Anda di halaman 1dari 17

BAB II

HASIL KUNJUNGAN

2.1 Informasi Umum Perusahaan


2.1.1.
Sejarah Perusahaan
Perusahaan Dagang (PD) Hasil Bumi merupakan perusahaan yang
memproduksi tahu dari bahan baku kedelai. PD. Hasil Bumi didirikan oleh Bapak
Nasirin pada 13 Juli 2007 yang berlokasi di Jl. Raya Sawangan, Depok, luas pabrik
12 x 10 m2. Sejak tahun 2007 hingga saat ini, produksi, pengembangan serta
pemasaran dilakukan pada lokasi tersebut. PD. Hasil Bumi sempat mengalami
kebangkrutan, namun mulai berproduksi baik kembali 2 tahun belakangan ini,
hingga memiliki 1 cabang yang berlokasi tidak jauh dari pabrik utama.

Gambar 2.1 Logo Perusahaan


2.1.2.

Struktur Organisasi dan Karyawan


PD. Hasil Bumi pada dasarnya tidak memiliki struktur organisasi. Pemilik

sekaligus pemimpin perusahaan, Bapak Nasirin, kedudukannya langsung berada di


atas karyawan-karyawannya. Bapak Nasirin sempat membuat struktur organisasi,
seperti bendahara, sekretaris, pemasaran dan sebagainya. Namun, dengan adanya
stuktur tersebut, perusahaan ini semakin mengalami penurunan produksi dan
menghadapi beberapa masalah. Sehingga Bapak Nasirin memutuskan untuk
memimpin dan turun langsung atas perusahaan termasuk para karyawan.
Awal berdirinya usaha ini, hanya terdiri dari 2 pekerja, namun seiring
berjalannya waktu, hingga saat ini perusahaan memiliki 45 pekerja, yang terdiri dari
42 laki-laki dan 3 perempuan. Para karyawan terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
perendaman dan penggilingan 3 orang, memasak dan mengendapkan 2 orang,
menyendok 6 oran, mengkukus 6 orang, mengkupas 6 orang, cetak tahu 2 orang,

kebersihan 1 orang, mencuci bak 1 orang, boiler 1 orang, pengiriman (supir) 3


orang, kenek 6 orang, mekanik 1 orang, sisanya libur.
Rata-rata tingkat pendidikan para pekerja merupakan tamatan SD dan SMP.
Jam kerja yang diberlakukan secara umum mulai dari jam 07.00 WIB s.d 16.00
WIB, namun jam kerja tergantung dari pemesanan tahu dan pengiriman ke pasarpasar. Para karyawan bekerja tanpa pembagian jam kerja (shift). Sistem upah pada
perusahaan ini dihitung per hari kerja, ditambah dengan uang makan. Para karyawan
bekerja hampir setiap hari, untuk hari libur diserahkan kembali kepada pekerja, tidak
ditetapkan oleh perusahaan.
2.1.3.
Bahan Baku dan Alat/Mesin Produksi
Bahan baku utama pembuatan tahu adalah biji kedelai kwalitas super (Cap
Tiga Roda). Kedelai hanya dipilih yang berkwalitas super, karena jika tidak, hasil
akhir tahu akan buruk dan kasar. Selain kedelai, terdapat bahan tambahan yang
diberikan yaitu Antoba, BPZ, Gam dan garam. Antoba yang ditambahkan pada taji
kedelai, berdasarkan saran yang diberikan saat pemilik perusahaan mendapatkan
pembinaan dari Institut Pertanian Bogor.
2.2 Sanitasi Industri Perusahaan
Sanitasi lingkungan merupakan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia
terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Secara umum, sanitasi di
lingkungan pabrik kurang baik.

Gambar 2.2 Lingkungan Pabrik


Pada tempat penampungan karung-karung kedelai, terdapat banyak debu dan
banyak lalat diatas karung-karung biji kedelai. Selain itu, ruangan juga tampak kotor
dan sempit. Disisi lain atap ruangan sangat pendek sehingga karyawan akan mengalami
kesulitan jika ingin mengambil atau menaruh karung-karung tersebut.

Tempat perendaman biji kedelai, lantainya berlapis semen namun lantai licin dan
tidak ada keset. Selain itu, terdapat jemuran pakaian basah karyawan tepat diatas
tempat perendaman kedelai. Di bagian atas pojok ruangan juga terdapat power supply,
padahal ruangan ini merupakan tempat perendaman (kontak dengan air), sehingga dari
segi keamanan dapat membahayakan kesehatan karyawan.

Gambar 2.3 Tempat penampungan karung kedelai

Gambar 2.4 Tempat perendaman biji kedelai

Saluran pembuangan limbah tahu dari tiap bagian alur produksi juga kurang
terjaga kebersihannya. Terdapat banyak sampah seperti kemasan minuman dan
makanan, besi berkarat dan beberapa pipa paralon. Selain itu, parit limbah pada bagian
belakang pabrik juga tersumbat dan banyak sampah, sehingga dapat menjadi sumber
kuman. Limbah tahu dibuang langsung ke sungai, menurut pemilik perusahaan,
penangan limbah tersebut memang masih dalam proses. Untuk tempat pembuangan
sampah, tidak dibuat satu lokasi, sehingga sampah tersebar dimana-mana.

Gambar 2.5 Saluran pembuangan limbah

Gambar 2.6 Tempat pembuangan sampah


Pabrik ini memiliki kamar mandi yang tidak terawat kebersihannya. Lokasi
kamar mandi terpisah dari lokasi pabrik 12 m. Kamar mandi terdiri dari 2 ruangan,
dengan kondisi air berbau dan tidak bening, lantai kamar mandi juga licin. Di sekitar
kamar mandi, terdapat pembuangan sampah.

Gambar 2.7 Kamar mandi


2.3 Alur Produksi dan Kapasitas Produksi
Luas bangunan produksi 12x10 m2 terdiri dari tempat produksi, 1 kantor dan
dapur. Selain itu, terdapat beberapa kamar di luar tempat produksi berukuran 2,5x3 m
per kamarnya. Kamar-kamar tersebut digunakan oleh karyawan.
Bahan baku yang digunakan dalam sehari 3-4 ton kedelai, namun jumlah
tersebut tidak menentu, tergantung pemesanan dan kondisi pasar. Berikut proses-proses
alur produksi PD. Hasil Bumi :

pMd
ceidan
anxse
ngepotb
tergkau
mnlait
ndkbi
dagbukt
tpasdj
uanhilk
nkad
ten
adb
jea
ak
u

i
i
a

e
e r ya
kr
ge
ai
n si n
a
e j
a eii
a
e
e

rn
m

t
d i
j
e j
a
i

a
e

l
i
i

i g
d

l
i

Gambar 2.8 Alur produksi

1. Pasokan bahan baku

Gambar 2.9 Karung yang berisi kedelai


Bahan baku pembuatan tahu di PD. Hasil Bumi adalah kedelai. Kedelai
yang dipilih merupakan kedelai kwalitas super. Kedelai tersebut dikeluarkan dari
karung lalu ditimbang. Kedelai yang dipakai dalam sehari tidak menentu,
tergantung dari permintaan pasar, rata-rata 4-5 ton per hari.
2. Perendaman dan penyaringan kedelai

Gambar 2.10 Perendaman biji kedelai (kiri) dan kedelai yang sudah disaring
(kanan)
Setelah ditimbang, biji kedelai direndam 2 jam. Biji kedelai yang
direndam diharapkan akan lebih lunak (mekar). Setelah direndam, biji kedelai
disaring agar terpisah dari air rendaman, lalu ditampung kembali. Biji kedelai
yang sudah disaring siap untuk dimasukan ke dalam penggilingan.
3. Penggilingan kedelai

Gambar 2.11 Penggilingan kedelai (kiri) dan hasil kedelai yang digiling (kanan)
Kedelai yang sudah disaring, lalu dimasukan ke dalam mesin penggilingan.
Mesin penggilingan tersebut membuat kedelai menjadi bentuk yang lebih halus
dibandingkan sebelumnya.
4. Mixer dan perasan

Gambar 2.12 Proses (mixer) dan perasan taji kedelai


Setelah itu, hasil penggilingan kedelai dicampur dengan air panas. Tujuan
pada tahap ini adalah untuk menghasilkan taji kedelai. Campuran tersebut lalu
diperas untuk dipisahkan antara taji kedelai dan ampas. Lali, taji kedelai masuk
ke bak penampungan, sedangkan ampas dipisahkan. Amapas akan dikumpulkan
untuk dijual kembali ke peternak sapi di Bandung. Peternak akan mengambil
ampas tahu setiap 3 hari sekali.
5. Perebusan taji kedelai

Gambar 2.13 Perebusan taji kedelai

Taji kedelai selanjutnya direbus dengan tenaga uap 100 C dan diaduk
berkala secara manual oleh pekerja. Selain itu, taji santan juga diberikan bahan
tambahan yaitu Antoba. Takarannya 1 kwintal kedelai = 1 L Antoba. Perebusan
ini selama 15 menit dan dapat menghasilkan 700L.
6. Penyaringan taji kedelai

Gambar 2.14 Penyaringan taji kedelai setelah direbus


Taji kedelai dari perebusan dialirkan melalui pipa ke penampungan taji
kedelai, yang selanjutnya akan disaring lagi.
7. Pengendapan taji

Gambar 2.15 Pengendapan taji kedelai


Setelah di saring kembali, taji diaduk dan diendapkan 1,5 jam. Taji
kedelai diberikan bahan tambahan seperti Antoba, P.BZ, Gam, dan garam. Bahan
tambahan ini berguna untuk membuat tahu lebih awet dan memberikan cita rasa
tahu.

8. Pencetakan taji menjadi tahu

Gambar 2.16 Pencetakan tahu


Taji yang dicetak akan menjadi beberapa ukuran tahu. Ukuran tahu antara
lain Super kecil (4x5cm), Jumbo kecil (5x5cm), Jumbo tanggung (7x7cm), dan
Jumbo gaul (10x10cm).
9. Pendistribusian

Gambar 2.17 Tahu siap didistribusikan

Gambar 2.18 Pedagang mengambil langsung tahu dari pabrik

Tahu yang sudah jadi lalu dipasarkan. Biasanya PD. Hasil Bumi
memasarkan tahu ke daerah Depok Kemiri, Cisalak, Ciputat, Kranggan, Citeurup,
Kebayoran, Cibinong, Bogor, Sukabumi dan Cimanggis. Beberapa pedagang juga
membeli langsung tahu ke pabrik ini, lalu mereka jual.
2.4 Identifikasi Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja
2.4.1.
Faktor Fisik
a. Ventilasi
Pada pabrik tahu ini, ventilasi yang ada dalam kategori cukup. Ruangan pada
pabrik tahu semi terbuka, dengan menggunakan atap tanpa dinding pembatas atau
penyekat tertentu, sehingga terjadi pertukaran udara luar dan dalam.
b. Penerangan
Pada home industri ini penerangan sudah baik. Pabrik tahu ini memiliki ruang semi
terbuka sehingga penerangan sinar matahari dapat masuk dengan baik walaupun
tanpa penerangan lampu.
c. Kebisingan
Tingkat kebisingan pada pabrik tahu ini berkisar antara 81 db 90 db
tergantung tempatnya. Pada bagian perendaman tingkat kebisingan 88 db karena
lokasi dekat penggilingan. Pada proses penggilingan kedelai dan penyaringan tingkat
kebisingan didapatkan 90 db yang bersumber dari alat penggiling dan penyaring sari
kedelai. Pekerja yang berada di bagian penggilingan maupun penyaringan hanya
satu pekerja dengan lama kerja 12 (05.00-17.00) tanpa sistem shift. Nilai ambang
batas yang sesuai dengan keputuasan menteri Tenaga Kerja No. 51/Menaker/1999 di
ruangan tersebut seharusnya kurang dari 2 jam . Alat pelindung diri pada pekerja
hanya berupa sepatu boots saja dan sarung tangan yang disediakan perusahaan.
Namun pelindung telinga seperti ear plug maupun ear muff tidak disediakan oleh
pihak perusahaan. Pekerja pada bagian tersebut sempat mengalami telinga
berdenging beberapa kali, namun mereka tidak memperdulikan hal tersebut.
d. Vibrasi
Paparan getaran mekanis terjadi pada mesin penggiling kedelai yang dapat
memapari seluruh tubuh pekerja, dengan sebutan whole body vibration. Berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/Menaker/1999 menyatakan tentang nilai
ambang batas faktor fisik di tempat kerja, getaran mekanis agalah gerakan yang
teratur dari benda atau sebuah media dengan arah bolak-balik dari kedudukan
kesimbangan. Gangguan paparan whole body vibration pada pekerja dapat
mempengaruhi

peredaran

darah,

gangguan

saraf,

menurunkan

ketajaman

penglihatan, kelainan otot dan tulang. Untuk mengurangi getaran dapat dilakukan

dengan penambahan alat pereda getaran pada mesin serta perawatan mesin
penggiling agar getaran yang dihasilkan minimal. Pada pabrik tahu belum ada usaha
untuk menanggulangi paparan getaran pada bagian penggilingan.
e. Suhu ruangan
Suhu ruangan cukup panas dengan adanya paparan suhu udara luar yang panas
ditambah dengan hasil produksi (bagian perebusan dengan menggunakan uap panas
+ tungku pemanas). Sebagian besar pekerja merasakan panas sehingga tidak
menggunakan pakaian. Suhu ruangan yang sesuai nilai ambang batas pada beban
kerja sedang hingga berat tidak lebih dari 26,7 o C. Jika suhu ruangan melebihi dapat
mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion bahkan heat stroke pada pekerja
terutama yang berada di bagian perebusan dan pengaturan tungku pemanas. Fasilitas
sementara yang diberikan pabrik hanya berupa kipas angin sebanyak 1 buah.
2.4.2.

Faktor Biologi
Faktor biologi meliputi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme di pabrik

maupun sekitar pabrik. Dari hasil kunjungan kami menemukan beberapa kotoran
hewan (ayam) di area pabrik dan juga lalat di area pabrik serta didalam pabrik,
selain itu pembuangan limbah masih dialirkan ke sungai dan belum tertata dengan
baik. Tingkat kebersihan di pabrik serta area pabrik masih belum memenuhi standar
kebersihan.
Faktor bakteri maupun jamur bisa terjadi pada pekerja dikarenakan lingkungan
panas dan penggunaan sepatu boots pada pekerja, maupun tangan pekerja yang
dominan selalu basah. Pada pekerja dapat terjadi penyakit kulit seperti jamur
maupun kutu air.
2.4.3.

Faktor Kimia
Potensi bahaya kimia yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-

bahankimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasukiatau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui
kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat
tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu,
gas, uap. asap; daya racun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
Bahan-bahan tambahan selain kedelai yang digunakan dalam pembuatan tahu
pada pabrik ini adalah garam, Antoba, P.Bz, dan Salta 682.

Garam digunakan sebagai perasa bagi tahu. Antoba sendiri merupakan bahan
tambahan pangan yang berguna untuk menambah cita rasa produk pangan. Bahan ini

tidak bersifat toksik maupun korosif dan aman untuk digunakan.


Antoba memiliki formulasi unsur kimia food grade yang terbuat dari bahan
tumbuhan alami (nabati). Air pengasapan ini memiliki daya sterilisasi kuat yang
berperan sebagai bakteriostatik dan bakterisidal sehingga dapat melindungi makanan
dari pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan ini tidak bersifat toksik maupun
korosif baik saat terinhalasi ataupun terkena kulit, namun apabila pekeja memiliki

alergi terhadap bahan ini maka akan timbul reaksi inflamasi dan gatal pada kulit.
Lq.P.Bz dan Salta 682 merupakan bahan tambahan pangan yang berguna sebagai
pengawet makanan. Pada proses pembuatan tahu Lq.P.Bz diberikan sebagai
pengawet bersama sama dengan Antoba. Sama seperti antoba, sifat toksik dan
korosif bahan kimia ini tidak teridentifikasi. Namun teta harus kita pikirkan
kemungkinan efek inflamsi yang ditimbulkan pada pekerja yang alergi terhadap
bahan-bahan tersebut.

Gambar 2.19 Antoba

Gambar 2.20 Salta 682

2.4.4.
Faktor Ergonomi
a. Pengambilan bahan baku dan perendaman
Posisi membungkuk 90o saat pengambilan kacang kedelai dalam karung yang
dilakukan selama rata-rata setiap harinya 11 jam kerja sesuai borongan pada

hari itu.
menggeret karung dan menuangkannya ke bak penampungan kacang
Dapat berisiko pegal-pegal bahkan hingga nyeri pinggang bawah/LBP, cedera

otot hingga patah tulang jika terpeleset.


b. Menggiling kedelai yang sudah di rendam
Gerakan repetitif saat menuangkan kacang kedelai saat hendak masuk ke
mesin penggiling
Dapat mengakibatkan gangguan mulai dari pegal-pegal
c. Perebusan taji kedelai
Posisi tempat pemasakan yang tingi mengharuskan pekerja harus menaiki 3
anak tangga yang terbuat dari kayu. Pekerja harus naik turun untuk mengambil
kedelai yang akan di masak. Hal ini dapat mengakibatkan pekerja terjatuh
karena licin dan keram otot kaki karena harus melakukan aktivitas yang sama
selama jam kerja.
d. Mixer dan perasan + pengendapan taji kedelai
Gerakan repetisi mengaduk dapat menyebabkan pegal pegal pada tangan.
e. Pencetakan
melakukan ggerakan repetisi berulang mengambil kedelai yang sudah di
masak yang di simpan di dalam ember besar, pekerja mengambil dengan posisi

membungkuk dan menuangkan kedelai tersebut di atas cetakan yang

bertumpuk setinggi dada pekerja.


Dapat berisiko pegal-pegal, nyeri pinggang bawah/LBP, cedera otot
sedangkan pada pencetakan tahu yang ukurannya lebih besar, posisi pekerja
berdiri dan tangan pekerja melipat seperti kain yang diisi kedelai yang sudah

dimasak. Hal ini dilakukan terus menerus sampai bahan baku habis.
hal ini dapat beresiko keram otot kaki, keram tangan, sensoris tangan
berkurang akibat bahan yang masih panas. Posisi meja sudah memenuhi

standar setinggi setengah badan pekerja sehingga pekerja tidak membungkuk.


f. Pencuci kotak penyimpan tahu
pencucian dilakukan menggunakan air yang mengalir dari selang sehingga
pekerja mencuci dengan posisi menmbungkuk. Hal ini dapat menyebabkan
nyeri pinngang / LBP. Tangan juga dapat terkena trauma tajam akibat dari
patah atau retakan kotak penyimpanan tahu.
2.4.5.

Faktor Psikis
Pasokan bahan baku yang ada dipabrik tahu yang kami kunjungi hari jumat

tgl 9 juni dengan bahan baku kedelai yang sudah ada dan dibersihkan oleh karyawan
pabrik tersebut dengan air seadanya yang dari kran sampai kedelai bersih disini
karyawan melakukan sendirian seharusnya dilakukan oleh dua orang agar hasil nya
lebih bersih.
Dilanjutkan dengan perendaman dan penyaringan kedelai, perendaman
dilakukan oleh karyawan sendirian dengan waktu tertentu dan disini karyawan
melakukan nya dengan sendirian sembari menunggu perendaman karyawan
mengerjakan yang lain karyawan terlihat lelah, dan penyaringan dilakukan dengan
karyawan seorang, karyawan tersebut terlihat lelah karena menggunakan saringan
yang besar seharusnya saringan nya yang sedang saja supaya karyawan tidak lelah
dan pegal.
Penggilingan dilakukan satu orang karyawan menggunakan mesin molen yang
cukup besar seharusnya dilakukan lebih dari satu karyawan karena pekerjaan
menggiling kedelai itu harus cepat dan gesit agar tepat waktu dan karyawan tidak
kelelahan dan disini karyawan mulai bekerja dari pukul 03.00 pagi sampai jam 05.00
sore dan waktu istirahat diberi waktu setengah jam disini seharusnya memakai
waktu shift agar karyawan lebih baik karena memfosir tubuh karyawan dan waktu
istirahat seharusnya satu jam.

Penyaringan taji kedelai dilakukan satu karyawan juga disini karyawan cukup
lelah karena dengan hasil taji yang banyak Cuma dilakukan sendirian, seharusnya
karyawan lebih dari satu orang agar karyawan tidak kelelahan.
Perebusan taji dilakukan satu karyawan seharusnya lebih dari satu karyawan
apalagi dengan suhu di tempat perebusan sangat panas karyawan sangat tidak
nyaman.
Mixer dan perasan hasil kedelai tadi dilakukan dengan satu karyawan juga
seharusnya lebih dari satu orang karyawan agar mendapatkan hasil yang baik karena
memeras taji kedelai harus kuat disini karyawan sangat lelah.
Pengendapan taji disini dilakukan satu orang karyawan disini tidak perlu
banyak karyawan karena hanya menunggu tapi disini karyawan sambil menunggu
pengendapan taji melakukan pekerjaan yang lain nya jadi terlihat lelah karyawan
tersebut, dilingkungan pengendapan taji begitu tidak higienis begitu banyak lalat
yang menempel di pengendapan tahu tersebut seharusnya lingkungan produksi, itu
akan menghasilkan produksi yang tidak baik.
Pencetakan taji menjadi tahu disini maksud nya dari hasil pengendapan tahu
sudah menjadi tahu dilakukan satu karyawan seharusnya lebih dari satu orang karena
begitu banyak tahu yang harus di kerjakan yang akan di distribusi dan karayawan
sangat lelah karena harus mengangkat lagi ke bagian di distribusi
Bagian distribusi karyawan nya cukup disini tidak ada yang dikomentari
karena memang seperti itu bagian distribusi harus banyak agar tepat waktu untuk di
jual.

2.5 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perusahaan


PD. Hasil Bumi tidak memiliki klinik untuk para karyawan, namun apabila
karyawan ada yang mengalami kecelakaan kerja, langsung dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat seperti dokter maupun Puskesmas. Pada saat bekerja, para karyawan
hanya sebagian yang memakai Alat Pelindung Diri (APD), seperti sepatu boot.
Sedangkan peraturan dan tanda keselamatan (safety sign) tidak ditemukan di sekitar
tempat produksi. Selain itu, pemilik perusahaan belum menghimbau karyawannya
untuk mendaftarkan diri dalam BPJS.

Anda mungkin juga menyukai