Panas
+
3 H2O
Lipase
CH2-OH
|
CH-O
|
CH2-O
3 RCOOH
-2 H2O
Panas
H-C=OH
|
H-C
|
H-C-H
2 H2O
2. Reaksi hidrogenasi
Reaksi hidrogenasi adalah reaksi adisi hydrogen ke dalam rantai asam lemak tidak jenuh
pada sisi karbon yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi hidrogenasi mengubah lemak tidak
jenuh menjadi lemak jenuh. Reaksi hidrogenasi akan dipercepat dengan proses pemanasan dan
adanya katalisator metal misalnya nikel.
Reaksi hidrogenasi lemak tidak jenuh menjadi lemak jenuh:
O
||
CH2OC(CH2)7CH=(CH2)7CH3
O
||
CH2OC(CH2)16CH3
O
||
CH2OC(CH2)7CH=(CH2)7CH3
O
||
CH2OC(CH2)16CH3
O
||
CH2OC(CH2)7CH=(CH2)7CH3
3 H2
Katalis Ni
Kalor
O
||
CH2OC(CH2)16CH3
Reaksi diatas merupakn reaksi hidrogenasi gliseril trioleat (triolein) yang disusun oleh 3 molekul
asam oleat dan menghasilkan gliseril stearat (tristearin), dimana ketiga ikatan rangkap yang
terdapat pada C9 diadisi oleh gas hydrogen. Asam lemak yang terikat pada gliserin berubah
menjadi asam stearate yang jenuh.
Reaksi hidrogenasi ini meningkatkan titik leleh trigleserida dari -17oC menjadi 55oC
sehingga triolein yang berbentuk cair pada suhu ruang berubah menjadi tristearin yang berbentuk
padat. Reaksi hidrogenasi merupakan tahapan dalam proses produksi margarin atau shortening
dari minyak cair. Dalam reaksi hidrogenasi, ada sebagian kecil asam lemak tidak jenuh
mengalami isomerasi, dimana terjadi perubahan konfigurasi cis menjadi trans.
3. Reaksi penyabunan
Reksi penyabunan terjadi apabila lemak, misalnya gliseril palmitat (tripalmitin) dipanaksan
dengan adanya alkali (sodium hidroksida) yang menybabkan ester gliserin terkonversi menjadi
garam Na-palmitat dan gliserin. Garam asam lemak berantai panjang ini disebut reaksi
penyabunan. Prinsip reaksi ini digunakan dalam proses produksi sabun secara komersial.
4. Reaksi autooksidasi lemak
Ikatan rangkap asam lemak yang terikat stuktur lemak/minyak mudah terooksidasi oleh
oksigen. Reaksi oksidasi ini akan memicu pembentukan produk primer, skunder dan tersier yang
bersifat volatil sehingga menyebabakan lemak atau produk yang mengandung lemak menjadi
berbau tengik dan tidak layak dikonsumsi.
Oksidasi lemak adalah satu reaksi kimia yang menyebabkan kerusakan lemak, terutama
lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Reaksi oksidasi lemak melibatkan ikatan
rangkap pada rantai karbon. Reaksi oksidasi lemak dapat dipicu oleh adanya oksigen, enzim
perioksidase, radiasi (cahaya) dan ion metal polivalen.
Reaksi oksidasi lemak dibagi tiga :
a. Inisiasi
Merupakan tahap pembentukan radikal bebas (R* dan H*) yang bersifat reaktif. Tahap ini
dapat dipicu adanya cahaya dan ion metal polivalen.
b. Propagasi
Tahap propagasi adalah reaksi antara radikal bebas dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksida (ROO*). Tahap ini berlansung cepat karena radikal peroksida akan
mengambil atom hydrogen pada asam lemak lainnya pada sisi ikatan rangkapnya
sehingga terbentuk radikal bebas baru (R*) dan hidroperoksida (ROOH)
c. Terminasi
Tahap ini antarradikal peroksida (ROO*) juga dapat berikatan satu sama lain membentuk
ROOR. Hidro peroksida berkontribusi pada pembentukan aroma yang menyimpang (offFlavor) yang merupakan indikasi kerusakan lemak.
4.5.7 Kelarutan
Lemak/minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelaraut organic non-polar
sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organic non-polar seperti heksana, petroleum eter atau
dietil eter. Sifat kelarutan lemak/minyak dalam pelarut organic non polar digunakan untuk
melakukan ekstraksi lemak/minyak. Lemak/minyak tidak dapat larut dalam air karena air bersifat
polar.
1. Indeks refraksi
Merupakan parameter yang berkaitan dengan berat molekul, panjang rantai asam
lemak,tingkat ketidakjenuhan dan tingkat konjugasi. Pengukuran indeks refraksi berguna untuk
menguji kemurnian suatu lemak. Indeks refraksi meningkat dengan semakin panjangnya rantai
C, derajat ketidakjenuhan dan suhu yang semakin tinggi. Indeks refraksi berhubungan dengan
bilangan iod lemak karena itu dapat digunakan untuk mengendalikan proses hidrogenasi.
2. Titik leleh
Titik leleh adalah suhu dimana lemak/minyak berubah wujud dari zat padat menjadi cair.
Titik leleh lemak/minyak ditentukan oleh ada tidaknya ikatan asam lemak penyusunya.asam
lemak jenuh titik lelehnya tinggi begitu pula dengan asam lemak rantai panjang.
3. Berat jenis
Berat jenis lemak/minyak adalah berat minyak (gram) per satuan volume (ml). Pada prinsipnya,
berat jenis lemak/minyak ditentukan melalui perbandingan berat.
4. Bilangan iod
Derajat ketidakjenuhan asam lemak asam lemak yang menyusun lemak/minyak dapat ditentukan
berdasrkan reaksi adisi anata asam lemak dengan iod (I2). Ikatan rangkap yang terdapat pada
asam lemak tidak jenuh dapat diadisi oleh senyawa iodn sehingga menghasilkan senyawa dengan
ikatan jenuh. Reaksi adisi ikatan rangkap asam lemak oleh senyawa iod dibantu dengan suatu
carrier seperti iodin-klorida atau iodin-bromida. Reaksi adisi asam lemak oleh senyawa iod
adalah sebagai berikut :
nI2 + -n(CH) = CH) -
-n(CH CH) |
|
I
I
Bilangan iod menyatakan jumlah gram iod yang digunakan untuk mengadisi 100 gram
lemak/minyak. Semakin tinggi bilangan iod maka semakin banyak ikatan rangkap yang diadisi
dan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan lemak/minyak. Penetapan bilangan iod dilakukan
dengan menambahkan iod secara berlebih ke dalam contoh lemak/minyak. Kelebihan iod
dititrasi dengan natrium tiosulfat sehingga iod yang digunakan untuk mengadisi lemak/minyak
dapat diketahui jumlahnya. Reaksi antara I2 dengan Na2S2O3 yang terjadi melalui reaksi reduksi
oksidasi sebagai berikut :
I2 + 2 Na2S2O3
Na2S4O6 + 2NaI
Metode yang banyak digunakan dalam menetapkan bilangan iod adalah metode hanus dan
metode Wijs.
5. Kapasitas absorbsi Air
Lemak/minyak dapat membentuk emulsi dengan air. Kapasitas mengabsorbsi air oleh
minyak/lemak merupakan sifat yang penting dalam sebuah emulsi.
6. Turbidity point
Pengujian turbidity poin dilakukan untuk mengetahui adanya pengotoran oleh bahan asing
atau pencampuran minyak.
7. Indeks padatan lemak (solid fat index)
SFI adalah ukuran tingkat kepadatan lemak pada suhu yang berbeda. SFI menunjukkan
persentase lemak yang terdapat ndalam bentuk Kristal, yang dapat dibedakan dari minyak yang
meleleh pada suhu tertentu.
8. Bilangan asam
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang
terkandung dalam lemak/minyak,yang biasanya dihubungkan dengan prooses hidrolisis
lemak/minyak.
Proses hidrolisis lemak
Enzim
Trigliserida + H2O
Bilangan asam ditentukan dengan reaksi penyabunan yaitu dengan cara mereaksikan
lemak/minyak dengan basa seperti KOH atau NaOH.
9. Bilangan peroksida
Reaksi oksidasi terjadi melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi, tahap propagasi, dan
terminasi. Radikal bebas yang terbentuk ditahap awal reaksi (tahap inisiasi) dapat bereaksi
dengan oksigen menghasilkan senyawa peroksida. Keberadaan senyawa peroksida ini digunakan
sebagai indikator terjadinya oksidasi lemak/minyak.
4. Minyak goreng
Minyak goring adalah minyak yang berasl dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan
dan berbentuk cair dalam suhu kamar , biasanya digunakan untuk menggoreng makanan.
Minyak goring dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian,
kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola.
4.7 Modifikasi Lemak dan Minyak
Proses modifikasi lemak/minyak adalah dengan reaksi hidrogenasi , pencampuran secara fisik
lemak dengan tititk leleh yang berbeda , atau melalui proses interesterifikasi atau intraesterifikasi.rigliserida baru dengan titik lelah dan sifat kristalisasi.
Proses interesterifikasi : prinsip dari reaksi ini adalah menukar posisi asam lemak yang
terikat pada gliserol atau menggantikan asam lemak yang terikat dengan asam lemak lain
yang berbeda titik lelehnya. Dengan demikian, akan dihasilkan yang berbeda. Proses
inter-esterifikasi ini digunakan dalam tahapan proses produksi margarin, pastry dan
shortening.
Proses intraesterifikasi : dapat dilakukan secara kimia melalui reaksi alkoholis dan
asidolisis atau secara enzimatis.