Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.

B. JENIS-JENIS KOMUNIKASI
1. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan alat bicara
manusia secara lengkap yang bermedia bahasa dalam bentuk ujaran
atau wicara.
2. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan alat
ucap manusia lebih menekankan pada tanda-tanda tertentu.
3. Komunikasi sekunder adalah penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat sebagai media misalnya
komunikasi lewat telpon, email, faxmail, Koran, majalah, tv, video dan
sms.

1. Komunikasi verbal
Pengertian
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau
lisan( oral). Komunikasi verbal menempati posisi besar. Karna
kenyataanya ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan,
komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih mudah
memahami pesan-pesan yang disampaikan
Contoh komunikasi verbal yang disampaikan melalui lisan seperti
bercakap-cakap secara langsung seperti telepon, mendengarkan radio.
2. Komunikasi Non Verbal
Pengertian
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan
kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh
yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language.

Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa:


Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk non verbal, tanpa kata-kata.
Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa:
Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui
pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language),
komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan
komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering
digunakan oleh seseorang, seperti:
a. Menganggukan kepala yang berarti setuju,
b. Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
c. Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang
tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari,
d. Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah,
berarti ia sedang marah,
e. Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh
masuk sesuai dengan jenisnya.

C. FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL


Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. Periset
nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama (Ekman, 1965; Knapp,
1978) yaitu:
1. Untuk Menekankan
Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau
menekankan beberapa bagian dari pesan verbal, misalnya tersenyum
untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau memukulkan
tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.
2. Untuk Melengkapi (Complement)
Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna
atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal, misalnya
tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan
kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.
3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi
Manusia juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal
dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau
mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang dikatakan adalah
tidak benar.
4. Untuk Mengatur

Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan


keinginan untuk mengatur pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir,
mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk
menunjukkan keinginan mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat
tangan
atau
menyuarakan
jenak
(pause)
(misalnya,
dengan
menggumamkan umm) untuk memperhatikan bahwa anda belum
selesai bicara.
5. Untuk Mengulangi
Melalui kode nonverbal dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna
dari pesan verbal. Misalnya, menyertai pernyataan verbal apa benar?
dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan
kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal Ayo kita pergi.
6. Untuk Menggantikan
Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal, misalnya,
mengatakan
oke
dengan
tangan
tanpa
berkata
apa-apa.
Menganggukkan kepala untuk mengatakan ya atau menggelengkan
kepala untuk mengatakan tidak.an bahasa non verbal dapat melalui
kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan
penggunaan simbol-simbol.
D. Bentuk Komunikasi Non Verbal
Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
1. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar,
grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan
warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat
perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan katakata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam
pemrosesan informasi kepada para pendengar.
2. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non
verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan,
mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu
maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
3.

Komunikasi gerakan tubuh


Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal,
seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap
tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang

diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui


informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata.
Seperti menganggukan kepala berarti setuju.
4. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat
atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna.
Ketika seseorang menyebutkan bahwa jaraknya sangat jauh,
ruangan ini kotor, lingkungannya panas dan lain-lain, berarti
seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar
penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
5. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi
dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang
dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari,
seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk
parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
6. Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan
penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya.
Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan
kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan
berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian
tidak rapih, kotor dan lain-lain).
7. Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana
penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu
makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa
suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lainlain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi
menyampaiakan suatu maksud atau makna.
E. CIRI-CIRI KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Isyarat nonverbal bersifat komunikatif
Dalam
satu
interaksi,
setiap
perilaku
nonverbal
selalu
mengkomunikasikan sesuatu. Dengan kata lain,kita tidak mungkin
tidak bertingkah laku, contoh diam. Saat diam, kita juga sudah
mengkomunikasikan sesuatu, duduk diam mendengarkan musik. Apa
yang sedang dilakukan atau tidak dilakukan, sengaja atau tidak
sengaja, di situ ada pesan yang dapat dibaca atau ditafsirkan oleh
orang lain. Devito menyebutkan gerakan otot di sekitar mata, tingkat
kontak mata, atau cara mereka saling memandang, semua
memberikan petunjuk bagi kita untuk memberi penilaian. Setiap

perilaku itu
komunikasi.

