Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Skibala
Halitosis
Epistaksis
Meteorismus
Bradikardi
Mengigau (delirium)
D. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah
melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe
mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien,
sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai
sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14
hari. (IDAI, 2004)
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar menuju
tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh
darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk
berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali
ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja,
2001)
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan
mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu
pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar
mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001)
E. Komplikasi
1. Perforasi usus
2. Perdarahan usus
3. Peritonitis
4. Sepsis
(Kapita selekta kedokteran, 2000)
5. Kolesistitis
6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati
7. Bronkopneumonia
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi : anemia, leucopenia, trombositopenia, limfositosis, anemia
2. Kultur : darah, air seni, tinja, sumsum tulang
3. Serologi : widal positif
G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui sonde
Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran)
Menurunkan demam
Mengawasi komplikasi
Mengelola oksigen
Health education : perawatan di rumah
(Ngastiyah, 1997)
Memonitor vital sign
2. Medis
Antipiretik
Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin
100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari
Infus D5 %, D10 %, KN 3A
Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian
antibiotik yang lama).
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran.
Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran
membaik.
Lavemen, Laxantia
Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi
Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang.
(SPM Anak RSUD Wates,2001)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur, alamat (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang menderita
demam tifoid ?)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis,
perdarahan gusi
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) :
kapan mulai panas ?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori :
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
b) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
c) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles
d) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill lambat, akral
hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada
e) Sistem gastrointestinal :
Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah kotor, perdarahan gusi
Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut, skibala ?
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena
f) Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan bekas
tempat injeksi ?
g) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola percaya diri dan konsep diri
2.
1)
2)
3)
4)
5)
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi
Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasif.
Cemas orang tua b.d penyakit anaknya
Defisit self care b.d tirah baring
Resiko konstipasi b.d tirah baring
6) Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tak adekuat, muntah, hipertermi
7) Resiko kebutuhan nutrisi kurang b.d intake tak adekuat
Rencana Perawatan
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama X 24 jam
1.
suhu badan klien normal, dengan
2.
criteria :
3.
4.
5.
Termoregulasi (0800)
6.
Suhu kulit normal
Suhu badan 35,9C- 37,3C
7.
Tidak ada sakit kepala
8.
Tidak ada nyeri otot
Tidak ada perubahan war-na kulit
Nadi, respirasi dalam
batas
normal
Hidrasi adequate
1.
Klien menyatakan nya-man
2.
Tidak menggigil
3.
Tidak iritabel / gragapan / kejang4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Batasan karakteristik :
Suhu tubuh > nor-mal
Kejang
Takikardi
Respirasi meningkat
Diraba hangat
Kulit memerah
15.
16.
17.
18.
19.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Aktifitas:
Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah
dikenali dan mudah dijangkau klien
Libatkan klien dan dampingi
Berikan bantuan selama klien masih mampu
mengerjakan sendiri
Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan mand
dan toileting
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pd klien dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yang sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
berpakaian
3.
Takut
b.d
hospitalisasi,
tindakan invasif, lavemen,
pengalaman / lingkungan yang
kurang bersahabat. (00148)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama X 24 jam
1.
rasa takut klien berkurang, dengan
2.
kriteria :
3.
Batasan karakteristik :
Panik
Teror
Perilaku menghindar
atau
menyerang
Impulsif
Nadi, respirasi, TD sistolik
meningkat
Anoreksia
Mual, muntah
Pucat
Stimulus sebagai an-caman
Lelah
Otot tegang
Keringat meningkat
Gempar
Ketegangan mening-kat
Menyatakan takut
Menangis
Protes
Melarikan diri
4.
Fear control (1404) :
Klien tidak menyerang atau
5.
menghindari
sumber
yang
6.
menakutkan
Klien menggunakan teknik
relaksasi untuk mengura-ngi takut7.
Klien mampu mengontrol respon
8.
takut
Klien tidak melarikan diri.
Durasi takut menurun
Klien kooperatif saat di-lakukan
1.
perawatan
dan
pe-ngobatan
(lavement)
2.
3.
4.
Anxiety control (1402)
5.
Tidur pasien adekuat
6.
Tidak ada manifestasi fisik
Tidak ada manifestasi pe-rilaku 7.
8.
Klien mau berinteraksi sosial
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
4.
Cemas
orang
perkembangan
anaknya
tua
b.d
penyakit
Batasan karakteristik :
Orang tua sering ber-tanya
Orang tua meng-ungkapkan
perasaan cemas
Khawatir
Kewaspadaan me-ningkat
Mudah tersinggung
Gelisah
Wajah tegang, me-merah
Kecenderungan
menyalahkan orang lain
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tirah
Batasan karakteristik :
Perubahan pola bab
Distensi abdomen
Perkusi abdomen dullness 1.
Nyeri saat defekasi
2.
Tegang saat defekasi
3.
Frekuensi bab me-nurun
4.
Feses keras
5.
Teraba masa pada rectum
6.
(skibala)
9. Perasaan rectal penuh
10. Nyeri abdomen
11. Peristaltik menurun
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
- Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta, 2000
- Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
- Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2004
- Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC Jakarta, 1996
- Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification(NIC), Mosby Year Book, 1996
- Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
- Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta, 2001
- Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates, 2001