Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan
memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang
terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative
untuk orang-orang yang menderita sakit, terlukadanmelahirkan world
health organization).
Pelayanan kesehatan di indonesia, khususnya pelayanan keperawatan
saat ini dihadapkan pada situasi yang menuntut peningkatan mutu. untuk
menjawab tuntutan ini perlu adanya upaya peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
Berbicara tentang mutu pelayanan keperawatan tidak lepas dari
proses manajemen keperawatan. sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan maka diterapkan dan diuji coba berbagai
metode pemberian asuhan keperawatan.
Praktek klinik manajemen keperawatan merupakan penerapan
konsep-konsep manajemen keperawatan yang berhubungan dengan
pengelolaan efektif manajemen operasional dan asuhan keperawatan di
ruang perawatan,sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan atau
asuhan keperawatan.
Perubahan yang terjadi terus menerus dalam system pelayanan
kesehatan, menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama
dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan
yang terfragmentasi menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat
yang menyeluruh terhadap asuhan klien. hal ini sangat bertentangan
dengan nilai-nilai professional dalam praktek keperawatan professional.
Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan inti dari praktek keperawatan
professional.
Praktek keperawatan profesional dilakukan bila perawat menerima

tanggung jawab untuk mengelola asuhan keperawatan sejumlah klien


dalam periode waktu tertentu. agar tanggung jawab ini dapat dialami
perawat, klien dan keluarga, hubungan yang bertanggung jawab ini perlu
dikembangkan oleh perawat. Bila hubungan ini tidak dikembangkan dalam
suatu cara yang dapat diketahui oleh klien dan kleuarga, hubungan ini
tidak mencapaia tujuan. Esensi asuhan keperawatan professional adalah
sejauh mana dikembangkan hubungan yang bertanggung jawab antara
anggota masyarakat (klien) dengan seseorang yang diberi lisensi oleh
masyarakat untuk memberikan asuhan keperawatan yang profesional
(nurse).
Sebagai realisasi dari upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, maka dilaksanakan uji coba penerapan manajemen praktek
keperawatan professional oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan
fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah surakarta di rsud dr.
Moewardi Surakarta.
Pelaksanaan tanggung jawab ini dapat dilakukan melalui metoda
manajemen praktek keperawatan professional dimana seorang perawat
primer akan bertanggung jawab terhadap asuhan klien bersama perawat
assosciate dari mulai datang sampai pulang/pindah dari suatu ruangan .
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Bagi mahasiswa
Setelah mengikuti praktek
profesional,

mahasiswa

klinik manajemen keperawatan


diharapkan

mampu

menerapkan

pengelolaan dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat


inap
b. Bagi rumah sakit
Perawat dapat menerapkan metode mpkp di ruang rawat inap
tulip rsud dr. Moewardi Surakarta sehingga dapat tercapainya
mutu pelayanan profesional terutama dalam bidang keperawatan.

2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktek klinik Manajemen Keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan aspek aspek manajemen
keperawatan dalam penerapan proses keperawatan, yang meliputi :
a. Mampu mengumpul data terkait managemen pelayanan dan
managemen asuhan keperawatan
b. Mampu menganalisa data yang terkumpul di ruang angrek 1
c. Mampu mengidentifikasi masalah dan menyusun prioritas masalah
yang ada di ruang rawat inap angrek 1.
d. Mampu menyusun perencanaan
e. Mampu menyelesaikan masalah yang telah di prioritaskan
C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori praktik managemen
keperawatan profesional.
b. Bagi ruang Anggrek 1
Mampu mengaplikasikan metode praktik keperawatan profesional
yang diharapkan mampu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
rumah sakit RSUD dr. Moewardi Surakarta.
c. Bagi pasien
Mampu meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang di
berikan perawat Angrek 1 di RSUD dr. Moewardi Surakarta.
D. Cara pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, inventaris ruangan, penerapan patient safety,
penerapan 6 sasaran keselamatan pasien dan asuhan keperawatan yang

langsung dilakukan ke pasien.


2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga
pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru
dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, mutu pelayanan rumah sakit, kepuasan perawat,
penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan model praktek
keperawatan profesional
E. Peserta praktik
Mahasiswa profesi ners angktan XIII gelombang 1 Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan anggota 12
orang sebagai berikut:
1. Dwi Ayudha Kurnia W, S. Kep

( J 230 145 088)

2. Nila Vicky Anggraheni, S. Kep

( J 230 145 096)

3. Hikmah Musthofiatun, S. Kep

( J 230 145 099)

4. Mahayu Arianti, S. Kep

( J 230 145 067)

5. Nur Khoiron, S. Kep

( J 230 145 075)

6. Dwi Hartanto, S. Kep

( J 230 145 085)

7. Atri Ayuk Kustanti, S. Kep

( J 230 145 091)

8. Puspita Maya Agustina, S. Kep

( J 230 145 103)

9. Dedi Kuncahyana, S. Kep

( J 230 145 092)

10. Yuliana, S. Kep

( J 230 145 105)

11. Panji Tulus Wicaksono, S. Kep

( J 230 145 109)

12. Dyah Isna Romadani, S. Kep

( J 230 145 052)

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dan Proses Managemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana
perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip
dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi
keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. teori ini meliputi pengetahuan
tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan
atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan
pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan
realistis untuk pelayanan keperawatan (swanburg, 2000).
Didalam managemen terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan
dengan baik yaitu meliputi, input, proses dan output. Yang dapat digambarkan
sebagai berikut.
Input
1.
2.
3.
4.
5.

Proses
1.
2.
3.
4.
5.

Man
Metod
Material
Money
Modal

Output

Planning
Organizing
Stafing
Leading
Controlling

1. Asuhan
keperawatan
2. Kepuasan pasien
3. Peningkatan mutu
pelayanan

B. Unsur Input
1

Man
a

Pasien
Seseorang

yang

datang

ke

instansi

kesehatan

yang

membutuhkan pelayanan medis atau keperawatan baik yang terganggu


kondisi kesehatannya baik jasmani, rohani maupun yang tidak
terganggu kesehatannya.
b Mahasiswa

RSUD dr. Moewardi merupakan rumah sakit pemerintahan yang


menjadi lahan praktek klinik mahasiswa keperawatan dan kedokteran
serta mahasiswa lain seperti fisioterapi dan radiologi.
Pendidikan

dan

praktek

keperawatan

profesional

yang

merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan


calon

perawat

secara

komprehensif

dalam

hal

pengetahuan.

Mahasiswa keperawatan berhak mendapatkan bimbingan yang


optimal dari pembimbing baik dari pembimbing klinik maupun
pembimbing akademik.
c

Ketenagaan

1) Kuantitas
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
pembuatan perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga
yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit
untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus
yang telah dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk
menetapkan rumus ini juga dapat digunakan nuntuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang dibutuhkan saat ini cukup,
kurang atau berlebih. Rumus tersebut antara lain:
a) Menurut gillies (1982)
Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang
rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, bor, jumlah
jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:
( X ) = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam 1 tahun
( hari dalam 1 tahun hari libur ) x 7
Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan
secara khusus dapat dikategorikan sebagai berikut :
(1) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/ 24 jam
(2) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam
(3) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.

b) Menurut douglas (2000)


Perhitungan

jumlah

tenaga

keperawatan

menurut

douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap


shift klien seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatn Menurut Douglas
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Setiap Shift Klien.
Waktu
Pagi
Klasifikasi
Minimal
0.17
Parsial
0.27
Maksimal
0.36
Sumber: Douglas 2008

Kebutuhan Perawat
Sore
Malam
0.14
0.15
0.30

0.07
0.10
0.20

Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga adalah pagi,


sore

dan

malam.

ketergantungan

klien

Sedangkan
terhadap

klasifikasi

derajat

keperawatan,berdasarkan

kriteria douglas sebagai berikut:


(1) Perawatan minimnal care memerlukan waktu selama 1-2
jam/ 24 jam dengan kriteria hasil:
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
(b)
(c)
(d)
(e)

sendiri.
Ambulasi dengan pengawasan.
Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(2) Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam


dengan kriteria hasil:
(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
2) Kualitas
Salah satu indikator keberhasilan RS dalam memberikan
pelayanan

kesehatan

ditentukan

oleh

pemberian

asuhan

keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang


berkualitas didukung oleh sumberdaya yang berkualitas dan

profesional dalam melakukan tugas dan fungsinya.


Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002)
Manajemen

sumber

daya

manusia

pada

hekekatnya

merupakan bagian intergral dari keseluruhan manajemen rumah


sakit, strategi manajemen sumber daya manusia sebenarnya juga
merupakan bagian intergral dari strategi rumah sakit dengan
pemahaman bahwa sumberdaya manusia adalah aset utama rumah
sakit sehingga perlu dilakukan perencanaan rotasi dan mutasi
sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan tuntutan
pelayanan di masa depan sehingga penyesuaian keahlian yang
dibutuhkan

melalui

pelatihan

terus

menerus

dan

berkesinambungan.
2

Material
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas untuk pasien : tempat
tidur, meja, kamar mandi dan wc. Fasilitas petugas kesehatan :ruang
kantor dan administrasi, nurse station, ruang observasi, ruang ganti
perawat wanita dan pria, kamar kecil dan kamar mandi untuk karyawan.
Fasilitas peralatan perawatan, Dreesing chart, Sarung tangan, Sunting
plester, Bengkok, Urinal, Pispot dan lain-lain.

Metode
1) Penerapan MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem

(struktur,

proses

dan

nilai-nilai

profesional),

yang

memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan

keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan


(Ratna Sitorus & Yuli, 2006)
2) Meeting morning
Meeting morning adalah pengarahan yang dilakukan oleh
kepala ruangan kepada seluruh staff, setiap pagi setelah serah terima
tugas jaga malam ke pagi dan sebelum pre conference.
3) Pre dan Post Conference
1) Pengertian
Pre conference adalah komunikasi katim dan
perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,
maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul
MPKP, 2006)
Post conference adalah komunikasi katim dan
perawat

pelaksana

tentang

hasil

kegiatan

sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift


berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj
tim (Modul MPKP, 2006)
2) Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk
menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan

alternatif

penyelesaian

masalah,

mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan


yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan

diri

dalam

pemberian

asuhan

keperawatan dan merupakan cara yang efektif

untuk

menghasilkan

perubahan

non

kognitif

(McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi


dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
sehingga

tidak

terjadi

pengulangan

asuhan,

kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan


(T.M.Marelli, et.al, 1997).
a) Tujuan pre conference adalah:
(1)Membantu untuk mengidentifikasi masalahmasalah pasien, merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil
(2)Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui
di lapangan
(3)Memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien
b) Tujuan post conference adalah
Untuk
memberikan
mendiskusikan

penyelesaian

kesempatan
masalah

dan

membandingkan masalah yang dijumpai


3) Waktu
a) Pre conference
Dilakukan secara terjadwal pagi hari segera
setelah operan jaga sift malam ke sift pagi dan
sebelum kegiatan dimulai
b) Post conference
Dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum
operan sift pagi ke sift sore pada hari yang
sama dilakukan ketika akan melakukan pre
conference pada hari berikutnya.
4) Tempat: Nurse Station dan tempat lain yang memungkinkan
5) Peserta conference
a) Kepala ruang
b) Perawat primer
c) Perawat pelaksana
d) Mahasiswa
6) Kegiatan dalam konference
a) Pre conference

(1) Kepala

primer

atau

penanggung

jawab

primer

membuka acara
(2) Kepala primer

atau

penanggung

jawab

primer

menanyakan rencana harian masing-masing perawat


pelaksana
(3) Kepala primer

atau

penanggung

jawab

primer

memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait


dengan asuhan yang diberikan saat
(4) Kepala primer atau penanggung

jawab

primer

memberikan reinforcement
(5) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup
acara.
b) Post conference
(1) Kepala primer

atau

penanggung

jawab

primer

membuka acara
(2) Kepala primer

atau

penanggung

jawab

primer

menanyakan

kendala

diberikan
(3) Kepala primer

atau

dalam

asuhan

penanggung

yang

jawab

telah
primer

menyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus


dioperkan kepada perawat shift berikut nya
(4) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup
acara
4) Timbang Terima
a) Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke
perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan
waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,
terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya (Nursalam, 2008)
b) Tujuan Timbang Terima

a) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data


fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada klien.
c) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
c) Manfaat
a) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak
lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya
b) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang
dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
c) Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung
bila ada yang belum terungkap.
d) Prosedur timbang terima
a) Persiapan
(1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
(2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b) Pelaksanaan
(1) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada
masing-masing penanggung jawab:
(2) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
atau operan. Dari nurse station perawat berdiskusi
untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji
secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
(3) Hal-hal

yang

sifatnya

khusus

dan

memerlukan

perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus

untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang


berikutnya.
(4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang
terima adalah :
(a) Identitas klien dan diagnosa medis.
(b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul.
(c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
(d) Intervensi kolaborasi dan dependen.
(e) Rencana

umum

dan

persiapan

yang

perlu

dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya


operasi,

pemeriksaan

laboratorium

atau

pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk


konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
(5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi

terhadap

hal-hal

yang

kurang

jelas

Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat


dan jelas
(6) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih
dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
(7) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
(1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan

tanggungjawab.

Meliputi

faktor

informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga


sebelumnya.
(2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi.
Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
(3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi
pada medical record atau pada pasien langsung.
e) Hal yang harus diperhatikan
a) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau
penanggung
c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
d) Informasi

yang

disampaikan

harus

akurat,

singkat,

sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta


menjaga kerahasiaan pasien.
e) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan
pasien.
f) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan
volume yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.

g) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock


sebaiknya dibicarakan di nurse station
(Nursalam, 2008)
C. Unsur Proses
1. Fungsi Menegemen Keperawatan
Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri
atas lima fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan menjelaskan
fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen.
Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental
dimana semua manajer perawat menggunakan data yang valid dan
dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan
sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan
dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah
membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan
personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006)
menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang
digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem
untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007)
menyatakan

bahwa

fungsi

perencanaan

mencakup

proses

merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran


yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut
untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling
sederhana

untuk

menyelesaikan

pekerjaan.

Pengorganisasian

meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan


untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau
pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan
bahwa

pengorganisasian

adalah

fungsi

manajemen

yang

berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk


menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi
pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan,
individu

yang

akan

mengerjakan,

pengelompokkan

tugas,

strukturpertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan.


Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf
yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins &
Coulter, 2007).
c. Pengaturan staf (Staffing)
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama
dalam manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan
merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan
sebelumnya
(Swansburg,

pada

kelompok

2000).

pasien

Pengaturan

staf

dalam

situasi

tertentu

memerlukan

banyak

perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi


oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan
personel (Swansburg, 2000).
d. Kepemimpinan (Leading)
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok
untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan
kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor
seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor
lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk
merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan
karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat
keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi


manajemen yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi
individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuantujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi
kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter (2007)
adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan
mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku
stafnya.
e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)
Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang
terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama
perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui
prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan
balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006)
menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang
digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini
adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi
memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja
stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut
menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali.
Proses pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan,
dan mengoreksi.
2. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses
keperawatan

yang

meliputi

pengkajian,

diagnosa,

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.


a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

perencanaan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap


dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen
pengkajian keperawatan meliputi :
1)
Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang
baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan
valid
2)
Pengelompokan

data,

kriteria:

data

biologis,

data

psikologis, data sosial, dan data spiritual


3)
Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan serta
perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
Kriteria perumusan masalah:
a) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan.
b) Perumusan maslah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
b. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi
kehidupan pasien. Kriteria: diagnosa keperawatan dihubungkan
dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien,
dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari
masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien
sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan
pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh
perawat.
c. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan
merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan
seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa


dicapai, realistik, ada batas waktu.
3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan
asuhan

keperawatan,

melibatkan

pasien/keluarga,

mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/ keluarga,


menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan
kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber
daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman
bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya
yang mudah dimengerti.
Kriteria prioritas masalah:
1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas pertama.
2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua.
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku adalah prioritas
ketiga.
Kriteria tujuan asuhan keperawatan:
1) Spesifik
2) Bisa diukur
3) Bisa dicapai
4) Realistis
5) Ada batas waktu.
Kriteria rencana tindakan:
1) Disusun berdasarkan asuhan keperawatan.
2) Melibatkan pasien atau keluarga.
3) Mempertimbangkan latar budaya pasien atau keluarga.
4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan sumberdaya dan fasilitas yang ada.
d. Standar IV: Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
pasien dan keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan
rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual

pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan


dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan
prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman,
ekonomis,

privasi

dan

mengutamakan

keselamatan

pasien,

melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,


merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan

pasien,

mencatat

semua

tindakan

yang

telah

dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan


tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan.
e. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis
dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap
tindakankeperawatan

dilakukan

evaluasi,

evaluasi

hasil

menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil


evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan
pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan
standar.
f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan,
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus
jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai
dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus
mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan
tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan
sesuai dengan pengaturan yang berlaku.
3. Model penugasan
Model keperawatan primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung


jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan keperawatan
selama pasien di rawat.
1) Konsep dasar metode primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
2) Tugas perawat primer
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b) Melaksanakan tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f) Menerima dan menyesuaikan rencana
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
i) Membuat jadwal perjanjian klinik
j) Mengadakan kunjungan rumah
3) Peran Kepala Ruang/ Bangsal metode primer
a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat asisten

d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1 2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi
4) Ketenagaan metode primer
a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side
b) Beban kasus pasien 4 6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan ditentukan oleh Kepala Bangsal
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun
non profesional sebagai perawat asisten
e) Kelebihan model keperawatan primer :
(1)

Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(2)

Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan pengembangan diri

(3)

Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
5) Kelemahan model keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria assertive, self
direction,

kemampuan

menguasai keperawatan

mengambil
klinik,

keputusan

accountable

yang

tepat,

serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin.


4. Universal Precautions
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau
Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan
penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan
sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti
Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan
baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua
pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Komponen-komponen dari Kewaspaaan Universal yaitu :

a. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang
dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran
kuman.Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat dengan
menggosok bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun,
yang kemudian diikuti dengan membasuhnya dibawah air hangat
yang mengalir.Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah
mikroba pada saat itu.
b. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput
lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.Jenis
tindakan yang dianggap beresiko dan memerlukan penggunaan alat
pelindung diri mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang,
otopsi atau perawatan gigi yang menggunakan bor dengan kecepatan
putar yang tinggi.
Jenis-jenis alat pelindung yaitu :
1) Sarung tangan
2) Pelindung wajah / masker / kaca mata
3) Penutup kepala
4) Gaun pelindung ( baju kerja / celemek )
5) Sepatu pelindung
D. UNSUR OUTPUT
1. Efisiensi Ruang Perawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi empat indicator mutu pelayanan
kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI, BTO.
1) BOR (bed occupancy rate) menunjukan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berate ideal.

Standar nasional dalam satu tahun: 75-85%. Rumus penghitungan


BOR yaitu:
BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit x 100%
Jumlah TT x hari perawatan
2) LOS (Length of stay) menunjukkan rata-rata lama perawatan setiap
pasien, lama rawat yang baik maksimal 12 hari, standar nasional
rumah sakit dalam satu tahun adalah 7-10 hari.
Perhitungan LOS
LOS =

Lama hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3) TOI (turn over interval) menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat


tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur di tinggalkan oleh
pasien dengan diisi lagi. Standar nasional 1-3 hari untuk rumah
sakit dalam satu tahun.
Perhitungan TOI:
TOI=

(Jumlah TT x hari) hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4) BTO (Bed turn over) menunjukan frekuensi pemakaian tempat


tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO
memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur
rumah sakit. Standar 4-45 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun
sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 2009)
BTO =

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)


Jumlah tempat tidur
Tabel 2.4
Efisiensi ruangan (Djojodibroto 1997)

No.

Indikator

Standar

1
2
3
4

BOR
LOS
TOI
BTO

75-85%
7-10 hari
1-3 hari
4-45kali

2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK ( Instrumen ABC)


Mutu pelayanan keperawatanyang merupakan hasil kegiatan
asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnose,
melakukan perencanaan tindakan dan evaluasi.
Menurut Pasuraman (2009), pengukuran mutu dapat dilakukan
dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan
(Experted service) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan
(Perseived service)
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah pasuraman (2009):
a. Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan perawat.
b. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c. Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalamm
memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Anssurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahya, resiko dan gangguan.
e. Emphaty (empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang
per orang kepada pelanggan.
1) Instrument A
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan
sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan

hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas


dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Dalam membuat dokumentasi keperawatan harus
diperhatikan aspek-aspek:
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility
Komponen dokumentasi keperawatan:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.Komponen pengkajian meliputi pengumpulan
data, pengorganisasian data.
Aspek yang dinilai dalam pengkajian adalah:
(1) Menulis data yang dikaji sesuai pengkajian
(2) Data dikelompokan (bio-psiko-sosial-spiritual)
(3) Data yang dikaji klien masuk sampai pulang
(4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma dan pola funsi
kehidupan.
b) Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien
baik actual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data. Kriteria diagnose dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat


sesuai dengan wewenang perawat dengan komponen yang
terdiri ats masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat actual
apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial kemungkinan besar akan terjadi dan dapat
ditangani oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan. Komponen rencana keperawatan meliputi
penentuan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan masalah.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas
utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas
selanjutnya adalah masalah yang mengancam kesehatan
pasien.Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi
perilaku.
Aspek yang dinilai dalam rencana keperawatan adalah:
(1) Berdasarkan diagnose keperawatan
(2) Rumusan

tujuan

mengandung

komponen

klien/subjektif, perubahan perilaku, kondisi klien atau


kriteria
(3) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan
klien/keluarga
(4) Rencana

tindakan

menggambarkan

keterlibatan

klien/keluarga
(5) Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan
tim kesehatan lain

d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang

mencakup

pemeliharaan,

aspek

serta

mengikutsertakan

peningkatan,

pemulihan

pasien

dan

pencegahan,

kesehatan
keluarga,

dengan
tindakan

keperawatan, dan aktivitas keperawatan.


Aspek yang dinilai dalam implementasi adalah sebagai
berikut.
(1) Tindakan

dilaksanakan

mengacu

pada

rencana

keperawatan
(2) Perawat mengobservasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil
pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan masalah pasien.
Aspek yang dinilai dalam evaluasi adalah sebagai berikut.
(1) Evaluasi mengacu pada tujuan (SOAP)
(2) Evaluasi dituliskan setiap shift
(3) Revisi diagnose atau berdasarkan evaluasi
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis kesehatan pasien dan
perkembangan

pasien

dalam

pemberian

asuhan

keperawatan.syarat penilaian observasi studi dokumentasi

menurut Depkes (2007) pada status pasien yang dirawat


minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah pulang.
Aspek yang dinilai dalam catatan asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut.
(1) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
(2) Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang
baku dan benar
(3) Setiap

melakukan

tindakan/kegiatan

perawat

mencantumkan paraf, nama jelas dan tanggal, jam


dilakukan tindakan.
(4) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Rentang nilai instrument ABC adalah sebagai berikut
(1) Baik (75-100%)
(2) Cukup (61-74%)
(3) Kurang ( 60%)
2) Instrumen B
Instrument B mengevaluasi tentang persepsi pasien
terhadap

mutu

asuhan

keperawatan

dengan

caramenyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi


kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia
mengisi kuesioner.
Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberi penjelasan,
apabila ada tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan
pasien supaya diisikan dikolom keterangan.
Aspek mutu pelayananan di dalam rumah sakit dapat dilihat
dari segi aspek tang berpengaruh. Aspek berarti termasuk

hal-hal yang secara langsung atau tidak berpengaruh


terhadap penilaian.keempat aspek itu adalah sebagai
berikut.
(1) Sumber daya dimensi mutu pelayanan
(2) Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana
mutu pelayanan kesehatan telah mencapai standar
program dan standar pelayanan kesehatan ada
3) Instrumen C
Dalam melakukam tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang
telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%^.
Sebagai dasar penialian teindakan keperawatan mengacu
pada instrument evaluasi peenerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh
RSUD kota yang mengacu pada pedoman dari Depkes RI.
a) Hasil evaluasi managemen bimbingan
Praktek klinik keperawatan (PKK) merupakan
proses transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi
seorang perawat professional. Pada fase ini mahasiswa
mwndapat kesempatan beradaptasi pada perannya
sebagai

perawat

professional

dalam

masyarakat

keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan


keperawatan.
Metode

mendidik

mahasiswa

keperawatan

diharapkan memungkinkan pendidik memilih dan


menetapkan cara mendidik yang sesuai dengan objek
(tujuan), dan karakteristik individual peserta didik
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.

Jenis metode pengajaran klinik antara lain


eksperensial, konferensim bedside teaching, observasi
dan ronde keperawatan, proses insiden. Dengan metode
tersebut

memungkinkan

identifikasi

masalah,

penentuan tindakan yang akan diambil implementasi


pengetahuan \ke dalam masalah klinik dan diskusi
untuk menggali proses berpikir dalam menanngapi
situasi.
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan
meliputi :
(1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut :
karakteristik unitan, klien, protap,alat, dll
(2) Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa
(3) Menyerahkan

dan

membimbing

siswa

atau

mahasiswa dalam rangka pencapaian kompetensi


yang diharapkan
(4) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa.
(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
peningkatan kemampuan siswa dan mahasiswa
(6) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan
mengadakan hubungan serta pelaporan kepada
pihak yang terkait
(7) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi
pengetahuan, sikap dan ketrampilan

(8) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan


praktek siswa atau mahasiswa dengan kesatuan
kerja yang terkait
(9) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang
terkait yang ada di rumah sakit dan institusi
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
bimbingan praktek
(10)

Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan

balik asuhan keperwatan yang telah dibuat pada


evaluasi ketrampilan
(11)

Membimbing mahasiswa dengan tindakan

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien


3. Ronde Keperawatan
a. Pendahuluan
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan IPTEK, maka perlu pengembanagn
dan pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan professional yang
efektif dan efisien.
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya
adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh
Primary Nurse/Associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebuh dalam masalah dan kebutuhan pasien serta

merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat


meningkatkan

kemampuan

kognitif,

afektif,

dan

psikomotor.

Kepekaan dancara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih


melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke
dalam praktek keperawatan.
b. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah kekperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, kepala ruangan,
associate nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan. (Nursalam, 2008).
c. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
c) Meningkatkan vadilitas data klien
d) Menilai kemampuan justifikasi
e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana
perawatan

3) Manfaat
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasama antartim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar

4) Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan rondekeperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut.
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
b) Pasien dengan kasus baru atau langka
5) Metode
a) Diskusi
b) Alat bantu
(1) Sarana diskusi : buku, pulpen
(2) Status/dokumentasi keperawatan pasien
(3) Materi yang disampaikan secara lisan
6) Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

Langkah langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai


berikut:

PP
Tahap
Pra
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
1. Informed consent
2. Hasil pengkajian/validasi
data
Penyajian Masalah

Pasca

1. Apa diagnose
keperawatan?
2. Apa data yang
mendukung?
3. Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?

Tahap

Pelaksanaan

di

Nurse

Station
Tahap

Pelaksanaan

di

Kamar

Pasien
.......................

Validasi Data
Diskusi PN, AN,
konselor, KARU
Lanjutan Diskusi di
Nurse Station
Kesimpulan dan
Rekomendasi masalah

Keterangan :
1. Pra-ronde
a. Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dari pengkajian
4. Pelaksanaan 9 Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan salah satu dimensi
mutu yang saat ini menjadi pusat perhatian para praktisi pelayanan
kesehatan dalam skala nasional maupun global. Solusi keselamatan
merupakan suatu sistem yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi
cedera pasien yang berasal dari proses pelayan kesehatan. Berikut
sembilan solusi life saving keselamatan pasien RS meliputi :
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-A like,
Sound-Alike Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang

membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang


paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau
generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan
protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya
resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu,
maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan

yang

meluas

dan

terus

menerus

untuk

mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada


kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk
verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua
rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi
pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan
pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim
pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan
kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para

pasien serta keluarga dalam proses serah terima.


d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah.Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan
miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak
benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahankesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses prabedah

yang

distandardisasi.

Rekomendasinya

adalah

untuk

mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan


proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang
akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedurTime out sesaat sebelum
memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media
kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan
untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.Rekomendasinya adalah
membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit
pekat yang spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /
pengalihan.Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah
suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication
errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh
medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai home
medication list", sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi,
penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan

perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas


layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus
didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera
atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian
medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana

menyambung

alat-alat

kepada

pasien

(misalnya

menggunakan sambungan & slang yang benar).


h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan
HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari
jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai
ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para
petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan
keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan
praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan
lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah
sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang
pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah
mendorong implementasi penggunaan cairan alcohol-based handrubs" tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada
semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan

yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja;


dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

BAB 1II
ANALISIS SITUASI
A. GAMBARAN RUMAH SAKIT
1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit daerah tipe A yang
merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan NO.
554/Menkes/SKB/1981, Menteri Dalam Negeri NO. 0430/1981, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 3241A/1981 ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Pendidikan bagi Fakultas kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS) (Sistem Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta 1997) berdasarkan Surat Keputusan
Menteri

Kesehatan

tanggal

September

2007

No.1011/menkes/SK/IX/2007 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit


Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta milik Provinsi Jawa Tengah dari
kelas B pendidikan menjadi kelas A pendidikan selain sebagai ramah
sakit pendidikan juga sebagai rumah sakit pusat rujukan daerah Jawa
Tengah bagian Tenggara dan Jawa Timur bagian barat.
a. Sejarah Rumah Sakit Dr. Moewardi
Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi seperti
sekarang ini, terjadi 3 (tiga) tahap pembentukan dalam prosesnya,
yaitu:
1) Jaman penjajahan Belanda sampai tahun 1942
Pada waktu itu di kota Surakarta terdapat 3 (tiga) buah
Rumah Sakit Partikelir atau swasta:
Zieken Zorg, berkedudukan di Mangkubumen dengan nama
partikelir Inslandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg
dengan besluit tertanggal 1 oktober tahun 1942 atas nama: Karl
Lodewijk Nouman Jacobus Geroundus, R.V.O. 569 dan 570.
Zending Ziekenhuis berkedudukan di Jebres, milik Zending
atau Yayasan Kristen, yang sampai sekarang terkenal dengan
nama Yayasan Kesehatan Kristen untuk umum (YAKKUM).
Panti Rogo adalah rumah sakit milik pemerintah Kasunanan/
Kraton Surakarta.
2) Jaman Pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945
Pada waktu itu, Rumah Sakit Zieken Zorg juga dipakai
sebagai Rumah Sakit Internering Kamp tetapi pindah ke Jebres
menempati Zending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah
Sakit Dr. Moewardi.Sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah
ke belakang di mana didirikan Rehabilitasi Centrum (RC) Prof.
Dr. Soeharso.
3) Jaman Kemerdekaan
Pada tahun 1945-1948 Rumah Sakit atau Zieken Zorg.Rumah
Sakit Tentara Surakarta diserahkan Palang Merah Indonesia
Daerah Surakarta.Kemudian, Palang Merah Tentara Indonesia
Daerah Surakarta menyerahkan kembali kepada Perhimpunan
Bale

Kusolo,

ini

merupakan

lanjutan

dari

Inslandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg.

Partikelir

Di samping Rumah Sakit Bale Kusolo di Surakarta masih


terdapat dua Rumah Sakit Partikelir yaitu:
a) Rumah Sakit Surakarta adalah ex. Zending Ziekenhuis
b) Rumah Sakit Kadipolo adalah ex RS. Pantirogo
Mulai tanggal 1 januari 1950 Rumah Sakit Bale Kusolo
diambil alih dan dikelola oleh pemerintah RI dan menetapkan
nama Rumah Sakit Bale Kusolo diganti dengan nama Rumah
Sakit Pusat Surakarta. Mulai saat itu di kota Surakarta terdapat
3 rumah sakit yaitu:
a) Rumah Sakit Pusat Surakarta (Mangkubumen)
b) Rumah Sakit Surakarta (Jebres)
c) Rumah Sakit Kadipolo (Kadipolo)
Ketiga rumah sakit itu diserahkan kepada pemerintah daerah
Swatantra Tingkat 1 Jawa Tengah Semarang.
Berdasarkan surat keputusan dari gubernur kepala daerah
tingkat I Jawa Tengah di Semarang Nomor H.149/2/3 dengan
dasar surat dari kepala dinas Kesehatan rakyat daerah Swatantra
tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19 Februari 1960 Nomor
K.693/UNH,

menetapkan

mempersatukan

Rumah

Sakit

Mankubumen, Kadipolo, dan Jebres, ketiga-tiganya di kota


Surakarta dalam satu organisasi di bawah satu orang pimpinan
dengan nama Rumah Sakit Umum Surakarta. Sedangkan
masing-masing komplek Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres
menjadi bagian-bagian dari organisasi termaksud. Ketiga rumah
sakit itu diadakan spesialisasi ataupun unit-unit pelaksana
fungsional, diantaranya:
a) Rumah Sakit Kadipolo disebut juga Rumah Sakit Komplek A,
khusus untuk pelayanan penyakit dalam
b) Rumah Sakit Mangkubumen disebut juga Rumah Sakit
Komplek B, untuk pelayanan Radiologi, Kulit dan Kelamin,
Gigi, Mata, THT, Bedah, Saraf dan lain-lain.
c) Rumah sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Komplek C,
khusus untuk pelayanan Kebidanan dan penyakit Kandungan,
Anak, dan Keluarga Berencana.
Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu sudah dinilai

tidak efesien, maka pada bulan September 1976, Rumah Sakit


Kadipolo dipindahkan ke Rumah Sakit Mangkubumen.
4) Penggantian Nama
Mengingat masih sering terjadinya perbedaan pendapat
dikalangan masyarakat mengenai nama Rumah Sakit Pusat dan
Rumah Sakit Surakarta, maka Inspektur Kepala Jawatan
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengusulkan pada gubernur
Jawa Tengah untuk mengganti nama Rumah Sakit Surakarta
antara lain:
a) Rumah Sakit Pusat menjadi RSU Mangkubumen
b) Rumah Sakit Surakarta menjadi RSU Jebres
Penggantian ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/RS. Dan pada
akhirnya gubernur Jawa Tengah melalui SK Nomor 445/29684
tanggal 24 oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi.
Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri
RI, Nomor 544/Menkes/SKB/X/81, Nomor 043a/V/1981 dan
Bo.:324 tahun 1981, ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi
Surakarta menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Namun pada
kenyataannya belum memenuhi syarat sebagai Rumah Sakit
Pendidikan.
Wilayah Surakarta oleh pemerintah Provinsi Dati I Jawa
Tengah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan Jawa Tengah
sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu-satunya
Rumah Sakit Pemerintah terbesar di wilayah tersebut harus
menyesuaikan dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah
Surakarta dan sekitarnya. Atas pertimbangan tersebut pada lokasi
Jebres kemudian dibangun banguna fisik baru yang memenuhi
standar RumahSakit B2 sekaligus Rumah Sakit Pendidikan.
Baru pada tanggal 28 Februari 1997 RSUD Dr. Moewardi
lokasi Jebres diresmikan penggunaannya oleh presiden Soeharto,
dan sejak itulah seluruh kegiatan Rumah Sakit Dr. Moewardi

menjadi satu lokasi.


Dari sejarah tersebut ditetapkan hari jadi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 1 Januari
1950.Demikian selintas mengenai sejarah RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
b. Visi, Misi, Jargon Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
1) Visi
Rumah sakit terkemuka berkelas dunia.
2) Misi
a) Menyediakan

pelayanan

kesehatan

berbasis

pada

keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan


kecukupan

alat

serta

profesionalisme

manajemen

pelayanan.
b) Menyediakan

wahana

pendidikan

dan

penelitian

kesehatanyang unggul berbasis pada perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi
dengan mutu pelayanan.
3) Motto / Jargon
Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman dan
mudah.
c. Misi, Tujuan dan Falsafah Keperawatan
1) Misi Bidang Keperawatan:
a) Menyediakan pelayanan keperawatan
berkualitas

prima,

berbasis

pada

bermutu

dan

kecanggihan

dan

kecukupan alat dan profesionalisme tenaga keperawatan.


b) Menyediakan wahana pendidikan dan penenlitian berbasis
pada perkembangan ilmu keperawatan yang bersinergi
dengan kegiatan keperawatan.
2) Tujuan keperawatan
a) Umum
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
b) Khusus
(1) Tercapainya zero komplain terhadap asuhan
keperawatan.

(2) Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan.


(3) Menurunkan terjadinya infeksi nosokomial
(4) Mengoptimalkan keselamatan pasien (Patient Safety)
(5) Memperpendek hari rawat
3) Falsafah
a) Asuhan keperawatan yang diberikan secara hoslitik meliputi
bio-psiko-sosio spiritual yang komprehensif dengan tidak
membedakan bangsa, suku, agama, ras dan status sosial.
b) Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha
bersama dari

semua anggota tim kesehatan, pasien dan

keluarga.
c) Dalam memberikan

asuhan

keperawatan,

perawat

menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan,


sedangkan bidan menggunakan manajemen kebidanan demi
tujuh langkah.
d) Perawat bertanggungjawab dan bertanggunggugat, memiliki
wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh,
berdasarkan standar asuhan keperawatan.
e) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan
secara

terus

menerus

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan staf.
Wacana kedepan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
adalah '''Go to JCI Acreditations", Akreditasi JCI adalah berbagai
inisiatif yang dirancang untuk menanggapi meningkatnya
kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis
standar di bidang perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
menawarkan kepada masyarakat internasional proses objektif
untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang
berbasis standar. Dengan demikian diharapkan program ini akan
menstimulasi perbaikan yang berkelanjutan dan terus-menerus
dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan lewat penerapan
standar-standar

lewat

konsensus

internasional,

sasaran

internasional keselamatan pasien (international patient safety


goals).
Misi JCI adalah memperbaiki kualitas dan keamanan

pelayanan kesehatan di masyarakat internasional.


Sasaran internasional keselamatan pasien :
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif.
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar.
e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.
f. Mengurangi resiko cedera akibat terjatuh.
2. Ruang Anggrek 2
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu pengelolaan
sumber daya manusia keperawatan dalam menjalankan kegiatan
keperawatan

menggunakan

metoda

proses

keperawatan

untuk

menyelesaikan masalah pasien. Dengan demikian dalam pengelolaan


asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara perawat dan pasien
baik langsung ataupun tidak langsung.Model praktik keperawatan
profesional (MPKP) yaitu model keperawatan primer adalah metode
pemberian asuhan keperawatan komprehensif yang merupakan aplikasi
dari model praktik keperawataan profesional.Dimana untuk memenuhi
tuntutan masyarakat, perawat harus memberikan pelayanan profesional
dalam menerapkan asuhan keperawatan.
Selain itu, Ruang Anggrek 1

memiliki

tujuanpelayanan

keperawatan, yaitu sebagai berikut :


a. Tujuan umum :
Melaksanakan asuhan keperawatan secara konfrehensif meliputi biopsiko-sosial-spirual dengan tidak membedakan golonagn, ras, suku
dan agama.
b. Tujuan khusus
a) Terpenuhi kebutuhan tenaga keperawatan sesuai dengan
perhitungan depkes RI 2002.
b) Terpenuhinya kebutuhan peralatan diruang Anggrek 1.
c) Meningkatkan SDM yang berkomitmen tinggi dan kompeten
dengan pendidikan formal dan non formal.
d) Tercapainya kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan dari
70% menjadi 80%.

e) Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan dari 74,45%


menjadi 90%.
f) Meningkatkan kepatuhan tenaga keperawatan dan kebidanan
dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan kebidanan dari
87,23% menjadi 92%.
g) Tercapainya dan mampu mempertahankan indicator klinik
pelayanan sampai 100% antara lain identifikasiSangat baik
100% tetapi terdapat

beberapa item yang bermasalah, cuci

tangan perawat melakukan cuci tangan dengan baik 46.2 %


sedangkan yang melakukan cuci tangan sangat baik 53.8%,
pencegahan resiko jatuh tidak baik 100%, observasi obat HAM
selama 3 haritidak baik 7,7%, baik 38,5%, sangat baik 53,8%,
penggunaan APD sebanyak 30.8% perawat menggunakan APD
sesuai standar.

DENAH RUANG ANGGREK 1

c.

4
ELEVATOR

RUANG TBC
KAMAR 2 A-I
RUANG INFEKSI

ELEVATOR
RUANG
FLU BURUNG

R. DISKUSI
RUANG
LINEN

750.0

RUANG
PSIKIATRI

R. OBAT

NK

TR

355.0

R. PERAWAT
NURSE
STATION

750.0
KAMAR 3 A-D
HCU PARU

KAMAR 1 A-I
RUANG INFEKSI

KE
MELATI 1

R. JAGA
DOKTER

KAMAR 5 A-J
RUANG PARU
NON INFEKSI

720.0

720.0

720.0

720.0

720.0

720.0

720.0

720.0

DENAH
GEDUNG ANGGREK (LANTAI 1)
RSUD Dr. MOEWARDI

Managemen pelayanan kesehatan


Pengkajian yang telah dilakukan melalui observasi di ruang
anggrek 1 pada tanggal 18-21 Mei 2015 didapatkan beberapa data

72

SKALA 1:250

0 100

300

700

diantaranya:

dalam

pengorganisasian

pemberian

asuhan

keperawatan di ruang Anggrek 1 menggunakan metode modifikasi


yaitu primary Team, model Primary nurse diterapkan pada sift pagi
yang terbagi menjadi 4PN dan masing-masing PN membawahi 2
AN. Pada sift siang dan malam menggunakan metode Team.
Namun, pada sift siang ataupun malam tidak ada PN melainkan
AN. Dimana 1 AN bertanggungjawab 3 AN pada saat sift.
Di ruang Anggrek 1 sudah melaksanakan Conference yang
diikuti semua perawat yang dinas saat itu. Dalam pelaksanaan
conference Kepala ruang menyampaikan informasi-informasi yang
berhubungn dengan asuhan keperawtan dan asuhan pelayanan.
Serta setiap PN melaporkan perkembangan setiap pasien.
Dari observasi tentangpenilaian PN didapatkan hasil
Berdasarkan observasi tanggal 18-21 Mei 2015 dari semua
perawat yang dinas pagi, siang dan malam, timbang terima sudah
dilakukan diruang perawat dan keliling di depan kamar pasien,
akan tetapi pelaksanaanya ditemukan beberapa data seperti
timbang terima tidak diikuti semua perawat yang jaga pada waktu
itu, ketika pelaksanaan timbang terima, pasien tidak diberikan
penjelasan tentang kegiatan timbang terima tersebut,dan isi dari
timbang terima tidak menyebutkan diagnosa keperawatan yang
harusnya menjadi masalah yang perlu diselesaikan.
Berdasarkan hasil observasi penerapan 6 sasaran keselamatan
pasien. Ketepatan identifikasi pasien, perawat sudah melakukan
sesuai dengan SOP akan tetapi ada beberapa item yang tidak
dilakukan diantaranya 93,3% perawat tidak menanyakan tanggal
lahir dan 69,2% perawat tidak menverifikasi kembali dengan cara
mencocokan gelang pasien.
Dalam penerapan pencegahan dan penyebaran infeksi dengan
cara Hand Heygine rata-rata 15 perawat melakukan cuci tangan
dengan baik sebanyak 53,8% akan tetapi ada sebagian perawat
tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien

sebanyak 84,6%,

76,9% perawat tidak melakukan cuci tangan

setelah kontak dengan lingkungan pasien, 76,9% perawat tidak


melakukan cuci tangan dengan hand wash (40-60 detik) atau
handcurb (20-30 detik), dan 69,2% perawat tidak melepas cincin,
jam tangan dan gelang saat mencuci tangan.
Dalam peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai atau
HAM, dari observasi 15 perawat tidak meningkatkan kewaspadaan
penggunaan obat HAM dan LASA.Diantaranya perawat tidak
memisahkan obat golongan HAM dan LASA dengan obat yang
lain sebanyak 92,3%. Perawat tdak memberikan label sticker High
Alert Medication pada obat yang tergolong HAM sebanyak
92,3%. Pada nama obat, Rupa dan ucapan mirip (NORUM) belum
adanya pemisahan tempat dan pelabelan tempat obat yang rupanya
mirip. dan Perawat sebagian besar jarang memonitor reaksi
pemberian cairan.
Hasil observasi perawat dalam pemakaian APD, rata-rata
perawat sudah memakai APD dengan bak sebanyak 76,9%. Akan
tetapi di dapat data sebanyak 70 % perawat tdak memakai masker
saat mengganti linen kotor, 70% perawat tidak memakai sarung
tanggan saat mengganti lnen kotor dan 80% perawat tidak
memakai tutup kepala saat perawatan luka.
Hasil observasi pengkajian resiko jatuh, rata-rata perawat tidak
melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai SOP. 61,5 % perawat
tidak melakukan re assessment minimal 1x tiap sift. 61,5 %
perawat tidak melakukan pengkajian risiko jatuh untuk dewasa
dengan skala jatuh Morse. 61,5% perawat tidak memakaikan
gelang warna kuning pada pasien dengan risiko jatuh sedang dan
53,8% perawat tidak memberikan alat bantu sesuai kebutuhan
pasien.
d. Managemen Asuhan Keperawatan
Pendokumentasianasuhan keperawatan sudah menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi perkembangan pasien. Dari hasil
observasi yang dilakukan pada 15 Rekam medis, didapat 92,9%

dilakukan dengan baik sedangkan 7,1% tidak sesuai, dengan


rincian sebagai berikut:
1) Diagnosa keperawatan tidak disusun dengan maksimal
sebanyak 71,2%.
2) Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat tidak
mengobservasi respon pasien sebanyak 57,1%.
3) Perawat belum merumuskan diagnose

keperawatan

actual/potential/ resiko sebanyak 71,4%.


Berdasarkan observasi tambahan Rekam Medis pasien baru
pada tanggal 20-22 mei 2015 didapatkan, rata-rata perawat
melakukan pengkajian hanya dilakukan pada saat awal masuk
pasien, tidak semua implementasi mengacu pada rencana
keperawatan keperawatan, serta setiap tindakan keperawatan tidak
ada evaluasi respon pasien.
B. ANALISA DATA PENERAPAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL
1. Managemen pelayanan
a. Man
1) Pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatan baik jasmani maupun rohani (WHO, 2008).
Tabel 3.1
Penyakit terbesar diruang Anggrek 1
Selama Bulan Maret- Tgl 18 Mei 2015
NO.

JENIS PENYAKIT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TOT
AL

TB PARU
CA PARU
EFUSI PLEURA
TUMOR PARU
PNEUMONIA
TB MDR
PPOK
SKOZOFRENIA
B20 + TB
PNUMOTHORAK

JUMLAH

63
59
39
38
28
23
19
12
9
5

21.35593
20
13.22034
12.88136
9.491525
7.79661
6.440678
4.067797
3.050847
1.694915

295

100

Berdasarkan data yang diperoleh tentang jenis penyakit


pada bulan Maret sampai tanggal 18 Mei 2013, didapat data
penyakit terbanyak adalah TB Paru sebanyak 63 pasien
(21,356%).
2) Ketenagaan
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang
berkualitas memerlukan sumber daya yang sesuai dengan
kualitas dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Praktek profesional yang merupakan ciri profesi
yang harus tetap dipelihara dan di tingkatkan dalam rangka
mempertahankan akuntabilitas dan standard kinerja yang tinggi.

Tabel 3.2
Tenaga Kerja Ruang Anggrek 1
No.
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
14
16

Nama
Sri Hunun P S.Kep., Ns
Eni Setyowati, S.Kep
WahyuWinoto, S.Kep
Wali Suluh S, Amk
Nanik Widayanti, Amk
Suwarsih, Amk
Yuliyanti, Amk
Zulfikar
Ninik Widianingsih, Amk
Mulatsari, S.Kep., Ns
Wahyu Prasetyo, Amk
Desiana Tutik
Srigati, Amk
Indriyana F, S.Kep
Aris Dwiyanto, Amk

Jabatan

Pendidikan

Karu
PP
PP
PP
PA
KATIM
PA
PA
KATIM
PA
PA
PA
PA
KATIM
PA

S1 Ns
S1
S1
S1
DIII
DIII
DIII
DIII
DIII
S1 Ns
DIII
DIII
DIII
S1
DIII

Masa Kerja di

Pelatihan yang

Ruang

sudah diikuti

Anggrek
Juni 2014
2011
2011
2011
2011
2011
2011
Februari 2015
2011
Mei 2014
2010
2010

(Ket Diklit)
A,l,k,n,q,t,x
C,l,u,k
K,n,q, r
Q,r,k,l
Q,r
Q
Q, k, r
K,q,r
Q,r
Q,r
Q,r

2011
Mei 2014

Q,r,k
Q,r

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Endang Sukamti, Amk


PA
DIII
2011
Q,r
Novi Nurkholifah
PA
DIII
Februari 2015
Septiana Marifah
PA
S1
Februari 2015
Munawarroh M, Amk
PA
DIII
2011
Q,k
Sawitri M, Amk
PA
DIII
2015
Q,r
Ikasari Ningsih, Amk
PA
DIII
2011
Q,r
Made Darmawan, Amk
PA
DIII
2011
Q,r,y
Kurniawan Liliwery
PA
DIII
Februar 2015
Yuni Arum S, Amk
KATIM
DIII
2011
Q,r,k
Rofiq Adji, Amk
PA
DIII
2011
Q,r,k
Fani Suryati, Amk
PA
DIII
2011
Q, r
Cintya
PA
DIII
2015
Arif Bakhtiar
PA
S1
Februari 2015
Puji Astuti
PUK
SLTA
2011
AgusSurawan
PUK
SLTA
Nungky
ADMIN
DIII
Dimas, Amk
PA
DIII
2015
Ket Diklit :
a. Pelatihan manajemen karu
b. Komunkiasi terapeutik
c. Pembimbing klinik
d. PMDT
e. Audit keperawatan
f. MPKP
g. ICU
h. HCU
i. Berhenti merokok
j. Bronkoskopi
k. PPGD
l. BTCLS
m. CAPD
n. ATLS
o. Peran CI dalam PSBH
p. Kemoterapi
q. INOS
r. Patien Safety
s. K3
t. Manajamen linen
u. Customer service
v. Indikator mutu klinik perawatan
y. Perawatan luka
3) Penerapan sasaran keselamatan pasien
a) Peningkatan identifikasi pasien
Dalam penerapanpeningkatan identifikasi pasien perawat
sudah melakukan sesuai dengan SOP akan tetapi ada

beberapa item yang tidak dilakukan diantaranya 93,3%


perawat tidak menanyakan tanggal lahir dan 69,2% perawat
tidak menverifikasi kembali dengan cara mencocokan
gelang pasien.
b) Pengurangan infeksi terkait pelayanan kesehatan
Dalam penerapan pencegahan dan penyebaran infeksi
dengan cara Hand Heygine rata-rata 15 perawat melakukan
cuci tangan dengan baik sebanyak 53,8% akan tetapi ada
sebagian perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum
kontak dengan pasien sebanyak 84,6%,

76,9% perawat

tidak melakukan cuci tangan setelah kontak dengan


lingkungan pasien, 76,9% perawat tidak melakukan cuci
tangan dengan hand wash (40-60 detik) atau handcurb (2030 detik), dan 69,2% perawat tidak melepas cincin, jam
tangan dan gelang saat mencuci tangan.
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai atau
HAM
Hasil observasi 15 perawat didapat hasil rata-rata perawat
tidak meningkatkan kewaspadaan penggunaan obat HAM
dan LASA.Diantaranya perawat tidak memisahkan obat
golongan HAM dan LASA dengan obat yang lain sebanyak
92,3%. Perawat tdak memberikan label sticker High Alert
Medication pada obat yang tergolong HAM sebanyak
92,3%. Pada nama obat, Rupa dan ucapan mirip (NORUM)
belum adanya pemisahan tempat dan pelabelan tempat obat
yang rupanya mirip. dan Perawat sebagian besar jarang
memonitor reaksi pemberian cairan.
d) Hasil observasi perawat dalam pemakaian APD, rata-rata
perawat sudah memakai APD dengan bak sebanyak 76,9%.
Akan tetapi di dapat data sebanyak 70 % perawat tdak
memakai masker saat mengganti linen kotor, 70% perawat
tidak memakai sarung tanggan saat mengganti lnen kotor

dan 80% perawat tidak memakai tutup kepala saat


perawatan luka.
e) Hasil observasi pengkajian resiko jatuh, rata-rata perawat
tidak melakukan pengkajian resiko jatuh sesuai SOP. 61,5
% perawat tidak melakukan re assessment minimal 1x tiap
sift. 61,5 % perawat tidak melakukan pengkajian risiko
jatuh untuk dewasa dengan skala jatuh Morse. 61,5%
perawat tidak memakaikan gelang warna kuning pada
pasien dengan risiko jatuh sedang dan 53,8% perawat tidak
memberikan alat bantu sesuai kebutuhan pasien.
4) Pelaksanaan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Hasil observasi di Ruang Anggrek 1 pelaksanaan 5 R belum
berjalan secara maksimal, ada pun rincian masalah sebagai
berikut:
a) Penempatan alat-alat medis sebagian besar tidak sesuai pada
tempatnya.
b) Diruang kotak obat sebagian besar tidak diberikan label
identitas pasien.
c) Tempat pembuangan sampah yang kurang efektif, adanya
sampah infeksi dan sampah non infeksi yang bercampur
d) Ruang obat dan meja obat yang kurang tertata rapi
e) Terdapat tabung specimen darah diloker meja ners station
bercampur dengan buku dan dokumen-dokumen yang
penempatannya kurang rapi.
f) Penempatan meja diruang tindakan yang kurang rapi
g) Lemari gudang yang kurang rapi dan kurang terawatt
h) Penempatan linen kotor yang terdapat dilantai depan ruang
pasien.
i) Tidak ada penulisan papan penanggung jawab pada papan
yang disediakan disetiap PP
j) Penempatan pispot bercampur dengan sampah non medis
k) Tampak alat ekg yang penempatannya tidak rapi, seperti
kabel ekg yang tidak tergulung.
l) Penempelan kertas yang tidak teratur dan belum ada tempat
penempelan kertas secara khusus.
b. Material
Tabel 3.3

Daftar Alat Medis atau Keperawatan


Di Ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nama Alat
ambubag
Brangkat
Bengkok
Irigator
kirbat es
kursi roda
lampu tindakan
lampu baca foto
Penligh
Pispot
Urinal
regulator O2 (central)
standar infus
troli O2 besar
troli O2 kecil
gatungan O2
tabung O2 kecil
Trolly medikasi/injeksi
Trolly Emergency
trolly linen
tensimeter mobil
timbangan BB
Termometer
waskom stenlis
Wwz
spuit gliserin
Martil
Senter
Hammer
Torniquet
Spilkit
Eskrasi
Stetoskop

Jumlah
1
1
5
0
5
4
1
1
0
6
4
54
52
1
0
1
2
7
2
1
3
1
1
0
3
0
1
2
0
4
3
5
4

a) Analisa
Hasil observasi tambahan didapatkan data sebagai berikut:

1) Jumlah peralatan yang belum memadai seperti serta


tensimeter yang kurang baik, tidak ada bak intrumen
untuk injeksi, tidak ada tempat/troli EKG
2) Pada loker obat, tidak adanya identitas pasien.
3) Sebagian besar label identitas pasien rusak.
4) Belum tersedia ruang mahasiswa perawat yang bisa
digunakan untuk diskusi yang terpisah.
5) Tempat sampah medis Rusak
6) Tempat alat medis tidak sesui tempatnya.
7) Kurangnya kesadaran perawat dalam merawat alat-alat
medis yang dipakai.
8) Tempat tidur pasien belum memenuhi standar,
sebagian besar tempat tidur tidak memenuhi standar
safety
9) Struktur organisasi belum diganti masih struktur
organisasi lama, kondisi berdebu dan nampak kotor.
10) Kamar mandi pasien keadaan kotor, Sampah
berserakan, penempatan pispot tidak tertata rapi.
2. Managemen Asuhan Keperawatan (Dokumentasi Keperawatan)
Pendokumentasianasuhan keperawatan sudah menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi perkembangan pasien. Dari hasil observasi
yang dilakukan pada 15 Rekam medis, didapat 92,9% dilakukan dengan
baik sedangkan 7,1% tidak sesuai, dengan rincian sebagai berikut:
a) Diagnosa keperawatan tidak disusun dengan maksimal sebanyak
71,2%.
b) Dalam

melakukan

tindakan

keperawatan,

mengobservasi respon pasien sebanyak 57,1%.


c) Perawat
belum
merumuskan
diagnose

perawat

tidak

keperawatan

actual/potential/ resiko sebanyak 71,4%.


Berdasarkan observasi tambahan Rekam Medis pasien baru pada
tanggal 20-22 mei 2015 didapatkan, rata-rata perawat melakukan
pengkajian hanya dilakukan pada saat awal masuk pasien, tidak semua
implementasi mengacu pada rencana keperawatan keperawatan, serta
setiap tindakan keperawatan tidak ada evaluasi respon pasien.

Anda mungkin juga menyukai