efektif guna meningkatkan keselamatan pasien dengan menggunakan upaya
alternatif dengan cara menstabilkan emosi perawat. Untuk mengupayakan hal tersebut
manajer keperawatan harus menghindari memaksakan beban kerja secara over load
kepada perawat. Menstabilkan emosi perawat memberikan kontribusi yang positif guna
untuk keselamatan pasien. Di ruang perawatan intensif para manajer harus memastikan
bahwa ada staf yang memadai di lembaga-lembaga mereka untuk melindungi
keselamatan pasien. Selain itu, lebih banyak waktu untuk perawatan pasien secara
langsung akan meningkatkan kepuasan kerja perawat, menstabilkan emosi perawat dan
dengan demikian meningkatkan keselamatan pasien (Chang, 2009).
Inovasi untuk Peningkatan Keselamatan Pasien di Area Keperawatan Kritis
Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NIHCE) menyatakan : Staf
perawat yang merawat pasien di ruang perawatan intensuf harus memiliki standar yang
tinggi, dalam memantau , mengukur, menafsirkan, dan bertindak. Pada kondisi pasien
kritis sedikit perubahan yang terjadi yang tidak secepatnya di atasi bisa mengakibatkan
kondisi perburukan dan fatal. Beberapa hal yang harus diperlukan dalam skala
pengukuran ini adalah denyut jantung, laju pernapasan, suhu, tingkat kesadaran, jumlah
urin yang mereka hasilkan, tekanan darah sistolik, dan saturasi oksigen (Higgins et al.
2008).
Dalam hal pengobatan, Poon et al (2010) memberikan solusi bahwa kesalahan
pengobatan sebenarnya dapat dicegah, untuk membantu mencegah kesalahan tersebut
teknologi telah dikembangkan untuk memferivikasi obat dengan memasukkan teknologi
bar code dalam sistem obat administrasi elektronik (Bar-code Emar). Sistem
administrasi pengobatan bar code (bar code medication system/ BCMA) merupakan
sistem berbasis teknologi barcode yang dikombinasikan dengan koneksi internet
melului server dan sentral komputerisasi yang digunakan untuk meningkatkan akurasi
data administrasi medis di unit pelayanan kesehatan. Produk ini pertama kali
dikembangkan di Kansas, USA pada tahun 1995 dan pada perkembanganya teknologi
ini digunakan sebagai sistem penunjang data di rumah sakit dan memberikan manfaat
dalam meningkatkan angka keselamatan pasien Poon, 2010). BCMA mengidentifikasi
potensi kecelakaaan dan mengurangi kejadian adverse eveent obat.
KESIMPULAN
Patient safety merupakan s u a t u s i s t e m d i m a n a r u m a h s a k i t m e m b u
at asuhan
pasien lebih aman. Perawat intensive memiliki peranan
penting dalamkeselamatan pasien karena perawat merup
a k a n t e n a g a k e s e h a t a n ya n g p a l i n g s e r i n g b e r i n t e r a k s i d e n
gan pasien.
Sedikit perburukan pada pasienPer
a w a t m e n j a d i o r a n g p e r t a m a ya n g m e n g e t a h u i . Patient safety
sering di hubungkan dengan human error, karena kesalahanya selalu diakibatkan
manusia. Ketidakefektifan komunikasi dan kolaborasi antar tim perawat intensive, jam
kerja yang over load, budaya keselamatan pasien dan medication error.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, S., & Wittwer, W. (2004). Using BarCode PointofCare Technology for
Patient Safety. Journal for Healthcare Quality, 26(6), 5-11.
Arora, V., Johnson, J., Lovinger, D., Humphrey, H. J., & Meltzer, D. O. (2005).
Communication failures in
patient sign-out and suggestions for improvement:
a critical incident analysis. Quality and Safety in Health Care, 14(6), 401-407.
Bohomol E, Ramos LH, DInnocenzo M. (2009). Medication errors in an intensive
care unit. Journal of Advanced Nursing, 1259-1267.
Carayon, P., & Alvarado, C. J. (2007). Workload and patient safety among critical care
nurses. Critical care nursing clinics of North America, 19(2), 121-129.
Chang SS, Teng CI, Hsu KH 2009. Emotional stability of nurses: impact on patient
safety. Journal of Advanced Nursing, Vol 65 Issue 10, 2088-2096.
Carayon P, Hundt AS, Alvarado CJ, Springman SR & Ayoub P 2006. Patient safety in
outpatient surgery: The viewpoint of the healthcare providers. 470-485.
elik, S., Ugras, G. A., Durdu, S., Kubas, M., & Aksoy, G. (2008). Critical care nurses'
knowledge about the care of deceased adult patients in an intensive care unit.
Australian Journal of Advanced Nursing, The, 26(1), 53.
Cullen, D. J., Sweitzer, B. J., Bates, D. W., Burdick, E., Edmondson, A., & Leape, L. L.
(1997). Preventable adverse drug events in hospitalized patients: a comparative
study of intensive care and general care units. Critical care medicine, 25(8), 12891297.
Carayon, P., Wetterneck, T. B., Hundt, A. S., Ozkaynak, M., DeSilvey, J., Ludwig, B.,
... & Rough, S. S. (2007). Evaluation of nurse interaction with bar code
medication administration technology in the work environment. Journal of Patient
Safety, 3(1), 34-42.
Cooper M. (2000). Towards a model of safety culture. Safety Science, 36, 111-136.
Despins, L. A. (2009). Patient safety and collaboration of the intensive care unit team.
Critical care nurse, 29(2), 85-91.
Donchin, Y., Gopher, D., Olin, M., Badihi,Y., Biesky, M. R., Sprung, C. L., ... & Cotev,
S. (1995). A look into the nature and causes of human errors in the intensive care
unit. Critical care medicine, 23(2), 294-300.
Flynn E.A & Baker K.N 1999. Medication errors research, 6-25.
Haig, K. M., Sutton, S., & Whittington, J. (2006). SBAR: a shared mental model
for
improving communication between clinicians. Joint Commission Journal on
Quality and Patient Safety, 32(3), 167-175.
Henneman, E. A., Gawlinski, A., & Giuliano, K. K. (2012). Surveillance: a strategy for
improving patient safety in acute and critical care units. Critical care nurse, 32(2),
e9-e18.
Higgins Y, Maries-Tillott C, Quinton S, Richmond Jo 2008. Promoting patient safety
using an early warning scoring system. Nursing Standard, Vol 22 Issue 44, 35-40
Haig, K. M., Sutton, S., & Whittington, J. (2006). SBAR: a shared mental model for
improving communication between clinicians. Joint Commission Journal on
Quality and Patient Safety, 32(3), 167-175.
Huang, D. T., Clermont, G., Kong, L., Weissfeld, L. A., Sexton, J. B., Rowan, K. M., &
Angus, D. C. (2010). Intensive care unit safety culture and outcomes: a US
multicenter study. International Journal for Quality in Health Care, 22(3), 151161.

Huang, D. T., Clermont, G., Sexton, J. B., Karlo, C. A., Miller, R. G., Weissfeld, L. A.,
... & Angus, D. C. (2007). Perceptions of safety culture vary across the intensive
care units of a single institution*. Critical care medicine, 35(1), 165-176.
Krimsky, W. S., Mroz, I. B., McIlwaine, J. K., Surgenor, S. D., Christian, D., Corwin,
H. L., ... & Malayaman, N. (2009). A model for increasing patient safety in the
intensive care unit: increasing the implementation rates of proven safety measures.
Quality and Safety in Health Care, 18(1), 74-80.
Kopp, B. J., Erstad, B. L., Allen, M. E., Theodorou, A. A., & Priestley, G. (2006).
Medication errors and adverse drug events in an intensive care unit: direct
observation approach for detection. Critical care medicine, 34(2), 415-425.
Landrigan, C. P., Rothschild, J. M., Cronin, J. W., Kaushal, R., Burdick, E., Katz, J. T.,
... & Czeisler, C. A. (2004). Effect of reducing interns' work hours on serious
medical errors in intensive care units. New England Journal of Medicine, 351(18),
1838-1848.
Lockley, S. W., Cronin, J. W., Evans, E. E., Cade, B. E., Lee, C. J., Landrigan, C. P., ...
& Czeisler, C. A. (2004). Effect of reducing interns' weekly work hours on sleep
and attentional failures. New England Journal of Medicine, 351(18), 1829-1837.
Leonard, M., Graham, S., & Bonacum, D. (2004). The human factor: the critical
importance of effective teamwork and communication in providing safe care.
Quality and Safety in Health Care, 13(suppl 1), i85-i90.
Laschinger H.K.S., Shamian J & Thomson D 2001. Impact of magnet hospital
characteristics on nurses perceptions of trust, burnout, quality of care and work
satisfaction. Nursing Economics, Vol. 19, Issue 5, 209-219.
Pronovost, P., Berenholtz, S., Dorman, T., Lipsett, P. A., Simmonds, T., & Haraden, C.
(2003). Improving communication in the ICU using daily goals. Journal of
critical care, 18(2), 71-75.
Patterson, E. S., Rogers, M. L., Chapman, R. J., & Render, M. L. (2006). Compliance
with intended use of bar code medication administration in acute and long-term
care: an observational study. Human Factors: The Journal of the Human Factors
and Ergonomics Society, 48(1), 15-22.
Poon, E. G., Keohane, C. A., Yoon, C. S., Ditmore, M., Bane, A., Levtzion-Korach, O.,
... & Gandhi, T. K. (2010). Effect of bar-code technology on the safety of
medication administration. New England Journal of Medicine, 362(18), 16981707.
Patterson, E. S., Cook, R. I., & Render, M. L. (2002). Improving patient safety by
identifying side effects from introducing bar coding in medication administration.
Journal of the American Medical Informatics Association, 9(5), 540-553.
Pronovost, P. J., Berenholtz, S. M., Goeschel, C., Thom, I., Watson, S. R., Holzmueller,
C. G., ... & Sexton, J. B. (2008). Improving patient safety in intensive care units in
Michigan. Journal of critical care, 23(2), 207-221.
Reader, T. W., Flin, R., Mearns, K., & Cuthbertson, B. H. (2007). Interdisciplinary
communication in the intensive care unit. British journal of anaesthesia, 98(3),
347-352.
Reader, T. W., Flin, R., Mearns, K., & Cuthbertson, B. H. (2009). Developing a team
performance framework for the intensive care unit*. Critical care medicine, 37(5),
1787-1793.

Rothschild, J. M., Landrigan, C. P., Cronin, J. W., Kaushal, R., Lockley, S. W.,
Burdick, E., ... & Bates, D. W. (2005). The Critical Care Safety Study: The
incidence and nature of adverse events and serious medical errors in intensive
care*. Critical care medicine, 33(8), 1694-1700.
Rothschild, J. M., Keohane, C. A., Cook, E. F., Orav, E. J., Burdick, E., Thompson, S.,
... & Bates, D. W. (2005). A controlled trial of smart infusion pumps to improve
medication safety in critically ill patients*. Critical care medicine, 33(3), 533540.
Scott, L. D., Rogers, A. E., Hwang, W. T., & Zhang, Y. (2006). Effects of critical care
nurses work hours on vigilance and patients safety. American Journal of Critical
Care, 15(1), 30-37.
Singer, S. J., Gaba, D. M., Geppert, J. J., Sinaiko, A. D., Howard, S. K., & Park, K. C.
(2003). The culture of safety: results of an organization-wide survey in 15
California hospitals. Quality and safety in health care, 12(2), 112-118.
Tracy, M. F. (2013). Patient Safety Issues in Critical Care. AACN advanced critical
care, 24(4), 376-377.

Anda mungkin juga menyukai