mempunyai

makna,

masing-masing

melakukan

2. Isyarat nonverbal bersifat kontekstual


Artinya pesan yang terkandung dalam isyarat non-verbal tergantung
pada konteksnya (tempat, waktu dan situasi). Mengedipkan mata
pada seorang wanita di bis kota dan dimeja poker beda maknanya.
Kedipan di meja poker akan mendapat uang banyak, kedipan di bis
kota, sifatnya menggoda.
3. Isyarat nonverbal bersifat paket
Perilaku nonverbal, apakah itu gerakan tangan, mata, otot tubuh,
biasanya bersifat paket. Semua bagian tubuh biasanya berkerja sama
untuk komunikasikan makna tertentu. Misalnya, kita ingin mengetahui
seseorang sedang marah atau tidak, maka isyarat kita lihat adalah
apakah kata-kata verbalnya diikuti isyarat nonverbal, seperti tubuh
dan wajah yang memegang, dahi berkerut, dan sikap yang sedang
siap untuk berkelahi.
4. Isyarat nonverbal dapat dipercaya
Hasil peneletian menunjukkan hampir selalu terdapat kekonsistenan
antara bahasa verbal dan nonverbal pun berdusta. Hasil penelitian
para akhli juga menemukan, biasanya orang berbohong saat
berbicara, menggunakan kata-kata lebih sedikit. Orang yang
berbohong cenderung menggunakan jeda (pause) yang lebih lama,
sebelum menjawab pertanyaan. Ciri lain orang berbohong, mereka
yang menggunakan kata-kata yang konkret. Mereka biasanya
menggunakan istilah-istilah yang umum seperti, Yah, seperti itulah.
Mereka juga jarang menyebutkan nama tempat atau nama orang
secara spesifik. Ciri lainnya adalah saat bicara sering menutup
mulutnya dengan tangan yang posisi ibu jarinya di pipi.
5. Isyarat nonverbal dikendalikan oleh aturan
Ada beberap aturan-aturan yang berlaku dalam proses nonverbal.
Hanya memiliki kedudukan lebih tinggi yang boleh menyentuh
pundak. Misal seorang direktur menyentuh pundak bawahannya,
bukan bawahannya yang menyentuh pundak direkturnya, risikonya
akan dipecat. Selain itu, bila atasannya ingin berdiri di dekat
bawahannya, maka posisinya cenderung lebih dekat dibanding bila
sang bawahan yang memiliki keinginan untuk mendekat, pasti jarak
bawahan lebih jauh.
6. Isyarat nonverbal bersifat metakomunikasi
Antara pesan yang satu dengan pesan yang lain (baik isyarat verbal
dengan isyarat nonverbal, atau isyarat nonverbal dengan isyarat
nonverbal) saling berhubungan, saling mengkomunikasikan, dan

saling menguatkan. Misalnya, seorang sales sedang menawarkan


produknya kepada calon customer-nya. Ia tidak hanya berkomunikasi
secara verbal, tetapi juga berkomunikasi nonverbal. Kata-katanya,
penampilan tubuh, gaya rambut, cara berpakaian, jam tangan,dan
cara berjalan, semua mengkomunikasikan dirinya serta produk yang
ditawarkan

F. Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Khusus (Tuna Rungu)


1. Konsep Komunikasi Terapeutik
Seorang perawat tidak dapat memperoleh Informasi tentang pasienya
jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan yang ada pada
pasienya. Tanpa mengetahui kebutuhan untuk pasienya, perawat juga
mampu menolong kesulitan yang dihadapi pasien. melalui komunikasi
terapeutik diharapkan dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi
dan menghargai keunikan pasien.
2. Definisi
Komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu, comunication yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran ide dengan pembicara
mengharapkan pertimbangan jawaban dari pendengarnya. Komunikasi
adalah suatu transaksi proses simbolik yang menghendaki orangorang mengatur lingkunganya dengan membangun hubungan antar
sesama manusia melalui pertkaran informasi untuk menguatkan sikap
dan tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku
tersebut. (Robbin & Jones, 1982).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dalam kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien (inderawati, 2003. Hal 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan,
namun harus direncanakan, disengaja dan merupakan tindakan
Profesional. akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja
kemudian melupakan pasien sebagai manusia yang beragam latar
belakang dan masalahnya (Arwani, 2003, hal 50).
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Suryani (2005) komunikasi terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif / adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realitas.

d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.


