Disusun oleh:
1. Asti Dian Arini
13303241031
13303241043
13303241053
13303241076
13303244024
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Hubungan Stratifikasi
Sosial dalam Dunia Pendidikan dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini,
penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Y.Ch.Nany S., M.Si sebagai dosen mata kuliah Sosio-Antropologi
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan serta poengarahan dalam
proses pembuatan makalah.
2. Teman-teman Pendidikan Kimia Internasional 2013 yang telah memberikan
dukungan.Yudi Imron Habibi,S.Ag. yang telah memberi kesempatan dan
memfasilitasi kepada penulis sehingga makalah ini bisa selesai dengan
lancar.
3. Orang tua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun
doanya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam interaksi berbangsa dan bernegara di Indonesia, masyarakatnya
tentu terbagi atas lapisan-lapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut
terbentuk dengan sendirinya dan memang sudah seharusnya ada dalam struktur
sosial masyarakat. Indonesia merupakan negara yang memiliki struktur sosial
masyarakat yang heterogen. Struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan
dua cirinya yang bersifat unik (Nasikun, 1995: 28). Dua jenis pelapisan
masyarakat Indonesia adalah pelapisan secara horizontal dan pelapisan secara
vertikal. Perbedaan horizontal ditandai dengan perbedaan ras, agama, serta adat
istiadat yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sedangkan perbedaan secara
vertikal ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah berdasarkan
tingkatan ekonomi dan tingkatan lain misalnya pekerjaan, dan sebagainya.
Struktur majemuk masyarakat Indonesia bukan tidak mungkin akan
menimbulkan konflik. Konflik justru berpotensi terjadi dalam kemajemukan di
Indonesia. Konflik yang dapat terjadi dalam dua macam yaitu konflik yang
bersifat ideologis dan konflik yang bersifat politis (Nasikun, 1995: 63). Pada
tingkat konflik ideologis, konflik terwujud dalam perbedaan presepsi dari
masingmasing golongan masyarakat dalam melihat dan menilai suatu hal.
Seperti misalnya perbedaan pandangan umat Muslim dan umat selain Muslim
menilai tentang terorisme akhir-akhir ini. Sementara dari tingkatan politis,
konflik terjadi karena pertentangan dalam pembagian sumber-sumber
kekuasaan. Seperti misalnya penyebaran pendidikan yang tidak merata karena
masalah ekonomi.
Pendidikan
mempunyai
peranan
sangat
strategis
dalam
warga negara
BAB II
PEMBAHASAN
Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
b.
Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan
hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c.
Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di
atas kategori
d.
presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu.
Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status
presiden. Dengan demikian berarti dalam Sistem stratifikasi terbuka, setiap
anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha
dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil
atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri. Dalam
Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota
masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya.
Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung
mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup
terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya
dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat
masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena
kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan
masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di India misalnya:
a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang
lahir memperolah kedudukan orang tuanya
b. Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena
seseorang takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia
dikeluarkan dari kastanya.
c. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang
kekasta.
d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari
nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang
ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah
ditetapkan.
g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran yang diartikan sebagai
sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang
tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang
Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk
rumah
yang
bersangkutan,
mobil
pribadinya,
cara-caranya
Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atasan.
3.
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tu aataumereka yang pernahberjasa.
4.
disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di
masyarakat itu. Keempat adalah ilmu pengetahuan,
jika seseorang
dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Abdul syukur, 24)
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya (Dudung R. Hidayat, 2010).
Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Dudung R. Hidayat (2010),
pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:
1.
Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya
keadaan
2.
3.
Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha
dan daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh
zaman dan tempat. Oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.
4.
penghargaan
sosiokultural
oleh
pekerjaan
yang
sedikit
10
Hal lain yang berkaitan dengan pelapisan sosial adalah isu mengenai
materi pengajaran. Materi pengajaran yang termuat dalam kurikulum dan
buku pelajaran dan bahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, telah
melalui seleksi tertentu. Suatu analisis mengenai seleksi materi dan
kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan adanya strata sosial tertentu yang
memperoleh kemudahan-kemudahan melebihi strata lain. Waller (1932)
memberi gambaran yang bagus sekali tentang pengajaran bahasa yang
diselenggarakan disekolah. Pengajaran bahasa ini diselenggarakan
disekolah. Pengajaran bahasa ini merupakan kemudahan kepada pelajar
yang berasal dari strata sosial menengah. Kata-kata dan ungkapanungkapan yang terdapat dalam materi pengajaran terutama diambil dari
perbendaharaan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari strata sosial menengah. Jelas bahwa pelajar dari
lapisan sosial rendah yang belum terbiasa dengan penggunaan kata dan
ungkapan itu dituntut lebih banyak usaha untuk mengejar ketinggalannya
dibanding dengan pelajar dari lapisan sosial menengah sendiri. Peristiwa
yang semacam itu terdapat pula pada mata pelajaran lain seperti IPS yang
menghendaki perluasan pengetahuan dari surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan perjalanan ke daerah lain. Dalam hal ini pun pelajar dari lapisan
sosial rendah merupakan kelompok yang kurang beruntung.
Tesis Randall Collins (1979) dalam The Credential Sociaty : An
Historical Sociology of Education and Stratification menunjukkan, sistem
persekolahan formal justru sebagai penyebab proses stratifikasi sosial.
Anak-anak keluarga kaya di Indonesia misalnya lebih banyak menikmati
fasilitas pendidikan yang sangat baik. Bahkan mereka sempat untuk
menambah pengetahuan dengan les privat dan aneka buku, majalah,
komputer, internet, dan lain-lain. Sebaliknya anak-anak keluarga miskin
harus memasuki sekolah yang tidak bermutu, baik baik fasilitas maupun
sistem pembelajarannya. Di ujungnya lingkungan sekolah yang buruk
memunculkan budaya kekerasan. Anak-anak keluarga dari miskin akan
mudah emosi, agresif dan frustasi. Dengan kata lain pendidikan formal
justru melahirkan stratifikasi sosial dan makin mempertajam kesenjangan.
11
12
13
14
15
yang
meneriakkan
agar
pemerintah
mengupayakan
pendidikan yang bermutu dan terjangkau rakyat kecil, dan menuntut agar
pemerintah lebih aktif mengatasi dan mengendalikan pendidikan yang
dikelolah oleh masyarakat, sehingga masyarakat pengelolah pendidikan
tidak membuat pendidikan sebagai ladang bisnis.
Setelah menelaah pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa
hubungan stratifikasi sosial dengan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Hubungan yang tidak saling mempengaruhi.
Contoh : Pada tingkat pendidikan SD, status siswa tidak dipengaruhi
stratifikasi sosial sehingga semua golongan dapat menjangkaunya.
2. Hubungan yang sebagian mempengaruhi.
Contoh : Hasil dari pendidikan akan mempengaruhi asumsi masyarakat
terhadap kemampuan dirinya dalam bidang keilmuannya.
3. Hubungan yang saling mempengaruhi.
Contoh : stratifikasi sosial yang terjadi dalam sistem RSBI. Secara tidak
langsung RSBI adalah gambaran nyata bahwa stratifikasi sosial juga
mempengaruhi pendidikan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada di makalah ini, dapat disimpulakn beberapa
hal diantaranya adalah :
a. Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
b. Dalam sistem stratifikasi sosial terdapat tiga macam stratifikasi sosial yaitu
stratifikasi sosial secara terbuka, stratifikasi sosial secara tertutup, dan
stratifikasi sosial campuran.
c. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah berdasarkan
ukuran kekuasaan, ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, dan berdasarkan
ukuran ilmu pengetahuan.
d. Pendidikan secara umum adalah proses transfer keilmuan (knowledge) dan
pengubahan sikap dan tingkah laku (transfer of value) dari seorang
pendidik kepada peserta didik.
e. Hubungan stratifikasi sosial dengan dunia pendidikan terbagi menjadi 3,
yakni hubungan yang tidak mempengaruhi, hubungan yang sebagian
mempengaruhi, dan hubungan yang saling mempengaruhi.
B. Saran
Pendidikan merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan
sangatlah penting bagi proses perkembangan bangsa. Dengan sistem
pendidikan yang adil dan berkualitas, diharapkan
kehidupan bangsa dapat tercapai.
visi mencerdaskan
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara
Davis, Kingslay. 1960. Human Society. New York: Macmillan Company
Didin saripudin, Interpretasi Sosiologis Dalam Pendidikan. (Bandung : Karya Putra
Darwati, 2010)
Hasan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hidayat,
Dudung
R..
2010.
Hakikat
Pendidikan.
Diakses
dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19520
4141980021DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf
pada
19 Oktober 2014
M. Dahlan, Y Al Barry. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya: Target pres.
M. Setiadi, Elly & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana.
Sanderson, Stephen K.. 2003. Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan terhadap
Realita Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh
Empat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syukur, Abdul.----. Ensiklopedi umum untuk pelajar. Jakarta: PT Ichtiyar Baru Van
Hoeve.