Anda di halaman 1dari 6

..

PENURUNAN KADAR Pb DALAM LIMBAH B-3 DENGAN


MENGGUNAKAN ABU LAYANG
M.E. Budiyono, Agus Sulistiyono
P3TM-BATAN,J/. BabarsariKotak Pos1008Yogyakarta55010

ABSTRAK
PENURUNAN KADAR Pb DALAM UMBAH B-3 DENGAN MENGGUNAKAN ABU LA YANG.
Telah di/akukan penelitian mengenai pengan/h waktu serap, konsentrasi dan pH Ian/tan untuk
menyerap limbah B-3 khususnya Pb dengan menggunakan abu layang. Masuknya bahan
pencemar ke udara, tanah dan air menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini
menyebabkan konsentrasi bahan berbahaya dan beracun yang meningkat dari waktu ke waktu.
Tujuan pene/itian ini ada/ah untuk mengurangi unsur Pb da/am limbah B-3 dengan mencari
kondisi terbaik dari penyerapan Ian/tan limbah memakai proses catu. Abu /ayang dan Ian/tan
Pb diaduk menggunakan Blat pengaduk Jar test dengan kecepatan 300 rpm. Waktu serap,
konsentrasi dan pH Ian/tan divariasi masing-masing 20 -70 menit, 25 ppm -150 ppm dan pH 4
-13. Setelah pengadukan selesai Ian/tan dienapkan selama 1 jam dan kemudian padatan abu
layang dipisahkan dari filtratnya dengan menggunakan kertas saring. Konsentrasi filtratnya
dianalisis dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik proses.
penyerapan Pb dalam limbah B-3 berlangsung dengan waktu serap 60 menit, konsentrasi
larutan 75 ppm, pH Ian/tan 7 -11 dengan EP = 95,72 % dan KS = 0,06931 mgreklg.

ABSTRACT
REDUCTION OF Pb CONTENT IN HAZARD WASTES USING FL Y ASH. Researches about
influence of absotption time, concentration and pH of solution to absotp hazard wastes
especially Pb using fly ash have been done. Entering pollutants to air; soil and water causes
pollution in the environment. This increases the concentrations of hazardous and toxic materials
from time to time. The aim of this research is to reduce Pb element in the hazardous waste by
looking for the best condition of the absotption of the waste using batch process. Fly ash and
lead were mixed using a Jar test equipment under the rotation speed of 300 tpm. The
absotptiontime, concentration and pH of solutions were varied i.e. 20 -70 minutes, 25 -150
ppm and the pH of 4 -13, respectively. After the mixing had finished, the solution was
sedimented for 1 hour and then the fly ash was separated from its solution using filter paper.
The concentration of the filtrat was analysed using spectrofotometer. The results showed that
the best condition of the lead absotption in the hazardous waste occoured on the absotption
time of 60 minutes, solution concentration of 75 ppm, pH of solution of 7 -11 with the ES =
95.72 % and CS = 0.06931 mgeq/g.

PENDAHULUAN
P

ada saat ini perkembangan industri sangat pesat.


Perkembangan sejak akhir Pel ita III dan Pel ita

IV laju pertumbuhan industri melebihi pertumbuhan


ekonomi nasional. Dengan melihat perkembangan
industri yang pesat, pasti memberikan pengaruh
terhadap penurunan kualitas lingkungan. Bahan
pencemar masuk ke lingkungan udara, tanah dan
perairan. Pengaruh bahan pencemar terhadap
perairan ini antara lain dapat dilihat adanya
konsentrasi bahan berbahaya dan beracun (B-3)
yang meningkat dari waktu ke waktu.

Dengan adanya kemajuan teknologi yang


semakin meningkat banyak industri menggunakan
dan mengolah serta menimbulkan bahan-bahan
pencemar. Maka sektor industri selain dapat
menunjang terwujudnya kesejahteraan masyarakat,
juga dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
hidup. Oleh karena itu pemerintah menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994
tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Adanya limbah cair yang terbuang ke
perairan akan menyebabkan rusaknya berbagai
sumberdaya alamo Demikian pula adanya limbah
padat yang mengandung bahan berbahaya dan
beracunjuga akan menyebabkan penurunan kualitas

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000

dan Teknologi

Nuklir

lingkungan. Apabila bahan berbahaya d~n beracun


ini sampai masuk ke tubuh ikan dan tanaman
pangan yang akhimya akan dikonsumsi manusia,
maka kesehatan manusia akan terganggu (Anonim,
1992 Inventarisasi Limbah B3 di. Jateng).(I)
Bahan berbahaya dan beracun dapat berupa
bahan baku, bahan produksi dan limbah. Bahan
berbahaya dan beracun sebagai bahan baku dan
bahan produksi sangat membantu pemanfaatan
bahan berbahaya dan beracun. Yang menjadi
permasalahan adalah limbah bahan berbahaya dan
beracun yang ditimbulkan oleh kegiatan suatu
industri. Limbah bahan berbahaya dan beracun yang
dibuang
langsung
ke
lingkungan
dapat
membahayakan bagi lingkungan, manusia dan
makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu
diupayakan agar limbah bahan berbahaya dan
beracun yang ditimbulkan oleh setiap kegiatan
industri dapat seminimal mungkin. Meminimalkan
limbah bahan berbahaya dan beracun dimaksudkan
agar limbah bahan berbahaya dan beracun yang
ditimbulkan masing-masing unit produksi sekecilkecilnya dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan
cara antara lain:
reduksi pada sumber dengan
pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan
operasi kegiatan dan digunakan teknologi bersih.
Untuk mengurangi atau menghilangkan sifat bahaya
dan beracunnya limbah bahan berbahya dan beracun
yang telah ditimbulkan perlu dikelola secara khusus
(PP Nomor 19 Tahun 1994). (2)
Banyak bahan-bahan padat dipergunakan
sebagai bahan penyerap/adsorben. Cara penyerapan
dengan menggunakan arang aktif dinilai sebagai
cara penyerapan yang paling efektif, tapi sayangnya
memerlukan biaya yang cukup mahal, oleh karena
itu dalam penelitian ini dipergunakan abu layang
sebagai bahan penyerap altematif.
Abu layang dihasilkan pada pembakaran
batubara, berupa serbuk halus yang tidak terbakar
dengan distribusi ukuran partikel I -100 j.lm dan
relatif homogen. Karena ukurannya yang sangat
kecil maka abu ini terbawa oleh gas buang dan bila
tidak dilewatkan presipitator elektrostatis akan
beterbangan di atmosfir yang jumlahnya :t 90% dari
seluruh abu yang dihasilkan, sedangkan produksi
abu layang di Indonesia tiap tahun sekitar 400.000500.000 ton. (3) Abu layang tersebut akan
terakumulasi hingga mencapai jumlah yang cukup
besar dan akan merupakan masalah lingkungan yang
perlu ditangani. Salah satu cara untuk mengatasinya
ialah dengan memanfaatkan abu layang sebagai
bahan yang lebih berguna misalnya dipergunakan
sebagai bahan penyerap/ adsorben.
Timbal (Pb) adalah unsur yang mengkilap,
yang mempunyai kepadatan II kali air, tahan
terhadap korosi, mempunyai titik lebur 327 c daD
penyusutan yang sangat kecil. Timbal dipergunakan

secara luas pada industri, terutama untuk kombinasi


wama cat. Timbal sangat banyak terdapat di kerak
bumi. Dalam industri, Pb dipergunakan sebagai
pelapis pada bahan kerajinan tangan. Sekarang
banyak juga dipergunakan sebagai pelapis pipa-pipa
karena mempunyai sifat yang resisten torhadap
bahan korosif, bahan baterai, bahan cat dan sebagai
bahan tambahan dalam bensin sebagai anti hentakan
(anti knock)(Anonim, 1988f4). Selain itu Pb juga
dipergunakan untuk campuran pipa, lempeng logam,
kertas perak, industri mobil, percetakan, perakitan
radio, patri, dan pabrik senjata sebagai bagian dari
peluru senjata api.
Bahaya pemaparan Pb pada tenaga kerja,
sebenamya telah lama diketahui dan mencapai
puncaknya beberapa tahun setelah terjadi revolusi
industri di Eropa akibat meledaknya pertumbuhan
industri, sedangkan higiene perusahaan, kesehatan
dan keselamatan kerja belum berkembang baik.
Toksisitas senyawa Pb tergantung dari daya
larut dalam air dan ukuran partikel, semakin kecil
ukuran partikel semakin mudah diserap. Kurang dari
10% Pb dalam makanan diserap melalui usus halus,
akan tetapi 250;0 -50% yang dihirup akan diserap
melalui paru-paru. Seteiah diserap paru-paru Pb
akan didistribusikan ke jaringan lunak seperti otak,
hati, limpa dan sumsum tulang belakang sebagai Pbtrifosfat yang sulit sekali terlarut dalam keadaan
bebas di dalam sirkulasi darah (Achmadi, 1979).(5)
Penyerapan Pb kc dalam badan" dapat
melalui beberapa jalan, senyawa Pb anorganik
melalui paru-paru dan saluran pencemaan,
sedangkan garam antara Pb dengan asam organik
misalnya Pb berupa stearat, diserap melalui kulit. Pb
yang ada di udara terutama dalam bentuk anorganik
diserap melalui paru-paru. Nasib selanjutnya dari Pb
dalam paru-paru tergantung dari ukuran partikel.
Partikel Pb yang berukuran I mikron 60% dari yang
masuk bersama udara pemafasan diendapkan di
jaringan paru-paru, sedangkan yang berukuran 0,1
mikron hanya 40% yang diendapkan di jaringan
paru-paru.
Sekecil apapunjumlah partikel yang masuk
bersama udara pemafasan akan ditimbun di jaringan
tulang, dan dapat menggantikan posisi Ca dalam
tulang. Proses penimbunan ini berlangsung selama
hidup.
Keracunan Pb yang telah dilaporkan
berasal dari penggunaan air dengan kandungan Pb
antara 0,04 ppm -1 ppm atau lebih. Kandungan Pb
0,1 ppm sudah mengakibatkan kehidupan akan
terganggu. Pietrouski dan Finelli (1977)(6)membagi
bagian tubuh yang didominasi Pb dalam tiga
kelompok berdasarkan cepat atau lambatnya
perubahan, yaitu : Perubahan Pb yang cepat, terjadi
pada darah dan jaringan
lunak, menengah

Prosiding Pertemuan danPresentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juri 2000

dan Teknologi Nuklir

'",
(intermediete) pada kulit clan otot.dan yang
lama/lambat pada sunsum tulang clan gigi.
Pb-anorganik dapat memberikan gejala
keracunan misalnya kebodohan, iritasi, sakit kepala
clan kehilangan memori. Hal ini dapat berlangsung
ke arab koma clan meninggal. Terhadap darah Pb
dapat menyebabkan anemia sebab mengurangi umur
eritrosit clan menghambat sintesa hemoglobin. Pborganik dapat menyebabkan gangguan psikologis
seperti halusinasi, menghayal clan merangsang
kegembiraan.
Pada penelitian ini limbah pahan berbahaya
clan beracun khususnya Pb (timbal) ""akan diserap
dengan menggunakan abu layang, variabel yang
diperhatikan adalah pengaruh waktu serap, pH
larutan, clan konsentrasi larutan yang digunakan
untuk dapat menyerap Pb (timbal) secaraoptimal.

Pengaruh Konsentrasi Larutan


Dengan menggunakan basil terbaik pacta
percobaan I, serta dengan cara kerja yang serupa
dilakukan variasi konsentrasi larutan yaitu 25 ppm,
50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125 ppm dan 150 ppm,
kemudian dianalisis. Konsentrasi yang memberikan
efisiensi penyerapan yang terbesar adalah yang
paling baik.
Pengaruh pH Larutan
Dengan menggunakan basil terbaik pacta
percobaan I dan 2, serta dengan cara yang serupa
dilakukan percobaan pengaruh pH larutan yaitu pH
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12 dan 13. pH yang' paling
baik adalah yang memberikan efisiensi penyerapan
terbesar.

HASIL

BAHAN

DAN METODE

Abu layang, NaOH dan HNOJ, limbah


simulasi Pb, aquades,Pb (NOJ)2

berikut:
Tabell.

Alat
Peralatan gelas, pH meter, batang
pengaduk, alat spektrofotometer, expcndebel/ kuvet.

bebas yang diteliti

Waktu Serap, konsentrasi larutan/limbah,


pH larutan

Variabel

tak

bebas

Konsentrasi
kapasitas serap

Ph,

yang

PEMBAHASAN

Percobaan Pengaruh Waktu Scrap


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
diperoleh data hasil percobaan waktu serap sebagai

Bahan

Variabel

DAN

diteliti

efsiensi

penyerapan,

Metode
Pengaruh Waktu Serap
Ditimbang 5 gram abu layang, dimasukkan
ke dalam gelas beker dan ditambahkan 250 ml
larutan limbah Pb 150 ppm. Kemudian diaduk
dengan menggunakan Jar Test dengan kecepatan
pengadukan 300 rpm. Waktu pengadukan divariasi
yaitu : 20 men it, 30 men it, 40 men it, 50 menil, 60
menit dan 70 menit. Setelah dilakukan pengadukan,
maka diendapkan selama 1 jam. Filtrat dipisahkan
dari padatan abu layang dengan menggunakan
kertas saring dan diambil sebanyak 5 ml untuk
dianalisis dengan spektrofotometri. Waktu serap
yang paling baik adalah yang memberikan efisiensi
penyerapan yang terbesar.

Waktu Serap Pb Terhadap Efisiensi


Penyerapandan K.apasitasSerap.

No
1
20
9,41
2
30
9,30
3
40
9,16
4
50
9.02
5
60
8,88
6 : 70
8,88
Xo=150ppm,pH=4
95

Efisiensi
Kapasii"as-l
Penyerapan
Serap
(EP)(%)
KS m rek/al
93,73
0,06786
93,82
0,06793
93,89
0,06798
93.99
0,06805
94,08
0,06812
94,08
0,06812

94

~ 93.
0-

92

91
00
20

30

40
5()
Waktu Serap (menit)

Gambar 1. Waktu serap Pb

60

70

Terhadap Eflsiensi

Penyerapan
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh
waktu serap terhadap proses penyerapan abu layang
seperti tertera pada tabel 2 clan 3 menunjukkan
bahwa semakin lama waktu serap maka semakin
besar efisiensi penyerapan abu layang terhadap Pb
disertai dengan bertambahnya harga kapasitas serap
setelah waktu serap 60 menit efisiensi penyerapan

Prosiding Pertemuan den Presentasi Ilmiah Penelitian Oasar Ilmu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000

den Teknologi Nuklir

ISSN0216-3128

/84

akan mencapai kesetimbangan. Oemikian juga


dengan harga kapasitas serap. Pada waktu serap 60
menit diperoleh kondisi penyerapan Pb yang paling
baik dengan efisiensi penyerapan94,08 %, kapasitas
serap 0,06812 mgrek/g. Waktu serap yang lama
akan
memungkinkan
proses
difusi
dan
menempelnya Pb pada permukaan padatan abu
layang. Hal ini akan berlangsung hingga
kesetimbangan tercapai. Waktu serap yang relatif
singkat dapat menyebabkan proses penyerapan
belum optimal karena rongga atau pori padatan abu
layang belum terisi penuh oleh Ph.

ME Budiyono, dkJc

penyerapan menggunakan abu layang diperoleh


kondisi terbaik adalah pada konsentrasi larutan awal
75 ppm.
Percobaan Pengaruh pH

Data mengenai percobaan pH terhadap


penyerapan Pb dapat dilihat pada tabel 3 di bawah

ini :
Tabel3.

Percobaan pH Larutan Pb Terhadap


Efisiensi Penyerapan clan Kapasitas Serap.

Percobaan Pengaruh Konscntrasi Larutan


Percobaan konsentrasi larutan terhadap
penyerapan Pb dapat dilihat pada tabel 2 di bawah

ini:
Tabel 2. Pengaruh
Konsentrasi
Larutan
Terhadap Efisiensi Penyerapan
Kapasias Serap.

Pb
clan

Ef. Penyerapan
(EP}(%)

1, 1,91 25
92,36
2.
93,50
3,25 50
75
3
94,08
4,441
4
94,06
5,94 100
5.
94,08
7,40 125
6.
94.08
8,88 150
Waktuserap60 men;t,pH 4

,
0,06769
0,06812
0,06810
0,06812
0,06812

96
95,5

~
fu

95
94,5

94
93,5

93
4

6 7

9 10 1112

13

pH Limbah Pb

Gambar 3. Pengaruh pH
Limbah
Efisiensi Penyerapan

Gambar2. Konsentrasi Larutan Pb


Efis;ens;Pellyerapan

Terhadap

Dari data yang diperoleh temyata


menunjukkan adanya kenaikan efisiensi penyerapan,
kapasitas serap dan koefisien distribusi Pb dengan
kenaikan konsentrasi, tetapi kenaikannya hanya
sampai konsentrasi awal 75 ppm, setelah itu akan
terjadi kesetimbangan. lni berarti konsentrasi larutan
awal berpengaruh pacta proses penyerapan.
Kenaikan efisiensi penyerapan ditentukan oleh laju
difusi Pb pactapadatan abu layang. Pada konsentrasi
awal yang relatif rendah, frekuensi tumbukan antar
partikel
adalah rendah
sehingga efisiensi
penyerapan juga rendah. Dengan demikian proses

Terahadap

Dari data yang didapat temyata ada


kenaikan harga efisiensi penyerapan clan kapasitas
serap dengan kenaikan. Tetapi kenaikan" hanya
sampai pH 7. pH di alas 7 efisiensi penyerapan akan
mencapai kesetimbangan clan mulai pH 11 untuk Pb,
Efsiensi penyerapan akan turun kembali disertai
dengan menurunnya harga kapasitas serap. Hal ini
disebabkan karena reaksi tumbukan antara ion-ion
Pb dengan abu layang dipengaruhi adanya ion H+
apabila larutan bersifat asam clan ion-ion OHapabila larutan bersifat basa. Pada pH rendah, Pb
yang sudah terikat oleh abu layang akan terlepas
kembali sehingga reaksi akan cenderung bergeser ke
arah kanan dengan reaksi sebagai berikut :
Abu layang -Na ++Pb- ~ Pb -Abu layang + 2Na+(1)

Prosiding Pertemuan danPresentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta, 25 -26 Juli 2000

dan Teknologi Nuklir

Pb-Abulayang + HNO3~ H .Abu layang + Pb++(2)


Pb-Abu layang + HNO3~ Si(OH)4(s)+ AI(OH)3(s)+
Pb(NO3)2(3)
Pb(NO3)2 +HNO3~ Pb- + NO3"(4)
Sedangkan pada pH tinggi, efisiensi penyerapan
akan turun karena sifat dasar abu layang yang tidak
tahan dalam suasana basa, sehingga mudah larut
dalam larutan yang bersifat alkali, dengan reaksi

sebagaiberikut :
Na-Abulayang + Pb- ~ Pb-Abulayang + 2 Na+(5)

DAFTAR

PUSTAKA

1. ANONIM, 1992, Inventarisasi Limbah', B3 di


Jawa Tengah Kerjasama antara Pusat Penelitian
Lingkungan HidupUGM dengan Biro Bina
Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan
Daerah Tingkat I Propinsi JawaTengah.
2. ANONIM, Peraturan No. 19/ tahun 1994 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya
3. TRI UTOMO, 1990, PRIJATAMA 1993, Media
Teknik. Majalah Teknologi No.2
Th XVIII
Edisi Agustus 1996 diterbitkan oleh Fak. Teknik

UGM.
Pb-Abu layang + 2 NaOH ~

Pb(OH)2(s) + Na.Abu

layang(6)
Selain reaksi di atas, kemungkinan masih terjadi
efek samping karena terbentuknya basa dari
beberapa kation-kation penyusun lain (Ca, Mg dan
Fe) dari abu layang dengan reaksi sebagai berikut :

Ca
Pb-Abulayang+2 OH.~Pb (OH)2+ Abu Layang(7)

Mg
Fe
Kerusakan struktur mineral abu layang
akibat larutnya dalam larutan alkali (dalam suasana
basa) dapat membentuk endapan yang menutup
pori-pori di permukaan abu layang, sehingga daya
serap abu layang terhadap Ph semakin menurun.
Dengan demikian
penyerapan Pb dengan
menggunakan abu layang didapatkan kondisi yang
paling baik adalah pada pH 7 .II (EP = 95,72 %
KS = 0,06931 mgrek/g).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa abu
layang dapat dipergunakan sebagai bahan penyerap
limbah B-3 khususnya Pb, waktu serap, konsentrasi
larutan clan pH larutan adalah variabel yang
berpengaruh

pada

penyerapan

Pb, kondisi

yang

paling baik untuk penyerapan Pb adalah pad a waktu


serap selama 60 menit dengan konsentrasi larutan
awal 75 ppm

clan pH larutan 7-11 dengan harga

efisiensi penyerapan 95,72 % clan kapasitas serap


0,06931 mgrek/g.

4. ANONIM,
1988/1989, Studi Pengendalian
Bahan Beracun dan Berbahaya di Jawa Tengah
Proyek PengembanganSumber Daya Energi dan
Pengendalian Pencemaran Industri Kerjasama
denganPT. Repte Paripuma Konsultan.
5. ACHMADI, F.U, 1979. Lapangan Penelitian
Team kecil Efek Pencemaran Timah Hitam
terhadap kesehatan dalam Kartawiria, J. 1979,
Kriteria Kualitas Udara dan Bising, Pusat
Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan,
Jakarta.
6. FINNELLI, V.N., 1977-, Lead, Zinc and Delta
Aminole Vulinate Dehydratase dalam Le'e, S.D,
1977 Biological Effect of Environmental
Pollutans An Harbar Science Publisers Inc.
Michigan.

TANYA JAWAB
Djatl Pramana
) Bagaimana penentuan kondisi optimum dari
percobaan saudara ?
) Apa alasan saudara untuk memfokuskan pada
penyerapan logam Pb saja ?
) Apakah kekurangan dan kelebihan dari abu
layang sebagai adsorben Pb, dibandingkan
bahan-bahan lain?

M.E. Bud/ana
..0..Cora menentukankondisi optimum, adalah
dengan cora mencari beberapapar.ameter
yang berpengaruhantara lain adalah, waktu
serap, konsentrasi lebih, don pH lebih,
tentunya masih banyak parameter yang
berpengaruh, dengan cara
metoda
percobaanpendahuluan.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi If.miah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000

dan Teknologi Nuklir

ISSN0216-3128

186

{>- Pertanyaan harnpir sarna dengan pertanyaan


yang lainnya dapat dilihat pada jawaban
yang lain.
.
{>- Kelebihan abu layang adalah karena unsur
dorninan adalah SiD] dan AI]Oj + Fe]Oj.
molekul tersebut dapa.t digunakan sebagai
bahan penyerap don kekurangannya adalah

rnasih banyak kontarninan yang beracun


sehingga perlu diperhatikan.
Sukirno
)- Limbah simulasi Pb, kenapa hanya unsur Pb saja
padahal Hg, Cr dll. Merupakan logam berat dan
beracun yang sangat berbahaya pada kadar
tertentu ?

ME Budiyono,dkk

};- Sekiranya limbah ini besar dihasilkan dari pabrik


kira,-kira pabrik apa ? yang mengandung Pb
sangatdominan.

M.E. Bud/ana
-9- Memang benar bahwa limbah B3 lersebul
mengandungPh. Hg. Cr dll.. akan lelapi
mencari limbah disekilar Yogya yang
mengandungkonlaminandi alas sulil. maka
kila bual simulasi limbah yang mengandung
Ph. karena Pb relalif berbahaya lerhadap
kehidupanmanusia.
~ Limbah Pb yang paling dominan berasal
dari pabrik cat. PVC. bahan lambahan
bensindll.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan


P3TM-BATAN Yogyakarta. 25 -26 Juli 2000

dan Teknologi

Nuklir

Anda mungkin juga menyukai