BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya , yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses
menua bukanlah suatu penyakit. Lambat atau cepatnya proses menua
tersebut tergantung pada setiap individu yang bersangkutan (Nugroho,
2008). Menua selanjutnya disebut lanjut usia menurut Undang-Undang RI
NO 13 Tahun 1993 dan WHO disebut sebagai penduduk lanjut usia
( Lansia) adalah mereka yang berusia 60 tahun (Nugroho, 2008).
Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan
evolusi yang progresif dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari disertai
dengan maturasi hingga pada suatu fase akhir kehidupan yang disebut
kematian (William, 2006). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara
linier
dapat
(impairment),
digambarkan
keterbatasan
melalui
empat
fungsional
tahap
yaitu,
(functional
kelemahan
limitation),
sebesar 50.0%, dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 41,9%,
sedangkan pada perempuan 57,4%, dan angka ini jauh lebih besar dari
prevalensi peningkatan tekanan darah yang ditetapkan oleh Depkes RI ( 2030%) untuk lansia di tahun 2000. Responden dengan derajat stres tinggi
berpeluang mendapat peningkatan tekanan darah 3,02 kali dibandingkan
yang derajat stres rendah, dan responden dengan derajat stres sedang
berpeluang mendapat peningkatan tekanan darah 2,47 kali dibandingkan
yang derajat stres rendah. Responden dengan aktivitas fisik yang rendah
berpeluang mendapat peningkatan tekanan darah 2,73 kali dibandingkan
yang aktivitas yang cukup. Responden yang tidak kawin berpeluang
mendapat peningkatan tekanan darah 2,07 kali dibandingkan yang kawin.
Selanjutnya disimpulkan bahwa dari lima variable tersebut, derajat stress
tinggi
kesehatan lansia, menghasilkan kualitas dan kesehatan hidup yang baik, dan
dilaksankan sesuai kemampuan, kesenangan dan minatnya. Salah satu
bentuk olahraga yang sesuai dengan lansia adalah senam. Senam memiliki
gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan rasa gembira dan
semangat serta beban yang rendah. Salah satu senam yang cocok untuk
lansia adalah senam lansia. Senam ini merupakan olahraga yang ringan dan
mudah dilakukan, dan tidak memberatkan. Aktifitas olahraga ini membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena dapat melatih tulang menjadi
kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Senam ini dapat membentuk
dan mengoreksi sikap dan gerak serta memperlambat proses degenerasi
karena perubahan usia, serta mempermudah penyesuaian kesehatan jasmani
terutama kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan di lanjut usia
(Nugroho, 2008).
Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan
dengan peningkatan tekanan darah, maka faktor yang dapat diintervensi
adalah aktivitas fisik dan stres. Oleh karenanya sehubungan dengan faktor
tersebut , serta tingginya angka kejadian peningkatan tekanan darah pada
lansia, maka penanggulangan
melalui kegiatan latihan fisik berupa senam lansia tiga kali seminggu dan
gerak jalan pagi, serta melakukan pembinaan mental/ kerohanian (Nugroho,
2008).
Berdasarkan hasil studi lapangan di Banjar Tuka Dalung pada
tanggal 11 Desember 2012 total lansia yang ada adalah 50 orang terdiri dari
40 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Dari hasil wawancara sementara
dengan beberapa orang lansia mengatakan mempunyai tekanan darah yang
meningkat dan mengeluh pada persendian tangan dan kaki sering sakit.
Menurut pengakuan 20 orang lansia yang ikut senam mengatakan sudah
berobat ke dokter dan ke Puskesmas. Kenyataannya walaupun tindakan
pencegahan dan pengobatan sudah dilaksanakan , tetapi masih banyak lansia
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalah
yang muncul adalah.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.I
keperawatan
khususnya
memberikan informasi
keperawatan
gerontik
dengan
1.4.2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian
Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan oleh darah
terhadap setiap satuan darah dinding pembuluh darah. Bila orang
mengatakan bahwa tekanan dalam satuan pembuluh darah adalah 50
mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup
untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mm
(Guyton, 2001). Lebih terperinci lagi dijelaskan bahwa tekanan darah
(BP= Blood Pressure) yang dinyatakan dalam millimeter (mm)
merkuri (Hg) adalah besarnya tekanan yang dilakukan oleh darah
pada dinding arteri (Mc Gowan, 1997).
Saat berdenyut, jantung memompa darah ke dalam pembuluh
darah dan tekanan meningkat yang kemudian disebut tekanan darah
sistolik. Saat jantung rileks, tekanan darah turun hingga tingkat
terendahnya, yang disebut tekanan diastolik (Mc Gowan, 1997). Jadi
tekanan darah berarti besarnya tekanan pada dinding pembuluh arteri
oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung, terdiri atas
tekanan darah sistolik dan diastolik, dan dinyatakan dalam mmHg.
2.1.2
(stroke
volume),
frekuensi
denyut
jantung,
10
Sistem
saraf
mempengaruhi
mengontrol
tahanan
tekanan
pembuluh
darah
darah.
dengan
Kontrol
ini
11
Organ
sementara
secara
tidak
langsung
dengan
2.1.4
yang
12
2.1.5
13
darah,
14
2.1.6
15
16
merokok, mengkonsumsi
alkohol,
17
18
yang ada pada darah saat keluar dari jantung. Tekanan yang rendah
mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan sehingga oksigen dan
zat gisi makanan tidak tersampaikan dan akhirnya dapat terjadi
penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini disebut hipoksia
(Fildzania, 2011).
19
tersebar
luas
dewasa
ini.
Pandangan
ini
tidak
20
tersedia
pada
berbagai
sumber
data
kependudukan
(Notoatmojo, 2007).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) menggolongkan lanjut
usia menjadi empat yaitu; usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia
60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, dan usia sangat tua 90
tahun. Batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang- Undang
No 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang
jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka
yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undangundang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berusia
56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam
menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke
dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitian ini digunakan batasan
umur antara 60 tahun keatas untuk menyatakan orang lanjut usia
(Notoatmojo, 2007).
21
2.2.2
mempengaruhi
fungsi
dan
kemampuan
badan
secara
22
yang
23
satu
faktor
yang
sangat
menentukan
tingkat
24
2.2.3
kardiovaskuler,
sistem
pengaturan
tubuh,
muskuluskletal, gastrointestinal, integument dan lain-lain. Masalahmasalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lanjut usia
menurut Mubarak ( 2006 ) adalah sebagai berikut;
1) Mudah jatuh
2) Mudah lelah
3) Kekacauan mental akut
4) Nyeri pada dada, berdebar debar
5) Sesak nafas pada saat melakukan aktifitas fisik
6) Pembengkakan pada kaki bawah
7) Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi panggul
8) Sulit tidur dan sering pusing
9) Berat badan menurun
25
Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering
dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adipose, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya selsel yang memproduksi pigmen kuku pada jari tangan dan
kaki menjadi tebal dan rapuh, rambut menipis dan botak,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya (Ganong,
2002).
b.
Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme
yang menurun, keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak yang diakibatkan oleh
merendahnya aktifitas otot.
c.
d.
26
tahun.
e.
Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkuranng akibatnya kurang
mampu memekatkan urine, BJ urin menurun, proteinuria,
BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi
urine (Guyton, 2001).
f.
Sistem pernapasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas selia, berkurangnya aktifitas paru,
alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang, serta berkurangnya reflek batuk.
g.
Sistem gastroentestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esophagus
melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan
lambung
menurun,
peristaltik
melemah
Sistem penglihatan
27
Sistem pendengaran
Presbiakusis atau berkurangnya pendengaran pada lanjut
usia, membran timpani
Sistem saraf
Berkurangnya berat otak hingga 10-20 %, berkurangnya sel
kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive terhadap
sentuhan, berkurangnya aktifitas sel, bertambahnya waktu
jawaban motorik, hantaran neuron motorik melemah,
kemunduran fungsi saraf otonom (Darmojo, 2006).
k.
Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid
dan sekresi tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSF, FSH,
LH, menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolisme
28
menurun, menurunnya
Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina kering atau menurun, menciutnya
ovarium dan uterus, atropi
penurunan berangsur-
Sistem kardiovaskuler
Jantung normal yang menua pada lanjut usia masih mampu
menghasilkan curah jantung secara normal pada suasana
biasa,
tetapi
kemampuannya
merespons
situasi
yang
29
30
31
b.
c.
d.
e.
32
33
2.3.4
kontraindikasi
senam
dan
sebaiknya
2.3.5
34
Pemanasan
dimaksud
untuk
mengurangi
cedera
dan
35
2.4
bertambah
melalui
olah
raga,
pengaruh
dari
36
37
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Berpikir
Menurut UU No.13 Tahun 1998, seseorang yang berusia
diatas 60 tahun yang disebut lansia sangat rentan terhadap penyakit
kardiovaskuler, dan paling penting untuk diketahui adalah lansia
sangat rentan mengalami labilitas tekanan darah, salah satunya
tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Potter dan
Perry (1997) yang mengatakan bahwa setiap orang akan mengalami
tekanan darah tinggi seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
tekanan darah pada lansia merupakan pengaruh dari proses penuaan
(lansia), yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan
penurunan fungsi
Selain itu tekanan darah tinggi pada lansia akibat adanya berbagai
faktor
nonfarmakologis. Terapi
38
sehingga
penggunaannya
diikuti
dengan
terapi
akan merangsang
kerja saraf
39
3.2
Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep dalam
SENAM
LANSIA
Faktor Eksternal
Faktor Internal
-
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan
Genetik
Makanan
Stres
Obat-obatan
Lingkungan kerja
Lingkungan sosial
Pekerjaan
Olahraga
40
2.
3.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
ini
adalah
penelitian
eksperimental
dengan
ranc
angan penelitian yang digunakan adalah Pre and Post test Kontrol Group
Design (Pocock, 2008) Masing-masing kelompok yang terdiri dari 16 orang
kelompok-1 dan 16 orang kelompok-2. Semua kelompok kontrol (kelompok
satu) tidak diberi pelatihan, sedangkan kelompok perlakuan (kelompok dua)
diberi pelatihan senam lansia. Rancangan penelitian seperti pada gambar 4.2 di
bawah ini :
P0
RA
O1
02
O3
04
Keterangan:
P : Populasi
R : Randomisasi
S : Sampel
RA : Random alokasi
P1 : perlakuan yaitu senam lansia 3 kali seminggu selama 6
minggu
P0 : tanpa perlakuan
O1: pengukuran pertama kelompok kontrol
O2: pengukuran kedua kelompok kontrol
O3 : pengukuran pertama kelompok perlakuan
O4 : pengukuran kedua kelompok perlakuan
P1
42
Populasi
Populasi Target
Tuka Dalung
Populasi Terjangkau
Penduduk lanjut usia yang memiliki tekanan darah tinggi di Banjar Tuka
Dalung pada bulan Juni Juli 2013
4.3.2
Sampel
Sampel didapat dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi
target yang diteliti (Nursalam, 2009). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
1. Berdomisili di Banjar Tuka Dalung
2. Jenis kelamin perempuan
3. Usia 60 tahun keatas
43
sampel
ditentukan
berdasarkan
hasil
penelitian
. f ( .)
44
Keterangan :
n
= jumlah sampel
dapat dihitung :
=
. f ( .)
(,)
= (
)
x 10,5
45
Variabel penelitian
Variabel bebas : Pelatihan Senam Lansia
Variabel tergantung : Tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, dan rerata
tekanan darah arteri (MAP)
4.4.2
Definisi operasional
a.
Senam lansia adalah aktivitas senam yang dilakukan oleh lansia sesuai
tahap-tahapan dalam protap dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu
selama 6 minggu, intensitas 80 % denyut nadi maksimal, dan dengan
durasi 40 menit.
b.
dan
dinyatakan
dalam
satuan
mmHg
(milimeterHidragirum).
c.
d.
46
e.
f.
Mean Arterial Presure ( MAP) atau tekanan arteri rata-rata adalah nilai
yang diperoleh dengan rumus (systole + 2 diastole)/3.
Tensi meter merk Riester untuk mengukur tekanan darah lansia yang
dilakukan secara auskultasi dengan stetoskop dalam satuan mmHg.
b.
Alat tulis untuk mencatat data dan dokumentasi untuk merekam hasil
penelitian.
Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian untuk
menggunakan lansia di Banjar Tuka sebagai subyek penelitian.
b. Mempersiapkan subjek penelitian, peralatan dan alat tulis.
c. Menentukan kelompok penelitian, dalam hal ini ada dua kelompok
yaitu: kelompok 1 sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan
latihan senam lansia, Kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan
yang diberikan pelatihan Senam Lansia.
47
4.6.2
Tahap pelaksanaan
Pelatihan senam lansia pada kelompok perlakuan yang dilakukan
dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan lama 30 menit setiap latihan.
Senam lansia dilakukan dengan tahap gerakan pemanasan, gerakan
inti, dan gerakan pendinginan.
48
49
50
4.8
Alur Penelitian
Populasi
Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
Sampel
Random Alokasi
Kelompok 1
Tidak diberikan pelatihan
senam lansia
Kelompok 2
Diberikan pelatihan
senam lansia
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
51
Analisis komparasi
a.
Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing-masing
kelompok perlakuan dari kedua kelompok pelatihan. Data
terdistribus normal jika didapatkan nilai p > 0,05 berarti data
berdistribusi normal.
b.
Uji Homogenitas
Bertujuan untuk mengetahui variasi data. Nilai p pada uji
homogenitas yang didapatkan > 0,05 berarti data homogen.
c. Uji Komparatif
Jenis uji statistik komparasi yang digunakan adalah uji Man Whitney
karena data tidak berdistribusi normal dan homogen untuk data
pretest dan post test pada masing-masing kelompok.
52
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Tabel 5.1
Karakteristik responden berdasarkan umur
di Banjar Tuka Dalung Tahun 2013
Variabel
Umur (Th)
Klp Kontrol
Mean
SD
Minimal-maksimal
66,56
4,926
61-80
Klp Intervensi
n = 16
64,88
4.113
60 -74
Berdasarkan tabel 5.1, rata-rata umur lansia pada kelompok kontrol adalah
66,56 tahun, dengan standar deviasi 4,926 tahun. Umur termuda tahun dan
umur tertua tahun. Rata-rata umur ibu pada kelompok perlakuan yaitu 64,88
tahun dengan standar deviasi 4,113 tahun. Umur termuda pada kelompok
intervensi 60 tahun dan umur tertua 74 tahun.
