Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN 4

PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK

I) Tujuan Percobaan
1.

Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionik.

2.

Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi


senyawa secara langsung.

3.

Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer.

4.

Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik.

II) Teori
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan
suatu senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan daya tarik-menarik antara ion ini
menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat, dan cara untuk ikatan kimia dapat
berubah jika suatu zat bereaksi yang digunakan untuk mengetahui jumlah energi
yang dilepas atau diabsorpsi selam terjadinya reaksi. Macam-macam ikatan kimia
dibentuk oleh atom tergantung dari struktur elektron atom. Misalnya, energi
ionisasi dan kontol afinitas elektron dimana atom menerima atau melepaskan
elektron. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar: ikatan ion dan
ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk jika terjadinya perpindahan elektron antara
atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya
tarik-menarik. Daya tarik-menarik diantara ion-ion yang bermuatan berlawanan
merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya (sharing)
elektron diantara atom-atom. Dengan kata lain, daya tarik-menarik inti atom pada
elektron yang terbagi diantara elektron itu merupakan suatu ikatan kovalen
(Brady,1999).
Ikatan kimia terjadi karena kecenderungan atom mempunyai konfigurasi
elektron seperti gas mulia. Kecenderungan ini melahirkan beberapa ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan hidrogen, ikatan logam dan gaya van der waals .
Kebanyakan akan tidak berada dalam keadaan bebas tapi menyatu dengan atom
lain membentuk senyawa. Ini merupakan bukti bahwa atom yang bergabung, lebih

stabil daripada yang menyendiri. Berdasarkan teori atom modern, cara


terbentuknya ikatan kimia terjadi karena adanya elektron pada kulit terluar. Gas
mulia lebih stabil dalam keadaan monoatom sedangkan unsur lain lebih stabil
apabila membentuk ikatan. Jadi elektron akan stabil apabila elektron valensinya
terisi penuh. Untuk semua atom berlaku hukum oktet, yaitu suatu atom cenderung
mempunyai elektron valensi delapan kecuali gas mulia
(Purba, 2004).
Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan ion negatif. Atom yang
melepaskan elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan
menjadi ion negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif
tersusun selang seling membentuk molekul raksasa. Ikatan ion terbentuk melalui
proses serah terima elekron. Supaya jumlah elektron yang diberikan suatu atom
sama dengan yang diterima atom lain, maka koefesien reaksinya harus disamakan
pada umumnya, bila suatu unsur logam bersenyawa dengan suatu unsur non
logam, elektron-elektron dilepaskan oleh ato-atom logam dan diterima oleh atomatom non-logam. Mudah atau sukarnya senyawa ion terbentuk ditentukan oleh
ionisasi potensial afnitas elektron dari atom unsur pembentuk senyawa ion dan
energi kisi senyawa ion tersebut
(Syukri, 1999).
Senyawa ion yang berwujud padat tidak menghantarkan listrik karena ion
positif dan ion negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi senyawa ion yang
yang berupa cairan akan menghantarkan listrik karena ion-ionnya yang lepas dan
bebas.Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut
polar, misalnya air karena terionisasi. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan
ion negatif, maka senyawa ion banyak berupa padatan dan berbentuk kristal.
Permukaan kristal itu tidak mudah digores maupun di geser. Selain itu sifat-sifat
yang telah disebutkan, senyawa ion juga memiliki sifat hampir tidak terbakar
(Syukri,1999).

Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron


antara atomm-atom yang bergabung. Ikatan kovalen hanya melibatkan sepasang
elektron disebut ikatan kovalen tunggal, sedangkan yang melibatkan lebih dari
sepasang elektron disebut ikatan kovalen rangkap
(Keenan, 1984).
Salah satu sifat ikatan kovalen yang penting adalah bervibrasi atau bergetar
sehingga jarak antara kedua atom bertambah dan berkurang secara berulangulang. Frekuensi getaran suatu ikatan berbeda dari ikatan lain bergantung pada
jenis atom yang berikatan. Untuk atom yang sejenis, frekuensi dipengaruhi oleh
ordenya. Molekul di atom hanya ada gerakan lurus, sedangkan molekul triatom
akan mempunyai gerakan lurus dan membengkok. Frekuensi vibrasi senyawa ini
berguna dalam analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang dibicarakan
dalam kimia analisis sifat-sifat senyawa kovalen antara lain menunjukkan titik
leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non
polar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar
dan banyak yang berbau
(Syukri, 1999).
Natrium Chlorida merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan oleh
masyarakat dalam pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri
kimia. Industri kimia yang paling banyak menggunakan Natrium Chlorida sebagai
bahan bakunya adalah industri Chlor Alkali. Produk utama dari industri ini adalah
chlorine (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh
industri lain, seperti industri pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan
pengolahan air limbah
(Dina dan Istikomah, 2009).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan
pemakaian bersama sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil
alohol merupakan contoh dari senyawa semnyawa kovalen. Titit leleh dan titik
didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat
(Sukardjo. 1990).

Dua unsur ( satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung
menerima), bila bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung
pada tingkat energi sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana,
tetapi merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang
selang seling sedemikian rupa hingga teratur
( Syukri, 1999 ).

III) PROSEDUR KERJA


3.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Thermometer 100oC
5. Gelas piala 100 mL
6. Gelas piala 150 mL
7. Erlenmeyer 150 mL
8. Batang pengaduk
9. Spatula
10. Kaca arloji

Bahan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Akuades
n-heksan
Sikloheksan
n-dekana
o-diklorobenzen
p-diklorobenzen
n-butil alkohol
t-butil alcohol
Naftalen
C10H8
p-dikorobenzen
C6H4Cl2
NaCl
KI
MgSO4

: 10 buah
: 1 buah
: 5 buah
: 1 buah
: 3 buah
: 3 buah
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 2 buah

16. (CH3)2CHOH

3.2 Skema kerja


A. perbandingan titik leleh
a. senyawa-senyawa kovalen
Naftalen

Di siapkan tabung kapiler


Di masukkan senyawa yang akan di amati
Di perlukan sekitar 3 mm contoh
Di sejajarkan ujung pipa kapiler

Dipanaskan air hingga naik 10 C/menit.


Diaduk
Dicatat suhu saat contoh leleh
Hasil

B. senyawa karbon berantai lurus dan lingkar (cincin)

Dibandingankan sifat fisis larutan


Dibandingkan kekentalan setiap larutan
Hasil

C.Isomer

1-butanol dan 2-butanol


n-heksana,n-pentana,minyak
C6H4Cl2 dan CH3(CHbumi
2)3OH

Di Bandingkan dan

di catat bau dan

wujud o-diklorobenzena, dan p-diklobenzena

Di Catat pula bau n-butil alkohol dan t-butil alkohol. Apakah baunya
sama?

Di Tentukan kelarutan kedua senyawa ini dalam air dengan jalan


menetaskannya hingga tidak lebih dari 15 tetes ke dalam masing masing
tabung reaksi yang mengandung 1 ml air. (Setelah setiap penambahan 1
tetes alkohol, di goyangkan tabung reaksi hingga larut. Pada saat terbentuk
kekeruhan, catat berapa jumlah alkohol yang telah diteteskan).

Di Bandingkan sifat kimia n-butil alkohol dengan t-butil alkohol. Ke


dalam dua tabung reaksi kering yang masing masing berisi 1 ml n-butil
alkohol dan t-butil alcohol

Hasil

Anda mungkin juga menyukai