Anda di halaman 1dari 14

Bab 3.

Ventrikel Fibrilasi, Ventrikel Takikardia tanpa nadi dan


Defibrilasi
Tujuan (slide 2)
Tujuan dari bab ini adalah :

menjelaskan algoritma terapi pada ventrikel fibrilasi (VF) dan VT tanpa


nadi
menjelaskan algoritma terapi pada VF refrakter dan VT tanpa nadi
menjelaskan langkah langkah defibrilasi yang aman

Pendahuluan (slide 3)
Henti jantung menunjukkan keadaan non sirkulatorik dan pada orang
dewasa, hal tersebut disebabkan oleh aritmia sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

VF adalah penyebab paling umum


VT tanpa nadi
PEA
Asistole

Sangat penting untuk dapat mengenali penyebab spesifiknya, karena untuk


VF dan VT tanpa nadi, defibrilasi adalah satu satunya terapi definitif dan
defibrilasi awal memiliki tingkat keberhasilan resusitasi yang lebih tinggi.
EKG strip : VF dan VT (slide 4)
Ini adalah revisi cepat mengenai penampakan VF dan VT pada monitor
defibrilator. Gambaran VF memiliki gelombang EKG yang kacau tanpa ada
pola yang dapat dikenali. VT adalah takikardia dengan kompleks QRS lebar
dengan irama regular. Pada VT polimorfik dengan QRS yang terpuntir (twist)
di sekitar titik isoelektrik. Selalu ingat bahwa pasien apapun dengan sindrom
koroner akut baik unstable angina atau ST elevation myocardial infarction
(STEMI) memiliki resiko yang sama untuk menjadi VF dan VT.

Gambar 3.1 VF

Gambar 3.2 VT

Gambar 3.2 polimorfik VT (Torsade de Pointe)


Ventrikel Fibrilasi/algoritme ventrikel takikardi tanpa nadi (slide 5)
Gambar 3.3 menunjukkan algoritma yang harus diingat setiap peserta ACLS
Dari atas, mulai dengan bantuan hidup dasar dengan menilai respon,
mengaktivasi kode, meminta defibrilator, membuka jalan nafas, mengecek
nadi dan lakukan kompresi dada. Pemberian 2 nafas sekarang telah
dihilangkan dari algoritma untuk mengurangi keterlambatan memulai
kompresi dada.
Pada saat defibrilator datang, tempelkan lead. Hentikan kompresi dada
sementara menilai irama jantung. Jika monitor menunjukkan VF atau VT,
lakukan defibrilasi sekali dengan 150 joule untuk defibrilator bifasik atau 360
joule pada defibrilator monofasik.
Setelah kejut listrik pertama, apapun irama pasien, lanjutkan kompresi dada
selama 1 menit. hal ini dikarenakan, segera setelah kardioversi berhasil,
kontraksi jantung menjadi lemah, sehingga pemberian kompresi dada akan
memperbaiki curah jantung (cardiac output) hingga jantung kembali ke
kontraksi normal. Setelah 1 menit, atau lebih cepat jika pasien menunjukkan
perbaikan perfusi (seperti mengeluarkan suara atau menggerakkan anggota
badan) hentikan kompresi dada, dan cek irama jantung serta nadi. Jika
sirkulasi spontan telah kembali, nilai tanda tanda vital pasien, berikan
bantuan nafas, gunakan obat obatan yan gsesuai dengan irama dan kondisi
pasien, serta lakukan EKG 12 lead, rontgen dada, dan pemeriksaan lanjutan
yang diperlukan. Mulai berikan infus amiodarone 1 mg/menit selama 6 jam
dilanjutkan 0.5 mg/menit selama 18 jam (atau infus lignocaine 1 2 mg /

menit selama 24 jam). Mulailah perawatan pasca henti jantung jika fasilitas
dan spesialis tersedia (dijelaskan pada rangkuman) dan rencanakan transfer
ke ruang perawatan intensif.
Jika didapatkan PEA atau asistol, mulai resusitasi jantung paru dan lakukan
manajemen segera. Kita akan mendiskusikan keadaan ini pada bab yang
berbeda. Ingat : jangan lakukan defibrilasi jika irama bukan VF atau VT.
Gambar 3.3 Algoritma Ventrikel Fibrilasi/Ventrikel Takikardia tanpa
Nadi
Henti jantung pada dewasa
Buka jalan nafas
Berikan ventilasi
Mulai kompresi dada

SurveiSaat
ABCDdefibrilator
primer, nilai sudah
irama tersedia, tempelkan lead dan segera an
VF/VT tanpa nadi

Defibrilasi 1x (150 J bifasik atau 360 monofasik)

CPR selama 1 menit


Ritme jantung setelah kejut listrik pertama?

VF/VT rekuren atau persisten


Kembalinya sirkulasi spontan (ROSC)

PEA
(lihat kuliah tentang PEA)

Nilai Ke
tanda
vital 3.4
gambar
Catatan :
Berikan bantuan jalan nafas dan pernafasan
CPR harus tetap diteruskan sepanjang waktu
Berikan obat obatan yang sesuai untuk tekananHentikan
darah, denyut
jantung
dan untuk
irama menilai irama
CPR singkat
hanya
Kirim ke CCU/ICU

Algoritme VF refrakter VT tanpa nadi (Slide 6)


Gambar 3.4 adalah algoritma untuk manajemen VF refrakter/VT tanpa nadi.
berikut adalah prioritas dalam manajemen VF refrakter/VT tanpa nadi :
1. Siklus shock CPR
Setelah kejut listrik (shock) pertama lanjutkan kompresi dada selama 1
menit sebelum menilai ritme jantung. Jika pasient tetap VF atau VT,
lakukan shock lagi dan lanjutkan kompresi dada selama 1 menit. Hal ini
seharusnya diulang dalam pola siklus shock CPR, shock CPR hingga
sirkulasi spontan kembali atau irama berubah menjadi PEA atau asistol.
Energi untuk kejut listrik tidak perlu ditingkatkan pada pengulangan
selanjutnya dan dapat tetap diberikan pada level 150 joule untuk
defibrilator bifasik dan 360 joule untuk defibrilator monofasik.
Kompresi dada harus dilakukan berkesinambungan dan hanya
dihentikan secara singkat untuk menilai irama dan memberikan kejut
listrik.
2. Akses vena dan obat obatan
Secara bersamaan anggota team memasang akses vena dan memulai
infus NS. Obat obatan dapat diberikan segera setelah akses vena
terpasang dan tidak perlu menunggu kejut listrik. Setelah obat
obatan diberikan, kompresi dada harus dilakukan agar obat tersebut
dapat bersirkulasi. Adrenalin diberikan 1 mg (1:10.000) IV bolus cepat
setiap 3 5 menit. amiodarone diberikan pada waktu yang sama
dengan dosis adrenalin pertama dan diberikan 300 mg IV bolus cepat.
Amiodarone dapat diulang sekali setelah 3 5 menit jika VF atau VT
tanpa nadi berulang dan diberikan dengan dosis 150 mg IV bolus
cepat. Lignocaine dapat diberikan sebagai alternatif amiodarone
dengan dosis 50 100 mg IV bolus cepat diulang sekali dengan dosis
yang sama setelah 3 5 menit jika VF/VT tanpa nadi berulang. Dengan
demikian hanya adrenalin yang diberikan berulang kali. Natrium
bikarbona dan buffer lainnya tidak lagi direkomendasikan.
Setelah kembalinya sirkulasi spontan, anti aritmia harus dilanjutkan
sebagai infus. Amiodarone IV 1 mg/menit selama 6 jam dilanjutkan 0.5
mg/menit selama 18 jam ATAU Lignocaine infus IV 1 2 mg/menit
selama 24 jam.
3. Penatalaksanaan jalan nafas definitif

Anggota team resusitasi yang lain mengamankan jalan nafas dan


pernafasan dengan intubasi. Jika tidak dapat melakukan intubasi,
lakukan bantuan nafas dengan BVM. Percobaan intubasi sebaiknya
tidak menghentikan kompresi dada atau defibrilasi. Polimorfik VT
(Torsade de Pointes) diterapi dengan Magnesium sulfat 1 2 mg IV,
dengan terapi elektrik atau overdrive pacing sesuai kebutuhan. Karena
1 menit
Torsade bersifat polimorfik, kardioversi sinkronisasi mungkin tidak
dapat dilakukan sehingga pasien diberikan kejut listrik nonsinkronisasi.
Gambar 3.4 VF/VT tanpa nadi refrakter

ROSC perawatan pas

Terapi obat
Saat IV/IO/akses vena sentral terpasang,
Adrenalin 1 mg bolus setiap 3 5 menit
VT/VF refrakter
Amiodarone 300 mg bolus ulangi
amiodarone 150 mg bolus Sekali setelah 3 5 menit
Pertimbangkan intubasi
Manajemen Penyebab Reversibel
5H dan 5T

Jika VT/VF
Shock 150J

Defibrilasi (slide 7)
Sekarang, kita lanjutkan pada langkah langkah untuk melakukan defibrilasi
yang aman. Saat ini, sebagian besar defibrilator berjenis bifasi. Defibrilator
dapat berfungsi dengan baterai sehingga tidak memerlukan arus listrik
hingga 1 2 jam.

Putar knob searah jarum jam untuk menghidupkan alat. Jika anda
menggunakan defibrilator bifasik putih-biru, JANGAN putar knob AED jika
Catatan
:
anda bukan tenaga kesehatan berlisensi untuk mengoperasikan
AED.
Urutan tindakan : shock CPR, sho
Pelatihan untuk AED merupakan pelatihan terpisah.

Obat-obatan harus diberikan saat


Pemberian obat-obatan harus diiku
Energi defibrilasi tidak perlu diting
*alternatif lignocaine 50 100 mg
Perawatan pascca henti hantung t

Gambar 3.5 defibrilator bifasik


Petunjuk Mengoperasikan Defibrilator (slide 8)
Beberapa defibrilator memiliki paddle yang juga berfungsi sebagai lead
monitor. Namun kami menyarankan anda untuk menempelkan 3 lead EKG
dan pilih lead II untuk monitor irama jantung

Gambar 3.6 Pilihan lead II


Mengenali irama Shockable (slide 9)
Segera setelah lead ditempelkan, lihat monitor. Ada 2 irama jantung yang
dapat dishock yang harus dikenali segera yaitu, VF dan VT.

Gambar 3.7 VF

Gambar 3.8 VT

Jelly Konduksi/Pads (slide 10)


Saat irama shockable teridentifikasi, bersiaplah untuk prosedur defibrilasi
dengan menempelkan pads konduksi ke dada pasien. Pads membantu
memaksimalkan transfer energi ke jantung dan mencegah luka bakar pada
kulit. Saat menggunakan jeli, pastikan tidak ada sisa jeli di dada.
Selama latihan dengan manekin, jangan tempelkan pads konduksi karena
kondisi yang lembab mengakibatkan percikan api.

Gambar 3.9 Pads konduksi


Posisi Paddle (slide 11)
Paddle defibrilator didesain dengan label sternum dan apex.
Paddle sternum diletakkan pada regio infra klavikular, tepat di sebelah
sternum dan tepat di bawah klavikula. Paddle apex diletakkan pada apeks
jantung, pada area lateral inferior dari puting.
Pada manekin, posisi ini ditunjukkan dengan tombol metal.

Gambar 3.10 tombol metal


pada manekin menunjukkan
posisi paddle sternum dan
apeks

Gambar 3.11 Paddle sternum


dan apeks diletakkan di
dinding dada

Algoritme ACLS VF dan VT tanpa nadi (slide 12)


Untuk memulai defibrilasi, putar knob ke 150 joule bifasik. Pada pengaturan
standar, tombol SYNC tidak menyala (OFF)

Gambar 3.12 defibrilator bifasi : pilih energi standar (150 J)

Mengisi daya defibrilator (charge) (slide 13)


untuk mengisi daya defibrilator, tekan tombol kuning atau tombol nomor 2.
Jika pengisian daya sudah selesai, tingkat energi akan tampak di monitor dan
alarm akan berbunyi.
Untuk tujuan keamanan, angkat paddle dari tempatnya hanya setelah
pengisian daya selesai.

Gambar 3.13 tekan tombol


charge (pengisian daya)

Gambar 3.14 defibrilator


bifasik telah diisi daya pada
level energi 150 J

Cara memegang paddle yang aman (slide 14)

Gambar 3.13 tekan tombol


charge (pengisian daya)

Gambar 3.16 jaga jarak antara


paddle yang terisi daya

Paddle pada dada pasien (slide 15)


Setelah mengidentifikasi posisi, letakkan dan tahan paddle sternum dan
apeks pada dinding dada dengan kuat. Kami sangat menyarankan anda
menggunakan kedua jari telunjuk untuk menekan tombol discharge (melepas
daya) dan tempatkan ibu jari dan jari lainnya di bawah pegangan paddle.
Posisikan jari anda namun JANGAN lakukan defibrilasi terlebih dahulu.
Selama latihan dengan manekin, pastikan bahwa paddle berhubungan
dengan tombol metal pada manekin, jika tidak akan terjadi percikan api.

Gambar 3.17 jari telunjuk


bersiap untuk menekan
tombol discharge sementara
ibu jari dan jari lainnya

Gambar 3.18 pastikan paddle


terhubung dengan tombol
metal pada manekin, jika tidak
maka akan timbul percikan api

Keselamatan diri dan anggota team (slide 16)


Untuk memastikan keamanan anda dan anggota team, lakukan pencegahan
sebagai berikut :

Lihat sekeliling, ke belakang dan terikan Stand clear


Pastikan tidak ada satu orang pun, termasuk anda sendiri, yang kontak
dengan pasien atau bed.
Lihat kembali pada monitor untuk mengkonfirmasi bahwa VF dan VT
masih ada. Ingat bahwa kadang kadang irama tersebut dapat
berubah, dan anda tidak melakukan shock pada pasien yang tidak lagi
memiliki irama VF atau VT.

Gambar 3. 19 lihat sekeliling, ke


belakang dan teriakkan stand
clear

Gambar 3. 20 pastikan tidak


ada satu orangpun, termasuk
anda, yang memiliki kontak
dengan tubuh pasien atau
bed/troli

Defibrilasi (slide 17)


Dengan mata tertuju pada monitor, lakukan defibrilasi dengan menekan
tombol discharge berwarna oranye secara bersama sama.
Setelah shock pertama lakukan kompresi dada selama satu menit sebelum
menilai irama atau nadi.

Gambar 3.21 tekan tombol


oranye secara bersama - sama

Gambar 3.21 lakukan defibrilasi


dengan aman

Saran terakhir mengenai keamanan (slide 18)


Resusitasi biasanya ada dalam situasi penuh tekanan dan kacau dengan
demikian kami perlu menekankan pentingnya melakukan defibrilasi dengan
aman sekali lagi.
Di setiap saat, melakukan pengisian daya (charge) dan defibrilasi harus
dilakukan dengan paddle terpasang di defibrilator atau pada dada pasien.
JANGAN menekan tombol charge atau discharge dengan paddle di
udara (tidak menempel). JANGAN memegang kedua paddle dengan
satu tangan.
Berbagai tindakan defibrilasi yang anda lihat di serial televisi dikerjakan
dengan tidak aman dan tidak sesuai prosedur, sebagai contoh, menggosok
sisi metal permukaan paddle bersama untuk membagi jel konduksi, atau
memberikan kejut listrik pada pasien asistol. Jangan tiru tindakan tidak aman
tersebut pada pelatihan ACLS anda atau pada saat resusitasi.

Gambar 3.23 Pengisian daya


(charge) harus dilakukan pada
saat paddle masih terpasang di
defibrilator

Gambar 3.24 garis lurus di


bagian kiri layar menunjukkan
pelepasan energi

Beberapa hal yang harus diingat pada bab ini


Setiap kali irama monitor berubah, cek nadi karotis. Irama monitor yang
tampak seperti irama sinus belum tentu didapatkan nadi. Hal ini disebabkan
karena jantung dapat memiliki aktifitas kelistrikan namun tidak
menghasilkan nadi, kondisi ini disebut PEA (pulseless electrical activity).

Rangkuman (slide 20)


Secara ringkas, VF adalah aritmia yang paling sering mengakibatkan henti
jantung. Defibrilasi adalah satu satunya terapi definitif untuk VF dan VT
tanpa nadi. Semakin cepat defibrilasi dilakukan, semakin tinggi kemungkinan
keberhasilan dan kembalinya sirkulasi spontan.

Anda mungkin juga menyukai