Chapter II1
Chapter II1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
Salah satu domain perilaku kesehatan adalah pengetahuan. Pengetahuan
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo,
2003).
Ada beberapa langkah / proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah
itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial).
Pada tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya. (Notoatmodjo, 2003).
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode prinsip dsb.
4. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap teori yang
ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
2.2
Pengertian Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau
dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar
terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan terdiri dari beberapa
tingkat yaitu:
2.2.1 Presepsi
Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
2.2.3 Mekanisme
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau
ajakan orang lain.
2.2.4 Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu
telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut
(Notoatmodjo, 2007).
2.3.
Gout
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol
kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut,
lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa
sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik
yang
ditandai
oleh
meningkatnya
konsentrasi
asam
urat
(hiperurisemia).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun
idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder
disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan
tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab
primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang
jelas.(Putra, 2009)
2.3.2. Etiologi
2.3.2.1 Hiperurisemia dan Gout primer
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas
diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia
primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena
berlebih
dapat
disebabkan
karena
keadaanyang
menyebabkan
peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel.
Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk
IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia
2.3.3
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah
2.3.3.1 Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali
sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai
dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau
pola makan dan konsumsi alkohol.(Wibowo, 2005)
2.3.3.4. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.
Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia,
dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat
untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor
pelindung. (Purwaningsih, 2005)
2.3.3.5. Obat-obatan
Beberapa
obat-obat
yang
turut
mempengaruhi
terjadinya
diuretik
dapat
"disembuhkan"
dengan
menyesuaikan
dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan
infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi
dan penggunaan diuretik
secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed
care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan
perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65
tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada
pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi
datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi
50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun. ( Luk, 2005)
2.3.4
Gambaran klinis
b. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tandatanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa
keluhan.(Putra, 2009)
pada usia yang sama, meskipun terapi penggantian hormon mungkin menipiskan
peningkatan ini. Wanita postmenopause, khususnya mereka yang menerima
diuretik, dapat berkembang menjadi arthritis yg menyebabkan encok dan tofi di
Heberden dan Bouchard's node osteoarthritic mereka. Pasien Lansia dengan gout
belum diakui dapat berlanjut secara statis terhadap penyakit sendi seperti: simetris
polyarticular, inflamasi yang seperti rheumatoid arthritis, lengkap dengan nodulnodul dan sebagainya.(Luk, 2005)
penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas buffer pada
sendi dengan gout, gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan
kristal monosodium urat pada sendi. (Luk, 2005)
.
2.3.6.1 Aktivasi komplemen
Kristal urat dapat mengaktifkan system komplemen melalui jalur klasik
dan jalur alternative. Melalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa
peran immunoglobulin. Pada keadaan monosodium urat tinggi, aktivasi system
komplemen melalui jalur alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi
C1q melalui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut dengan
mengaktifkan Hageman factor (Faktor XII) yang penting dalam reaksi kaskade
koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a) merupakan proses opsonisasi.
Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut
mudah untuk dikenal, yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh
neutrofil, monosit dan makrofag. Aktivasi komplemen C5 (C5a) menyebabkan
peningkatan aktivitas proses kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta
pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF. Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan
pembentukan membrane attack complex (MAC). Membrane ini merupakan
komponen akhir proses aktivasi komplemen yang berperan dalam ion chanel yang
bersifat sitotoksik pada sel patogen maupun sel host. Hal ini membuktikan bahwa
melalui jalur aktivasi cascade komplemen kristal urat menyebabkan proses
peradangan melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel radang neutrofil dan
makrofag.(Putra, 2009)
berbagai cara sehingga menimbulkan respon fungsional sel dan gene expression.
Respon fungsional sel radang tersebut antara lain berupa degranulasi, aktivasi
NADPH oksidasi gene expression. Sel radang melalui jalur signal transduction
pathway dan berakhir dengan aktivasi transcription factor yang menyebabkan gen
berekspresi dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan mediator kimiawi lain.
signal transduction pathway melalui 2 cara yaitu: dengan mengadakan ikatan
dengan reseptor (cross-link) atau dengan langsung menyebabkan gangguan
nonspesifik pada membrane sel. (Putra, 2009)
Ikatan dengan reseptor pada sel membrane akan bertambah kuat apabila
kristal
urat
berikatan
sebelumnya
dengan
opsonin,
misalnya
ikatan
immunoglobulin (Fc dan IgG) datau dengan komplemen (C1q C3b). Kristal urat
mengadakan ikatan cross-link dengan berbagai reseptor, seperti reseptor adhesion
molecule (integrin), nontyrosin kinase, reseptor Fc, komplemen dan sitokin serta
aktivasi reseptor melalui tirosin kinase dan second messenger akan mengaktifkan
transcription factor.
Asam ribonukleat dari sel
Diet
Purin
Hipoxantin
Xantin oksidase
Xantin
Xantin oksidase
Asam Urat
Ginjal
Urin
Keterangan :
Fagositosis Kristal
leukosit #
gout
Peradangan
dan kerusakan jaringan
@ Alupurinol
# Kolkisin
Probenesid
OAINS
j.
secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.
urat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat
diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah
mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada
Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin
dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain. (Putra,
2009)
Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi, susu