Anda di halaman 1dari 14

Teori Dasar Pengujian Bahan

Teori dasar pengujian bahan sangat penting dipahami sebelum kita melakukan
pengujian pada suatu material. Hal tersebut merupakan suatu dasar disesuaikan
dengan kebutuhan konstruksi mesin yang akan kita buat.
1.2.1 Pengujian Bahan
Dalam pengujian bahan, ada dua cara untuk mengujinya, yaitu dengan cara
pengujian destructive dan pengujian non-destructive.
a. Pengujian Destructive
Pengujian destructive yaitu pengujian untuk mengetahui performa struktur
spesimen atau sifat material dalam pembebanan tetap atau berubah-ubah
dengan merusak material. Contoh : uji tarik, uji impact. Klasifikasi uji mekanisnya
adalah :
1) Uji tarik (Tensile test)
Uji tarik dilakukan untuk menentukan kekuatan tarik, lentur dengan menarik
suatu bahan. Sehingga kita akan mengetahui spesifikasi bahan terhadap reaksi
tenaga tarikan.
2) Uji lengkung (bending test)
Uji lengkung dilakukan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan.
Atau untuk mengetahui kemampuan bahan menerima beban tegangan tanpa
menyebabkan deformasi.
3) Uji impact
Jenis-jenis logam tertentu dapat menahan beban statis yang berat tetapi mudah
patah walaupun berada di bawah tekanan beban dinamis yang ringan sekalipun.
4) Uji fatigue
Kecenderungan logam untuk patah atau rusak jika menerima beban atau
tegangan berulang-ulang, dimana besar atau tegangan tersebut jauh di bawah
batas kekuatan elastis logam tersebut. Jadi tujuan dari uji fatigue adalah
menentukan masa kerja dari suatu material.
5) Uji kekerasan
Kemampuan material logam menerima gaya berupa penetrasi, pengikisan,
ataupun penggoresan sebelum terjadi perubahan bentuk.
b. Pengujian Non-destructive
Pengujian Non-destructive adalah teknik analisis yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan dan industri untuk mengamati sifat komponen, material tanpa
menyebabkan kerusakan. Contohnya adalah uji ketebalan dengan gelombang
ultrasonic. Klasifikasi pengujian Non-destructive yaitu :
1) Magnetisasi
Pengujian magnetisasi pada bahan atau material dengan bentuk tidak beraturan
dapat digunakan metode magnetisasi setempat, dengan menggunakan produk
pada bagaian yang akan diperiksa. Medan magnet yang terjadi adalah melingkar

disekitar antara kedua prod dan cacat yang letaknya tegak lurus medan magnet
yang terjadi dapat terdeteksi.

2) Liquid Penetrant Test


Metode Liquid Penetrant digunakan untuk menemukan cacat di permukaan
terbuka dari material solid baik dari bagian atau nonlogam. Caranya adalah
dengan memberikan cairan berwarna terang dan cairan ini harus memiliki daya
penetrasi dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat di
permukaan material. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna sangat
kontras.
3) X-Ray
Menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X. Prinsipnya sinarX dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek,
sebagian sinar akan diserap sehingga intesitasnya berkurang. Jika ada cacat
pada material maka intesitasnya yang terekam pada film tentu akan bervariasi.
4) Ultrasonic
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang
dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal ditransmisikan kemudian dipantulkan
untuk diamati.
5) Visual Inspection
Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi dalam
hal ini menggunakan media alat bantu boroskop.
Sifat Mekanik Logam
Sifat mekanik logam adalah suatu sifat terpenting karena sifat mekanik logam
menyatakan kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya dari
luar tanpa mengalami kerusakan pada logam tersebut. Beberapa sifat-sifat
mekanik antara lain:
1. Kekuatan (Strength) [N/mm3, kg/mm2, lb/in2]
Merupakan kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan tersebut patah. Kekuatan ada beberapa macam tergantung
pada jenis beban yang bekerja. Contohnya: kekuatan tarik,tekan, geser, torsi,
dan kekuatan lengkung.
2. Kekerasan (Hardness) [BHN, VHN, HRc]
Kekerasan adalah kemampuan suatu material untuk menerima penetrasi benda
runcing, goresan, kikisan tanpa mengalami deformasi.
3. Kekenyalan (Elasticity) [%]
Kekenyalan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan
atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi).
4. Plastisitas (Plasticity) [%]

Merupakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi platis


(permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Mekanisme yang
mempunyai plastisitas yang tinggi dikatakan sebagai material yang ulet
(ductile), sedangkan material yang mempunyai plastisitas rendah dikatakan
sebagai material yang getas (brittle).
5. Ketangguhan (Toughness) [kg/mm]
Merupakan kemampuan bahan untuk menyerap energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan.
6. Kekakuan (stiffness)
Kemampuan suatu bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
7. Kelelahan (Fatigue) [siklus]
Merupakan kecenderungan bahan untuk patah apabila menerima tegangan
berulang-ulang yang besarnya jauh di bawah batas kekakuan elastisitas.
8. Mulur (Creep) [siklus]
Menyatakan kecenderungan logam mengalami deformasi platis yang besarnya
merupakan fungsi waktu saat menerima beban yang besarnya tetap.
Faktor yang mempengaruhi sifat mekanik:
1. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan semakin tinggi namun akan
menjadi rapuh. Kandungan karbon ini juga mempengaruhi keuletan,
ketangguhan, maupun sifat mampu mesin.
2. Unsur kimia
Penambahan unsur kimia pada baja dapat mempengaruhi sifat
mekaniknya.Pembebanan karbon pada logam akan membuat logam semakin
keras tapi rapuh. Unsur kimia yang dapat bersenyawa antara lain:
a. Nikel untuk meningkatkan.
- Meningkatkan kekuatan dan kekerasan.
- Meningkatkanketahanan terhadap korosi.
- Meningkatkankeuletan dan tahan gesek.
b. Chromium, untuk
- Menambah kekerasan baja.
- Membentuk karbida.
- Menambah keuletan, sehingga baik untuk pegas.
3. Ukuran butir
Ukuran butir pada baja sangat berpengaruh. Ukuran butir yang besar dan
homogen membuat baja mempunyai sifat yang ulet. Sedangkan untuk ukuran

butir yang kecil dan tidak homogen maka baja tersebut akan bersifat kaku dan
keras.
4. Fasa dan struktur
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada tiap-tiap fasa pada
logam memiliki struktur mikro sendiri dengan sifat mekanik, fisik dan kimia yang
berbeda-beda, misalnya fasa martensite memiliki sifat-sifat keras, rapuh,
magnetic dengan nilai kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat dikatakan
fasamartensite memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada ferrite. Logam
yang memiliki struktur yang teratur mempunyai sifat mekanik yang lebih baik
dibandingkan dengan logam yang strukturnya tidak teratur sebab tegangan
dalam yang timbul lebih besar. Tegangan didalam berbanding terbalik dengan
sifat mekanik.
5. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal atau pada
proses heat treatment (perlakuan panas). Cacat ini dibedakan menajdi cacat
titik, cacat garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat yang terjadi pada logam
menyebabkan kerusakan pada struktur logam misalnya terjadinya kekosongan
(vacancy), sisipan dan slip. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya sifat
mekanik logam.
6. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan yang terjadi
akibat proses pendinginan. Pengendapan terjadi bila logam didinginkan sampai
daerah suhu dan fasa setelah larut yang dipengaruhi laju waktu pendinginan.
Pada laju waktu pendinginan cepat terjadi endapan serta fasa dan pada laju
pendinginan lambat dapat terjadi endapan dua fasa sehingga pengendapan yang
terjadi berpengaruh pada sifat mekanik logam.
Mengenai sifat mekanik ini, dikenal 2 macam pembebanan, yaitu:
1. Pembebanan statik
Yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya tetap atau berubah-ubah
dengan sangat lambat.
2. Pembebanan dinamik
Yaitu pembebanan yang besarnya beban berubah-ubah atau dinamis.
Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas yaitu untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Macam-macam perlakuan panas
yaitu :
a. Perlakuan Panas Fisik
1. Hardening

Perlakuan panas yang bertujuan untuk memperoleh kekerasan maksimum pada


logam baja. Baja tersebut dipanaskan dan selanjutnya ditahan. Untuk baja
eutectoid dipanaskan sampai (20-30)oC diatas AC3 dan untuk baja
hypoeutectoid dan hyper-eutectoid dipanaskan sampai (20-30)oC di atas AC1,
kemudian didinginkan cepat di dalam air atau tergantung pada komposit kimia,
bentuk dan dimensinya. Kecepatan pendingan harus sesuai supaya terjadi
transformasi yang sempurna dari austenite menjadi martensite. Kekerasan
maksimum yang dicapai tergantung kadar karbon. Semakin tinggi kadar karbon
semakin tinggi kekerasan maksmimum yang didapat.
2. Annealing
Merupakan perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan keuletan,
menghilangkan tegangan dalam, menghaluskan ukuran butir dan meningkatkan
sifat mampu mesin. Tahapan dari proses Annealing ini dimulai dengan
memanaskan logam (paduan) sampai temperatur tertentu, menahan pada
temperatur tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai
perubahan yang diinginkan lalu mendinginkan logam atau paduan tadi dengan
laju pendinginan yang cukup lambat.
Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai
sifat-sifat tertentu sebagai berikut :
a. Full Annealing
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar
(coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan
didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal
juga memperbaiki machinability.
b. Spheroidized annealing
Setiap metode dimana speroid terbentuk disebut anil spheroidized. Jika produk
anil berisi gelembung gelembung dari cementite dalam matriks ferrite pada
mikro dan itu disebut sebagai sebuah benda yang bulat.
Secara umum mikro ini dibentuk oleh berbagai cara, yaitu:
1. Hardening dan suhu temper
2. Menyelenggarakan produk pada suhu di bawah suhu A1
3. Konduktivitas thermal sekitar A1
c. Stress relief annealing
Dalam proses ini baja dingin dipanaskan pada suhu sekitar 5250C yaitu tepat di
bawah temperatur rekristalisasi. Jadi karena pemanasan ini, tidak ada perubahan
dalam struktur mikrokristal. Spesimen disimpan pada suhu sekitar 2-3 jam dan
kemudian mengalami pendinginan udara karena tidak ada perubahan struktur
mikro proses. Pemanasan ini tidak memiliki pengaruh yang merugikan terhadap
kekerasan dan kekuatan bahan. Proses Annealing mengurangi mikro deformasi
produk selama proses permesinan.
3. Normalizing

Perlakuan panas yang dilakukan dan digunakan untuk menghaluskan struktur


bahan butiran yang mengalami pemanasan berlebihan (overheated).
Menghilangkan tegangan dalam, meningkatkan permesinan dan memperbaiki
sifat mekanik material. Prosesnya dengan pemanasan sampai (30- 50)C di atas
AC3 dan didinginkan pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan disini
lebih cepat daripada full annealing, sehingga pearlite yang terjadi menjadi lebih
halus, sehingga lebih kuat dan keras dibandingkan dengan yang diperoleh
Annealing. Normalizing juga menghasilkan struktur kimia yang lebih homogen
sehingga memberi responnya lebih baik terhadap proses pengerasan
(Hardening) karena itu, baja yang akan dikeraskan perlu di normalizing terlebih
dahulu. Pada Normalizing hendaknya tidak dilakukan pemanasan terlalu tinggi
karena butiran kristal austenite yang terjadi akan selalu besar sehingga
perbandingan lambat akan diperoleh butir pearlite atau ferrite yang kasar dan
mengakibatkan kekurangan keuletan atau ketangguhan.
4. Tempering
Digunakan untuk mengurangi tegangan sisa, melunakkan bahan setelah di
hardening dan meningkatkan keuletan. Hal ini karena baja yang dikeraskan
dengan pembentukan martensite biasanya sangat getas sehingga tidak cukup
baik untuk berbagai pemakaian. Pembentukan martensite juga menggunakan
tegangan sisa yang sangat tinggi dan kurang menguntungkan karena itu setelah
pergeseran diikuti tempering. Prosesnyaadalah dengan memanaskan baja
berstruktur martensite sampai di bawah suhu kritis, ditahan kemudian
dipanaskan kembali pada temperatur di bawah eutectoid untuk melunakkan
martensite dengan mengubah strukturnya menjadi partikel besi karbit ferrite.
Macam-macam tempering yaitu :
a. Martempering
Merupakan perbaikan dari prosedur quenching dan digunakan untuk mengurangi
distorsi dan chocking selama pendinginan. Caranya benda kerja dipanaskan
sampai ke temperatur pengerasannya dengan cara yang biasa, medium yang
digunakan adalah cairan garam. Temperatur cairan garam tersebut dijaga
konstan di atas temperatur Ms dari baja yang bersangkutan. Benda kerja yang
diproses didiamkan dalam cairan garam tersebut sampai temperatur di seluruh
bagian benda homogen, tetapi tidak terlalu lama karena bisa mengakibatkan
bertransformasi menjadi fasafasa yang lebih lunak seperti pearlite dan bainite.
b. Austempering
Tujuannya adalah meningkatkan ductility, ketahanan impact dan mengurangi
distorsi. Struktur yang dihasilkan adalah bainite. Austempering adalah proses
perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari diagram transformasi
isothermal untuk memperoleh struktur yang seluruhnya bainite. Pendinginan
dilakukan dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan dibiarkan
demikian sampai transformasi menjadi bainite selesai. Tujuannya adalah
meningkatkan ductility ketahanan impact dan mengurangi distorsi struktur yang
dihasilkan bainite.
b. Perlakuan Panas Kimiawi
1. Carburizing

Suatu proses penjernihan lapisan permukaan baja dengan karbon baja yang
diikuti dengan hardening akan mendapatkan kekerasan permukaan yang sangat
tinggi, sedang bagian tengahnya tetap lunak. Macam-macam carburizing:
a) Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi medium kimia aktif
padat. Kotak tersebut dipanaskan sampai 900-950oC.
b) Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakan berbentuk pasta.Prosesnya yaitu bagian yang
dikeraskan ditutup dengan pasta dengan ketebalan 3-4 mm kemudian
dikeringkan dan dimasukkan dalam kotak, prosesnya dilakukan pada 920-930oC.
c) Gas Carburizing
Di sini logam dilepaskan dalam atmosfir yang mengandung karbon yaitu gas
alam maupun gas buatan bainite kerja dipanaskan 850-900oC.
d) Liquid Carburizing
Proses Carburizing dilakukan pada medium kimia akfif cair komposisi medium
kimianya adalah soda abu, NaCl, SiC, dan kadang-kadang dilengkapi NH4Cl.
Suhu proses antara 850-900oC.
2. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja dengan nitrogen yaitu
dengan cara melakukan holding dalam waktu yang agak lama pada temperatur
480-650oC dalam lingkungan amoniak (NH3). Macam-macamnya:
a. Straight Nitriding
Digunakan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue.
b. Anti Corosion Nitriding
Bahan yang digunakan biasanya besi tuang dan baja paduan. Derajat kelarutan
nitrogen yang dapat dicapai adalah 30-50 %.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjernihan permukaan baja dengan unsur karbon
dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan
kelelahan. Bila proses ini dilakukan di udara disebut karbon nitriding, macamnya:
a. High Temperature Liquid Cyaniding
b. High Temperature Gas Cyaniding
c. Low Temperature Liquid Cyaniding
d. Low Temperature Gas Cyaniding
e. Low Temperature Solid Cyaniding
4. Sulphating

Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan gesek dari


bagian-bagian mesin maupun alat-alat tertentu dari bahan HSS jalan penjenuhan
permukaan sulfur.
c. Perlakuan Panas Permukaan yang Lain
1. Flame Hardening
Prosesnya dengan pemanasan cepat permukaan baja di atas temperatur
kritisnya dengan menggunakan gas oksigetilen, selanjutnya diikuti dengan
pendingan.
2. Electrolite Bath Hardening
Pemanasan yang dilakukan dalam suatu larutan elektrolit yang biasanya
digunakan adalah 5% - 10% Sodium Karbonat dan digunakan arus DC. Pada
tegangan tinggi 200-220 V. Prosesnya yaitu pada baja dipakai sebagai katoda,
sehingga terbentuk gelembung-gelembung hidrogen tipis. Karena konduktivitas
dari gelembung hidrogen rendah sehingga arus meningkat cepat pada katoda.
Akibatnya katoda mengalami pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi
(2000oC). Logam yang akan dikeraskan tersebut dicelupkan dalam elecktrolit
sedalam bagian yang akan dikeraskan. Setelah dipanaskan aliran listrik diputus
dan elektrolit digunakan sebagai media quenching.
3. Induction Surface Hardening
Pemanasan yang dilakukan dengan menggunakan arus listrik frekuensi tinggi.
Logam yang berbentuk silindris diletakkan pada indikator ini. Jadi pemanasan
permukaan dipengaruhi oleh frekuensi dan waktu pemanasan. Pendinginan
dilakukan dengan penyemprotan air setelah proses pemanasan selesai.
Proses perlakuan panas ada 3 tahap uji yaitu :
a. Heating
Proses perlakuan panas pada suhu tertentu dan dalam waktu tertentu untuk
mencapai struktur tertentu.
b. Holding
Proses perlakuan panas dengan suhu yang telah ditetapkan dan dalam metode
tertentu untuk memperoleh sturktur atom yang seragam
c. Cooling
Proses pendinginan yang dilakukan agar struktur atom yang diinginkan tetap.
Proses pendinginan ada 3 macam yaitu : udara, dapur, dan quenching.
Diagram Fase Fe-Fe3C
Dalam besi cair karbon dapat larut, tetapi dalam keadaan padat kelarutan
karbon dalam besi akan terbatas. Selain sebagai larutan padat, besi, dan karbon
juga dapat membentuk senyawa interstitial, eutectid dan juga eutectoid atau
mungkin karbon terpisah menjadi grafit. Banyak diagram yang menerangkan
keseimbangan untuk baja karbon, tetapi yang paling kompleks adalah diagram
keseimbangan Fe-Fe3C. Diagram fase Fe-Fe3C adalah diagram yang
menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa

selama proses pendinginan lambat dan pemanasan lambat dengan kandungan


karbon (%C).

www.school007.ga

Transformasi pada Diagram Fe-Fe3C


Ada tiga macam transformasi paduan besi karbon yaitu:
A. Transformasi Baja Eutectoid (0,8%)
Transformasi yamg dibahas adalah transformasi yang terjadi pada kondisi
equilibrium. Untuk pembahasan ini digunakan diagram fase Fe-Fe3C. Baja
eutectoid, paduan besi - karbon dengan kadar karbon, C = 0,8% adalah paduan
dengan komposisi eutectoid. Pada temperatur di atas garis liquidus berupa
larutan cair (liquid). Bila temperatur diturunkan secara perlahan, pada saat
mencapai garis liquidus (di titik 1) akan mulai terbentuk inti austenite yang
selanjutnya akan tumbuh menjadi dendrite austenite. Pembekuan selesai di titik
2 (pada garis solidus). Seluruhnya sudah menjadi austenite. Pada pendinginan
selanjutnya tidak terjadi perubahan hingga temperatur mencapai titik 3, di garis
A1, temperatur kritis bawah. Di sini austenite yang mempunyai komposisi
eutectoid ini akan mengalami reaksi eutectoid :
Austenite

ferrite + cementite (pearlite)

Terbentuknya pearlite ini dimulai dengan terbentuknya inti cementite (biasanya


pada batas butir austenite). Inti ini akan bertumbuh dengan mengambil sejumlah

karbon dari austenite disekitarnya (cementite, Fe3C, mengandung 6,67% C


sedang austenite mengandung 0,8% C). karenanya austenite di sekitar inti
cementite itu akan kehabisan karbon dan austenite dengan kadar karbon yang
sangat rendah ini pada temperatur ini akan menjadi ferrite (transformasi
allotropik). Ferrite ini juga akan bertumbuh, yaitu dengan mengambil besi dari
austenite disekitarnya, sehingga austenite disekitar ferrite itu akan kelebihan
karbon dan mulai membentuk cementite di sebelah ferrite yang ada. Demikian
selanjutnya sampai seluruh austenite habis, dan yang terjadi adalah suatu
struktur yang berlapis-lapis (lamellar) yang terdiri dari lamel-lamel cementiteferritecementite. Struktur ini dinamakan pearlite.

novadany11.wordpress.com

B. Transformasi Baja Hypo-eutectoid (%C < 0,8%)


Sebagai contoh untuk pembahasan pada baja hypoeutectoid ini diambil baja
dengan 0,25% C. Paduan ini akan mulai membeku pada titik 1 dengan
membentuk inti ferrite delta, yang nanti akan tumbuh menjadi dendrit ferrite
delta. Hingga temperatur mencapai titik 2 (temperatur Hypereutectoid) paduan
terdiri dari ferrite delta dan liquid. Pada titik 2 akan terjadi reaksi hyper-eutectoid
:
Ferrite delta + liquid

austenite

Pada paduan ini tidak semua liquid habis dalam reaksi itu, sehingga pada
temperatur sedikit di bawah titik 2 struktur terdiri dari liquid dan austenite.
Makin rendah temperatur makin banyak liquid yang menjadi austenite sehingga
pada titik 3 seluruhnya sudah menjadi austenite. Perubahan berikutnya baru
akan terjadi pada titik 4 (pada A3), akan mulai terjadi transformasi allotropik
menjadi . Transformasi ini dimulai dengan terbentuknya initi inti ferrite pada
batas butir austenite. Austenite pada paduan ini mengandung 0,25% C sedang
ferrite di temperatur ini hanya mampu melarutkan sedikit sekali karbon, karena
itu austenite yang akan menjadi ferrite harus mengeluarkan kabonnya ssehingga
sisa austenite akan menjadi lebih kaya karbon. Makin rendah temperaturnya
makin banyak ferrite yang terjadi, makin tinggi kadar karbon pada sisa austenite
(komposisi austenite akan mengikuti garis A3). Pada saat mencapai titik 5 masih
ada 0,25/0,80% austenite, kadar karbonnya 0,80% (komposisi eutectoid). Sisa
austenite ini selanjutnya akan mengalami reaksi eutectoid menjadi pearlite. Pada

temperatur di bawah A1 paduan akan terdiri dari ferrite (hyper-eutectoid) dan


pearlite. Setelah selesainya reaksi eutectoid ini struktur akan terdiri dari
ferritehypo-eutectoid dan pearlite. Ferritehypo-eutectoid adalah ferrite yang
terbentuk sebelum terjadinya reaksi eutectoid, istilah ini digunakan untuk
membedakannya dengan ferrite yang terbentuk pada saat reaksi eutectoid
(ferrite yang terdapat pada pearlite). Pada pendinginan selanjutnya sudah tidak
lagi terdapat perubahan fase dan strukturnya tetap terdiri dari butir-butir kristal
ferrite dan butir kristal pearlite. Pada mikroskop ferrite tampak putih sedang
pearlite berwarna agak kehitaman.
Austenite

Pearlit + Ferrite

novadany11.wordpress.com

C. Transformasi Baja Hyper-eutectoid (%C < 0,8%)


Perhatikan suatu paduan dengan 1,3% C. Paduan mulai membeku pada titik 1
dengan membentuk austenite dan pembekuan selesai di titik 2, seluruhnya
sudah berupa austenite. Selanjutnya tidak terjadi perubahan sampai temperatur

mencapai garis solvus Acm. Garis ini merupakan batas kelarutan karbon dalam
austenite, dan batas kelarutan ini makin rendah dengan makin rendahnya
temperatur. Pada titk 3 paduan telah mencapai batas kemampuannya
melarutkan karbon untuk temperatur itu. Pada temperatur di bawah titik 3
kemampuan melarutkan karbon juga turun, berarti harus ada karbon yang keluar
dari larutan (austenite). Dan memang dengan pendinginan lebih lanjut akan
terjadi pengeluaran karbon, hanya saja karbon yang keluar ini akan berupa
cementite, dan cementite ini akan mengendap pada batas butir austenite. Makin
rendah temperatur paduan makin banyak cementite yang mengendap pada
batas butir austenite, dan austenite sendiri akan makin kaya Fe, dan pada
temperatur titik 4, komposisi austenite tepat mencapai komposisi eutectoid.
Pada temperatur eutectoid ini austenite akan mengalami reaksi eutectoid
menjadi pearlite. Cementite yang mengendap pada batas butir austenite tidak
membentuk butiran seperti halnya ferrite (yang terbentuk setelah melewati garis
A1), tetapi hanya mengumpul pada batas butir austenite, menyelubungi butir
asutenit, karena itu cementite seperti ini dinamakan cementite network. Secara
tiga dimensi jaringan cementite ini sebenarnya merupakan lempengan yang
kontinyu dan membungkus austenite. Di temperatur eutectoid butir austenite
bertransformasi menjadi pearlite sedang cementite sudah tidak lagi mengalami
transformasi, sehingga strukturnya setelah selesainya reaksi eutectoid akan
berupa pearlite yang terbungkus oleh jaringan cementite. Struktur ini tidak akan
berubah lagi pada pendinginan sampai temperatur kamar.
Austenite

Pearlite + Cementite

gregoriusagung.wordpress.com

b. Fase-Fase yang Terjadi Pada Campuran Besi Karbon


1. Ferrite
Adalah larutan padat karbon yang mempunyai struktur kristal BBC (Body
Centered Cubic). Sifat Ferrite:
- Stabil di bawah suhu 810o C

- Tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbon sedikit, kandungan


maksimum 0,025%C yaitu pada suhu 723oC.
- Lunak, liat, tahan karat.
- BHN = 60-100 BHN
2. Austenite
Adalah larutan padat karbon yang mempunyai struktur FCC (Face Centered
Cubic). Sifat austenite:
- Stabil pada suhu sekitar 1350oC
- Dapat dikeraskan dengan 2%C
- Dapat ditempa dimana tegangan tarik sekitar 5000 Psi.
- Specific volume rendah disbanding mikrostruktur lain.
- Lunak, non-magnetic, malleable, tidak ductile.
- BHN: 170-200 BHN
3. Cementite
Adalah senyawa besi dan karbon dengan kandungan karbon 6,67% disebut juga
besi karbida, sifat cementite:
- Stabil di bawah 150oC
- BHN : 820 BHN
- Rapuh, magnetic.
- Campuran cementite dan austenite disebut Ledeburite.
- Campuran cementite dan Ferrite disebut pearlite.
4. Martensite
Adalah larutan padat karbon dan besi. Terbentuk dari pendingin yang sangat
cepat (quenching) dari austenite. Sistem kristal BCT (Body Centered Tetragonal).
Sifat martensite yaitu :
- Stabil di bawah 1500oC
- Keras, rapuh, dan magnetis
- Kandungan karbon < 2 %
- Konduktor panas dan listrik yang lemah
- BHN : 650-700 BHN
5. Ledeburite
Disebut besi eutectoid dengan kandungan karbon 4,3% terjadi di bawah suhu
723oC. Sifat ledeburite yaitu :
- Rapuh,

- Keras
- Getas
- BHN: 700 BHN

6. Pearlite
Adalah baja eutectoid yang tersusun atas 2 fase yaitu Ferrite dan cementite
dengan kandungan karbon 0,83%. Sifat pearlite yaitu :
- Keras
- tidak tahan karat
- BHN: 160-200 BHN
7. Besi delta
Terjadi pada temperatur 1400oC 1500oC, kandungan karbon 0,1%. Sifat besi
delta yaitu :
- Lunak
- Dapat ditempa.

Anda mungkin juga menyukai