Modul Ajar Berpraktikum 1
Modul Ajar Berpraktikum 1
Kemampuan
Akhir yang
Diharapkan
Mahasiswa
mampu
merumuskankan
karakteristik
statik elemen
sistem
pengukuran
Materi
Pembelajaran
Bentuk
Pembelajaran
Karakteristik
statik elemen
sistem
pengukuran:
Karakteristik
sistematik
Model umum
elemen sistem
Karakteristik
statistik
Diskusi
kelompok studi
kasus
penentuan
karakteristik
statik dan
praktikum
Ketepatan
merumuskan
karakteristik statik
elemen sistem
pengukuran
Prakti
kum
5%
ETS
10%
(2.1)
Omax Omin
I max I min
(2.2)
(2.3)
[ O KI + a ] max 100%
N =
Omax Omin
(2.4)
N (T ) = E (T ) Eideal
= 13,43T + 3,319 10 2 T 2 + 2,07110 4 T 3 2,195 10 6 T 4
Sensitivitas
Karakteristik ini menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas
yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan
perubahan output dibandingkan perubahan input satu satuan. Secara matematis,
sensitivitas menyatakan rasio O/I. Pada limit I menuju nol, rasio tersebut menjadi
turunan dO/dI, yaitu laju perubahan O terhadap I.
Untuk elemen linier, sensitivitas adalah sama dengan kemiringan atau gradien
garis K, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Oleh karena itu, sensitivitas
sebuah elemen pengukuran yang linier adalah konstan. Untuk transduser tekanan
yang dicontohkan di atas, sensitivitasnya adalah 1,6 x 10-3 mA/Pa.
Untuk elemen tidak linier, berlaku:
dO/dI = K + dN/dI
(2.5)
yaitu sensitivitas merupakan kemiringan atau gradien dari O(I) yang nilainya berubah
terhadap input. Sebagai contoh karakteristik temperatur E(T) untuk termokopel jenis
T seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Terlihat bahwa gradien dan karenanya
sensitivitas berubah terhadap temperatur: pada 100C sensitivitasnya sekitar 35
V/C dan pada 200C sensitivitasnya sekitar 42 V/C.
Efek Lingkungan
Output dari sebuah elemen sistem pengukuran dipengaruhi oleh input yang
masuk ke elemen tersebut. Selain input dari besaran yang diukur, input lingkungan
juga akan mempengaruhi output elemen, seperti temperatur lingkungan, tekanan
atmosfer, kelembaban relatif, tegangan suplai, dan sebagainya. Dengan demikian,
hubungan output dan input yang dinyatakan dalam sebuah persamaan O(I) = KI +
N(I) merepresentasikan perilaku elemen pengukuran pada kondisi lingkungan
'standar'. Dengan demikian, persamaan output tersebut harus dimodifikasi guna
memperhitungkan penyimpangan kondisi lingkungan dari kondisi 'standar'.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap persamaan output, input lingkungan dibagi
menjadi dua macam, yaitu: modifying input dan interferying input. Modifying input
adalah input dari lingkungan yang dapat mengubah sensitivitas linier elemen, yang
semula K menjadi K + KMIM dengan KM adalah sensitivitas terhadap perubahan
modifying input IM (nilai baru - nilai standar). Perubahan sensitivitas dikenal sebagai
sensitivity drift. Contoh dari modifying input adalah perubahan tegangan suplai pada
sensor pergeseran potensiometer. Interferying input adalah input lingkungan yang
dapat mengubah zero bias dari persamaan linier elemen, yang semula a menjadi a +
KIII dengan KI adalah sensitivitas terhadap perubahan interferying input II (nilai baru nilai standar). Perubahan zero bias dikenal sebagai zero drift. Contoh dari interferying
input adalah variasi temperatur sambungan referensi pada termokopel.
Gambar 2.4 (a) dan (b) menunjukkan efek temperatur lingkungan pada sebuah
elemen linier, yang bertindak sebagai modifying maupun interferying. Kondisi standar
yang ditetapkan adalah saat temperatur lingkungan 20C, dengan sensitivitas
instrumen adalah K. Ketika instrumen tersebut dioperasikan pada kondisi temperatur
lingkungan 30C, sensitivitasnya berubah menjadi K + 10KM jika temperatur
lingkungan hanya bertindak sebagai modifying input (Gambar 2.4 (a)), atau zero biasnya berubah menjadi a + 10KI jika temperatur lingkungan hanya bertindak sebagai
interferying input (Gambar 2.4 (b)). Jika karakteristik sebuah instrumen sensitif
terhadap beberapa parameter lingkungan, maka instrumen ini akan memiliki beberapa
koefisien sensitivitas (baik KI maupun KM), satu untuk setiap parameter lingkungan.
Gambar 2.4 (c) menunjukkan karakteristik output sebuah instrumen yang dipengaruhi
oleh modifying input dan interferying input sekaligus.
Gambar 2.4. Ilustrasi efek lingkungan: (a) Modifying input (b) Interferying Input
(c)
(2.6)
Histeresis
Histeresis menunjukkan perbedaan antara nilai output pembacaan saat
menggunakan nilai input naik (dari rendah ke tinggi), dengan nilai output pembacaan
saat menggunakan nilai input turun (dari tinggi ke rendah). Gambar 2.5 menunjukkan
ilustrasi histeresis pada sebuah elemen pengukuran. Histeresis biasanya dinyatakan
sebagai histeresis maksimum dalam bentuk prosentase skala penuh, yaitu:
O OI
H = I
100%
Omax Omin
(2.7)
Gambar 2.6. Ilustrasi dead space: (a) dengan histeresis (b) tanpa histeresis
Resolusi
Beberapa elemen dikarakterisasikan oleh penambahan output dalam deretan
langkah diskrit atau melompat responnya terhadap penambahan kontinyu pada input.
Resolusi didefinisikan sebagai perubahan terbesar pada input I yang dapat terjadi
tanpa menimbulkan perubahan pada output O. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.6, resolusi didefinisikan dalam bentuk lebar IR; dan dinyatakan dalam persentase
10
I R
100%
I max I min
(2.8)
Contoh resolusi yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 adalah potensiometer kabelkumparan. Dalam menanggapi penambahan kontinyu x, resistansi R bertambah dalam
deretan langkah, dengan besar setiap langkah adalah sama dengan resistansi satu
lilitan. Dengan demikian, resolusi dari potensiometer 100 lilitan adalah 1%.
11
elemen. Karakteristik dinamik akan dibahas pada bab 3 buku modul ajar ini.
12
13
14
(2.9)
Namun, nilai E tidak mungkin dapat ditentukan secara pasti, khususnya jika
pengukuran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak dapat diprediksi.
Langkah umum yang dilakukan adalah mengasumsikan kondisi lingkungan pada
kondisi 'standar' dan menentukan eror pengukuran maksimum sebagai x% dari
pembacaan output, untuk mengijinkan deviasi maksimum terjadi pada kondisi
lingkungan yang menyimpang dari kondisi 'standar'.
Nilai mean dari eror sistem secara sederhana merupakan perbedaan antara nilai
mean output sistem dengan nilai mean input sistem, atau dituliskan:
E =O I
(2.10)
Jika kerapatan probabilitas output dari elemen sistem pengukuran adalah normal,
maka fungsi kerapatan probabilitas dari output sistem dan eror sistem juga normal.
Sedangkan simpangan baku dari eror sistem adalah sama dengan simpangan baku
dari output sistem, atau dituliskan:
E = O
(2.11)
15
dan pengamat yang sama, lokasi yang sama, dan kondisi perawatan yang sama.
Reproducibility mendeskripsikan kedekatan pembacaan output untuk input yang
sama ketika terdapat perubahan pada metode pengukuran, pengamat, instrumen,
lokasi, kondisi dan waktu pengukuran. Kedua istilah tersebut menggambarkan
sebaran pembacaan output untuk input yang sama. Sebaran ini dikenal sebagai
keterulangan jika kondisi pengukuran tetap dan sebagai reproducibility jika kondisi
pengukuran berubah.
Tingkat keterulangan dan reproducibility sebuah instrumen merupakan cara
alternatif untuk mengekspresikan presisi. Gambar 2.10 mengilustrasikan hal ini lebh
jelas. Pada gambar ditunjukkan hasil pengujian tiga instrumen pengukuran dengan
nilai benar variabel yang diukur adalah pada pusat lingkaran. Titik-titik hitam
merupakan hasil pembacaan instrumen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
instrumen pertama memiliki akurasi dan presisi yang rendah, instrumen kedua
memiliki akurasi rendah namun presisi tinggi, dan instrumen ketiga memiliki akurasi
dan presisi yang tinggi.
16
( x x )2
1
exp
2 2
2
(2.12)
1 n
xi
n i =1
(2.13)
(2.14)
dengan
d i = xi x
17
O
I M +
I I
I I
(2.15)
(2.16)
dan jika x1, x2, dan x3 memiliki distribusi normal dengan simpangan baku 1, 2, dan
3, maka distribusi probabilitas dari y adalah juga normal dengan nilai simpangan
baku diberikan oleh:
(2.17)
Nilai mean atau nilai harapan dari output elemen diberikan oleh persamaan:
O = KI + a + N ( I ) + K M I M I + K I I I
(2.18)
Dari (2.15) dan (2.17) dapat kita temukan bahwa nilai simpangan baku dari O
diberikan oleh pesamaan:
18
O 2 O
O =
I +
I
I M
2 O 2
I M +
I I
I I
(2.19)
berhubungan erat
dengan akurasi
dan
19
Modul Praktikum
PENGUKURAN KARAKTERISTIK STATIK DARI SENSOR
DISPLACEMENT, RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN DAN DISPLAY
(MULTIMETER)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan nilai-nilai karakteristik statik pengukuran, yaitu range, span,
sensitivitas, histerisis, dan non-linearitas.
2. Menganalisis pengaruh efek lingkungan terhadap karakteristik statik
sistem pengukuran.
B. TEORI DASAR
1. Karakteristik Statik
Karakteristik statik adalah sifat sebuah instrumen yang tidak bergantung pada
waktu. Beberapa karakteristik statik instrumen yang sering digunakan adalah :
Range (span)
Range menyatakan jangkauan pengukuran sebuah insturmen. Sedangkan span
adalah selisih nilai maksimum dan minimum yang dapat diukur oleh alat.
Contoh: termometer memiliki range - 0,5 sampai + 40,5 C, subdivision
0,1C, artinya kisaran pengukuran 0,5 sampai 40,5C, skala interval 0,1C.
Linieritas
Pengukuran yang ideal adalah jika hubungan antara input pengukuran (nilai
sesungguhnya) dengan output pengukuran (nilai yang ditunjukkan alat ukur)
adalah berbanding lurus, dan dinyatakan dalam persamaan garis sebagai
berikut:
Oideal = KI + a
20
Omax Omin
I max I min
[ O KI + a ] max 100%
N =
Omax Omin
Sebuah alat ukur mempunyai nonlinieritas 1 % jika kurva hubungan input dan
output berkelok menyimpang 1%. Bentuk nonlinieritas dapat berupa parabola,
berkelok, lengkung dan sebagainya. Control valve linier pada 40 75 %
bukaan, artinya hubungan sinyal input dengan aliran (flow) yang melalui
control valve linier pada 40 75 %.
Histerisis
Histeresis menunjukkan perbedaan nilai output pembacaan saat menggunakan
nilai input naik (dari rendah ke tinggi), dengan nilai output pembacaan saat
21
Efek Lingkungan
Secara umum, output (O) tidak bergantung hanya pada sinyal input (I) tetapi
juga bergantung pada input dari lingkungan seperti suhu, tekanan atmosfer,
kelembaban, tegangan suplai, dan sebagainya. Ada dua tipe input dari
lingkungan, yaitu modifying input dan interfering input.
Modifying input IM menyebabkan sensitivitas linear sistem berubah. K adalah
sensitivitas pada kondisi standar kelika IM = 0. Jika input diubah dari nilai
standar, maka IM mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas
berubah dari K menjadi K+ KM IM, dimana KM adalah perubahan kepekaan
terhadap perubahan unit IM.
Interfering input II menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada
kondisi standar ketika II = 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka II
mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a
menjadi a+ KIII , dimana KI adalah perubahan zero bias untuk satu satuan
perubahan II..
Dengan demikian
2. Pengkondisian Sinyal
Pada teknik pengukuran, signal conditioning atau pengkondisian sinyal berarti
memanipulasi suatu sinyal agar sinyal tersebut memiliki karakteristik yang
sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya. Beberapa contoh pengkondisian
22
sinyal yang dapat dibuat menggunakan rangkaian pasif sederhana antara lain:
pembagi tegangan (voltage divider). Rangkaian ini sering digunakan untuk
aplikasi elektronika praktis, antara lain untuk mendapatkan tegangan sesuai
dengan yang kita inginkan, dan juga untuk aplikasi sensor. Rangkaian ini
terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai seperti pada gambar di bawah ini.
R2
.Vin
R2 + R1
dimana Vout adalah tegangan keluaran, Vin adalah tegangan masukan, dan R
adalah nilai resistansi dari resistor. Dari persamaan tersebut, maka kita bisa
menentukan tegangan keluaran yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah
nilai kombinasi R1 dengan R2.
23
D. LANGKAH PERCOBAAN
Percobaan 1 :
1. Persiapkan alat dan rangkai seperti Gambar 1.
2. Tentukan nilai R1 (sesuai ketentuan asisten) dan nilai Vin sebesar 6 volt.
3. Ukur Vin dari baterai menggunakan multimeter.
4.
5.
8.
9.
Isi Tabel P1.1 dengan data yang telah anda peroleh dari langkah nomor 4
sampai dengan nomor 6.
10. Ulangi langkah nomor 1 sampai dengan nomor 6 dengan pergeseran turun
dan menggunakan x yang sama.
11. Isi Tabel P1.2 dengan data yang telah anda peroleh dari langkah no. 9.
12. Buat grafik hubungan antara:
a. x -
b. - Vout
24
Hambatan (ohm)
Vout (V)
Hambatan (ohm)
Vout (V)
25
Percobaan 2 :
1. Lakukan kangkah-langkah no. 1 s.d. no. 7 pada Percobaan 1 dengan
mengganti nilai Vin sebesar 4,5 Volt.
2. Isi Tabel P1.3 dengan data yang anda peroleh dari langkah no. 1
3. Buat grafik hubungan x dengan Vout.
Tabel P1.3 Percobaan Pembagi Tegangan
Vin = volt
R1 = Kohm
No
Vout (volt)
Vout(volt)
Percobaan 3:
1.
Ambil satu benda (sesuai ketentuan asisten) kemudian ukur dimensi (panjang,
lebar atau tinggi benda) benda tersebut menggunakan penggaris milimeter.
2.
Selanjutnya
lakukan
pengukuran
dimensi
benda
tersebut
dengan
26
1.
3.
4.
5.
6.
Tabel P1.4
Dimensi benda (panjang/lebar/tebal) dengan menggunakan penggaris: ....... mm
No
Vout (volt)
Displacement
(cm)
Dengan terhadap
nilai pengukuran
penggaris
Deviasi
terhadap nilai
rata-rata
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Lakukan perhitungan range input dan output, span, linieritas, nonlinieritas
dan histeresis dari data percobaan yang telah anda peroleh (Percobaan 1).
2. Buatlah analisis tentang pengaruh karakteristik statik elemen (Percobaan
1) dengan karakteristik statik sistem pengukuran displacement.
3. Buatlah analisis tentang pengaruh lingkungan (berupa perubahan tegangan
suplai)
terhadap
karakteristik
statik
sistem
pengukuran,
dengan
27
4. Buatlah analisis tentang tingkat akurasi dan presisi dari hasil Percobaan 3.
5. Simpulkan percobaan ini.
6. Buat laporan resmi percobaan.
28