Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK ANALISA

LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN BOLA


KAMPUS UPN VETERAN YOGYAKARTA, KECAMATAN
DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
Kevin Gardo Bangkit Ekaristi
115.130.094
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
kevin.gardo@gmail.com

INTISARI
Metode geomagnetik adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang tidak destruktif
dan tergolong metode pasif. Akuisisi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu metode
akuisisi satu alat dan metode akuisisi dua alat. Pada penelitian kali ini digunakan metode
akuisisi satu alat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis litologi bawah permukaan
pada lapangan bola kampus UPN Veteran Yogyakarta. Penelitian dilakukan di lapangan
bola kampus UPN Veteran Yogyakarta dengan koordinat easting 434794 UTM sampai
434906 UTM dan koordinat northing 9141842 UTM sampai 9141919 UTM.
Pengambilan data dilakukan pada hari Minggu, 5 April 2015 pada pukul 10:00 WIB
hingga pukul 11:00 WIB. Data yang diperoleh pada saat pengukuran adalah nilai
intensitas kemagnetan pada lintasan pengukuran. Data lapangan yang telah didapatkan
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk memperoleh nilai
variasi harian pada daerah tersebut. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan metode
satu alat dan diperoleh nilai intensitas kemagnetan maksimal pada lintasan sebesar 1277,4
nT dan nilai intensitas kemagnetan minimal pada lintasan sebesar -55,05 nT.
Kata kunci : Geomagnetik, UPN Veteran Yogyakarta, Metode Looping, Yogyakarta

1. PENDAHULUAN
Metode geomagnetik adalah salah
satu metode eksplorasi geofisika yang
didasarkan pada pengukuran terhadap
sifat
kemagnetan
batuan.
Nilai
kemagnetan batuan merupakan salah
satu parameter yang penting dalam
metode
ini.
Di samping nilai
kemagnetan
utama
bumi
dan
kemagnetan luar bumi.
Pada penelitian kali ini, data yang
digunakan adalah data lapangan
langsung. Akuisisi data dilakukan
dengan menggunakan metode satu alat.
Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan alat proton precession

meter Geomterics dengan seri G-856AX.


Beberapa alat penunjang lain seperti
kompas geologi, meteran, dan GPS
Garmin
digunakan
juga
untuk
menunjang penelitian. Alat proton
precession meter sendiri digunakan
untuk mengukur nilai kemagnetan
batuan dan arah persebaran kemagnetan
batuan pada daerah penelitian.
Maksud dari acara lapangan kali
ini adalah untuk memahami lebih lanjut
cara akuisisi data di lapangan dan
membuat peta dari data lapangan dengan
menggunakan software Oasis Montaj.
Sedangkan tujuan dari acara ini adalah
untuk mendapatkan peta TMI, peta RTP,
dan
peta
Upward Continuation.
Kemudian analisis dibuat berdasarkan
peta peta yang telah didapatkan.

2.3. Intensitas Kemagnetan

2. DASAR TEORI
2.1. Gaya Magnetik
Gaya magnetik didasarkan pada
gaya Coulomb antara dua partikel
bermuatan yang terpisah pada jarak
tertenu. Selain itu ada permeabilitas
ruang hampa yang memiliki pengaruh
terhadap gaya magnetik yang tercipta.
Persamaan yang terbentuk untuk
menghitung gaya magnetik adalah
sebagai berikut:

F=k

q 1. q 2
m 1. m2
=k
2
2
r
0r
(1)

Dengan F adalah gaya Coulomb, q


adalah besar muatan partikel, m adalah
massa partikel, r adalah jarak pisah
antara dua partikel, k adalah konstanta
(9x109 Nm2/C2 )dan 0 adalah
permeabilitas ruang hampa (4 x 10 -7
Wb / A.m).
2.2. Kuat Medan Magnet
Kuat medan magnet (H) pada
suatu titik yang berjarak r dari titik
bermassa m dapat didefinisikan sebagai
gaya
persatuan
kutub
magnet.
Persamaan untuk menghitung H dapat
dijabarkan sebagai berikut :

H=

F
m
=
m 0 r 2
(2)

Dengan H adalah kuat medan


magnet, F adalah gaya magnet, r adalah
jari jari medan magnet, m adalah
massa partikel, dan 0 adalah
permeabilitas ruang hampa.

Sejumlah benda-benda magnet


dapat dipandang sebagai sekumpulan
benda magnetik. Apabila benda magnet
tersebut diletakkan dalam medan luar,
benda tersebut menjadi termagnetisasi
karena induksi. Dengan demikian,
intensitas
kemagnetan
dapat
didefinisikan
sebagai
tingkat
kemampuan menyearahkan momenmomen
magnetik
dalam
medan
magnetik luar dapat juga dinyatakan
sebagai momen magnetik persatuan
volume.

M mlr
I

V
V

(3)
Satuan magnetisasi dalam cgs
adalah gauss atau emu. Cm-3 dan dalam
SI adalah A/m.

3. METODOLOGI
Waktu penelitian dilaksanakan
pada hari Minggu, 5 April 2015 pukul
10:00 WIB. Lokasi penelitian bertempat
di
lapangan
bola
Universitas
Pembangunan
Nasional
Veteran
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Cuaca pada saat
penelitian cerah dengan sedikit awan.
Lintasan
pengambilan
data
dibentangkan dengan spasi 5 meter
setiap titiknya.
Alat yang digunakan dalam
akuisisi data adalah PPM seri G-856X,
GPS Garmin, Kompas Geologi,
Meteran, dan Baterai Timbal. PPM
berguna untuk menangkap intensitas
medan magnet di lokasi penelitian. GPS
Garmin digunakan untuk mendapatkan
koordinat titik pengukuran di lokasi.
Kompas
geologi
berguna
untuk
mendapatkan arah azimuth lintasan
pengukuran. Meteran digunakan untuk
mendapatkan panjang lintasan dan
sebagai acuan garis lintasan. Dan baterai
timbal sebagai sumber daya untuk alat
PPM.

Gambar 1 Alat alat yang Digunakan


untuk Akuisisi (sumber : Pandito Adinegara)

3.1 Diagram Alir Pengambilan Data

Gambar 3 Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 2 Diagram Alir Pengambilan Data

Berdasarkan Gambar 2, pengambilan


data diawali dengan :
1. Mencari informasi geologi lokal dan
regional.
2. Menentukan arah lintasan, panjang
lintasan, dan pembentangan lintasan.
3. Melakukan akuisisi data magnetik.
4. Melakukan koreksi - koreksi terhadap
data lapangan.
5. Analisis data lapangan.
3.2. Diagram Alir Pengolahan Data

Berdasarkan Gambar 3, tahap tahap


pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Data lapangan diolah dengan
menggunakan software Microsoft Excel.
Untuk mendapatkan nilai H rata rata,
IGRF, variasi harian, dan Ha.
2. Membuat grafik variasi harian
terhadap waktu dan grafik Ha terhadap
titik pengukuran.
3. Peta TMI, peta RTP, dan peta Upward
Continuation
dibuat
menggunakan
Software Geosoft Oasis Montaj.
4. Analisis data dilakukan berdasarkan
peta peta dan grafik yang telah dibuat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik Ha vs Posisi Line 14

Ha (nT)

1000
500
0
-500
-1000
-1500
-2000

Posisi (X,Y)
Ha

Gambar 4 Grafik Ha vs Posisi pada Line 14

Grafik Ha vs Posisi di atas


menunjukkan nilai Ha yang cukup
fluktuatif. Terdapat penurunan secara
bertahap dari titik pertama hingga titik
ke 5. Kemudian grafik naik lagi secara
bertahap hingga titik ke 9. Pada titik ke
10 terjadi pemerosotan nilai Ha yang
cukup banyak hingga pada nilai
-1509,65 nT. Kemudian naik secara
drastis lagi pada titik ke 11 dengan nilai
89,8786 nT. Hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya suatu batuan yang
mempunyai nilai diamagnetik yang
tinggi. Hal ini dimungkinkan adanya
batuan dengan kandungan kuarsa yang
tinggi hasil dari erupsi gunungapi purba
Semilir dan gunungapi Merapi.

WAKTU vs VarHar
0
0.42792824074074076
-10

VarHar (nT)

-20
-30

Waktu
VarHar

Gambar 5 Grafik Waktu vs Variasi Harian


pada Line 14

Grafik di atas menunjukkan nilai


variasi harian yang semakin menurun
seiring berjalannya waktu pengukuran.
Nilai variasi harian terus berkurang dari
pukul 10:18 WIB hingga pukul 10:32
WIB. Secara teori, seharusnya nilai
variasi harian terus meningkat hingga
tengah hari. Kemungkinan alat yang
digunakan
memiliki
gangguan
pembacaan
sehingga
data
yang
dihasilkan tidak sesuai dengan teori
yang ada.

Gambar 6 Peta TMI (Total Magnetic


Intensity)

Peta di atas adalah peta


intensitas magnetik hasil observasi. Peta
tersebut dibuat dengan menggunakan
data lapangan yang telah dikoreksi pada
beberapa bagian. Terlihat kontras warna
dari biru tua hingga merah muda pada
bagian skala warna.
Pada kontras warna biru tua
hingga biru muda (24,6 nT hingga 198,5
nT)
menunjukkan
rentang
nilai
intensitas rendah. Pada kontras warna
hijau tua hingga hijau muda (198,5 nT
hingga 357,8 nT) menunjukkan rentang
nilai intensitas sedang. Dan pada kontras
warna kuning hingga merah muda
(357,8 nT hingga 1337,1 nT)
menunjukkan rentang nilai intensitas
tinggi.
Pada line kelompok 14 sebagian
besar terdapat pada daerah dengan
intensitas tinggi. Jika dikaitkan dengan
kondisi geologi regional dan lokal, dapat
ditarik pendugaan sementara mengenai
kondisi litologinya. Pada daerah dengan
intensitas tinggi, kemungkinan terdapat
batuan beku hasil aktivitas gunungapi
purba pada formasi Semilir dan
gunungapi Merapi.

Gambar 7 Peta Reduction to Pole

Peta Reduction to Pole di atas


adalah peta TMI yang telah mengalami
reduksi kea rah kutub. Sifat dipole pada
peta TMI diubah menjadi monopole. Hal
ini bertujuan agar posisi batuan dan
sumber medan magnet dapat diketahui
secara lebih akurat.
Pada kontras warna biru tua
hingga biru muda nilai intensitas yang
ditampakkan rendah (-1128,2 nT hingga
-473,9 nT). Kontras warna biru muda
hingga hijau tua menunjukkan nilai
intensitas sedang (-473,9 nT hingga 43,8
nT). Dan kontras warna kuning hingga
merah muda menunjukkan nilai
intensitas tinggi (43,8 nT hingga 2743,5
nT).
Pada peta RTP daerah line 14,
terdapat perbedaan yang sangat banyak
jika dibandingkan dengan pada peta
TMI sebelumnya. Hal ini ditandai
dengan kontras warna biru yang
semakin banyak pada peta RTP line 14.
Ini menunjukkan bahwa pengaruh
perlakuan reduksi ke kutub akan sangat
banyak berpengaruh terhadap analisis
data. Pengaruh dua kutub magnetik
bumi akan sangat berpengaruh terhadap
pembacaan nilai intensitas magnet yang
ada.

Gambar 8 Peta Upward Continuation

Peta RTP yang telah dibuat


kemudian dikontinyuasi ke atas. Peta
kontinyuasi ke atas ini dilakukan setiap
interval 5 meter. Kontinyuasi dilakukan
dari datum 5 meter hingga datum 25
meter.
Terlihat perbedaan dari datum 5
meter hingga datum 25 meter. Pada
datum 5 meter, nilai yang terbentuk
masih agak heterogen. Sedangkan
semakin peta diangkat ke datum yang
lebih tinggi, nilai yang tampak semakin
homogen hingga pada datum 25 meter.
Pada line 14, tidak terdapat
perubahan nilai intensitas di sekitar
lintasan. Nilai intensitas tetap pada
intensitas tinggi. Hanya saja terdapat
perubahan pada kontur warnanya.
Sedangkan pada line lainnya cukup
banyak terjadi perubahan rentang nilai
berdasarkan kontras warna pada
lintasannya. Beberapa line yang semula
didominasi dengan nilai intensitas
sedang, setelah dibawa ke datum yang
lebih tinggi, nilai intensitasnya sama rata
antara intensitas rendah, sedang, dan
tinggi pada lintasan tersebut.

5. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data yang ada


dan analisis terhadap peta yang telah
dibuat,
dapat
ditarik
beberapa
kesimpulan :

Pada grafik Variasi Harian


vs Waktu Pengkuran, nilai
yang
didapatkan
terus
mengalami penurunan.
Pada peta TMI, didapatkan
persebaran nilai intensitas
tinggi pada bagian utara
peta dan nilai intensitas
rendah pada bagian selatan
peta.

Pada peta RTP, terdapat


perbedaan dengan peta TMI
pada kontras warna dan
pada nilai intensitas yang
tergambarkan.
Hal
ini
dikarenakan
pengubahan
sifat monopole dari sifat
dipole yang ada pada peta
TMI.

6. DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum Metode Geomagnetik
Laboratorium Geofisika Eksplorasi
tahun ajaran 2014/2015. Universitas
Pembangunan
Nasional
Veteran
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai