Anda di halaman 1dari 24

TUGAS BAHASA INDONESIA

K-DEWANTURA (KADER-DESA WISATA UNGGULAN MADURA)


INOVASI KONSEP PENGEMBANGAN DESA WISATA UNGGULAN
BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PERAN PEMUDA DALAM PELESTARIAN BUDAYA
PASCA BEROPERASINYA JEMBATAN SURAMADU

Disusun Oleh :
Ramadhan Tirta
( 3611100029)
Yan Dimas Graitha Putra (3612100044)
Oon Suhendriyanto
(3612100047)
Dita Suwirni Maswan
(3612100049)
Theresia Damayanti
(3612100050)
Irwansyah Muhammad
(3612100059)
Jovany Aliflyantera
(3612100062)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2013

KATA PENGANTAR
Meningkatnya arus globalisasi yang masuk ke wilayah Madura pasca beroperasinya
Jembatan Suramadu menimbulkan perkembangan pesat terhadap transformasi budaya dan
gaya hidup masyarakat Madura menuju modernitas. Hal ini tentunya berdampak pada
kelestarian budaya-budaya lokal Madura. Di sisi lain, Pulau Madura menyimpan potensi
wisata yang berbasiskan kearifan lokal tersebar di pelosok desa. Untuk mendorong
pengembangan pariwisata tersebut diperlukan pelibatan peran aktif pemuda lokal. Pada
akhirnya, sinergisitas pembangunan sektor wisata dan optimalisasi peran strategis pemuda
dapat diharapkan menjadi upaya dalam melestarikan budaya-budaya lokal Madura.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis mengangkat makalah yang berjudul KDewantura (Kader-Desa Wisata Unggulan Madura): Inovasi Konsep Pengembangan Desa
Wisata Unggulan Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Peran Pemuda
dalam Pelestarian Budaya Pasca Beroperasinya Jembatan Suramadu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini diantaranya:
1. Allah SWT yang memberikan kesehatan serta kesempatan untuk membuatkarya tulis ini.
2. Dra. Siti Zahrok, M. Pd. selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan
sekaligus motivasi dalam perumusan karya tulis
3. Orangtua penulis dan semua pihak yang memberikan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 22 Nopember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................... 3
1.5 Metodologi Penulisan.................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
2.1 Kondisi Madura Pasca Beroperasinya Jembatan Suramadu....................................... 5
2.1.1. Dampak terhadap Sosial-Kultur Masyarakat Madura...................................... 6
2.1.2. Potensi Wisata Madura..................................................................................... 7
2.2 Inovasi Konsep Pengembangan Desa Wisata Unggulan Berbasis Kearifan Lokal..... 12
2.3 Strategi Implementasi Konsep Kader-Desa Wisata Unggulan Madura...................... 15
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 18
3.2 Saran............................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 20

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Identifikasi Kawan Potensi Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal............... 8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Prospek Perkembangan Perekonomian Wilayah Madura.................. 5
Gambar 2.2 Persebaran Lokasi Potensi Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Madura....... 11
Gambar 2.3 Konsep K-Dewantaru Kader-Desa Wisata Unggulan Madura.................. 13
Gambar 2.4 Mekanisme Implemntasi Konsep K-Dewantaru........................................... 16
Gambar 2.5 Ilustrasi Konsep K-Dewantaru...................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembangunan

Jembatan

Suramadu

yang

melintasi

Selat

Madura

telah

mempermudah akses antara Surabaya-Madura dan begitu juga sebaliknya. Kemudahan


akses dari Jembatan Suramadu berdampak pada pembangunan wilayah Madura.
Beroperasinya Jembatan Suramadu merupakan akses yang efisien dan efektif untuk
meningkatkan mobilitas perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang
signifikan dan sebagai penggerak pembangunan ekonomi Pulau Madura untuk bersaing
dengan daerah daerah lain (Irawulan, 2009). Pada akhirnya, perkembangan ekonomi
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Madura yang dikenal sebagai daerah
tertinggal di Propinsi Jawa Timur.
Di sisi lain, pasca pembangunan Jembatan Suramadu berdampak pada
meningkatnya arus globalisasi ke Pulau Madura. Proses interaksi masyarakat lokal Madura
dengan budaya dan gaya hidup modernitas dari luar masyarakat Madura mengalami
perubahan pesat pasca beropersinya Jembatan Suramadu (Haryanto, 2012). Pembangunan
Madura menuju industrialisasi secara tidak langsung mentrasnformasi kehidupan sosial
masyarakat Madura menuju masyarakat modern (Rifai, 2007). Tidak terbendungnya budaya
asing yang masuk sebagai akibat kemajuan pesat teknologi informasi dan transportasi
tersebut mempengaruhi arah perkembangan budaya dan peradaban Madura. Indikasi yang
terjadi adalah telah mulai memudarnya batas-batas kebudayaan Madura dengan segala
kekhasan sistem tata nilainya yang berkembang di masyarakat sekarang (Haryanto, 2012).
Sehingga tantangan masyarakat madura kedepan adalah menumbuhkan kesadaran
masyakarat untuk turut aktif berperan dalam upaya pelestarian budaya lokal.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah
daerah Madura untuk membendung arus globalisasi dan modernitas dengan melakukan
pendekatan-pendekatan sosial masyarakat lokal diantaranya adalah penyelenggaraan event
Festival Madura yang merupakan serangkaian acara pertunjukan kesenian khas, sarasehan
dan karnaval budaya warisan budaya Madura (kabarmadura05.blogspot.com). Pemerintah
5

setempat juga mengadakan Kongres Bahasa dalam rangka mempertahankan dan


memperkenalkan Bahasa Madura yang telah jarang digunakan oleh masyarakat Madura
sendiri (balaibahasajatim.org). Namun, penyelenggaraan berbagai event tersebut belum
melibatkan komponen kearifan lokal secara utuh dan bersifat sementara. Menurut Antariksa
(2009) mengungkapkan bahwa kearifan lokal merupakan tatanan lingkungan masyarakat
yang terbentuk secara simultan oleh keberadaan tradisi-fisik-budaya yang dilakukan secara
turun-temurun. Selain itu, pelibatan peran masyarakat dalam pelestarian budaya belum
optimal karena terkendala dengan kapasitas sumberdaya manusia. Upaya pelestarian
budaya yang dilakukan di berbagai daerah-daerah seperti Bali dan Yogyakarta sejauh ini
cukup efektif dengan melibatkan peran pemuda lokal melalui gerakan inisiatif yang
terdapat dalam program-program pemberdayaan masyarakat, khususnya dibidang
pariwisata.
Pulau Madura sendiri merupakan wilayah di Propinsi Jawa Timur yang memiliki
potensi di sektor pariwisata yang didalamnya terdapat kebudayaan, peninggalan sejarah,
panorama alam yang indah yang masih belum dikenal oleh banyak pihak. Selain itu,
beberapa desa di Pulau Madura berpotensi menjadi kawasan wisata budaya yang bernilai
jual tinggi karena terdapat peninggalan sejarah, keanekaragaman sosial dari etnis suku
Madura, Cina, Arab, dan India (antarajatim.com). Segala potensi pariwisata terutama wisata
budaya tersebut merupakan peluang yang dapat dikembangkan menjadi industri pariwisata
yang propspektif dan mempunyai multiplier effect bagi perkembangan wilayah Madura
sendiri (Arison, 2006). Apalagi, terdapat arahan pengembangan kawasan pariwisata di
wilayah Madura pasca pembangunan Jembatan Suramadu (RTR Pulau Madura, 2006).
Menanggapi isu modernitas masyarakat lokal Madura akibat beroperasinya
Jembatan Suramadu, maka karya tulis ini akan membahas tentang konsep pengembangan
pariwisata dengan memanfaatkan potensi desa wisata dan kearifan lokal yang berkembang
di Pulau Madura sebagai solusi dalam pelestarian budaya lokal. Merujuk pada UndangUndang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 19 bahwa Pemuda
bertanggungjawab dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan daya saing dan
kemandirian ekonomi bangsa maka upaya meningkatkan peran aktif pemuda dapat
dijadikan sebagai sinergisitas dalam mengoptimalkan peran strategis pemuda lokal dalam
6

pembangunan di sektor wisata. Harapannya, pendekatan partisipasi pemuda lokal tersebut


dapat mendorong pengembangan pariwisata dalam upaya melestarikan budaya-budaya
lokal Madura..
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kekinian Madura pasca beroperasinya Jembatan Suramadu?
2. Bagaimana konsep pengembangan desa wisata Madura berbasis kearifan lokal sebagai
upaya peningkatan peran pemuda dalam pelestarian budaya di Pulau Madura ?
3. Bagaimana strategi dan implementasi konsep pengembangan desa wisata unggulan
berbasis kearifan lokal sebagai upaya peningkatan peran pemuda dalam pelestarian
budaya di Pulau Madura?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi kekinian Madura pasca beroperasinya Jembatan Suramadu
2. Merumuskan konsep pengembangan wisata Madura berbasis kearifan lokal sebagai
upaya peningkatan peran pemuda dalam pelestarian budaya di Pulau Madura
3. Merumuskan strategi dan implementasi konsep pengembangan wisata Madura berbasis
kearifan lokal sebagai upaya peningkatan peran pemuda dalam pelestarian budaya di
Pulau Madura
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
Makalah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang
pelestarian budaya melalui sinergisitas konsep pengembangan desa wisata berbasis kearifan
lokal dan pelibatan peran aktif pemuda.
1.5. Metodologi Penulisan
7

1.5.1. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan
beberapa metode-metode yaitu :
1. Tinjauan Pustaka
Data data yang diperoleh diambil dari referensi buku yang diperoleh dari
perpustakaan, yang memiliki relevansi dengan pembahasan.
2. Tinjauan Media
Informasi informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan
makalah ini diperoleh dari internet, media cetak dan media elektronik.
1.5.2. Metode Analisis
Metode pendekatan pada proses analisa yang dilakukan dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Metode analisis deskriptif, yaitu analisis untuk mengelola dan menafsirkan data yang
diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang
dikaji.
2. Metode analisa komparatif, yaitu analisis untuk melihat perbandingan gagasan yang
ditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Madura Pasca Beroperasinya Jembatan Suramadu
Adanya Jembatan Suramadu dianggap dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan. Tersedianya infrastruktur pembangunan yang
menjadi daya pikat investasi dalam menumbuhkembangkan serta meningkatkan kapasitas
dan efisiensi usaha sektor ekonomi. Perkembangan ekonomi wilayah Madura meningkat
secara signifikan. Berikut Grafik 2.1.Prospek Perkembangan Ekonomi Wilayah dengan
kuantitas meningkat signifikan.

Gambar 2.1 Grafik Prospek Perkembangan Perekonomian Wilayah Madura


Sumber : Proyeksi Income Perkapita Berdasarkan DPU-BPPT tahun 2008

Berdasarkan grafik prospek perkembangan perekonomian wilayah Madura di atas


dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian Madura yang pesat diprediksi
meningkat secara signifikan pasca beroperasinya Jembatan Suramadu. Pemerintah
mengarahkan pembangunan Madura menuju wilayah industri prospektif skala regional
(Rencana Tata Ruang Pulau Madura Pasca Pembangunan Jembatan, 2006).
Dari sisi aspek ekonomi, Jembatan Suramadu memberikan dampak positif bagi
perekonomian Madura. Di sisi lain, pasca beroperasinya Jembatan Suramadu memberikan
peluang masuknya globalisasai atau modernitas. Transformasi masyarakat Madura menuju

gaya hidup modernitas dikhawatirkan akan menyisihkan budaya-budaya lokal yang dikenal
memiliki kekhasan sistem tata nilai budayanya.
2.1.1. Dampak terhadap Sosial-Kultur Masyarakat Madura
Pembangunan Jembatan Suramadu berdampak pada meningkatnya arus globalisasi
ke Pulau Madura. Proses interaksi masyarakat Madura dengan Budaya dan gaya hidup
moderinitas dari luar masyarakat Madura mengalami interaksi masyarakat lokal Madura
dengan budaya dan gaya hidup modernitas dari luar masyarakat Madura mengalami
perubahan pesat pasca beropersinya Jembatan Suramadu (Haryanto, 2012). Pembangunan
Madura menuju industrialisasi secara tidak langsung mentrasnformasi kehidupan social
masyarakat Madura menuju masyarakat modern (Rifai, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012) yang menemukan
pergeseran pola gaya hidup masyarakat Madura pasca pembangunan Jembatan Suramadu.
Salah satu gejala perubahan budaya dan gaya hidup yang ditandai dengan pemasangan TV
berlangganan (TV Kabel) yang semakin popular dan menjamur di kalangan masyarakat
Bangkalan. Hal ini menunjukkan bahwa pemasangan TV Kabel dianggap salah satu simbol
identitas yang dipilih masyarakat untuk mengidentifikasikan diri sebagai individu yang
modern.
Selesainya proyek Suramadu, tidak bisa dielakkan bahwa terbangunnya jembatan
tersebut akan berdampak terhadap peradaban di Madura. Hal yang sangatterancam pasca
beroperasinya jembatan Suramadu ini, diantaranya : (1) akhlak masyarakat Madura itu
sendiri, (2) budaya khas Madura, seperti, budaya sapisonok (sapi yang didandani seindah
mungkin dan dibuat jinak (toro ocak)terhadap tuannya), (3) perubahan akan banyak
bergeser pada dunia industri,sehingga akan menghadirkan lapangan pekerjaan yang baru
bagi masyarkatMadura, khususnya bangkalan (Basith, 2009).
Berdasarkan fakta empiris tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dampak
beroperasinya jembatan Suramadu pada aspek sosial-masyarakat Madura adaya perubahan
secara signifikan masyarakat Madura menuju masyarakat modern yang ditunjukkan dengan
perubahan budaya dan gaya hidup masyarakat. Akibat dari tidak terbendungnya budaya
asing yang masuk sebagai akibat kemajuan pesat teknologi informasi dan transportasi
10

tersebut mempengaruhi arah perkembangan budaya dan peradaban Madura. Indikasi yang
terjadi adalah telah mulai memudarnya batas-batas kebudayaan Madura dengan segala
kekhasan sistem tata nilainya yang berkembang di masyarakat sekarang.
Oleh karena itu, ancaman terhadap pergeseran budaya masyarakat Madura harus
dicarikan sebuah solusi dalam mempertahankan dan melestarikan budaya-budaya lokal.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi budaya itu sendiri menjadi
produk wisata yang bernilai tinggi. Selain itu, dalam proses pengembangan wisata budaya
tersebut membutuhkan dukunganpemerintah, masyarakat dan swasta bekerja sama dalam
mengkonservasi budaya lokal.
2.1.2. Potensi Wisata Madura
Luas wilayah Pulau Madura sebesar 5.304 km yang memanjang kurang lebih 190
km dan lebar sekitar 40 km, menyimpan kekayaan dan potensi yang luar biasa
(wikipedia.com). Potensi potensi wisatanya yang berupa alam, budaya, dan buatan
manusia, menyebar di empat kabupaten yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep merupakan obyek dan daya tarik wisata
yang dapat memberikan multpliereeffect positif bagi perekonomian dan kemajuan
masyarakat lokal.
Berdasarkan hasil indetifikasi yang dilakukan, beberapa daerah di Madura memiliki
desa-desa yang memiliki karakteristik unik pada kehidupan masyarakat. Karakteristik unik
tersebut bersumber pada dari peninggalan sejarah, kebudayaan, seni, dan pengetahuan yang
dapat

dimanfaatkan

sebagai

atraksi

wisata

yang

bernilai

tinggi

bagi

penggunanya.Pengembangan desa wisata tidak terlepas dari unsur kearifan lokal. Adanya
pengembangan desa wisata dapat dinilai pada : (1) Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata
dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. (2) Penduduk desa
sebagai penyedia fasilitas-fasilitas dan pelayanannya. (3) Budaya tradisional yang lekat
pada suatu desa atau

atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa

.Sedangkan kearifan lokal juga juga dapat dinilai dari budaya yang terjadi : (1) berlangsung
lama. (2) terbukti positif dan bermanfaat. (3) secara sadar kemudian dilestarikan.

11

Dari konsep desa wisata dan kearifan lokal di atas, dapat diidentifikasi potensipotensi kawasan desa wisata berbasis kearifan lokal di Pulau Madura sebagai berikut yang
dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Identifikasi Kawasan Potensi Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal

No
.
1.

Lokasi
Desa
Semaan,

Poensi Kearifan Lokal


Kondisi Fisik
Seni Budaya

Keterangan
Kawasan Pantai Slopeng
Kerajinan ukir untuk membuat topeng dari

Kecamatan

kayu, kesenian tradisional topeng dalang,

Dasuk,

dansapi 'sono' (sapi betina hias).


Pemerintah dan masyarakat setempat
Ruang ganti baju pria dan wanita

Sumenep

SDM/Lembaga Pengelola
Fasilitas

Toilet Pria dan Wanita


Musholla
Kantin
Tempat duduk dipinggir Pantai
2.

Desa
Karduluk

Kondisi Fisik
Seni Budaya

ukiran kayu khas Madura yang berciri

Kecamatan

kaku, kasar tapi manis dan pengrajin

Pragaan,

ukiran tersebut sampai sekarang masih

Sumenep

3.

Desa

SDM/ Lembaga Pengelola


Fasilitas
Kondisi Fisik

bertahan di Madura
Pengrajin
Berdekatan dengan wilayah laut, sawah,

Seni Budaya
SDM/ Lembaga Pengelola

semak, vegetasi bakau


Kerajinan batik khas Madura
Perajin batik (dewasa dan remaja) belum

Fasilitas
Kondisi Fisik
Seni Budaya

ada paguyuban batik


Kawasan pertanian
Sapi sonok, yakni dua sapi betina yang

Tanjungbumi,
Bangkalan

4.

Desa Waru

Taman bermain anak-anak


Desa sentra produk Madura
Seni budaya yang khas yaitu kerajinan

12

Barat,

dihiasi dan dipercantik sedemikian rupa

Kecamatan

untuk dilombakan. yang dilombakan

Waru,

adalah keindahan sapi saat berjalan dan

Pamekasan

berpakaian diiringi musik tradisional,


SDM/ Lembaga Pengelola
Fasilitas

sronil, lengkap dengan sinden.


Paguyuban sapi sonok, masyarakat petani
Lapangan arena perlombaan, jalan aspal
dapat ditempuh dengan menggunakan

5.

Desa
Padelegan

Kondisi Fisik
Seni Budaya

sarana transportasi mobil angkutan umum


Kawasan pantai
Upacara Petik Laut yang merupakan pesta

Kecamatan

rakyat sebagai ungkapan rasa syukur

Pademawu,

kepada Yang Maha Kuasa atas

Pamekasan

keberhasilannya
dalam mengarungi lautan, dalam
kegiatannya diawali dengan acara
keagamaan dan diakhiri dengan pagelaran

6.

Desa
Bancaran,
Kecamatan

SDM/ Lembaga Pengelola


Fasilitas

seni dan budaya setempat


Masyarakat setempat
sarana mobil angkutan umum/ojek dengan

Kondisi Fisik
Seni Budaya
SDM/ Lembaga Pengelola
Fasilitas

kondisi jalan aspal


Berdekatan dengan wilayah laut,
Atraksi Karapan sapi
Paguyuban karapan sapi, masyarakat
Lapangan arena perlombaan

Kondisi Fisik
Seni Budaya

Kawasan perkotaan
Festival Daoll Combo (lebih populer Ul-

SDM/ Lembaga Pengelola


Fasilitas

Daol) pertunjukan music tradisional


Masyarakat
-

Bangkalan,
7.

Bangkalan
Pusat kota
Sampang

Sumber: diolah dari berbagai sumber, 2013

13

Berdasarkan table identifikasi potenis pengembangan desa wisata lokal di Pulau


Madura dapat berupa benda-benda alam (natural amenities) yaitu, yang meliputi: iklim,
pemandangan, fauna dan flora; hasil ciptaan manusia (man-made supply) yang meliputi
benda-benda bersejarah (monumen/bangunan bersejarah, sisa-sisa peradaban manusia, dan
lain-lain), kebudayaan (museum, kesenian rakyat, perpustakaan, dan lain-lain), keagamaan
(rumah ibadah, candi, upacara keagamaan, dan lain-lain); dan tata cara kehidupan
masyarakat, merupakan atraksi yang dapat ditawarkan, seperti upacara nyadar, khitanan,
pernikahan, dan lain sebagainya . Potensi kearifan lokal tersebut tersebar di pelosok
Madura yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya, persebaran potensi
wisata kearifan lokal Madura dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Persebaran Lokasi Potensi Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Madura

14

Sumber: http://www.google.co.id/imgres

Adanya infrastruktur seperti Jembatan Suramadu dapat menjadi akses bagi bagi
pengembangan

wisata

Madura

dengan

memanfaatkan

kearifan

lokal.

Konsep

pengembangan desa wisata yang berbasis kearifan lokal agaknya menjadi rekomendasi
dalam upaya melestarikan budaya ditengah transformasi perubahan masyaarakat Madura
menuju modernitas.

2.2 Inovasi Konsep Pengembangan Desa Wisata Unggulan Berbasis Kearifan Lokal
Pasca beroperasinya Jembatan Suramadu dikhawatirkan akan menimbulkan
perubahan budaya dan gaya hidup masyarakat Madura karena masuknya budayabudaya
asing. Di sisi lain, Jembatan Suramadu menjadi satu-satunya akses yang mudah dan cepat
yang menghubungkan daerah Madura dengan daerah lain, khususnya Surabaya.
Pengembangan pariwisata dengan tetap mempertahankan kearifan lokal dapat dijadikan
salah pendekatan dalam membendung arus budaya asing yang masuk ke Madura.
Proses pengembangan kegiatan pariwisata membutuhkan pengelolaan sumberdaya manusia
yang berkarakter. Pemuda sebagai bagian dari actor pembangunan dapat dijadikan modal
sumberdaya manusia dalam menggerakkan sektor wisata. Melalui karakternya pemuda
dapat berperan sebagai kader penggerak kemajuan wisata.
Konsep K-Dewantaru singkatan dari Kader-Desa Wisata Unggulan Madura dimana
merupakan konsep perpaduan antara konsep pengembangan desa wisata unggulan, konsep
kearifan lokal dan konsep peran pemuda dengan tujuan melestarikan budaya lokal Madura.
Gambar 2.3 menggambarkan secara grafis konsep K-Dewantaru yang ditawarkan untuk
membendung budaya asing luar Madura dengan memanfaatkan potensi wisata budaya dan
potensi pemuda lokal di Madura.
Konsep K-Dewantaru terdiri dari tiga aspek yang membangunnya, yaitu aspek
pengembangan kawasan wisata, aspek kearifan lokal, dan aspek pemberdayaan
pemuda.

Ketiga

aspek

tersebut

membentuk

suatu

sinergitas

dan

keterpaduan

dalammenciptakan produk wisata yang bernilai jual tinggi. Selain, memanfaatkan potensi

15

lokal, melalui pemberdayaan dan optimalisasi peran pemuda diharapkan dapat menjadi
generator dalam mendorong bangkitnya industri pariwisata di Pulau Madura.

Pengembangan Kawasan Wisata


Kearifan Lokal
Pesona Alam
Benda Peninggalan
Sejarah
Tata cara kehidupan
masyarakat
Kebudayaan

DESA WISATA
UNGGULAN
MADURA

Peran Pemuda
Kader
Prinsip Ketuhanan
Intelektualitas dan
idealisme
Kemamapuan
Leadership
Inovasi dan
kreatifitas
Berdaya saing

Kelestarian Budaya Lokal


Gambar 2.3 Konsep K-Dewantaru Kader-Desa Wisata Unggulan Madura
Sumber: analisa penulis, 2013

Berikut penjelasan dari masing-masing aspek pendukung konsep K-Dewantaru.


a Aspek Pengembangan Kawasan Wisata
Untuk mendukung terwujudnya kawasan wisata yang bernilai jual tinggi, maka
diperlukan upaya penataan lingkungan pada desa wisata. Penataan lingkungan yang
dilakukan haruslah berprinsip pada nilai-nilai kearifan lokal. Adapun arahan dalam
penataan lingkungan pada kawasan desa wisata diantaranya adalah :

16

Menciptakan permukiman tradisional sebagai upaya menunjukkan eksistensi budaya


lokal
Menciptakan identitas kawasan yang menarik dan berbudaya.
Menciptakan kegiatan pendukung pariwasta seperti adanya sentra pasar oleh-oleh
Mengkonservasi benda-benda peninggalan bersejarah seperti museum, dan lain-lain
Menyediakan aksesbilitas infrastruktur yang terjangkau dan memadai
b Aspek Kearifan Lokal
Kaerifan lokal merupakan aspek yang penting bagi dalam pembentukan desa wisata
unggulan. Ppngembangan kawasan terutama pengembangan wisata lebih menonjolkan pada
nilai-nilai kehidupan masyarakat lokal yang menjadi dasar pada kehidupan. Namun,
mengingat kearifan lokal ini rentan terhadap masuknya budaya asing secara perlahan-lahan,
maka diperlukan upaya-upaya melestarikannya nilai-nilai tersebut melalui pengembangan
wisata. Adapun arahan yang dapat dikembangan pada desa wisata dengan menggunakan
kearifan lokala adalah sebagai berikut:
Menjadikan kearifan lokal sebagai keunggulan dalam pengembangan masing-masing
desa wisata
Setiap desa memiliki satu kearifan lokal menjadi identitas kawasan wisata lokal yang
menarik dan benilai jual tinggi
Membudidayakan kearifan lokal didalam kehidupan sehari-hari masyarakat sebagai
produk atraksi budaya
Menyelenggarakan event berkala regional, nasional dan internasional sebagai wujud dari
pelestarian budaya lokal
c Aspek Pemberdayaan Pemuda
Dalam rangka mendukung terwujudnya pengembangan desa wisata unggulan, maka
peran aktif dan partisiasi pemuda lokal menjadi strategis. Hal ini dikarenakan pemuda
memiliki karakter yang berpegang teguh terhadap prinsip berkeagamaan, intelektual,
cerdas, kreatif, inovatif, dan berdaya saiang. Seluruh potensi dapat dikembangkan melalui

17

pembentukan kelembagaan sehingga pemuda menjadi lebih tanggap dan peduli terhadap
kemajuan desanya. Adapun arahan pengembangan pada aspek pemberdayaan pemuda
adalah sebagai berikut:
Menjadikan pemuda sebagai kader dalam pengembangan desa wisata unggulan
Mendorong peran aktif pemuda dalam kegiatan pariwisata melalui pengembangan
komunitas, kelembagaan atau organisasi (community based tourism).
Mendorong produktivitas pemuda dalam berkarya seni dan budaya
Melakukan pembelajaran bagi pemuda teradap isu permasalahan yang berkembang
Melalui konsep K-Dewanataru diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
kawasan pedesaan, menyelamatkan genarasi pemuda yang berpartisipasi dalam pelestarian
budaya lokal Madura.
2.3 Strategi Implementasi Konsep Kader-Desa Wisata Unggulan Madura (KDewantaru)
Berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan maka
terobosan baru dalam pelestarian budaya di Madura adalah dengan menerapkan konsep
Kader-Desa Wisata Unggulan Madura (K-Dewantaru), yaitu dengan membangun desa
wisata unggulan dengan basis kearifan lokal, dan melibakan pemuda sebagai kader bagi
pengembangan wisata lokal. Keberlanjutan seni budaya di dalam konsep K-Dewantaru
menekankan pada upaya mempertahankan kearifan lokal. Kearifan lokal ini dilakukan
dengan beberapa langkah kongkret yaitu dengan memanfaatkan area desa untuk dijadikan
kawasan wisata yang berorientasi pada budaya kultur.
Untuk mengimplementasikan konsep K-Dewantaru, maka diperlukan berbagai
strategi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kearifan lokal yang terkandung di Pulau Madura, kemudian
mengeksploitasinya menjadi produk wisata yang menarik dan bernilai jual tinggi
b. Melakukan revitalisasi kawasan desa wisata potensial untuk dikembangkan sebagai desa
wisata unggulan

18

c. Melakukan penyelenggaran berbagai event skala lokal, regional, dan internasional dalam
rangka gelaran festival budaya Madura sebagai upaya mempromosikan desa wisata
unggulan sebagai produk wisata unggulan yang menarik dikunjungi di Pulau Madura
d. Membentuk komunitas pemuda pada desa wisata lokal sebagai kader penggerak
berkembangnya kegiatan kepariwisataan.
Untuk melaksanakan berbagai strategi tersebut, maka diperlukan mekanisme dalam
implemtasinya. Berikut Gambar 2.4 mekanisme implementasi Konsep Dewantaru.

Peran Aktif Pemuda


Sebagai Agen Pembangunan
Identifikasi Potensi
Desa Wisata Madura

Penataan Lingkungan
Desa Wisata

Identifikasi Kearifan Lokal


Madura

Pemberdayaan dan
Peran Aktif Pemuda

Eksplorasi Kearifan
Lokal Unggulan

Permukiman Tradisional,
Membentuk kader desa wisata
Brand
unggulan
Image on based local tourism
Konservasi Peninggalan
Membentuk
Bersejarah
suatu forum/community
Promo melalui
based
event
of tourism
skala regional, nasional, dan internasional
Identitas kawasan Produktivitas karya dan seni
Pelestarian budaya dalam kehidupan sehari-hari
Aksesbilitas Infrastruktur

Kader-Desa Wisata Unggulan


Madura
Gambar 2.4 Mekanisme Implemntasi Konsep K-Dewantaru
Sumber : Hasil olahan penulis, 2013

19

Gambaran diatas merupakan mekanisme dalam penerapan konsep Dewantaru,


dimana diawali dengan identifikasi pengembangan desa wisata potensial dan kearifan lokal
di Pulau Madura. Malalui mekanisme pemberdayaan pemuda diharpan mampu mendorong
peran pemuda lebih aktif dalam kemajuan pembangunan pariwisata. Sehingga didapatkan
Konsep K-Dewantaru yang dapat diimplemtasikan secara komprehensif sehingga berguna
bagi pelestarian budaya di Madura. Untuk memberikan gambaran dengan jelas
implementasi konsep K-Dewantaru dapat dilihat pada Gambar 2.5 Ilustrasi Implementasi
Konsep K-Dewantaru.

B
A

E
F

Gambar 2.5 Ilustrasi Konsep K-Dewantaru


Sumber : Hasil olahan penulis, 2013

20

21

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Madura memiliki potensi pengembangan wisata yang cukup tinggi, khususnya pada
wisata budaya. Hal ini dikarenakan Madura memiliki beragam budaya lokal yang
memiliki nilai-nilai yang masih tinggi dan senantiasa terpelihara sejak awal mula
perkembangannya terutama pasca beroperasinya jembatan Suramadu.
2. Konsep K-Dewantaru terdiri dari tiga aspek yang membangunnya, yaitu aspek
pengembangan kawasan wisata, aspek kearifan lokal, dan aspek pemberdayaan pemuda.
Ketiga aspek tersebut membentuk suatu sinergitas dan keterpaduan dalam menciptakan
produk wisata yang bernilai jual tinggi. Selain, memanfaatkan potensi lokal, melalui
pemberdayaan dan optimalisasi peran pemuda diharapkan dapat menjadi generator
dalam mendorong bangkitnya industri pariwisata di Pulau Madura.
3. Untuk mengimplementasikan konsep K-Dewantaru, maka diperlukan berbagai strategi
diantaranya (1) Mengidentifikasi kearifan lokal yang terkandung di Pulau Madura,
kemudian mengeksploitasinya menjadi produk wisata yang menarik dan bernilai jual
tinggi (2) Melakukan revitalisasi kawasan desa wisata potensial untuk dikembangkan
sebagai desa wisata unggulan (3) Melakukan penyelenggaran berbagai event skala lokal,
regional, dan internasional dalam rangka gelaran festival budaya Madura sebagai upaya
mempromosikan desa wisata unggulan sebagai produk wisata unggulan yang menarik
dikunjungi di Pulau Madura (4) Membentuk komunitas pemuda pada desa wisata lokal
sebagai kader penggerak berkembangnya kegiatan kepariwisataan
3.2 Saran
Adapun saran dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Perlunya peran serta masyarakat secara langsung dalam berbagai langkah strategis yang
dijalankan dalam konsep ini yaitu meliputi proses perencanaan,pelaksanaan dan juga
pengawasan serta pengembangan kegiatan wisata.
22

2. Perlunya publikasi dalam hal memperkenalkan budaya Madura secara berkala dan
meluas kepada masyarakat luar selama proses berjalannya konsep.
3. Pemerintah perlu melakukan insentif dan disinsentif pada pengembangan kawasan desa
wisata unggulan untuk menciptakan keseimbangan ekonomi, lingkungan dan sosiokultur
4. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah provinsi dalam
penataan ruang kawasan desa wisata. Juga perlu adanya kerjasama antara masyarakat,
swasta dan pemerintah untuk mewujudkan KOnsep KDewantaru.

23

DAFTAR PUSTAKA

Adishakti, Laretna T.2000. Apa Pusaka Kota Bersejarah. Yogyakarta. Dialog 2


LintasPemerhati dan Pecinta Kota Bersejarah Yogyakarta.
Prasta, Aditia. 2003. Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata Cibodas
Berdasarkan Konsep Ekowisata. Bandung: Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi ITB
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari
Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
3.bp.blogspot.com. 2013. Pariwisata dan Pelestarian Warisan Budaya. Diunduh
tanggal 21 Nopember 2013, dari: http://jambitemple.blogspot.com/2011/05/pariwisata-danpelestarian-warisan.html
Antarajatim.com. 2012. Kunjungan Wisatawan Asing ke Sumenep 25 September
2011, dari: http://www.antarajatim.com/lihat/cetak/56279 Kabhar Madura. 2010. Budaya
Madura pasca Jembatan Suramadu. http://kabharmadhura.blogspot.com/. [diakses pada
tanggal 21 Nopember 2013]
Sungkono, SE. MM. MBA. 2012. Pembangunan dan Konservasi Budaya
Suramadu. http://www.indonesiaposnews.com. [diakses pada tanggal 21 Nopember 2013]
Ach. Farid Wadjdi. 2010. Ciri Khas Madura dengan Stigma Berbeda dari
Masyarakat. http://www.sosbud.kompasiana.com. [diakses pada tanggal 18 Juli 2012]
Assyam Nepany. 2011. Konsep Pemngembangan Objek Wisata Madura Berbasis
Local

Community-Based.

http://www.lontarmadura.com.[diakses

pada

tanggal

21

Nopember 2013]
Basith, Abd. 2009.
Menyambut

Jembatan

Apa yang Harus Dipersiapkan Masyarakat Madura

Madura?.(Online,http://www.imabasurabaya.co.cc/2009/04/apa-

yangharus-dipersiapkan-masyarakat.html. [diakses tanggal 21 Nopember 2013]

24

Anda mungkin juga menyukai