Identitas personal disini termasuk status, peran dan jenis kelamin.
e. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
\\perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
f. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
g. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
4. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah
a. untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat
dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah
dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
(inderawati, 2003)
c. Membina hubungan kerjasama dengan klien yang difokuskan
untuk rasa nyaman demi kesembuhan klien.
G. Masalah Dalam Komunikasi Terapeutik.
Dikutip dari buku Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan (Roben B.
Ellis, 2000), ada 4 faktor utama yang menyebabkan terjadi masalah
komunikasi dalam keperawatan, yaitu:
1. Kurangnya kesadaran diri
Satu alasan mengapa komunikasi bisa tidak efektif karena kurangnya
kesadaran akan aspek aspek diri sendiri yang sangat mempengaruhi
interaksi dengan orang lain. Sebuah karakteristik yang penting dari
komunikasi manusia adalah bahwa tidak semua sinyal dan pesan
terkirim secara sengaja / disadari. Komunikasi yang efektif
membutuhkan orang orang yang terlibat didalamnya untuk
memaksimalkan kesadaran diri, baik dalam hal bagaimana perilaku
dan persepsi orang lain dan juga dalam pemahaman motivasi diri
sendiri dan hal hal yang tidak terlihat.
2. Kurangnya pelatihan keterampilan interpersonal yang sistematik
Komunikasi terdiri dari sekumpulan keterampilan.
3. Kurangnya kerangka konseptual
Perawat
yang
menunjukan
kompetensi
dalam
menerapkan
keterampilan interpersonal kadang kadang dapat menggunakan
secara khusus (Dunn, 1991) adalah penting bagi perawat untuk
mampu mengkonseptualisasikan apa yang sedang mereka lakukan
untuk memastikan bahwa keterampilan digunakan dengan cara
koheren dan strategis.
4. Kurangnya kejelasan tujuan
Komunikasi yang efektif akan mempunyai angka angka keberhasilan
yang tinggi dalam membuat pilihan yang benar pada situasi yang
dihadapinya karena mengetahui dengan jelas tujuan dan maksud dari
setiap interaksi (Heron, 1991).

H. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELOMPOK KHUSUS (TUNA RUNGU)


1. SEJARAH TUNA RUNGU DI INDONESA
Di Indonesia pendidikan anak tuna rungu dimulai di Bandung, Jawa
Barat, sekitar tahun 1930 dan beberapa tahun kemudian didirikan
sekolah luar biasa B (SLB bagian B) di Wonosobo Jawa Tengah dan
sekarang ini telah tersebar di seluruh tanah air Indonesia dan
kebanyakan diselenggarakan oleh pihak swasta berupa yayasan. Di
Bali terdapat sekolah pembina tingkat Nasional dan di Subang ada
Sekolah Pembina luar biasa B tingkat provinsi. Mengenai sistem
pendidikan di Indonesia umumnya mempergunakan metode
membaca ajaran bibir (lip reading)
namun sejak bebrapa tahun di SLB/B kota Jakarta khususnya SLB/B
Zinnia dan di Surabaya SLB/B Karya Mulya, telah dimulai dengan
Komunikasi total (kombinasi isyarat, ejaan jari dan bicara). Komunikasi
total ini akan dikembangkan di SLB/B seluruh Indonesia dengan
dilakukannya kamus sistem isyarat bahasa Indonesia sebagai
komponen komunikasi total pada tanggal 2 Mei 1994 oleh Mendikbud
bapak Prof.Ar.Ing. Wardiman Djojonegoro.
Selama ini belum terselenggara pendidikan terpadu secara resmi,
meskipun sudah banyak anak-anak tuna rungu yang berhasil duduk di
bangku sekolah SMTP, SMTA maupun Perguruan Tinggi. Menurut data
dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud padaa tahun
1986 terdapat 5751 anak tuna rungu yang mendapat pendidikan pada
162 SLB/B di Indonesia. Di Jakarta pendidikan yang diberikan pada
SLB/B lainnya. Pendidikan anak tunarungu telah dimulai pada usia
yang sangat dii yakni pada usia 2 tahun atau pada usia dimana anak
telah dapat berjalan. Suara senada juga dikemukakan Lani Bunawan,
penanggung jawab Kelompok Kerja Pendidikan Luar Biasa (KKPLB),
yang membuat kamus bahasa isyarat. Menurut Lani, kamus itu
dibuatnya agar masyarakat mau peduli bahwa ada kalangan yang
masih perlu diperhatikan. Saat ini sekitar 0,1 persen dari sekitar 3,5
persen dari seluruh penduduk (per Sept.2010) penderita cacat di
Indonesia
adalah
tuna
rungu/tuli.
(psibkusd.wordpress.com)
Persentase ini setara dengan 8.750.000 orang, jika asumsi jumlah
penduduk sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan dari jumlah itu, yang
mengerti bahasa isyarat hanya sekitar 700.000 orang.
Prof. dr. Hendarto Hendarmin, Ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
di Jakarta, Senin (11/9/2010) mengungkapkan bahwa dengan jumlah
penderita sebanyak itu, jumlah lembaga pencegah tuna rungu masih
sangat minim, bahkan belum ada yang secara efektif menimbulkan
perubahan dalam hal pencegahan bertambahnya penderita tuna
rungu.

Jadi, semakin gencarnya inovasi sajian berita teve modern saat ini
nampaknya perlu berpikir ulang untuk menyediakan bantuan
efektivitas sosial bagi para penderita tuna rungu di Indonesia yang
masih setia menjadikan teve sebagai media utama penyedia layanan
berita.
Di samping itu, negara diharapkan masih dalam fokus intinya
menekan jumlah penderita cacat di Indonesia. bKomunikasi terapeutik
sangat diperlukan apalagi pada pasien tuna rungu yang yang
mengalami kesulitan dalam menerima informasi.

I.

Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Khusus ( Tuna Rungu).


1. Definisi Tuna Rungu
Tuna rungu adalah seorang yang mengalami kekurangan / kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian / seluruhnya yang diakibatkan
karena tidak berfungsinya sebagian / seluruh alat pendengaranya.
Tuna rungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya
yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak
terhadap kehidupannya secara kompleks.
2. Klasifikasi Ketunarunguan
Pada umumnya klasifikasi dari tina rungu dibagi atas 2 golongan yaitu:
a. Tuli (lebih dari 90 dB)
Tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan
mendengar sehingga membuat proses informasi bahasa melalui
pendengaran baik itu memakai atau tidak memakai alat
pendengaran tidak akan terdengar oleh si penderita.
b. Kurang dengar (kurang dari 90 dB)
Adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan
mendengar, akan tetapi masih mempunyai sisa pendengaran dan
pemakaian alat bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta
membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi tunarungu dapat dibagi berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat
keparahan, waktu rusaknya pendengaran, dan bagian alat
pendengaran yang mengalami kerusakan. Untuk lebih jelas dan
terperinci, berikut adalah klasifikasi anak tunarungu menurut
Samuel A Kirk berdasarkan tingkat keparahan :
a.Ketunarunguan Slight, bila kehilangan pendengaran adalah
antara lain 27-40 db
b.Ketunarunguan Mild, bila kehilangan pendengaran adalah antara
41-55 db
c.Ketunarunguan Marked, bila kehilangan pendengaran adalah
antara lain 56-70 db
d.Ketunarunguan Severe, bila kehilangan pendengaran adalah
antara lain 71-90 db

e.Ketunarunguan Extreme, bila kehilangan pendengaran adalah


antara lain 91 db atau lebih
Sedangkan klasifikasi berdasarkan waktu rusaknya pendengaran :
1. Tunarungu bawaan
: tunarungu sejak lahir
2. Tunarungu perolehan
: anak lahir dengan pendengaran
normal akan
tetapi dikemudian hari indera pendengarannya menjadi tidak
berfungsi yang disebabkan karena kecelakaan
atau suatu penyakit.
Ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan, menurut pendapat
Mohammad Efendi (2006:63) klasifikasi anak tunarungu dapat di
kelompokkan menjadi 3 sebagai berikut:
1. Tunarungu Konduktif.
Keturunan tipe konduktif ini terjadi karena beberapa organ yang
bergfungsi sebagai penghantar suara ditelinga bagian dalam dan
dinding-dinding labirin mengalami gangguan. Penyebab yang
mengalangi masuknya getaran surara ke organ penghantar antara
lain karena tersumbatnyaliang telinga oleh kotoran telinga,
kemasukan benda-benda asing, pecah, dan berlubang pada selaput
gendang telinga dan ketiga tulang pendengaran dapat
menyebabkan hilangnya daya hantar organ tersebut. Gangguan
yang terjadi organ penghantar suara jarang sekali melebihi
rentangan antara 60-70 dB dari pemeriksaan audiometer.
2. Tunarungu Perpektif.
Ketunarunguan tipe perspektif disebabkan terganggunya organorgan pendengaran yang terjadi dibelahan telinga bagian dalam.
Telinga bagian dalam memiliki fungsi sebagai alat persepsi dari
getaran suara yang hantarkan oleh organ pendengaran dibelahan
telinga luar dan tengah. Ketunarunguan tipe ini terjadi apabila
getaran suara yang diterima oleh telinga bagian dalam yang
mengubah rangsang mekanis menjadi rangsang elektris, tidak
dapat diteruskan ke pusat pendengaran otak. Oleh karena itu,
tunarungu jenis ini disebut tunarungu saraf yaitu saraf yang
mempersepsi bunyi atau suara.
3. Tunarungu Campuran.
Keturunan tipe campuran ini sebenarnya untuk menjelaskan bahwa
pada teklinga yang sama rangkaian organ- organ telinga yang
berfungsi sebagai penghantar dan penerima rangsangan suara
mengalami gangguan, segingga tampak pada telinga tersebut
telah terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan
persepektif.
3. Karakteristik tuna rungu
Karakteristik individu tuna rungu adalah :
a. Egosentrisme yang melebihi anak normal
b. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
c. Ketergantungan terhadap orang lain
d. Perhatian mereka sukar dialihkan
e. Mempunyai sifat polos, sederhana dan tanpa banyak masalah

f.

Lebih cepat marah dan tersinggung

4. Masalah komunikasi pada pasien tuna rungu


a. Mengalami kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi
dalam interaksinya.
b. Mudah marah dan tersinggung apabila salah dalam mendengar
c. Kurangnya kesadaran akan aspek aspek diri sendiri yang akan
sangat mempengaruhi interaksi dengan orang lain

5. Cara penyelesaian masalah dalam komunikasi pada tunu rungu


a. Menggunakan bahasa isyarat
b. Libatkan keluarga dalam komunikasi dengan orang tuna rungu
c. Gunakan alat bantu dengar
d. Gunakan bahasa pantomim
6. Tehnik komunikasi pada klien tuna rungu
a. Penekanan intonasi dan gerak bibir
b. Menurunkan jarak
c. Gunakan isyarat kata kata / bahasa yang berbentuk tindakan
d. Pengulangan kata
e. Menyentuh klien
f. Menjaga kontak mata
g. Jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah
makanan
h. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerak
sederhana dan perlahan
i. Gunakan bahasa isyarat / bahasa jari jika bisa dan diperlukan
j. Jika ada sesuatu yang sulit dikomunikasikan coba sampaikan dalam
bentuk tulisan, gambar atau simbol
k. Gunakan bahasa, kalimat dan kata- kata yang sederhana.
Kebijakan Pemerintah
Kebijaksanaan Pemerintah Melalui Depdikbud
Pendidikan Anak Tunarungu di Indonesia.

Dalam

Usaha

Pelayanan

Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Upaya Pelaksanaan Wajib Belajar

Usaha Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan Tunarungu

Pengangkatan Tenaga Pengajar

Peningkatan Mutu Pendidikan

Pengadaan Buku dan fasilitas Penunjang Pendidikan

Dampak Tuna Rungu Terhadap Perkembangan


Kehilangan salah satu media yang sangat penting untuk mengembangkan
kemampuan berbicara dan berbahasa. Bahasa merupakan alat untuk berpikir
serta merupakan pintu gerbang untuk mendapatkan berbagai ilmu
pengetahuan. Pemahaman anak tunarungu terhadap bahasa sedikit sekali, oleh
karena itu anak tunarungu disebut anak yang miskin bahasa.

Anak tunarungu perlu mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan


potensi yang dimilikinya. Pendidikan dapat dilaksanakan secara formal dan
secara informal Sebagai alat komunikasi dipergunakan bahasa.

Ketunarunguan mengakibatkan terhambatnya perkembangan bicara dan


bahasanya sehingga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pikiran dan
keinginanya melalui ucapan atau bicara. Demikian juga anak tunarungu sulit
memahami bicara orang lain. Pemahaman bahasa sangat terbatas, sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Melalui
layanan khusus, anak tunarungu dapat mengembangkan kemampuan dalam
berbahasa, yang merupakan dasar untuk mengikuti pendidikan dan pengajaran
lebih lanjut.
Bahasa Isyarat untuk Tuna Rungu
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia dikembangkan menurut kaidah-kaidah
pengembangan sistem yang tepat guna bagi pelajar tuna rungu, yaitu :

Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili tata bahasa/
sintaksis bahasa indonesia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
indonesia.

Tiap isyarat dalam sistem yang disusun harus mewakili satu kata dasar
yang berdiri sendiri atau tanpa imbuhan, tanpa menutup kemungkinan adanya
beberapa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang mewakili satu
makna.

Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial, budaya,


dan ekologi bangsa indonesia.

Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan


kejiwaan siswa.

Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan bahasa siswa,


termasuk metodologi pengajaran.

Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan banyak
dipergunakan oleh kaum tuna rungu.

Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan oleh siswa, guru,
orang tua siswa, dan masyarakat.

Isyarat dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya.


Artinya wujud isyarat harus secara visual memilliki unsur pembeda makna yang
jelas, tetapi sederhana dan indah/ menunjukkan sifat yang luwes (memiliki

kemungkinan untuk dikembangkan), jelas dan mantap (tidak berubah-ubah


artinya).

Simpulan
Bahwa cara utama kaum tuna rungu dalam memahami makna bahasa adalah
dengan memahami hal-hal yang mereka lihat. Seringnya mereka terbiasa
melihat bentuk simbol isyarat secara berulang akan membentuk makna bahasa
dalam diri mereka dan jika simbol tersebut digunakan dalam satu komunitas
kaum tuna rungu yang sama maka hal itu sudah menjadi bentuk bahasa.

Skala Perkembangan Bahasa Penderita Tuna Rungu

Usia 0-6 tahun, anak tuna rungu dapat diperkenalkan bentuk bahasa yaitu
huruf dan angka.

Usia 6-8 tahun, sudah dapat diajarkan bentuk kata-kata dengan single
picture

Usia 8-10 tahun, sudah dapat diajarkan kata-kata dengan menggunakan


multiple picture.

Usia 10-12 tahun, anak sudah dapat dikenalkan dengan bentuk kalimat
sederhana dengan menggunakan gambar bercerita.

Usia 0-6 tahun, anak tuna rungu dapat diperkenalkan bentuk bahasa yaitu
huruf dan angka.

Usia 6-8 tahun, sudah dapat diajarkan bentuk kata-kata dengan single
picture

Usia 8-10 tahun, sudah dapat diajarkan kata-kata dengan menggunakan


multiple picture.

Usia 10-12 tahun, anak sudah dapat dikenalkan dengan bentuk kalimat
sederhana dengan menggunakan gambar bercerita.

Sumber:
Materi Kuliah : Pengantar Keperawatan Anak
Dosen: Tina Shinta

Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk visual sehingga akan lebih
mudah bagi manusia untuk memahami bahasa dalam bentuk visual
dibandingkan verbal.

Dibawah ini ada beberapa jenis bahasa isyarat yang bisa di pakai:
1.

American Sign Language:

Bahasa isyarat yang paling banyak dikenal dan telah dipakai sebagai pedoman
bahasa isyarat oleh dunia internasional.
2.

British Sign Language:

Merupakan variasi dari ASL yang sering dipakai di negara Inggris dan juga telah
cukup dikenal di dunia internasional. Jenis BSL ini juga menggunakan gerakan
tangan yang lebih aktif dari ASL.
3.

Indonesian Sign Language:

Isyarat ini telah diakui dan banyak digunakan di Indonesia. Dan tentu saja kita
bisa memakainya sebagai salah satu acuan bahasa isyarat untuk berkomunikasi
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai