Anda di halaman 1dari 2

Anterograde

Musfika Agustina, SMAN 1 Praya


Airin mengalami stagnasi dalam hidupnya. Ketika seseorang membawanya melewati alunan
waktu hari ini, ia hanya bisa mengerjap bodoh keesokannya karena waktu terasa sama bagi
seseorang yang tidak mampu mengingat, anterograde.
***
Seberkas cahaya masuk melalui lubang kecil dari dinding kamar Airin yang sudah retak.
Ketika ia membuka mata, dilihatnya buah mangga menguning di samping jendela yang terbuka
tepat di depan ranjangnya. Ia meringis memegangi siku kanannya yang terantuk kepala ranjang,
ia tidak ingat kapan ia mendapat memar itu.
Airin mengambil buku besar di atas nakasnya. Sampul yang berwarna coklat terlihat
mengelupas karena goresan kuku yang mendalam. Airin tidak mengingat siapa yang melakukan
itu pada buku miliknya. Ia membuka halaman pertama.
Dia tersenyum padaku. Airin membaca tulisan yang sudah luntur terkena air. Matahari
semakin menanjak naik, buah mangga di samping jendela bergerak tersenggol angin yang disusul
gugurnya daun yang sudah menguning. Namun semua terasa sama seperti saat ia bangun tidur
beberapa saat lalu.
Detik berikutnya Airin membuka halaman terakhir dari buku yang memperlihatkan foto
pemuda berseragam sedang tersenyum dengan rambut undercut hitam yang tertata rapi.
Mario Aditya Airin bergumam pelan lalu tersenyum. Ia ingat, Mario adalah kakak
tirinya yang sempurna. Saat pertama kali matanya bertemu dengan mata hitam milik Mario,
Airin merasa seluruh makhluk di dunia boleh membencinya jika ia bisa memiliki Mario. Ia jatuh
cinta dalam kecepatan cahaya pada Mario.
Dengan perasaan rindu, Airin membuka pintu kamarnya lalu merapikan rambut hitamnya
yang tergerai. Ia lupa dengan memar di tulang kering dan sikunya yang sempat terasa nyeri.
Dengan lembut, ia mengetuk pelan pintu coklat tua di depannya.
Detik berikutnya pintu itu terbuka. Senyum Airin memudar ketika melihat manusia di
balik pintu bukan Mario, tapi ibu tirinya. Terasa aneh namun familiar.
Ibu, Mario dimana?

Apa kau benar-benar hidup? Alis Airin menyatu, membuat kerutan halus di dahi
putihnya. Aku tanya padamu, apa kau benar-benar hidup? suara wanita paruh baya di
depannya meninggi. Airin menjilat daun bibirnya yang kering, tiba-tiba tenggorokannya tercekat.
Angin yang berbisik halus di tengkuknya, oksigen yang terasa hampa, dan ketakutan yang
memeluknya. Airin merasa pernah mengalami hal seperti ini tapi lupa kapan persisnya namun tak
urung ia menjawab.
Ya. Aku hidup ibu.
Bagaimana bisa kau hidup semenyedihkan ini hah?! Kau, kau membunuh anakku
brengsek! kau menabrakkan dirimu dalam jurang maut tapi kenapa anakku yang harus mati?.
Kau ucapan wanita itu tidak terdengar lagi setelah seorang pria tua berkacamata menarik
ibunya menjauh dan kayu jati berwarna coklat tua tertutup rapat di depannya. Airin mundur
perlahan, lututnya terasa lemas kemudian ia meraung sekeras-kerasnya sambil memukul dadanya
yang terasa sesak. Ia ingat sekarang. Rio telah mati. Marionya.
****
Anterograde : ketidakmampuan seseorang dalam mengingat sesuatu yang sudah di lakukannya
dalam waktu singkat (baru saja terjadi) tetapi masih mengingat sesuatu yang sudah lama terjadi
sebelum trauma yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai