Anda di halaman 1dari 23

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Absorpsi merupakan proses penyerapan

yang terjadi pada seluruh

permukaan bahan atau zat hingga kedalam zat tersebut yang berlangsung dalam
suatu kolom atau absorber. Proses penyerapan yang terjadi tersebut merupakan
suatu fenomena fisik ataupun kimiawi sewakru atom, molekul, ataupun

ion

memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang dapat berupa gas, cairan, ataupun
padatan. Proses absorpsi ini tentunya berbeda dengan proses adsorpsi karena
penyerapan molekul dilakukan melalui volume bukan melalui permukaan
(penyerapan terjadi hingga kebagian dalam absorben).
Dalam proses absorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap (absorbat)
sedangkan zat yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben dapat
pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair
atau gas dengan zat cair. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
absorpsi, yaitu:
1)
2)
3)
4)

kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben


laju alir dari pelarut
jenis atau tipe kolom yang digunakan
kondisi operasi yang sesuai, dll
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada

bagian bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top
kolom. Hal ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada
liquid, sehingga kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan
juga mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan adanya perpindahan massa didalam kolom tersebut. Perpindahan
massa ini terjadi akibat adanya penyerapan (dalam hal ini berupa absorpsi) yang
terjadi didalam kolom tersebut.Apabila suatu sistem terdiri dari dua komponen
atau lebih, dimana konsentrasi masing masing berbeda, maka ada
kecenderungan massa untuk berpindahsecara alami dalam sistem. Perpindahan
massa merupakan perpindahan suatu unsur atau suatu senyawa dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

13

Perpindahan massa merupakan peristiwa penting dalam proses industri,


misalnya dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan
absorpsi, pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir dan
lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari perpindahan massa pun sering terjadi
seperti halnya kita masukan gula ke dalam secangkir kopi, dimana gula tersebut
akan larut dan kemudian berdifusi secara seragam ke dalam secangkir kopi
tersebut.
Dengan adanya perpindahan massa yang terjadi, maka selanjutnya akan
ditemui pula suatu bilangan yang merupakan koefisien dari perpindahan massa.
Dimana koefisien perpindahan massa itu sendiri merupakan besaran empiris yang
diciptakan untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa antar
fase.Absorpsi gas merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan
liquid yang bertujuan untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan
menghasilkan larutan gas dalam liquid. Absorpsi gas oleh zat padat digunakan
pada gas masker.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan karakteristik

sistem gas liquid.Absorpsi gas

memiliki tujuan antara lain adalah untuk menghilangkan komposisi tertentu


campuran gas. Selain itu, dengan absorpsi dapat dihasilkan larutan khusus,
misalnya O2 murni.
1.2.

Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam percobaan ini adalah:

1) Faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya O2 yang terserap?


2) Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?
3) Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Wetted Wall Adsorbtion
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh)?
4) Bagaimanakah pengaruh laju aliran aor pada Wetted Wall Adsorbtion Column
terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re) dan
1.3.

Sherwood Number (Sh)?


Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari praktikum ini adalah:

13

1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column.


2) Mengetahui hubungan antara Reynold number, Sherwood number dan
koefisien perpindahan massa.
3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi.
1.4.

Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah:

1) Dapat mengetahui cara kerja dan aplikasi alat wetted wall absorption secara
lebih jelas.
2) Dapat mengetahui dan membandingkan pemakaian laju aliran udara dan air
yang berbeda pada wetted Wall Absorption Column.
3) Dapat menghitung dan menganalisa besarnya nilai Koefisien Perpindahan
Massa (KL), nilai Reynold Number (Re) dan nilai Sherwood Number (Sh) dari
suatu senyawa kimia dengan menggunakan metode wetted wall absorption
column..
4) Dapat mengetahui hubungan antara nilai Sh dengan nilai Re dengan melihat
grafik.
5) Dapat mengetahui secara langsung proses terjadi absorpsi apabila suatu gas
dilewati pada suatu cairan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan

cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gayagaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia

13

(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Proses absorpsi di berbagai industri di ikuti dengan reaksi kimia. Reaksi
yang terjadi di dalam komponen absorpsi dengan reagen dalam cairan absopsi
adalah reaksi secara umum. Terkadang reagan dan produk dari reaksi keduanya
dapat larut seperti absopsi pada karbodioksida dalam pelarut etanol atau pelarut
alkalin yang lain. Sebaliknya pembakaran gas yang terdiri dari sulfur dioksidasi
dapat dikontakan dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfat yang tidak
dapat larit. Gas absopsi merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan
dangan cairan bertujuan untuk melarutkan satu atau lebih komponen gas sehingga
terbentuk larutan gas dalam likuid. Sebagai contih, gas dari produk coler dicuci
dengan water untuk melepaskan amonia kemudian dengan oil untuk melepaskan
benzen dan toluen. Pada operasi ini meemrlukan perpindahan massa subtansi dari
aliran gas ke likuid. Proses absorpsi sangat banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, salah satu contoh dari proses absorpsi yang sering terdapat pada
kehidupan kita sehari-hari:
1) Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang
mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 550C,
dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung
larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 3740%. Bagian terbesar dari
metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari
menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas
terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact.
2) Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2)
Pada proses pembuatan asam nitrat. Tahap akhir dari proses berlangsung
dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO
menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom
absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Kolom absorpsi

13

dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan


kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
2.2

Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan

diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Adapun persyaratan dari absorben:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang
digunakan dalam operasi distilasi. Namun demikian terdapat beberapa hal
perbedaan yang menonjol pada kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
a) Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada
distilasi umpan masuk dari bagian tengah kolom.
b) Pada absorpsi cairan solven masuk dari atas kolom di bawah titik didih,
sedangkan pada distilasi cairan solven masuk bersama bagian tengah kolom.
c) Pada absorpsi difusi dari gas ke cairan bersifat irreversible, sedangkan pada
distilasi difusi yang terjadi adalah equimolar counter diffusion.

13

d) Rasio laju alir cair terhadap gas pada absorpsi lebih besar
2.3.

Teori Dasar Peristiwa Absorpsi


Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorpsi, yaitu:

1) Teori Dua Film (Double Film Theory)


Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase
lainnya dan laju difusi di dalam kedua fase itu akan mempengaruhi laju
perpindahan massa keseluruhan. Dalam teori Whitman menyatakan bahwa
kesetimbangan diasumsikan terjadi pada permukaan batas (interface) antara fase
gas dan cairan sehingga tahanan perpindahan massa pada kedua fase ditambahkan
untuk memperoleh tahanan keseluruhan. Model ini menggambarkan tentang
adanya lapisan difusi. Perpindahan massa yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi
dan jarak perpindahan massa, yaitu ketebalan film tersebut.
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit
ialah perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat
pada antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang
terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai contoh,
dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian didekat
permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di
dalam zat cair pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film zat
cair dan film gas. Film ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa di
dalam salah satu Film dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan batas
laminar atau melalui difusi keadaan taksteadi, seperti umpamanya dalam teori
penetrasi dan koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam beberapa
masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase dimana teori
penetrasi diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi mengalami perubahan
kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada antar muka, namun efek ini
hanya mempunyai nilai akademis semata-mata.
Jika cairan mempunyai komposisi tetap, konsentrasi pada bagian film akan

13

menurun dari A* pada permukaan sampai Ao pada cairan bagian ruah. Di sini tidak
terjadi konveksi pada film dan gas terlarut melewati film tersebut hanya oleh
difusi molekuler. Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis. Lapisan
film yang tipis tidak menyebabkan tahanan dari lapisan itu makin kecil, sehingga
proses perpindahan massa tidak terganggu.
Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus
diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada lapisan film
yang tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses absorpsi
berjalan sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state. Ketika suatu zat
berpindah dari satu fase ke fase yang lain melaluisuatu interface diantara
keduanya

maka resistance di

kedua

fase

tersebut

menyebabkan

gradien

konsentrasi. Untuk sistem dimana konsentrasi solute dalam gas dan liquid adalah
kecil, maka laju perpindahan massa dapat dinyatakan oleh persamaan yang
memperkirakan laju perpindahan massa yang sebanding dengan perbedaan
diantara konsentrasi bulk dan konsentrasi dalam interface gas-liquid.
2)

Teori Higbie (Higbie Theory)


Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie yang menyatakan bahwa

mekanisme perpindahan massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas dan
fasa liquid. Dalam pernyataannya, Higbie menekankan agar waktu kontak lebih
lama. Higbie, untuk pertama kalinya menerapkan teori ini untuk absorpsi gas
dalam liquid yang menunjukkan bahwa molekul-molekul yang berdifusi tidak
akan mencapai sisi lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan
difusivitas pusaran, hal ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa
yang terjadi untuk setiap keadaan massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam
keadaan setimbang antara fase gas dan liquid.
3)

Teori Danckwerts (Danckwerts Theory)

13

Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan


bahwa unsur-unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh fluida
lain yang lebih segar dari aliran tindak. Teori ini digunakan dalam keadaan khusus
di mana dianggap massa difusivitas pusaran berlangsung dalam waktu yang
bervariasi dan dianggap laju perpindahan massa tidak tergantung dari waktu
perpindahan unsur dalam fase cairan tindak pada keadaan stagnan. Sehingga
perpindahan massa yang terjadi di interface merupakan harga dari jumlah zat yang
terabsorpsi.
2.4.

Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat berikut ini

berisi arang halus yang, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan,
misalnya gas yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat
vakum, dengan temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10 -4 mm.
Grafit yang juga dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih
sehingga

mudah bergeser

terhadap satu sama lain. Grafit memang sangat

menguntungkan, akan tetapi ternyata bahwa pada temperatur yang tinggi sifat
pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi apabila temperatus direndahkan
(dikurangi). Dengan analisis kimia kadang-kadang diperoleh kesulitan, hal ini
disebabkan oleh karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion
dalam larutan.
Saat ini dunia dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang cukup
besar yang tingginya kandungan gas pencemar sebagai dampak dari kegiatan
industri. Gas pencemar tersebut antara lain SO2, CO2 dan H2S. Teknologi absorpsi
dapat digunakan untuk mengurangi bahaya lingkungan yang ditimbulkan.
Contohnya adalah absorpsi pengotor CO2 dari gas alam dengan menggunakan
absorben metil dietanol amina (MDEA) yang telah ditambahkan aktivator
(aMDEA). Absorber dibedakan berdasarkan kegunaannya. Ada banyak sekali
kegunaan absorber. Berdasarkan kegunaan dari absorber, maka absorber dibagi
menjadi:
1) Packed Tower.

13

Dipilih untuk menangani material yang sangat korosif, liquid yang


berbuih, tower yang diameternya besar dan melibatkan pressure drop yang
rendah.
2) Plate Tower.
Dirancang untuk operasi absorpsi gas atau stripping gas yang memiliki
banyak persamaan untuk menurunkan angka. Perbedaanya terletak pada
pemisahan yang didasarkan pada pemdistribusian berbagai substansi antara fase
gas dan liquid ketika seluruh komponen antara dua fase.
3) Stirred Tank.
Digunakan pada sistem reaksi kimia di mana gas akan diabsorpsi terlebih
dahulu dan kemudian akan bereaksi dengan suatu komponen dengan larutan. Alat
ini memiliki kelebihan ketika reaksi berjalan lambat, dalam hal ini pada fase
liquid, sehingga membutuhkan residence time yang lama dibandingkan dengan
waktu yang disediakan.
4) Sparged Tower.
Mempunyai efisien dan massanya lebih rendah dibandingkan stirred tank.
5) Spray Chamber.
Digunakan untuk skala besar dengan sistem dasarnya untuk mengalirkan
SO2 dari boiler gas buangan yang dikeluarkan dari stasiun pembakaran batubara.
6) Venturi Scrubber.
Umumnya digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan partikel dari aliran
gas ke penyerapan uap terlarut.
7) Falling Film Absorber.
Tipe ini sangat cocok untuk skala besar atau komersil di mana panas yang
diperbolehkan selama absorpsi sangat tinggi. Absorpsi gas adalah operasi di mana
campuran gas dikontakkan dengan liquid untuk tujuan melewatkan suatu
komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam liguid. Pada operasi
absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas
dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu
diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas
yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang telah
ada. T=konstan, kelarutan gas akan bertambah bila nilai P dinaikkan pada
absorben yang sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Bila
campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu, kelarutan

13

setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang dinyatakan
dalam tekanan parsial dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas ada gas
yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang
mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas akan mudah untuk
larut dalam liquid, kelarutan masing-masing gas tidak akan saling mempengaruhi
bila gas ttidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Hal ini biasanya hanya terjadi pada
larutan yang bersfat ideal. Karakteristik larutan ideal yaitu:
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2) Pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap dan akan dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa
operasi lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk
sekunder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi
pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas,
sedang pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian
bawah serta tower packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga
itu. Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan
encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan
distributor, sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian
secara seragam. Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke
ruang pendistribusian yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui
celah-celah antara isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu
memberikan permukaan yang luas untuk kontak zatcair dan gas serta membantu
terjadinya kontak antara kedua fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1) Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara.
2) Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3) Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.

13

4) Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair


dengan gas.
5) Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya
diumpankan ke dalam menara absorpsi, suhu di dalam menara itu berubah secara
menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut
menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut cenderung menyebabkan
suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu larutan, tetapi di
dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum. Bentuk profil suhu
bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut,
serta perpindahan kalor antara kedua fase. Pada wetted wall columns, liquid murni
yang mudah menguap dialirkan kebawah di dalam permukaan pipa ciecular
sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari bawah melalui pusat inti
pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran gas diatas permukaan.
2.5.

Tipe-tipe Kolom Absorpsi


Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, faktor yang sangat penting

untuk diperhatikan adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer.
Sementara itu untuk kecepatan aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh
suatu proses, hal ini sangat penting untuk menentukan aliran yang cocok per unit
area yang melalui column. Aliran gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi
kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop jika kecepatan cairan sangat rendah.
Hal ini cocok untuk menguji sebuah pengaruh dari kecepatan aliran gas dan cairan
pada koefisien transfer, dan juga dalam halnya menyelidiki pengaruh variabel.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk
kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang metodenya
digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
1)

Spray tower

13

Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles didesain
untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil,
untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area
kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu
kontak dan sirkulasinya. Serta influensasi transfer massa antara dua fase dan harus
kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi
dengan gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower,
tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan
cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar
dengan

terjadinya

sedikit

penurunan,

pada

prakteknya

ditemukan

ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan


interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan
secara luas.
2) Bubble Tower
Pada Bubble tower gas terdispersi menjadi fase liquid didalam fine bubble.
Kontak perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble rise up
melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Bubble tower
digunakan dengan sistem pengontrolan laju dari perpindahan massa pada fase
liquid yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar perpindahan
massa terjadi didalam bubble tower dan juga alirannya counter di dalam tank
bubble batch dimana gas ini terdispensi di dalam bottom tank.
3) Bubble Tower
Pada bubble tower, kontak perpindahan massa terjadi di dalam bubble
formation dan bubble rise up melalui liquid. Arah aliran counter current dimana
gas terdispersi di bottom tower. Pada bubble tower ini gas terdispersi menjadi fase
cair didalam fine bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak
perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble rise up melalui

13

cairan. Gerakan gelembung mengurangi hambatan liquid-phase. Bubble tower


digunakan dengan sistem dimana pengontrolan laju dari perpindahan massa pada
phase liquid yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Gambar ini menunjukkan
panjang kontak dan aliran phase mengalir didalam bubble tower. Mekanisme dasar
perpindahan massa terjadi didalam bubble tower dan juga alirannya berlawanan
didalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi didalam bottom tank.

Gambar2.3.Bubble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar


(Sumber: http://www.google.co.id/imgres?client=opera&rls)
4) Plate column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara spesial untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
1)
2)
3)

Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.


Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
Lebih mudah dibersihkan.

5) Wetted-Wall Coloumn
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh
sejumlah pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan
berbagai faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan
untuk Packed Tower. Likuid dengan lapisan film yang tipis mengalir turun pada
bagian dalam pipa vertikal dengan aliran gas cocurrent atau countercurrent yang
disebut dengan wetted wall tower. Seperti yang telah digunakan pada studi teoritis
perpindahan massa, karena permukaan interfacial diantara fase dapat dikontrol
dan mampu diukur. Di industri, alat ini digunakan sebagai absorber
hydrochloricacid, dimana absorbsi disertai oleh panas yang sangat tinggi. Dalam

13

keadaan ini wetted wall tower dikelilingi dengan aliran cooling water. Multi tube
alat yang digunakan untuk distilasi dimana liquid film dihasilkan pada bagian atas
oleh kondensasi parsial dari kenaikan vapour. Penurunan tekanan gas dalam tower
ini mungkin lebih lambat dari pada alat kontak gas likuid lainnya, untuk memberi
perlengkapan kondisi operasi.
Data yang paling baik mass-tranfer antara luas permukaan pipa dan
aliran fluida sebaiknya digunakan wetted-wall column, alasan prinsip penggunaan
kolom ini adalah pengamatan perpindahan massa yaitu kontak luas permukaan
antara dua fasa yang hasilnya bisa akurat.
2.6.
Perpindahan Massa pada Wetted Wall Columns
Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih,
di mana konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini
cenderung menuju ke komposisi yang sama. Proses ini terjadi secara
alami.Perpindahan massa makroskopis tidak tergantung pada konveksi dalam
sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul. Difusi hanya terjadi dalam
campuran, maka pengaruh tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk
mengetahui laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran.
Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata dari setiap
komponen.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi. Persamaan yang berlaku pada
perpindahan massa di bawah ini sering dikenal dengan persamaan Hukum Freks.
JA,Z = -DAB d A
dZ
keterangan:
JA,Z

= molar flux pada Z

d A
dZ

= perubahan konsentrasi

DAB

= difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi

(1)

13

Nilai koefisien difusivitas masing-masing fase akan berbeda-beda.


Koefisien difusivitas untuk gas akan didapatkan lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6
10-5 m2/s; untuk liquid 10-10 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang bergerak
atau dua fluida yang bergerak dan juga fluida yang tidak tercampur. Model ini
tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk dari gerakan fluida.
Persamaan laju perpindahan massa konvektif dituliskan sebagai berikut:
NA = k . A

(2)

keterangan:
NA

= Perpindahan massa molar zat A

= Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.

= Koefisien perpindahan massa konvektif.

Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk


perpindahan massa molekul. Mekanisme tersebut akan melalui lapisan tipis fluida
stagnan dan aliran laminer. Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk
difusi suatu komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain
adalah

absorpsi

dan

humidifikasi.

Persamaan

yang

digunakan

untuk

menggambarkan koefisien perpindahan massa konvektif adalah:


N A, Z

DAB .P
PA1 PA 2
RT ( Z 2 Z1 ) LnPB

(3)
keterangan:
NAZ

= laju perpindahan molar

DAB

= difusivitas

= tekanan

= konstanta gas

= temperatur

= jarak

Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana

13

tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnant film atau laminer film tebal . Dengan kata lain
menunjukkan tebal lapisan liquid.
Data dari perpindahan massa perm pipa dan aliran fluida telah ditentukan
dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar untuk menggunakan
kolom-kolom ini untuk penyelidikan perpindahan massa adalah untuk
mengkontakkan luas area antara dua fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien perpindahan massa konvektif falling liquid film dikorelasikan oleh
vivian dan peacemen dengan korelasi:
1 2 gZ 3
KLZ
0,433 sc 2
DAB
2

1
6

Re 0, 4

(4)

keterangan:
Z

= Panjang

DAB

= Difusivitas massa antara komponen A dan B]

= Densitas liquid B

= Viskositas liquid B

= Percepatan gravitasi

Sc

= Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)

Re

= Reynold number

Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara
teoritis untuk absorpsi dalam film lam. Pada wetted wall columns, liquid murni
yang mudah menguap dialirkan ke bawah di dalam permukaan pipa sirkular
sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari bawah melalui pusat inti
pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran gas diatas permukaan.
Pada wetted wall columns, cairan murni yang mudah menguap dialirkan
ke bawah di dalam permukaan pipa sirkular sementara itu gas ditiupkan dari atas
atau dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan likuid ke
dalam aliran gas diatas permukaan. Untuk menghitung koefisien PM untuk fase
gas, gunakan perbedaan gas-gas dan likuid menghasilkan variasi untuk. Untuk itu,
Sherwood dan Gilland menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2000 sampai 35000,

13

sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.Hubungan data-data
tersebut secara empirik adalah:
1

(5)

shav 0,023 Re 0,83 sc 3


keterangan:
Sh

= Sherwood number

Re

= Reynold number

Sc

= Schmidt number

Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua


fase. Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah
wetted wall column. Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat
sedemikian rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid (Thin Liquid Film)
sepanjang dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang
digunakan adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini
relatif singkat selama operasinya normal. Kecepatan falling film tidak dipengaruhi
oleh proses difusi. Pada proses ini terjadi perpindahan massa dan perpindahan
momentum. Berikut persamaan differensial untuk perpindahan momentum;
d yx
dy

g 0

(6)

keterangan:

= shear stress

= density

= gravitasi

= jarak

Persamaan untuk profil kecepatan:


Vx

keterangan:
Vx

= kecepatan arah x

g 2

y 1 y

6 2

(7)

13

= tebal film

= viskositas

Persamaan untuk kecepatan maksimum;


Vmax

g 2
2

(8)

keterangan:
Vmax = kecepatan maximum

Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan bahwa adanya perpindahan massa yang terjadi didalam kolom
tersebut.
2.7.
Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
a)

Koefisien Perpindahan Massa untuk Aliran Gas


Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat ditunjukkan oleh

persamaan:
KC D B I M
DAB

= 0,23 Re0,83 Sc0,44

(9)

keterangan:
B

= densitas liquid B

Re

= Reynold Number

DAB

= massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid

Sc

= bilangan number Schmidt.

b) Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan


Peaceman).
kL Z
D AB

0,433 S c

0, 5

g z3

2

keterangan:
Z

= panjang.

DAB

= difusivitas massa antara komponen A dan B.

= densitas liquid B.

= viskositas liquid B.

1
6

Re

0, 4

(10)

13

= percepatan gravitasi.

Sc

= schmidt number.

Re

= reynold number.

2.8.

Kriteria Pemilihan Pelarut


Tujuan utama dalam proses absorpsi ialah untuk mendapatkan kemurnian

tertinggi dari suatu zat, hal serupa dapat kita lihat dari proses pembuatan asam
klorida (HCl), solvent dispesifikasikan sebagai produk alamiah. Ada beberapa
tujuan dalam proses absorpsi apabila tujuan utama dari proses absorpsi ialah
untuk mengembalikan unsur utama gas atau senyawa, ada beberapa pelarut yang
dapat dipilih.
Air merupakan salah satu pelarut yang paling mudah ditemui. Selain itu,
air memiliki harga yang murah sehingga penggunaan air sebagai pelarut sangat
ekonomis. Selain harga dan jumlah yang terdapat beberapa karakteristik yang
harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut. Beberapa karakteristik yang harus
diperhatikan diantaranya adalah:
1) Volatilitas pelarut. Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan pelarut
menjadi pelarut jenuh ketika proses absorpsi telah selesai. Semakin kecil
volatilitas sebuah pelarut, maka make up pelarut akan semakin kecil.
2) Kelarutan gas. Dalam pemilihan pelarut diharapkan gas memiliki kelarutan
yang tinggi. Kelarutan gas yang tinggi dapat meningkatkan laju proses
absorpsi. Selain itu, dengan kelarutan gas yang tinggi dapat menurunkan
jumlah pelarut yang digunakan sehingga proses absorpsi lebih ekonomis
20
karena tidak menggunakan banyak pelarut.
3) Tidak korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif menyebabkan korosi pada
material dan peralatan, sehingga baik pelarut maupun gas yang diabsorpsi
diusahakan bukan senyawa yang korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif
dapat merusak peralatan sehingga biaya material menjadi tinggi.
4) Viskositas. Pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai dalam absorpsi.
Pelarut dengan viskositas rendah disukai karena lebih menguntungkan. Pelarut
dengan viskositas rendah lebih menguntungkan karena :
a) Pelarut viskositas rendah dapat mempercepat laju absorpsi.
b) Perpindahan massa akan lebih baik dan akan mencegah flooding pada
kolom absorpsi
c) Perbedaan tekanan yang rendah (less pressure drop)

13

d) Perpindahan panas akan lebih baik karena molekul-molekul yang dapat


bergerak aktif
5) Pelarut yang digunakan haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar,
memiliki ikatan yang stabil, dan memiliki titik beku yang rendah.
6) Harga. Pelarut yang digunakan diharapkan pelarut yang murah dan mudah
ditemui. Sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan selalu tersedia di
pasaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Alat dan Bahan

13

3.1.1. Alat
1) Kolom Deoksigenator.
2) Pump.
3) Compressor.
4) Sensor probe.
5) Tanki Penampung air.
6) Flowmeter udara.
7) Flowmeter air.
3.1.2. Bahan
1) Air.
2) Udara.
3.2.

Prosedur Percobaan

1) Tekan tombol power, lalu tekan tombol supply.


2) Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolom
deoksigenator.
3) Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan.
4) Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi
untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe, dimana alat
ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O2 yang terserap dari inlet.
5) Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted Wall Absorption Colomn dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film).
6) Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara
secara counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Coloumn. Udara
yang dialirkan oleh Compressor sebelumnya masuk dalam flowmeter udara
untuk menghitung laju alir udara.
7)

Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk menghitung
O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.

13

DAFTAR PUSTAKA

13

Mazran.

2014

.Wetted

Wall

http://discoverarmfield.

Gas

Absorption

Column.

(online).

com/en/products/view/ces/wetted-wall-gas-

absorption-column. (Diakses pada 4 September 2015)


Muhfari. 2011. Aliran dalam Pipa. (online). http://muhfari.wordpress.com/2011/
11/16/aliran-pada-saluran-tertutup-pipa/. (Diakses pada 6 September 2015)
Rahayu, S. 2009. Absorpsi. (online). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/
kimia-industri/teknologi-proses/absorbsi/. (Diakses pada 6 September
2015)
Reynolds, A.F. 2013.Mass Transfer Absorption in a Wetted Wall Column. (online).
http://www.aiche.org/academy/videos/conference-presentations/ masstrans

fer-evaluation-co2-absorption-wetted-wall-column.

(Diakses

pada 4 September 2015)


Traybal, E.R. 1985. Mass-Transfer Operations third edition. Singapore: McGrawHill Book Company
Warren, L., Mc. Cabe, Julian C, Smith, dan Peter Harriot. 1993. Operasi Teknik
Kimia. Jakarta: Erlangga
Welty, J.R., C.E. Wicks, R.E. Wilson. 1984. Fundamental of Momentum, Heat,
and Mass Transfer , 3rd edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

Anda mungkin juga menyukai