Teori dasar pengujian bahan sangat penting dipahami sebelum kita melakukan
pengujian pada suatu material. Hal tersebut merupakan suatu dasar disesuaikan
dengan kebutuhan konstruksi mesin yang akan kita buat.
1.2.1 Pengujian Bahan
Dalam pengujian bahan, ada dua cara untuk mengujinya, yaitu dengan cara
pengujian destructive dan pengujian non-destructive.
a. Pengujian Destructive
Pengujian destructive yaitu pengujian untuk mengetahui performa struktur
spesimen atau sifat material dalam pembebanan tetap atau berubah-ubah
dengan merusak material. Contoh : uji tarik, uji impact. Klasifikasi uji mekanisnya
adalah :
1) Uji tarik (Tensile test)
Uji tarik dilakukan untuk menentukan kekuatan tarik, lentur dengan menarik
suatu bahan. Sehingga kita akan mengetahui spesifikasi bahan terhadap reaksi
tenaga tarikan.
2) Uji lengkung (bending test)
Uji lengkung dilakukan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan.
Atau untuk mengetahui kemampuan bahan menerima beban tegangan tanpa
menyebabkan deformasi.
3) Uji impact
Jenis-jenis logam tertentu dapat menahan beban statis yang berat tetapi mudah
patah walaupun berada di bawah tekanan beban dinamis yang ringan sekalipun.
4) Uji fatigue
Kecenderungan logam untuk patah atau rusak jika menerima beban atau
tegangan berulang-ulang, dimana besar atau tegangan tersebut jauh di bawah
batas kekuatan elastis logam tersebut. Jadi tujuan dari uji fatigue adalah
menentukan masa kerja dari suatu material.
5) Uji kekerasan
Kemampuan material logam menerima gaya berupa penetrasi, pengikisan,
ataupun penggoresan sebelum terjadi perubahan bentuk.
b. Pengujian Non-destructive
Pengujian Non-destructive adalah teknik analisis yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan dan industri untuk mengamati sifat komponen, material tanpa
menyebabkan kerusakan. Contohnya adalah uji ketebalan dengan gelombang
ultrasonic. Klasifikasi pengujian Non-destructive yaitu :
1) Magnetisasi
Pengujian magnetisasi pada bahan atau material dengan bentuk tidak beraturan
dapat digunakan metode magnetisasi setempat, dengan menggunakan produk
pada bagaian yang akan diperiksa. Medan magnet yang terjadi adalah melingkar
disekitar antara kedua prod dan cacat yang letaknya tegak lurus medan magnet
yang terjadi dapat terdeteksi.
butir yang kecil dan tidak homogen maka baja tersebut akan bersifat kaku dan
keras.
4. Fasa dan struktur
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada tiap-tiap fasa pada
logam memiliki struktur mikro sendiri dengan sifat mekanik, fisik dan kimia yang
berbeda-beda, misalnya fasa martensite memiliki sifat-sifat keras, rapuh,
magnetic dengan nilai kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat dikatakan
fasamartensite memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada ferrite. Logam
yang memiliki struktur yang teratur mempunyai sifat mekanik yang lebih baik
dibandingkan dengan logam yang strukturnya tidak teratur sebab tegangan
dalam yang timbul lebih besar. Tegangan didalam berbanding terbalik dengan
sifat mekanik.
5. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal atau pada
proses heat treatment (perlakuan panas). Cacat ini dibedakan menajdi cacat
titik, cacat garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat yang terjadi pada logam
menyebabkan kerusakan pada struktur logam misalnya terjadinya kekosongan
(vacancy), sisipan dan slip. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya sifat
mekanik logam.
6. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan yang terjadi
akibat proses pendinginan. Pengendapan terjadi bila logam didinginkan sampai
daerah suhu dan fasa setelah larut yang dipengaruhi laju waktu pendinginan.
Pada laju waktu pendinginan cepat terjadi endapan serta fasa dan pada laju
pendinginan lambat dapat terjadi endapan dua fasa sehingga pengendapan yang
terjadi berpengaruh pada sifat mekanik logam.
Mengenai sifat mekanik ini, dikenal 2 macam pembebanan, yaitu:
1. Pembebanan statik
Yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya tetap atau berubah-ubah
dengan sangat lambat.
2. Pembebanan dinamik
Yaitu pembebanan yang besarnya beban berubah-ubah atau dinamis.
Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas yaitu untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Macam-macam perlakuan panas
yaitu :
a. Perlakuan Panas Fisik
1. Hardening
Suatu proses penjernihan lapisan permukaan baja dengan karbon baja yang
diikuti dengan hardening akan mendapatkan kekerasan permukaan yang sangat
tinggi, sedang bagian tengahnya tetap lunak. Macam-macam carburizing:
a) Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi medium kimia aktif
padat. Kotak tersebut dipanaskan sampai 900-950oC.
b) Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakan berbentuk pasta.Prosesnya yaitu bagian yang
dikeraskan ditutup dengan pasta dengan ketebalan 3-4 mm kemudian
dikeringkan dan dimasukkan dalam kotak, prosesnya dilakukan pada 920-930oC.
c) Gas Carburizing
Di sini logam dilepaskan dalam atmosfir yang mengandung karbon yaitu gas
alam maupun gas buatan bainite kerja dipanaskan 850-900oC.
d) Liquid Carburizing
Proses Carburizing dilakukan pada medium kimia akfif cair komposisi medium
kimianya adalah soda abu, NaCl, SiC, dan kadang-kadang dilengkapi NH4Cl.
Suhu proses antara 850-900oC.
2. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja dengan nitrogen yaitu
dengan cara melakukan holding dalam waktu yang agak lama pada temperatur
480-650oC dalam lingkungan amoniak (NH3). Macam-macamnya:
a. Straight Nitriding
Digunakan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue.
b. Anti Corosion Nitriding
Bahan yang digunakan biasanya besi tuang dan baja paduan. Derajat kelarutan
nitrogen yang dapat dicapai adalah 30-50 %.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjernihan permukaan baja dengan unsur karbon
dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan
kelelahan. Bila proses ini dilakukan di udara disebut karbon nitriding, macamnya:
a. High Temperature Liquid Cyaniding
b. High Temperature Gas Cyaniding
c. Low Temperature Liquid Cyaniding
d. Low Temperature Gas Cyaniding
e. Low Temperature Solid Cyaniding
4. Sulphating
www.school007.ga
novadany11.wordpress.com
austenite
Pada paduan ini tidak semua liquid habis dalam reaksi itu, sehingga pada
temperatur sedikit di bawah titik 2 struktur terdiri dari liquid dan austenite.
Makin rendah temperatur makin banyak liquid yang menjadi austenite sehingga
pada titik 3 seluruhnya sudah menjadi austenite. Perubahan berikutnya baru
akan terjadi pada titik 4 (pada A3), akan mulai terjadi transformasi allotropik
menjadi . Transformasi ini dimulai dengan terbentuknya initi inti ferrite pada
batas butir austenite. Austenite pada paduan ini mengandung 0,25% C sedang
ferrite di temperatur ini hanya mampu melarutkan sedikit sekali karbon, karena
itu austenite yang akan menjadi ferrite harus mengeluarkan kabonnya ssehingga
sisa austenite akan menjadi lebih kaya karbon. Makin rendah temperaturnya
makin banyak ferrite yang terjadi, makin tinggi kadar karbon pada sisa austenite
(komposisi austenite akan mengikuti garis A3). Pada saat mencapai titik 5 masih
ada 0,25/0,80% austenite, kadar karbonnya 0,80% (komposisi eutectoid). Sisa
austenite ini selanjutnya akan mengalami reaksi eutectoid menjadi pearlite. Pada
Pearlit + Ferrite
novadany11.wordpress.com
mencapai garis solvus Acm. Garis ini merupakan batas kelarutan karbon dalam
austenite, dan batas kelarutan ini makin rendah dengan makin rendahnya
temperatur. Pada titk 3 paduan telah mencapai batas kemampuannya
melarutkan karbon untuk temperatur itu. Pada temperatur di bawah titik 3
kemampuan melarutkan karbon juga turun, berarti harus ada karbon yang keluar
dari larutan (austenite). Dan memang dengan pendinginan lebih lanjut akan
terjadi pengeluaran karbon, hanya saja karbon yang keluar ini akan berupa
cementite, dan cementite ini akan mengendap pada batas butir austenite. Makin
rendah temperatur paduan makin banyak cementite yang mengendap pada
batas butir austenite, dan austenite sendiri akan makin kaya Fe, dan pada
temperatur titik 4, komposisi austenite tepat mencapai komposisi eutectoid.
Pada temperatur eutectoid ini austenite akan mengalami reaksi eutectoid
menjadi pearlite. Cementite yang mengendap pada batas butir austenite tidak
membentuk butiran seperti halnya ferrite (yang terbentuk setelah melewati garis
A1), tetapi hanya mengumpul pada batas butir austenite, menyelubungi butir
asutenit, karena itu cementite seperti ini dinamakan cementite network. Secara
tiga dimensi jaringan cementite ini sebenarnya merupakan lempengan yang
kontinyu dan membungkus austenite. Di temperatur eutectoid butir austenite
bertransformasi menjadi pearlite sedang cementite sudah tidak lagi mengalami
transformasi, sehingga strukturnya setelah selesainya reaksi eutectoid akan
berupa pearlite yang terbungkus oleh jaringan cementite. Struktur ini tidak akan
berubah lagi pada pendinginan sampai temperatur kamar.
Austenite
Pearlite + Cementite
gregoriusagung.wordpress.com
- Keras
- Getas
- BHN: 700 BHN
6. Pearlite
Adalah baja eutectoid yang tersusun atas 2 fase yaitu Ferrite dan cementite
dengan kandungan karbon 0,83%. Sifat pearlite yaitu :
- Keras
- tidak tahan karat
- BHN: 160-200 BHN
7. Besi delta
Terjadi pada temperatur 1400oC 1500oC, kandungan karbon 0,1%. Sifat besi
delta yaitu :
- Lunak
- Dapat ditempa.