Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Pengolahan Limbah Industri Tanaman Teh (Camellia Sinensis)

(Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produksi


Perkebunan oleh Dr. Ir. Cucu Suherman Victor Zar M.Si., dan Dr. Santi Rosniawaty,
SP.MP.)

MAKALAH

Disusun oleh :
Kelompok 4
Alfredo Sihombing

150510120025

Whisnu Bramastyo

150510120092

Rina Riswanti Dewi

150510120150

Martin Sianturi

150510120188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SEPTEMBER
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen Produksi Perkebunan dalam Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada makalah ini kami membahas mengenai
manajemen pengolahan limbah pada industri perkebunan tanaman teh. Selain itu, kami juga
membahas jurnal penelitian terkini mengenai manfaat pengolahan limbah hasil industri
perkebunan teh. Makalah ini berjudul Manajemen Pengolahan Limbah Industri Tanaman
Teh (Camellia Sinensis).
Pada penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jatinangor,

September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Limbah Industri Teh........................................................................................................3
2.2 Pengolahan Limbah Teh..................................................................................................4
2.2.1

Limbah Padat.......................................................................................................4

2.2.2

Limbah Cair.........................................................................................................6

2.2.3

Limbah Gas..........................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................7


3.1 Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, Dan Arang Sekam Sebagai Media Tumbuh
Bibit Trembesi (Samanea Saman)..........................................................................................7
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh merupakan salah satu jenis bahan minuman yang sudah dikenal oleh masyarakat
luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Menurut data dari Kemendag (2012),
berdasarkan pertemuan pelaku industri dan pedagang teh diketahui, total produksi teh di
Indonesia sekitar 150 ribu ton per tahun dimana sekitar 75 ribu ton teh produksi dalam
negeri diekspor.
Sejalan dengan perkembangan perdagangan internasional dan meningkatnya masalah
di bidang lingkungan, saat ini konsumen di berbagai negara telah mempertimbangkan
aspek lingkungan terhadap barang yang akan dibeli, disamping persyaratan mutu, harga
dan ketepatan waktu pengiriman. Salah satu cara untuk mendukung program tersebut
adalah dengan menerapkan produksi bersih.
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada
pencegahan terpadu yang diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas melalui efesiensi yang lebih baik pada penggunaan
bahan mentah, energi dan air, menjaga kualitas lingkungan melalui pengurangan sumber
penghasil limbah atau emisi, serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mendukung produksi bersih di
Industri teh adalah pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan dari proses produksi.
Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi),
pengeringan dan pengemasan. Pada setiap proses produksi teh menghasilkan limbah yang
terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi(gas).
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
bagaimana proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari industri perkebunan teh. Selain
itu, diharapkan mahasiswa dapat berfikir bagaimana cara memanaje limbah dari industri
perkebunan teh agar dapat menjadi bermanfaat atau memiliki keuntungan.
4

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja limbah yang berasal dari industri perkebunan teh?
2. Bagaimana cara mengolah limbah tersebut agar terhindar dari pencemaran
lingkungan?
3. Adakah manfaat yang dapat diperoleh dari limbah industri perkebunan teh tersebut?
4. Bagaimana penelitian terkini mengenai pemanfaatan atau pengolahan limbah industri
perkebunan teh?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Industri Teh


Proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi),
pengeringan dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah
yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi. Limbah teh secara garis besar
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

Limbah Gas
Limbah gas merupakan limbah yang dihasilkan dari hasil pembakaran atau
pengeringan yang menghasilkan gas gas tertentu. Limbah gas juga dapat berupa
asap yang dihasilkan dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan
kemudian dibuang langsung ke udara sekitar melalui cerobong asap. Pada industri
pengolahan teh limbah gas dihasilkan dari proses pemanasan saat penyeduhan teh
untuk produksi teh dalam kemasan siap minum. Limbah gas pada industri olahan
minuman teh berupa gas yang dihasilkan saat pemanasan saat proses sterilisasi botol
dan perebusan teh untuk minuman teh dalam kemasan.

Limbah Padat
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa dari tiap
tahapan proses produksi. Fluff merupakan hasil sortasi dari pembuatan teh hitam yang
terdiri atas bahan padatan (serat) yang jumlahnya cukup besar, sekitar 1-3% dari
produksi teh yang dihasilkan. Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh
jumlahnya besar sekitar 400 kg/hari sehingga dalam sebulan diperoleh 12 ton.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ampas Teh
Zat Gizi

Kandungan %

Bahan Kering
Abu
Lemak Kasar

90,24
5,00
0,42
6

Protein Kasar
Serat Kasar
Tanin
Hemiselulosa
Selulosa
Lignin
Silikia
Sumber: Nurcahyani et al., 2006

18,40
21,73
2,98
8,70
33,54
8,41
1,61

Limbah Cair
Limbah cair industri teh berasal dari penggunaan air dalam sistem prosesnya. Limbah
cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama proses pencucian
yang biasanya menggunakan soda api. Sedangkan pada industri minuman teh botol,
limbah cair industri minuman teh adalah air bekas dari pencucian botol-botol maupun
lantai dan juga ceceran dari minuman yang tumpah pada saat proses pengolahan teh.

2.2 Pengolahan Limbah Teh


2.2.1 Limbah Padat

1. Sebagai Pupuk Organik


Limbah padat industri teh ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan antara lain menjadi pupuk organik. Ampas teh yang akan dijadikan pupuk
tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari sisa
penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan,
kemudian dinginkan

selama

satu

hari.

Mikroorganisme

ditambahkan

untuk

mempercepat proses penguraian dan dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam


seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah proses fermentasi berlangsung
selama kurang lebih satu bulan.
Kompos fluff seperti pupuk organik pada umumnya mengandung unsur hara
baik makro maupun mikro. Kandungan hara yang terdapat dalam limbah padat adalah
C-organik 5,23%, N-total 0,11%, P-tersedia 125 ppm, bahan organik 8,99% dan K-dd
13,85 ppm dan Mg 1,19 ppm (Rahayu dan Nurhayati, 2005).
2. Sebagai Bahan Alternatif Adsorben
Ampas teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada
limbah cair industri tekstil. Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapann suatu zat pada
permukaan zat lain yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan gaya tarik pada
7

permukaan zat tersebut (Siaka, 2002). Adsorben adalah zat yang menjerap dan zat
yang terjerap disebut adsorbat. Beberapa kegunaan adsorben diantaranya adalah untuk
memurnikan udara dan gas, memurnikan pelarut, penghilangan bau dalam pemurnian
minyak nabati dan gula, penghilangan warna produk - produk alam, serta untuk
penjerap zat warna dalam pengolahan limbah industri tekstil.
Menurut Retnowati (2005), zat warna dalam limbah cair industri tekstil
mengandung logam berat, seperti zat warna amaran yang mengandung merkuri,
arsenat, timah, serta kadmium dengan konsentrasi satu sampai sepuluh ppm. Selain itu
limbah cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam dosis tinggi
dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit kepala, keringat
berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh dapat digunakan
sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti karbon aktif yang
cenderung memakan biaya lebih besar.
3. Pakan Ternak
Peternak dapat memanfaatkan limbah teh hitam sebagai campuran pakan
ternak dalam rangka untuk mengurangi produksi gas metan, khususnya pada ternak
golongan ruminansia. Gas metana dihasilkan dari rumen sebesar 80 95 % dan 5 20
% dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir .
Kandungan protein ampas teh yang cukup tinggi membuat ampas teh dapat digunakan
sebagai campuran untuk pakan ternak. Limbah teh hitam tersebut dapat digunakan
sebagai campuran dari pakan sapi yakni rumput raja dan dedak halus. Disamping
dapat meningkatkan produktivitas ternak, pakan sapi tersebut juga mampu
menciptakan peternakan ramah lingkungan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa limbah teh hitam dapat menurunkan
produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Limbah teh
tersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan ternak. Senyawa tanin di dalam
ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme dan menurunkan jumlah protozoa
diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada kadar protein
mikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.
4. Sebagai Bahan dalam Pembuatan Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit yang terbuat dari
partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat
resin sintetis dan dipres pada keadaan panas menjadi lembaran-lembaran keras dengan
8

ketebalan tertentu. Kandungan senyawa lignoselulosa dalam bahan baku papan


partikel sangat berpengaruh terhadap mutu papan partikel yang dihasilkan, terutama
terhadap sifat mekanik keteguhan lentur dan keteguhan patah papan. Umumnya kayu
yang digunakan untuk papan partikel harus memiliki kandungan lignoselulosa
sebanyak 71%.
Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa produk papan partikel berbahan
baku ampas daun teh mempunyai mutu yang tidak kalah dengan papan partikel
berbahan baku kayu. Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas
daun teh dapat berkombinasi dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu
lain saat ampas teh dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel. Papan
partikel berbahan baku ampas daun teh ini mempunyai sifat fisik dan mekanik yang
memenuhi persyaratan standar papan partikel SNI yaitu kerapatan, kadar air, MOE
(modulus of elasticity), pengembangan tebal dan internal bond.
2.2.2

Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berupa soda api sisa pembersihan alat - alat yang
digunakan selama pengolahan seperti baki. Soda api sisa pembersihan tersebut
tidaklah dialirkan ke dalam sungai, tetapi dialirkan ke dalam bak berbentuk kotak
ditanam di dalam tanah dengan dasar tidak disemen, sehingga soda api tersebut
terserap ke dalam tanah. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pencemaran
terhadap sungai.

2.2.3

Limbah Gas
Asap dari heat exchanger baik untuk pelayuan maupun pengeringan langsung
dibuang ke udara sekitar melalui cerobong asap. Tinggi cerobong pengeluaran asap
hasil pembakaran di ruang pengeringan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi
bangunan pabrik tempat proses pengolahan berlangsung. Ini dimaksudkan agar
asap/gas hasil pembakaran tersebut tidak masuk ke ruang pengolahan sehingga tidak
mengganggu jalannya proses pengolahan. Penanaman pohon disekitar pabrik juga
akan mengurangi limbah gas yang ada di udara.

BAB III
9

PEMBAHASAN
3.1 Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan Arang Sekam Sebagai Media Tumbuh
Bibit Trembesi (Samanea saman)
A. Pendahuluan
Trembesi (Samanea saman) merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan
yang sangat besar untuk menyerap karbondioksida dari udara. Pohon ini mampu menyerap
28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya, sehingga baik digunakan sebagai tanaman
penghijauan kota/tanaman pelindung. Selain itu, akar trembesi dapat digunakan sebagai
obat untuk mencegah kanker yaitu dengan cara menambahkan akar trembesi pada air saat
mandi. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium
Tuberculosis yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai
obat flu, sakit kepala, dan penyakit usus (Alamendah, 2009).

Gambar 3.1 Tanaman Trembesi (Samanea saman)


B. Metodologi
Penelitian ini berujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah teh,
sekam padi dan arang sekam sebagai media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit trembesi
dan mengetahui komposit media tumbuh antara campuran tanah dengan limbah teh,
sekam padi dan arang sekam yang baik untuk pertumbuhan bibit trembesi. Penelitian ini
dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada bulan
September -Desember 2012. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan. Perlakukan yang dilakukan adalah:
10

A0 : Tanah 100%
A1 : Tanah 75% + limbah teh 25%
A2 : Tanah 50% + limbah teh 50%
A3 : Tanah 75% + sekam padi 25%
A4 : Tanah 50% + sekam padi 50%
A5 : Tanah 75% + arang sekam padi 25%
A6 : Tanah 50% + arang sekam padi 50%

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih trembesi, pasir, tanah, limbah padat
teh, sekam padi, arang sekam, polybag dengan ukuran 20 cm x 15 cm. Alat-alat yang
digunakan adalah bak kecambah berukuran (30 cm x 25 cm x 10 cm), cangkul, gembor,
ember, pengaduk, kaliper digital, penggaris, oven, timbangan dengan skala 0,01 gram
dan kamera. Variable yang diamaati pada penelitian ini adalah Tinggi tanaman (cm),
Diameter batang (cm), Panjang akar semai (cm/tanaman),

Bobot kering tajuk

(g/tanaman), Bobot kering akar (g/tanaman) dan, Indeks mutu bibit (IMB) yang
dilakukan setiap 30 hari sekali.
C. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diadapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisi Ragam Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam padi,
dan Arang Sekam Sebagai media Tumbuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah teh, sekam padi, dan
arang sekam pada media tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi dan diameter
bibit. Hal ini diduga karena bahan organik yang digunakan belum terdekomposisi dengan
sempurna sehingga bahan organik belum memberikan ketersediaan unsur hara untuk
pertumbuhan tinggi dan diameter secara optimal bagi tanaman. Hasil analisis
menunjukkan bahwa C/N pada media yang dicampur bahan organik memiliki nilai di
atas 20 yang mana ini menunjukkan bahwa bahan organik belum terdekomposisi dengan

11

sempurna. Apabila bahan organik memiliki nilai C/N > 20 maka unsur tersedia yang
dibutuhkan oleh tanaman tidak tersedia karena masih perlu proses dekomposisi.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Uji BNJ Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan Arang
Sekam Sebagai Media Tumbuh

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum pemberian bahan organik


limbah teh dan sekam padi pada media tumbuh cenderung meningkatkan berat kering
akar dan tajuk dibandingkan control .Perlakukan A2 dan A4 yang menunjukan berat
kering tajuk yang berbeda dengan perlakukan lainnya. Hal ini diduga karena media ini
dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan penyerapan air dan
mempermudah pertumbuhan akar. Menurut Hanafiah (2007) partikel-partikel bahan
organik merupakan penyusun ruang pori yang berfungsi sebagai sumber air dan udara,
serta sebagai ruang untuk akar berpenetrasi. Semakin banyak ruang pori akan dapat
memperluas sistem perakaran dan perakaran dapat lebih mudah menyerap hara dan air
dalam tanah, tetapi semakin sedikit ruang pori maka perkembangna akar akan terhambat.
Panjang akar mengalami peningkatan hanya pada perlakuan tanah + sekam padi
(50% + 50%) dan pada perlakuan tanah + arang sekam (75% + 25%). Menurut Lakitan
(2004) sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang
bersangkutan, akan tetapi telah pula dibuktikan bahwa sistem perakaran tanaman tersebut
dapat dipengaruhi juga oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Pada media yang
digunakan penambahan bahan organik berupa limbah teh, sekam padi dan arang sekam
akan memperbaiki struktur media tumbuh menjadi lebih remah dibandingkan dengan
12

tanah saja, hal ini menyebabkan akar dapat bergerak ke segala arah. Sehingga akar dapat
tumbuh dengan optimal. Sifat media organik mempunyai struktur yang lebih dapat
menjaga keseimbangan aerasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pemanfaatan limbah teh, sekam padi
dan arang sekam sebagai media tumbuh tidak berbeda nyata terhadap kontrol (tanah
100%). Akan tetapi terdapat beda nyata antar perlakuan pada penambahan bahan organik
yaitu pada perlakuan tanah 75% + sekam padi 25% dengan perlakuan tanah 50% +
sekam padi 50%. Hal ini diduga karena pada media tumbuh yang ditambah dengan bahan
berupa sekam padi sebesar 25% dan 50% memiliki struktur media yang remah sehingga
memberikan pertumbuhan yang berbeda dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Bahan organik berupa limbah teh cenderung memiliki bentuk media yang halus dan
untuk bahan organik berupa arang sekam memiliki bentuk media yang lebih halus
dibandingkan dengan limbah teh. Hal ini mengakibatkan struktur tanah dari komposit
tanah, limbah teh dan arang sekam tidak dapat meningkatkan indeks mutu bibit.
Pengamatan variebel juga dilakukan untuk mengetahai kandungan dari tiap
perlakukan komposisi tanah yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengakrutkan
analisi tehadap variable pengukuran utama. Adapun kondisi komposisi tiap perlakuan
adalah;
Tabel 3.3 Hasil analisis Kandungan Unsur Hara Media Tumbuh Tiap Perlakukan

Berdasarkan hasil analisis diatas kandungan N-total pada ampas teh paling tinggi
dibanding media tanam lain. Dibandingkan dengan sekam dan arang sekam kandungan unsur
hara teh lebih tinggi. Hal ini ditunjukan oleh kandungan N-Total , P, K dan C- Organik.
13

Kekurangan dari libah teh adalah pH yang terlalu masam yang akan berdampak buruk bagi
pertubuhan bbit trembesi.

BAB IV
14

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi),
pengeringan dan pengemasan menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah
cair dan emisi(gas). Limbah tersebut apabila diolahan secara baik dan benar, maka dapat
bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Berdasarkan penjealasan penelitian yang telah
dijelaskan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberian limbah teh, sekam padi, dan arang sekam sebagai media tumbuh
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar,
panjang akar, indeks mutu bibit dibandingkan dengan perlakuan tanah 100% dan tidak
memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi dan diameter
dibandingkan perlakuan tanah 100%.
2. Komposit media tumbuh campuran tanah dan bahan organik yang paling baik untuk
pertumbuhan bibit trembesi adalah komposit tanah + limbah teh (75 % + 25 %), tanah
+ sekam padi (50 % + 50 %), tanah + arang sekam (75% + 25%) karena memiliki
nilai indeks mutu bibit lebih besar dibandingkan dengan kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

15

Indah, Nanik. 2013. Beberapa Pemanfaatan Limbah Dari Industri Teh. BBTPPI: Semarang.
(http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/49infotekno/183-beberapa-pemanfaatan-limbah-dari-industri-teh) diakses pada tanggal 19
september 2015.
Kuntadi, Y. 1992. Pemanfaatan Ampas Teh dari Industri Teh Botol Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Papan Partikel. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Rahayu,M. dan Nurhayati. 2005. Penggunaan EM 4 dalam Pengomposan Limbah Teh
Padat. Fakultas Pertanian, UISU Medan
Retnowati. 2005. Efektivitas Ampas Teh Sebagai Adsorben Alternatif Limbah Cair Industri
Tekstil. Fakutas MIPA, Institut Pertanian Bogor
Sofyan S E, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan Limbah Teh, Sekam Padi, dan Arang
Sekam sebagai Media Tumbuh Bibit Trembesi (Samanea Saman). Fakultas Pertanian,
Unila: Lampung

16

Anda mungkin juga menyukai