53
5.2
Tekanan darah systole, diastole dan MAP sebelum dan sesudah pelatihan
pada kedua kelompok
Setelah dilakukan analisis secara univariat maka diperoleh hasil tekanan darah
systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2
Tekanan darah systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata (MAP)
dari responden pada lansia kelompok kontrol dan perlakusndi Banjar
Tuka Dalung tahun 2013
VARIABEL
Kelompok kontrol
Kelompok perlakuan
Rerata
SD
Rerata
SD
145,00
4,926
145,63
10,935
143,13
6,325
136,88
9,465
91,25
6,021
90,63
2,500
89,38
4,425
79,38
9,287
109,29
3,944
108,96
3,794
107,29
3,696
98,54
8,774
54
Kelompok
perlakuan
0,0001
0,0001
0,001
0,017
0,0001
0,0001
0,0001
0,042
MAP sebelum
0,030
0,0001
MAP sesudah
0,0001
0,837
Berdasarkan
hasil uji normalitas data pada tabel 5.3, didapatkan data tidak
55
Tabel 5.4
Hasil uji homogenitas data pada lansia kelompok kontrol dan perlakuan
di Banjar Tuka Dalung tahun 2013
VARIABEL
LEVINE TEST
p value
0,293
0,030
0,237
0,079
MAP sebelum
0,954
MAP sesudah
0,024
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada tabel 5.3, didapatkan data setelah
perlakuan tidak berdistribusi normal sehingga untuk mengetahui perbedaan tekanan
darah systole, diastole dan MAP antar kelompok dilakukan uji nonparametrik yaitu
Mann-Whitney U test dengan tingkat kepercayaan 95%.
5.3 Uji hasil perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan terhadap tekanan
systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata pada kedua kelompok
Hasil analisa data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat
kepercayaan 95% (p 0,05) didapatkan bahwa nilai signifikansi pada kedua
kelompok dalam tabel 5.4 berikut:
56
Tabel 5.5
Perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan tekanan arteri rata-rata
pada lansia kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
di Banjar Tuka Dalung tahun 2013
VARIABEL
Nilai p
Kelompok kontrol
Kelompok
perlakuan
0,257
0,008
0,180
0,002
0,072
0,003
Berdasarkan table 5.4 di atas, tekanan darah sistolik, diastolik maupun tekanan
arteri rata-rata pada lansia kelompok perlakuan sebelum dan sesudah senam
menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan
darah sistolik, diastolik dan tekanan arteri rata-rata pada kelompok kontrol tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna p > 0,05.
5.4 Perbedaan tekanan systole, diastole dan tekanan arteri rata-rata antar
kedua kelompok
Hasil analisis data menggunakan Mann-Whitney U test dengan tingkat
kepercayaan 95% (p 0,05) didapatkan bahwa nilai probabilitas Asymp.Sig.
tailed) antara kedua kelompok pada tabel 5.5 berikut:
(2-
57
Tabel 5.6
Perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan tekanan arteri rata-rata pada
lansia antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
di Banjar Tuka Dalung tahun 2013
Kelompok kontrol
Rata-rata
SD
Kelompok perlakuan
Rata-rata
SD
VARIABEL
(mmHg)
P Value
Tekanan sistolik
145
4,926
145,63
10,935
0,628
143,13
6,325
136,88
9,465
0,043*
91,25
6,021
90,63
2,500
0,551
89,38
4,425
79,38
9,287
0,0001*
MAP sebelum
109,29
3,944
108,96
3,794
0,831
MAP sesudah
107,29
3,696
98,54
8,774
0,0001*
(mmHg)
sebelum
Tekanan sistolik
sesudah
Tekanan diastolik
sebelum
Tekanan diastolik
sesudah
(*) = signifikan
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa tekanan sistolik, diastolik dan
tekanan arteri rata-rata antar kelompok sebelum dilakukan senam tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. ( p >0,05), hal ini
menunjukan kedua kelompok komparabel, sedangkan setelah dilakukan
senam selama 6 minggu pada kelompok perlakuan, ditemukan
adanya
58
BAB VI
PEMBAHASAN
kelompok perlakuan yaitu 64,88 tahun dengan standar deviasi 4,113 tahun.
Umur termuda pada kelompok intervensi 60 tahun dan umur tertua 74 tahun.
Berdasarkan rata-rata dan standar deviasi menunjukkan perbedaan
usia yang tidak terlalu jauh, dimana kedua kelompok rata-rata berusia di atas
60 tahun. Berdasarkan karakteristik umur tidak ada perbedaan pada kedua
kelompok subjek.
6.2 Efek Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik
Rata- rata tekanan darah sistolik kedua kelompok sebelum perlakuan di
atas 140 mmHg, demikian juga tekanan diastolik di atas 90 mmHg, karena
sesuai dengan kriteria inklusi responden yang dipilih adalah responden yang
mengalami hipertensi. Secara teoritis, lansia memang cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
tekanan darah pada lansia umumnya terjadi akibat penurunan fungsi organ pada
59
sistem kardiovaskular. Katup jantung menebal dan menjadi kaku, serta terjadi
penurunan elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004).
Rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol adalah
1454,926 mmHg pada hari pertama, dan setelah 6 minggu diukur lagi menjadi
rata-rata 143,13 6,325. Rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok
kontrol adalah 91, 25 6,021 mmHg pada hari pertama, dan setelah 6 minggu
diukur lagi menjadi rata-rata 89,38 4,425. Subjek penelitian pada kelompok
perlakuan memiliki rata-rata tekanan sistolik
145,63 10,935 mmHg dan tekanan darah sistolik setelah perlakuan sebesar
136,88 9,465 mmHg. Tekanan sistolik pada kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara sebelum senam
dengan sesudah senam p value = 0,008 ( p < 0,05). Rata-rata tekanan darah
diastolik pada kelompok perlakuan sebesar 90,63 mm Hg sebelum senam
menjadi 79,38 setelah senam. Tekanan diastolik pada kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara sebelum senam
dengan sesudah senam p value = 0,002 ( p < 0,05). Tekanan arteri rata-rata
pada
menunjukkan
baik sistolik,
60
Penurunan tekanan darah yang terjadi pada kelompok lansia yang diberi
senam terjadi karena pembuluh darah kapiler yang baru(Bompa, 1999).
Darmojo (2006) juga menjelaskan bahwa dengan olahraga maka jaringan
membutuhkan peningkatan oksigen dan glukosa untuk membentuk ATP.
Terkait dengan pembuluh darah maka dapat digambarkan bahwa pembuluh
darah mengalami pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah yang belum
terbuka akan terbuka sehingga aliran darah ke sel, jaringan meningkat. Hal ini
sesuai dengan teori Ronny (2009) yang mengatakan bahwa saat berolahraga
seperti senam lansia
6.3 Efek Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Arteri Ratarata.
Berdasarkan data dari table 5.5 dapat dijelaskan bahwa perbedaan ratarata tekanan darah sistolik, diastolik dan tekanan arteri rata-rata antar kelompok
sebelum perlakuan tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan p value >
0,05 (masing masing 0,628 untuk sistolik, 0,551 untuk diastolik dan 0,831
untuk MAP). Sedangkan setelah 6 minggu, dimana pada kelompok perlakuan
diberikan latihan senam lansia sebanyak 3 kali seminggu, menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sitolik, diastolik dan tekanan
arteri rata-rata antar kelompok. Berdasarkan hasil uji statistik dengan MannWhitney U test dengan tingkat kepercayaan 95% (p 0,05) didapatkan bahwa
61
nilai p < 0,05 (0,043 untuk sistolik, 0,0001 untuk diastolik dan 0,0001 untuk
MAP).
MAP
62
63
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
7.1.1
7.1.2
7.1.3
7.2 Saran
Bagi lansia yang ingin menurunkan tekanan darah secara non farmakologik
dapat dapat dibantu dengan melakukan latihan senam lansia, tanpa mengurangi
atau menghindari terapi farmakologik yang sudah berjalan. Di Banjar yang lain,
senam lansia yang tidak aktif supaya di aktifkan lagi dibawah pengawasan
Puskesmas.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
Sumatera
Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3595/1/kepe
rawatan-ismayadi.pdf, diakses 31 Agustus 2013).
Latif,
N,
2002.
Sosialisasikan
Senam
Lansia,
Available
from:
66
2009.
Pengertian
Lanjut
Usia,
Available
from