Disusun Oleh
Rahayu Asmarani
Desire Bibiana Palada
Ayu Herwan Mardatillah
Pembimbing :
dr. Hj. Irama Fitamina
dr. Siti Nuriyatus Zahrah, MKN
Dr. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM
Latar Belakang
Hipertensi sebagai besar disebabkan oleh gaya hidup manusia yang banyak
dipacu oleh kemudahan-kemudahan. Kemudahan yang di maksud meliputi
kemudahan akibat kemajuan teknologi dan gaya hidup, seperti fastfood yang
banyak di gemari yang pada akhirnya menyebabkan keengganan untuk bergerak.
Padahal, dengan banyak bergerak seluruh otot-otot tubuh termasuk otot-otot
pembuluh darah akan berkembang dengan baik sehingga mampu memperlancar
aliran darah dalam tubuh manusia (Tedjasukmana,2009). Hal-hal tersebut
menjadikan meningkatnya kasus hipertensi hingga menjadi masalah yang cukup
besar. Penelitian Mardiyati (2009),
mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi, hal tersebut disebabkan
oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
4.
hipertensi.
Sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Muda Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Hipertensi
2.1.1
Tabel 2.1. Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan JNC-VII 2003
Normal
Kategori
Desakan sistolik
< 120
< 80
Diastolik
Prehypertension
120 - 139
80 89
Stage 1 hypertension
140 - 159
90 - 99
Stage 2 hypertension
160
110
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, dianggap merupakan masalah paling utama
yang dihadapi oleh orang dewasa di seluruh dunia dan merupakan salah satu
faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hipertensi lebih sering
dijumpai pada laki-laki muda berbanding wanita muda (Grim, 1995), pada orang
berkulit gelap berbanding orang berkulit cerah, pada orang dengan sosioekonomi
rendah dan pada orang tua (Gillum, 1996). Berdasarkan satu kajian dari
Framingham study mengusulkan bahawa individu yang memiliki tensi yang
normal (normotensive) sehingga umur 55 tahun 90% cenderung untuk
menghidapi hipertensi pada waktu yang akan datang (Vassan, 2001)
2.1.2
Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi
merupakan
masalah
kesehatan
global
yang
memerlukan
2.1.3
Penyebab Hipertensi
Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik
estrogen,
makanan
yang
mengandung
tiramin
dan
Dapat Dimodifikasi
Hipertensi
Merokok
menyebabkan
meningkatnya
volume
cairan,
curah
jantung,
dan
state
(penyetelan
ulang
natriuresis
tekanan).
Namun,
hal
ini
2.1.6
kepala, keluar darah dari hidung (mimisan) secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, muka
merah dan lain-lain (Rilantono, 2005).
Hipertensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah (Yogiantoro, 2006) :
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
2.1.7
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah. Jantung
dengan akibat yang relatif lebih ringan, misalnya ruptur pembuluh darah di hidung
mengakibatkan mimisan. Penyulit serius lainnya pada hipertensi adalah gagal
ginjal akibat gangguan progresif aliran darah melalui pembuluh-pembuluh ginjal
yang rusak. Selain itu, kerusakan retina yang disebabkan oleh perubahan
pembuluh yang memperdarahi mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan
progresif. Sampai terjadi penyulit, hipertensi tidak menimbulkan gejala karena
jaringan mendapat pasokan darah yang adekuat. Dengan demikian, kecuali
apabila dilakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, hipertensi dapat
berlangsung tanpa terdeteksi sampai timbul penyulit. Jika seseorang menyadari
penyulit yang mungkin terjadi pada hipertensi dan mempertimbangkan bahwa 25
% orang dewasa di Amerika Serikat diperkirakan mengidap hipertensi kronik, ia
dapat membayangkan besarnya masalah kesehatan masyarakat yang ditimbulkan
penyakit ini (Sherwood, 2001).
2.1.8
Diagnosis Hipertensi
Penegakkan diagnosa hipertensi sebagaimana lazimnya penegakkan diagnosa
penyakit lain, dimulai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Selain itu, dilakukan
pemeriksaan penunjang (Syatria, 2008).
1. Anamnesa
Ananmensa yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner,
gagal jantung. Diabetes Mellitus, penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Adanya riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi,
perubahan aktivitas dan kebiasaan (seperti merokok, minum alkohol), konsumsi makanan
(terutama asupan garam), riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi
antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga,
pekerjaan, dan sebagainya), pada wanita dapat dipertanyakan riwayat kehamilan dan
persalinan (preeklampsi dan eklampsi), serta alat kontrasepsi (Yogiantoro, 2006).
2. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, perlu
dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejalagejala klinis. Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah yang
dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih dengan
menggunakan cuff yang meliputi minimal 80% lengan atas pasien dengan posisi duduk
dan telah beristirahat 5 menit (Poth, 2005). Selain pasien diistirahatkan selama 5 menit,
pasien yang akan diperiksa harus bebas dari rokok dan kafein (Nolah, 2005).
Pengukuran tekanan darah (Lioyd, Jones, & Levy, 2007) :
1. pengukuran rutin dikamar periksa
2. pengukuran 24 jam (Ambulatory Pressure Monitoring-ABPM)
3. pengukuran sendiri oleh pasien
Pengukuan dikamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien
istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran
dan peletakkan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa) dan
stetoskop harus benar (gunakan suara Korotkoff fase I dan V untuk penentuan sistolik
dan diastolik) (Yogiantoro, 2006). Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1
sampai 5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukurannya
sebelumnya sangat berbeda. Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer. Pengukuran denyut jantung dengan
menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan
darah (Yogiantoro, 2006). Untuk orang usia lanjut, diabetes, dan kondisi lain dimana
diperkirakan ada hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah
pada posisi berdiri (Poth, 2005).
Beberapa indikasi penggunaan ABPM antara lain (Yogiantoro, 2006) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
sendiri
di
rumah
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
target tekanan darah <140/900 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
b.
c.
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan
hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi (Yogiantoro, 2006).
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis.
1.
2.
mengontrol tekanan darah serta adanya tanda-tanda kerusakan organ target (Nolah,
2005).
Jenis-jenis obat antihipertensi dan tatalaksanan untuk terapi farmakologis yang
dianjurkan oleh JNC VII (Davey, 2005):
a. Diuretika, terutaa jenis Thiazide (Thiaz) dan Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Diuretika tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan
tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal
tubulus distal ginjal, meningkatkan eksresi sodium dan volume urin. Tiazid juga
mempunyai
efek
vasodilatasi
langsung
pada
arteriol,
sehingga
dapat
mempertahankan efek antihipertensi ebih lama. Efek tiazid pada tubulus ginjal
tergantung pada tingkat eksresinya, oleh karena itu tiazid kurang bermanfaat
untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping: hipokalemia,
hiponatremia, hipomagnesia, hiperurisemia, intoleransi glukosa (resisten terhadap
insulin) yang mengakibatkan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2,
b.
perifer
dingin,
eksaserbasi
diabetes,
dan
hiperlipidemia.
vascular perifer.
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Vasodilator yang menurunkan TD. Nifedipin (kemungkinan amlopidin)
menyebabkan takikardia refleks kecuali bila diberikan juga -Blocker. Diltiazem
dan verampil menyebabkan bradikardia, bermanfaat bila ada kontraindikasi Blocker. Efek samping : muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal
d.
dengan
menghambat
pembentukan
angiotensin
II.
Bisa
menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping
e.
hipertensi tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
(Yogiantoro, 2006) :
1. faktor sosial ekonomi
2. profil faktor risiko kardiovaskular
3. ada tidaknya kerusakan organ target
4. ada tidaknya penyakit penyerta
5. variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihiipertensi
6. kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
7.
penyakit lain
bukti ilmiah kemamouan ibat antihipertensi yang akan digunakan dalam
gagal jantung
pasca miokard infark
risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
diabetes
penyakit ginjal kronis
pencegahan stroke berulang
Pengetahuan
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai memanggil atau recall memory yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati atau melihat sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur
b.
c.
d.
dapat mengaplikasikan atau menggunakan prinsip tersebut pada situasi yang lain.
Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan sesorang menjabarkan dan memisahkan,
selanjutnya mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam
suatu objek atau masalah yang telah diketahui. Yang mengindikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis yaitu apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
e.
f.
Pengalaman
Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang.
Pengalaman tersebut
Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik
keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif,
tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas
sebagai
sumber
informasi
yang
dapat
Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap
pengetahuan
berpenghasilan
seseorang.
cukup
Namun,
besar,
jika
maka
dia
seseorang
mampu
Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap
seseorang terhadap sesuatu.
Apabila materi atau objek yang ditangkap pancaindera adalah tentang gigi,
penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut, maka pengetahuan yang
diperoleh adalah mengenai gigi, penyakit mulut, serta kesehatan gigi dan mulut
(Budiharto,2010). Pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner
dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan