Anda di halaman 1dari 36

TUGAS PERENCANAAN INDUSTRI HASIL PERTANIAN

Industri Gula dari Tebu

DOSEN :
YERNISA , S.TP., MP

OLEH KELOMPOK 3 :
MAHANAIM ADITYA BARUS

D1C011006

SITI NURAENI

D1C011015

DODI DESWANDI

D1C011027

SAVERIA TRI ASTUTI

D1C011039

YUNI ASTRINI

D1C011070

M. ARDIANTO

D1C011062

CHRISTINA S.

D1C012009

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014/2015

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, sehingga memiliki
potensi untuk dijadikan lahan perkebunan. Tanaman perkebunan yang cocok dengan iklim
tropis ini salah satunya yaitu tanaman tebu. Tebu merupakan komoditas tanaman semusim
yang potensial untuk dikembangkan karena selain dapat tumbuh di daerah tropis, tebu juga
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Nilai ekonomi yang tinggi dari tanaman tebu bisa
dilihat dari pemanfaatannya sebagai bahan pemanis (gula) yang merupakan salah satu
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
semusim yang di dalam batangnya terdapat zat gula, oleh karena itu tebu menjadi bahan baku
utama dalam pembuatan gula disamping kelapa dan enau. Tebu merupakan komoditas
perkebunan penting di Indonesia. Perkebunan tebu berkaitan erat dengan industri gula dan
produk derivat tebu (hilir). Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal 321 ribu
hektar yang 67,74% terdapat di pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2004). Perkebunan
tersebut tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Semarang. Propinsi Lampung
merupakan salah satu sentra perkebunan tebu yang menempati urutan kedua terbesar
(25,71%) setelah Jawa Timur (43,29%) di Indonesia. Sebagian besar perkebunan tebu di
Lampung dimiliki oleh perusahaan perkebunan (85%) dan usahatani tebu rakyat (15%) (BPS
Propinsi Lampung, 2008).
Penggunaan tebu sebagai bahan baku pembuatan gula yang dihasilkan dari batang
tebu yang sudah dipanen dan melalui berbagi proses diantaranya yaitu batang tebu diperas
dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir. Gula merupakan
salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 400
ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai
sekitar 1.3 juta orang (Balitbangtan, 2007). Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
masyarakat, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju
inflasi. (Soemarno, 2011)
Pada saat ini komoditas yang cukup strategis dan memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional adalah komoditas gula khususnya gula pasir. Gula pasir merupakan

kebutuhan pokok rakyat yang cukup strategis yaitu sebagai bahan pangan sumber kalori yang
menempati urutan keempat setelah padi-padian, pangan hewani serta minyak dan lemak,
dengan pangsa sebesar 6,7 persen. Sebagai salah satu sumber bahan pemanis utama, gula
telah digunakan secara luas dan dominan baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga
maupun bahan baku industri pangan. Realita ini terjadi karena di satu sisi gula mengandung
kalori sehingga dapat menjadi alternatif sumber energi dan di sisi lain gula digunakan sebagai
bahan pengawet dan tidak membahayakan kesehatan pemakainya. Sebagai salah satu bahan
pangan pokok, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tebu mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri
gula tebu karena kandungan gula yang terdapat di dalam batangnya. Karena mengingat
permintaan konsumsi gula tebu dari tahun ke tahun di pasaran semakin meningkat, maka itu
perlu adanya pengembangan industi gula dari tanaman tebu ini. Industri gula tebu merupakan
salah satu pilar dan penggerak ekonomi nasional. Pengembangan industri gula tebu dalam
skala besar maupun skala kecil perlu adanya teknologi yang tepat dalam proses produksinya.
Sehingga dapat memberikan nilai lebih dari produk gula tebu yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Rancangan Industri yang dibuat bertujuan untuk membangun dan mengoperasikan
pabrik gula dengan produk utama adalah gula pasir putih premium yang bahan baku
utamanya adalah tebu.

II. ISI

2.1 Lokasi Pendirian dan Perizinan Industri Gula


Lokasi untuk pendirian indutri gula dari tebu ini yaitu di daerah Provinsi Lampung
dengan jumlah perkebunan tebu sebesar 25,71%. Perkebunan tebu di Lampung tersebut
dimiliki oleh perusahaan perkebunan (85%) dan usahatani tebu rakyat (15%).
Perizinan industri gula dari tebu yang akan didirikan yaitu berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 357/Kpts/HK.350/5/2002 Tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Industri yang didirikan akan menghasilkan gula tebu ataupun gula pasir dari tebu,
dimana dalam penanaman tebu, industri gula yang didirikan memiliki sumber bahan baku
tebu yang berasal dari perkebunan milik kelompok tani, yang selanjutnya tebu diolah pada
pabrik dan menghasilkan gula pasir. Industri gula yang akan didirikan dikategorikan dalam
kelompok D karena kapasitas produksi 4000 ton/hari, hal tersebut sesuai dengan SK Menteri
Pertanian No.59/pst/EKKU/10/1997 yang mengelompokkan pabrik gula berdasarkan
kapasitas dalam :
1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 1200 ton/hari
2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 1800 ton/hari
3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 2700 ton/hari
4. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 4000 ton/hari
2.3 Organisasi dan Manajemen
Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan diantara
mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan yang diinginkan. Organisasi
mempunyai unsur-unsur seperti dibawah ini :
a.
b.
c.
d.

Adanya dua orang atau lebih


Adanya maksud dan tujuan untuk bekerja sama.
Adanya pengaturan hubungan.
Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Organisasi menggambarkan keseluruhan aktifitas manajemen dalam pengelompokan

orang-orang dan penetapan tugas, fungsi-fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masingmasing dengan tujuan terciptanya aktifitas-aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah alat organisasi untuk
mencapai tujuannya. Administrator atau manajer harus berupaya mengerahkan kelompok
orang-orang yang di bawahnya seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.3.1 Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi akan dapat dilihat hubungan dan kerjasama dalam suatu
organisasi. Struktur organisasi merupakan bahan yang memberikan gambaran secara skematis
tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi
secara jelas dan terperinci. Bagan organisasi menunjukkan:
a.
b.
c.
d.
e.

Pembagian kerja
Pimpinan dan bawahan
Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
Pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
Tingkatan-tingkatan dalam manajemen
Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur

organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Struktur
organisasi dari industri yang akan didirikan dapat dilihat pada gambar berikut ini :
MANAGER PABRIK

KA. DINAS
TATA USAHA

KA. DINAS
TEKNIK

TUK

ASISTEN
CANEYARD
TRANSPOR
T DINAS
SIPIL/ALAT
BERAT

GUDANG

TIMBANGAN

ASISTEN
WORKSH
OP

ASISTE
N
BOILER
BERAT

ASISTEN
GILINGA
N

KA. DINAS
LABORATORIUM

ASISTEN
LAB

ASISTEN
LIMBAH

KA. DINAS
PENGOLAHAN
ASISTEN
WATER
TREATMENT

ASISTEN
LISTRIK
INSTRUMENT
ASISTEN
PENGUAPA
N

ASISTEN
PEMURNIA
N

Gambar 1. Struktur Organisasi


2.3.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja pada industri yang akan didirikan terdiri dari :

ASISTEN
MASAKA
N

ASISTEN
PUTARA
N

a. Pimpinan

= 14 orang

b. Karyawan Pelaksana

= 205 orang

Jumlah

= 292 orang

Adapun jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 1. Susunan Tenaga Kerja berikut :
Tabel 1. Susunan Tenaga Kerja
N
o
1

Umum

Kantor Manager
- Manager
- TUK/Umum/G.Material
- Gudang Hasil
Dinas Teknik
- Kantor Dinas teknik
- Boiler
- Mill
- Power House/ Listrik
- Instrument
- Workshop
- Cane yard
- Keamanan
Dinas Pengolahan
- Kantor Dinas
- Pemurnian
- Penguapan
- Masakan
- Putaran
- Pengarungan
Laboratorium
- Laboratorium Pabrik
- Water Treatment
- Instalasi Limbah
- Timbangan
- Total

Pimpinan
(orang)

Karyawan
Pelaksana
(orang)

Jumlah
(orang)

1
1

20
10

1
20
11

1
1
1
1
1
-

7
10
15
10
14
10
20
9

10
16
21
17
14
16
20
9

1
1
1
1
1
1

5
10
10
15
11
2

6
16
17
23
16
14

1
14

15
3
3
6
205

24
6
6
12
292

Agar produksi pada industri gula dapat berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk
mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur menjadi tiga shift, yaitu:
1. Shift I mulai pukul 07.00 sampai 17.00 WIB

2. Shift II mulai pukul 17.00 sampai 24.00 WIB


3. Shift III mulai pukul 24.00 sampai 07.00 WIB
2.4 Daerah Pemasaran
Industri gula yang didirikan memiliki system pemasaran yang dimulai dari proses
pemesanan. Pesanan ini diterima oleh pihak perusahaan melalui bagian pemasaran
berdasarkan sistem tender, dimana selanjutnya bagian pemasaran akan memberitahukan
pemesanan tersebut ke pabrik untuk di proses. Setelah pemesanan selesai di proses, maka
konsumen akan mengambil langsung ke pabrik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. 5 Tanaman Tebu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Gula
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu varietas dari genus
Saccharum yang biasa digunakan sebagai bahan baku dalam industri gula. Saccharum
officinarum L. termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsoda, bangsa Cypetales,
family Gramineae (Puri, 2005). Tanaman tebu memiliki akar, batang (tanpa cabang), bunga
dan daun. Bagian yang penting dari tanaman tebu adalah batang, karena pada batang tebu
terkandung sukrosa yang merupakan sumber pemanis alami paling populer. Batang tebu
tersusun oleh segmen-segmen menyerupai bambu, setiap segmen memiliki panjang 7,6220,32 cm. tinggi batang tebu dapat mencapai 2,6-5,3 dengan diameter 2,54-5,08 cm. (Puri,
2005)
Komoditas tebu (Saccharum officinarum L) adalah tanaman industri yang tergolong
musiman termasuk keluarga rumputan (Graminae). Musiman artinya tidak sepanjang tahun
pohon tebu menghasilkan (dipanen). Batang tebu memiliki kandungan gula sekitar 8-15%,
sedangkan tebu yang ditanam pada daerah tropis mengandung 14-17% gula. Biasanya pohon
tebu mempunyai masa tanam selama 12 bulan dan masa panen pada umur optimal 12-14
bulan. Masa panen tebu menandakan awal aktivitas produksi industri gula yang rata-rata
memiliki masa giling sekitar 150 hari dalam waktu 24 jam terus menerus tanpa henti
(Setyamidjaja, 1992).
Tanaman tebu memiliki karakteristik yang unik seperti pada saat tebang muat angkut
(TMA) dan pengolahan di pabrik. Tebu yang telah dipangkas langsung segera dibawa ke
pabrik untuk mengantisipasi menurunnya rendemen yang diperoleh dan meminimalkan
menurunnya aktifitas henti giling mesin produksi gula. Aktifitas TMA dan pengolahan tebu
memerlukan perencanaan yang baik dan terkoordinasi antar pelaku yang terlibat di dalamnya.
Untuk mendapatkan hasil gula Kristal murni, biasanya pada industri pada industri gula

dikenal tiga metode pengolahan. Metode defekasi (penambahan zat kapur tohor), sulfitasi
(panambahan susu kapur dan gas SO2), dan karbonatasi (pemberian susu kapur dan gas
CO2). Ketiga memiliki kelebihan dan kekurangan ditinjau dari aspek biaya produksi, kualitas
gula, kehilangan gula selama proses, dan pemasaran gula. (Rohmatulloh, et.al., 2009)
2.5.1 Proses Pembentukan Gula Pada Tanaman Tebu
Gula tebu atau sukrosa adalah karbohidrat yang mempunyai rumus molekul C12(H12)11.
Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari dua komponen monosakarida yaitu Dglukosa dan D-fruktosa. Ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa terdapat pada atau
karbon nomor satu pada glukosa dan atom nomor dua pada fruktosa melalui atom oksigen.
Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon yang memilki gugus OH glikosidik, atau
atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa
(Poedjiadi, 1994).
Menurut Goutara (1985), sukrosa terbentuk di dalam tanaman dari hasil fotosintesis,
yang mula-mula menghasilkan gula tunggal (monosakarida) dengan rekasi kimia sebagai
berikut :
Cahaya matahari
6C02 + 6H2O + 675 kal

C6H12O6 + 6O2
Klorofil

Pada proses fotosintesis, karbondioksida yang terdapat di atmosfer bereaksi dengan


air yang berasal dari dalam tanah membentuk gula tunggal (glukosa dan fruktosa), dengan
bantuan sinar matahari dan klorofil.
2.5.2 Komposisi Kimia Batang Tebu
Bagian luar batang tebu dilapisi dengan kulit yang keras dan bagian dalamnya terdiri
atas serat-serat yang banyak mengandung gula. Menurut James dan Chen (1985), batang tebu
mengandung serat dan kulit batang sebesar 11-16% dan nira sebesar 84-92%, yang terdiri
atas air, gula, mineral, dan bahan-bahan non gula lainnya. Juafrizal (1980) dalam Indeswari
(1986) menambahkan, batang tebu segar mengandung 71,34% air, 27,89% bahan organik
kering dan 0,77% bahan anorganik. Menurut Soerjadi (1979) komposisi kimia batang tebu
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia Batang Tebu
Komponen
Monosakarida

Jumlah (%)
0,5-1,5

Sukrosa
Zat organic (abu)
Sabut (selulosa, pentosan)
Asam organic
Bahan lain (lilin, zat warna, ikatan N, air)

11-19
0,5-1,5
11-19
0,15
65-75

Ruter (1975) dalam Young-Jae (2005) menyatakan, komposisi kimia batang tebu tidak
selalu sama, terutama dalam jumlah sukrosa. Perbedaan komposisi kimia tersebut
dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sukrosa dalam tanaman
tebu, seperti varietas tebu, tingkat kematangan, iklim, kondisi tanah, pemupukan dan
pengairan.
2.6 Nira Tebu
Nira merupakan cairan hasil penggilingan batang tebu yang berwarna coklat
kehijauan. Nira dibentuk secara alami dalam jaringan tumbuh-tumbuhan, selanjutnya
diekstraksi dan dimurnikan di laboratorium atau pabrik. Nira tebu dalam keadaan segar terasa
manis, berwarna coklat kehijau-hijauan dengan pH 5,5-6,0 (Puri, 2005). Kondisi dan sifatsifat nira ini akan menentukan sifat dan mutu produk yang dihasilkan (Muchtadi, 1992).
2.6.1 Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu
Nira tebu merupakan campuran dari berberapa komponen. Komposisi nira tebu tidak
akan selalu sama, tergantung pada jenis tebu, kondisi geografis, tingkat kematangan, serta
penanganan selama penebangan dan pengangkutan (Reece, 2003). Umumnya nira terdiri atas
73-76% air, 11-16% serat, dan 11-16% padatan-padatan terlarut dan tersuspensi (James dan
Chen, 1985). Komposisi padatan terlarut yang terdapat di dalam nira tebu disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 3. Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu
Komponen
g/100g basis kering
Bahan gula
75.0-94.0
- Sukrosa
70.0-90.0
- Glukosa
2.0-4.0
- Fruktosa
2.0-4.0
Tabel 3. Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu (Lanjutan)
Komponen
g/100g basis kering
- Oligosakarida
0.001-0.05
Garam
3.0-4.5
- Dari asam organic
1.5-4.5
- Dari asam anorganik
1.0-3.0
Asam organic
1.5-5.5
- Asam karboksilat
1.1-3.0
- Asam amino
0.5-2.5
Bahan-bahan organik bukan gula lainnya

Protein
Pati
Polisakarida terlarut
Lilin, lemak dan fosfolipid

0.5-0.6
0.001-0.18
0.03-0.50
0.04-0.15

2.7 Proses Produksi


Proses produksi merupakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di industri gula mulai
dari pengolahan bahan baku hingga menjadi suatu produk jadi yaitu gula pasir.
2.7.1 Bahan Yang Digunakan
A. Bahan Baku
Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses
produksi, yang ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan
dengan bahan lainnya. Bahan yang digunakan pada pabrik ini adalah tebu.
Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata 6,57%.
Pemanenan tebu dilakukan antara 1012 bulan sejak ditanam, dimana sebelumnya diperiksa
terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak sebagai contoh. Tebu
yang baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan gula adalah tebu yang matang, dimana
kandungan gula dalam batangnya adalah sama.
B. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang
ditambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat meningkatkan mutu produksi
dan tidak mengurangi nilai produk tersebut.
Bahan tambahan dalam produksi gula adalah :
a. Air
Air digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk memeras kadar gula pada
ampas tebu semaksimal mungkin. Volume air adalah 20% dari kapasitas tebu/hari.
b. Susu kapur (Ca(OH)2)
Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan pH nira
menjadi 9,09,5. Pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan untuk menaikkan
pH nira didasarkan pada harganya yang dapat terjangkau dan mudah membuatnya. Susu
kapur dibuat dengan proses pembakaran batu kapur dan disiram dengan air.
c. Gas Belerang (SO2)
Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira. Tujuan
pemakaian gas belerang adalah :

1. Menetralkan kelebihan air kapur (Ca(OH)2) pada nira terkapur pH-nya mencapai
7,07,2.
2. Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh
pada warna kristal dari gula.
d. Floculant
Floculant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang berfungsi sebagai pengikat
partikel halus yang tidak baik dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel
yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan kemudian disaring).
C. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi
yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses
produksi untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Bahan-bahan penolong yang
digunakan dalam produksi gula adalah :
a. Karung plastik yang digunakan untuk pengarungan gula.
b. Benang jahit untuk menjahit karung plastik.
2.7.2 Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula
Proses pengolahan tebu menjadi gula dibagi dalam berbagai stasiun yaitu :
1. Stasiun Persiapan
Stasiun persiapan adalah daerah lingkungan pabrik atau halaman pabrik yang
dipergunakan untuk menurunkan tebu dari truk ke lori. Berbagai peralatan bongkar
(unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan model angkutan yang ada, tebu yang
diangkut menggunakan trailer dibongkar menggunakan side unloader yang terpasang
pada 2 unit gantry crane, selanjutnya Hydraulic cane grab pada gantry crane bekerja
menumpuk dan mengumpan pada cross cane carrier.
Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss bak
di pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane
carrier.
Halaman pabrik yang ada pada stasiun persiapan dinamakan EMPLACEMENT.
Ada dua macam emplacement yaitu emplacement dalam dan luar. Tebu sebelum digiling
terlebih dahulu diadakan :
a. Penimbangan
Penimbangan dimaksudkan untuk mengetahui berat tebu yang masuk tiap-tiap
24 jam, karena akan menentukan pemasukan tebu hari berikutnya. Pada proses
penimbangan tebu yang berasal dari perkebunan diangkat ke pabrik dengan trailer
(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat). Sebelum sampai ke halaman pabrik,

tebu beserta truk ditimbang terlebih dahulu dengan cara melewati jembatan timbang
dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak,
lokasi, jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Kemudian
setelah tebu ditimbang maka berat keseluruhan dikurangi berat truk sehingga
diperoleh berat bersih. Selanjutnya, truk yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik
melewati jembatan timbang keluar untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.

Gambar 2. Timbangan tebu


Truk yang berisi tebu dengan kapasitas 5-6 ton naik ke tripper dan
dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke bagian pembawa
tebu (cane carrier). Truk dengan 1012 ton yang dilengkapi dengan tali dengan
menggunakan alat pengangkat tebu, mengangkat tebu ke bagian meja tebu dimana
kabel pengangkat tebu dihubungkan dengan tali sling. Selanjutnya tenaga hidrolik
digerakkan sehingga mengangkat tali sling dan tebu ditumpukkan ke bagian meja
tebu, lalu tebu dimasukkan ke bagian pembawa tebu sehingga dapat digiling.
b. Pengaturan persediaan tebu
Persediaan tebu perlu diadakan pengaturan agar gilingan tidak berhenti karena
kehabisan tebu. Kadang kala persediaan tebu habis atau tebu tertumpuk karena adanya
kemacetan instalasi dalam pabrik sehingga tebu akan lama menunggu dan hal ini
mengakibatkan kerugian gula. Untuk mengurangi kerugian gula pada emplacement,
maka perlu dihindarkan penumpukan tebu yag terlalu lama, dan untuk menghindari
hujan atau panas emplacement perlu ditanami pohon-pohon. Maka itu persediaan tebu
perlu dijaga kestabilannya.
2. Stasiun Penanganan (Cane Handling Station)
Pada proses selanjutnya cane carrier membawa tebu masuk ke cane leveler (bagian
pengaturan tebu) guna mengatur pemasukan tebu menuju cane cutter I. Pada cane cutter
I tebu dipotong-potong secara horizontal, dicacah dan dipotong-potong agar
mempermudah proses penggilingan. Selanjutnya dibawa ke bagian cane cutter II.
a. Cane cutter I

Cane cutter I berfungsi memotong tebu agar tebu terpotong-potong rata walaupun
masih kasar, untuk mempermudah penggilingan.
b. Cane cutter II
Tahap berikutnya tebu dimasukkan ke cane cutter II yang digunakan sebagai alat
pemecah tebu yang telah dipotong-potong oleh cutter I supaya lebih halus dari cutter
I, sehingga penggilingan berlangsung lebih mudah.
3. Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan tebu akan digiling yang bertujuan untuk mendapatkan air nira
sebanyak mungkin. Penggilingan (pemerasan) dilakukan lima kali dengan unit gilingan
(Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang
berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga buah roll yang terbuat dari (satu set) yang
mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk
memperlancar aliran nira dengan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas (Top
Roll) dengan roll belakang (bagasse roll) lebih kecil daripada jarak antara roll atas dan
roll depan (feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat
penggiling adalah 15002000 Kg.cm2 dengan putaran yang berbeda-beda antara
gilingan I dengan gilingan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm, gilingan II 5,0
rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,2 rpm dan gilingan ke V 3,8 rpm dan sesuai
dengan kebutuhannya.
Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah sebagai berikut :
a. Tebu pada cane cutter I dibawa elevator ke mesin gilingan I. Air perasan (nira) dari
gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin gilingan I masuk ke
mesin gilingan II untuk digiling kembali. Air perasan (gilingan) yang diperoleh dari
bak penampung I disebut primary juice masuk ke dalam bak penampung nira I.
b. Nira yang berasal dari penggilingan I dan II ditampung pada bak penampung I masih
mengandung ampas yang sama-sama disaring pada juice strainer kemudian
dimasukkan pada gilingan II dan nira yang disaring ditampung dalam tangki dan siap
dipompakan pada stasiun pemurnian.
c. Ampas tebu yang berasal dari penggilingan II dibawa ke penggilingan III untuk
digiling kembali. Nira ditampung pada bak penampung II dan digunakan untuk
menyiram ampas pada gilingan I, agar penggilingan berjalan dengan lancar.
d. Ampas tebu dari penggilingan III dibawa ke penggilingan IV. Air perasan ditampung
pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan III
agar nira yang dikeluarkan semakin optimal.
e. Ampas tebu dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk digiling kembali. Air dari
gilingan IV ditampung pada bak IV dan gunanya untuk menyiram ampas pada

gilingan IV.Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi dengan temperature sekitar
60700C berasal dari kondensat evaporator badan IV dan V.
f. Ampas tebu (bagasse) darai gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor melalui
satu plat saringan, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler dan ampas
halus dipisah untuk selanjutnya digunakan untuk membantu proses penyaringan pada
alat vacum filter di stasiun pemurnian.
Proses penggilingan sangat mempengaruhi kandungan nira tebu, dimana semakin
banyak tebu mengalami penggilingan maka kadar niranya akan semakin sedikit. Ampas
tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor melalui satu plat saringan
dimana ampas kasar dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan bahan bakar dan
sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan bakar. Ampas yang sudah
halus dihisap dengan bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke
bagacillo tank untuk digunakan sebagai pencampur pada rotary vacuum filter.
Air imbibisi yang diberikan pada ampas gilingan IV berfungsi melarutkan nira yang
masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Debit alir air imbibisi adalah 2630 m3/jam
dan suhu 700C dengan perbandingan 1924% dari berat tebu untuk kapasitas tebu per
hari. Bila air imbibisi yang diberikan terlalu banyak, maka akan gula yang dilarutkan
semakin banyak, akan tetapi diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menguapkannya.
Jika nilai imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas yang cukup
tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah air imbibisi yang optimum ditambahkan
selama penggilingan berlangsung. Apabila persediaan telah habis sehingga stasiun
penggilingan terhenti maka roll mill harus disemprot dengan larutan kapur yang
berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.

Gambar 3. Stasiun gilingan


4. Stasiun Pemurnian
Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung dalam bak penampung
selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian. Nira yang berasal dari stasiun
penggilingan merupakan nira mentah, masih mengandung kotoran disamping gula, dapat

dikatakan nira mentah imi hampir masih semua komponen/partikel yang terdapat pada
tebu masih ada di dalamnya. Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan
kotoran dari dalam nira sehingga nira dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa.
Tujuan utama pemurnian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
terkandung dalam nira mentah. Ada beberapa tahap yang dilakukan didalam proses
pemurnian yaitu :
a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)
Nira yang berada di tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan
dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Sistem penimbangan nira mentah
dapat bekerja secara otomatis dengan menggunakan timbangan Maxwelt Bolougne.
Prinsip kerja dari alat ini adalah atas dasar system kesetimbangan gaya berat bejana
dan bandul, dimana akan berhenti secara gravitasi ke tangki penampungan. Berat
timbangan diperkirakan mencapai 6,5 ton.
b. Pemanasan Nira I (Juice Heater I)
Setelah nira mentah ditimbang, selanjutnya ditampung pada tangki
penampung nira tertimbang. Kemudian dipompakan ke alat pemanas I (primary
heater) yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas I adalah untuk
menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan mikroorganisme, sehingga
komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira pada bejana pengendapan nanti. Pada
badan pemanas I nira dipanaskan hingga suhu 700C, kemudian nira dialirkan ke
dalam pemanas II dan dipanaskan hingga temperature 75 0C. Uap panas pada
pemanas nira I merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II,
dengan demikian uap dapat dipakai seefektif dan seefisien mungkin.
c. Tangki Defekasi (Defecator)
Setelah nira dipanaskan pada pemanas nira kemudian dipompakan ke tangki
defekasi dan diberikan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah pH nira 5,6
menjadi 8,08,5. Tujuan dari penambahan nira menjadi basa karena gula akan rusak
bila gula dalam keadaan basa. Pemasukan susu kapur diatur dengan control valve
yang dikendalikan oleh pH indicator controller.
d. Tangki Sulfitasi
Tangki sulfitasi berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi
dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat para bolis berfungsi untuk
membantu proses pencampuran dapat berjalan dengan kontinyu. Penambahan gas
SO2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,06,5
pada suhu 700C750C dengan waktu lima (5) menit. Pada tangki sulfitasi ini
diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Selanjutnya

dinetralkan kembali pada neutralizing Tank sehingga pH tercapai 7,07,2. Dengan


terbentuknya CaSO2, yang terbentuk endapan yang berfungsi untuk menyerap
koloid-koloid yang terkandung dalam nira, dimana endapan yang terbentuk
menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih halus, hal inilah yang disebut dengan efek
pemurnian.
e. Tangki Tunggu
Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang
terbentuk dari tangki sulfilator, dimana nira mentah dari tangki sulfitasi mengalir
secara over flow ke tangki tunggu dengan waktu 5 (lima) menit.
f. Tangki netralisasi
Nira yang berasal dari tangki tunggu mengalir ke tangki netralisasi. Fungsi
dari tangki netralisasi adalah mengatur pH nira yang keluar dari tangki sulfitator. Di
dalam tangki netralisasi nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. pH yang
diharapkan adalah 7,07,2. Jika pH kurang dari 7,0 maka ditambahkan dengan susu
kapur.
g. Pemanas Nira II (Juice Heater II)
Pemanas nira II ini prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira I. Nira dari
tangki netralisasi dipompa dengan mesin pompa sentrifugal ke pemanas nira II yang
juga memiliki dua unit badan pemanas dengan temperature 1000C.
h. Tangki Pengembang (Flash Tank)
Fungsi tangki pengembang adalah untuk menghilangkan udara dan gas-gas
yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas terlarut dalam nira tidak
dihilangkan, maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan kotoran-kotoran
dari nira di tangki pengendapan. Selain itu dengan adanya tangki pengembang dapat
menghemat energi dan dapat menghilangkan gaya-gaya yang bekerja sehingga
memberikan aliran yang bergejolak. Nira yang berasal dari tangki pengembang
selanjutnya dialirkan ke tangki pengendapan.
i. Tangki Pengendapan (Settling Tank)
Di dalam tangki pengendapan ini nira jernih dan nira kotor dipisahkan. Nira
yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawah). Nira yang jernih dialirkan
ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan endapan nira atau nira kotor di bagian
bawah dibawa ke Mud Feed Mixer untuk dicampur dengan ampas halus yang berasal
dari stasiun penggilingan. Tangki pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki
empat kompartement yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengendapan.
Endapan yang terbentuk disapu dengan skrap yang bergerak lambat. Endapan jatuh
ke tepi-tepi tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan ke Mud Feed Mixer, sedangkan
nira jernih keluar secara over flow melalui pipa-pipa yang dipasang pada tiap

kompartement. Untuk mempercepat pengendapan, maka dtambahkan floculant ke


dalam tangki pengendapan. pencampuran ini bertujuan membantu pada saat
penyaringan (vacuum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran. Saringan yang
digunakan adalah saringan hampa (rotary vacuum filter). Nira hasil saringan
selanjutnya dikembalikan ke tangki penimbangan nira mentah, sedangkan endapan
kotoran yang tersaring disebut dengan blotong yang selanjutnya dibuang atau
dijadikan pupuk. Jadi dapat kita ketahui secara jelas bahwa tangki pengendapan
berfungsi untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan
yang jernih.
5. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)
Stasiun penguapan ditujukan untuk menguapkan kadar air yang sebesar-besarnya
yang terkandung dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam
proses selanjutnya.
Proses penguapan dalam industry gula dikenal dengan 2 tahap, yaitu:
a. Mengentalkan nira encer pada ukuran kekentalan tertentu sebelum timbul kristal,
tahap ini disebut proses penguapan yang dikerjakan dalam stasiun pemasakan.
b. Mengentalkan larutan yang sudah kental, proses ini yang dikerjakan dalam stasiun
masakan.
Di pabrik gula yang didirikan stasiun penguapan menggunakan system quadruple
effect evaphorator atau 4 tingkat penguapan. Pada badan I dengan suhu 115C dengan
tekanan 0,5 kg/cm2. Pada badan II dengan suhu 102C dan tekanan 0,2 kg/cm2. Badan III
dengan suhu 70C dan tekanan vacuum 30 cm Hg. Pada badan akhir ini dihasilkan nira
kental (diksap), kemudian diksap dialiri gas SO2, dengan pH 5,8- 6 yang kemudian
tersulfitir menuju ke bak diksap, yang kemudian menuju ke stasiun masakan.

Gambar 4. Evaporator
6. Stasiun Masakan
Tujuan dari stasiun pemasakan adalah untuk mempermudah pemisahan Kristal gula
dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga diperoleh hasil yang memiliki kemurnian
yang tinggi dengan kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan dan
diperlukan untuk mengubah sukrosa dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan

gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari proses produksi yaitu tetes yang mengandung
gula sangat sedikit, bahkan diharapkan tidak gula sama sekali.
Dalam stasiun masakan di pabrik ini menggunakan system tiga tingkatan masakan
yaitu :
a. Masakan A
Masakan A adalah masakan paling awal yang menghasilkan gula A dan stroop A
(mengandung sukrosa). Pada maskan A terdapat dua buah fan masakan yang dapat
mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk. Dimana stroop A akan diproses
kembali agar mengkristal dan dapat menghasilkan gula B.
b. Masakan B
Stroop A yang berasal dari masakan A akan dimasak kembali di masakan B dimana
proses pemasakan ini menghasilkan Kristal gula B dan stroop B. Pada masakan B
terdapat satu buah fan masakan yang dapat mengkristalkan 62% dari nira kental yang
masuk. Kemudian stroop B akan diproses kembali pada masakan D
c. Masakan D
Stroop B yang berasal dari maskan B akan dimasak kembali di masakan D dimana
proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan klare D dengan menggunakan
bahan dasar stroop A, stroop B dan klare D. Pada masakan D terdapat dua buah fan
masakan yang dapat mengkristalkan 58% dari nira kental yang masuk.
7. Stasiun Putaran
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan tetes yang
terdapat dalam masakan. Hasil pengkristalan dalam pemasakan adalah campuran antara
kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja berdasarkan gaya sentrifugal. Untuk
mendapatkan kristal dalam bentuk murni dilakukan pemisahan campuran dengan
menggunakan kekuatan gaya sentrifugal.
Pada prinsipnya cara kerja pada stasiun ini massequite diputar sehingga dapat
terpisahkan antara Kristal gula dan stroop. Pemisahan ini karena adanya gaya sentrifugal
dari alat pemutar, yang berupa cairan yang aka menembus saringan pada alat pemutar
sedang zat padatnya yaitu Kristal gula yang akan tertinggal. Sistem pemutaran yang
digunakan yaitu :
a. Putaran A dan B
Nira kental yang berasal dari masakan dialirkan ke stasiun pemutaran dan diputar
untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang
memisahkan antara stroop A dan kristal gula A pada putaran A dan stroop B dan
kristal gula B pada putaran B.
b. Putaran D1 dan D2

Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D1 dan D2
diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula pada masakan A.
dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang memisahkan tetes dan kristal
gula D.
c. Putaran SHS
Kristal gula yang dihasilkan dari putaran A dan B dibawa oleh screw conveyor ke
magma mingler. Larutan gula yang ada pada putaran tangki A dan B akan terpisah
tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal, maka untuk menghilangkan
larutan tersebut dibantu dengan mencampurkan dengan air panas, selanjutnya diputar
pada SHS sehingga memperoleh kristal gula yang berkualitas.
8. Stasiun Penyelesaian
Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator dimana
kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu dilakukan pengeringan
dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standar. Gula SHS tersebut
dimasukkan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana system pemanasan dan
pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas pada suhu
kira-kira 80900C yang dialirkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler, kemudian
gula tersebut dimasukkan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke vibrating screen. Pada
vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan yang
cukup. Dalam sugar dryer dan cooler dilengkapi dengan suatu alat pemompa yang
berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS.
Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan
imbibisi oleh pemisahan nozel untuk menangkap partikel-partikel gula halus. Kemudian
gula tersebut dimasukkan ke dalam bak penampung dan dialirkan ke stasiun masakan
untuk proses gumpalan-gumpalan gula yang dimasukkan ke dalam tangki peleburan gula
selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula standar
dimasukkan ke alat pembawa gula penyadap logam yang mana penyadap logam ini
berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan
gula produksi.
9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi
Setelah melewat proses penyelesaian, kristal gula kemudian ditampung dalam sugar
bin untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim sinyal
bobot pada timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat
kristal dalam kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja

secara integral yang dikendalikan secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan


terekam dan secara otomatis sistem memberi peringatan.
Penggudangan gula produksi SHS yang telah dikemas dikirim ke gudang untuk
penyimpanan sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu gudang 30
350C, dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 7282%.

Gambar 5. Pengemasan
Proses pengolahan tebu menjadi gula dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram Alir 1. Proses Pembuatan Tebu Menjadi Gula


INPUT

tebu

Uap listrik

penimbangan

Air imbibisi

Cane handling station

St.power

Cacahan tebu

uap

St.gilingan

ampas

St.boiler

Nira mentah kotor


Ca(OH)2
SO2

St.pemurnian

blotong

Nira encer bersih

vaccum

St.penguapan

air kondensat

Nira kental

St.masakan

Air kondensat

massecuite
St.putaran
Gula SHS

St.penyelesaian
OUTPUT

Gula
St.pengemasan dan penggudangan

Distributor

tetes

2.8 Mesin dan Peralatan


2.8.1 Spesifikasi Mesin Pengolahan Tebu Menjadi Gula
Tabel 3. Spesifikasi Mesin Pengolahan Tebu Menjadi Gula
Nama Mesin
Spesifikasi
1.Stasiun Persiapan Penggilingan
a. Jembatan Timbang - Produksi : Kawatetsu japan (1981)
(Weigh bridges)

- Type : Road take scale


- Kapasitas : 20 ton/run
- Jumlah : 2 unit

b.Mesin Pembawa Tebu

- Fungsi : Menimbang tebu yang masuk dari truk/container


- elektromotor

c. Meja Tebu (Cane Feeding

-Tegangan (volt) : 220


- Lebar : 6 m

Table)

- Panjang : 7,5 m
- Kecepatan tetap : 5 m/menit
- Produksi : K.H.I japan (1981)
- Type : Steel slat
- Merk : Little King
- Power : 220/380V; 11 Kw; 1450 rpm; 3 phase; 50Hz
- Kapasitas : 4000 ton/hari
- Fungsi : Penumpukan tebu yang akan di potong

d. cane cutter I

- Jumlah : 2 unit
- Lebar : 1080 mm
- Kecepatan : 600 rpm
- Jumlah pisau : 64 buah
- Diameter : 1400 rpm
- Jarak pisau : 120 mm
- Merk : KHI japan
- Power : 220/380V; 1,5 Kw; 1420 rpm; 3 phase; 50Hz
- Fungsi : Memotong tebu
- Kapasitas : 4000 ton/hari

e. cane cutter II

- Jumlah : 1 unit
- Lebar : 1080 mm
- Kecepatan : 600 rpm
- Jumlah pisau : 64 buah
- Diameter : 1400 rpm
- Jarak pisau : 120 mm
- Merk : KHI japan

- Power : 220/380V;1,5 Kw;3467 rpm;3 phase;50 Hz


- Fungsi : Mencincang tebu
- Kapasitas : 4000 ton/hari
f. cane knifes

- Jumlah : 1 unit
- Produksi : Kawasaki Japan (1981)
- Type : Blade Knife
- Kecepatan putaran : 600 rpm
- Jumlah : 2 unit

g. Cane Carrier Elevator

- Fungsi : Menarik, mamatahkan dan momotong tebu


- Produksi : K.H.I Japan (1981)
- Type : Steel slat
- Kecepatan berubah : 3 15 m/menit
- Tegangan (volt) : 220
- Jumlah : 1 unit

- Fungsi : Alat pembawa tebu dari pemotong kepemerasan


2. Stasiun Gilingan (Mill Station)
a. Mill
- Produksi : K.H.I Japan (1981)
- Diameter as : 513 mm
- Diameter gilingan : 914 x 1980 mm
- Jumlah : 5 unit
- Ukuran lebar proses : 450 x 600 mm
- Tekanan kerja : 350 kg/cm
- Putaran turbin : 4500 rpm
b. Juice Stainer

- Fungsi : Menggiling tebu, memeras tebu


- Merk : Little King
- Power : 220/380V; 7,5 Kw; 960 rpm;3 phase;50 Hz
- Jumlah 1 unit
- Fungsi : Menyaring nira dari bak penampungan I

3. Stasiun Pemurnian
a. Timbangan Nira Mentah

- Type : Weight Balancing

(juice Weighting Scale)

- Kapasitas : 6,5 ton


- Diameter : 2000 mm
- Tinggi : 1600 mm
- Merk : Triveni Japan

b. Juice Heater

- Fungsi : Penimbang nira mentah


- Luas pemanas : 240 m2
- Produksi : Kawasaki Heavy Industries,Ltd
- P. pipa Pemanas : 4400 mm
- T. pipa pemanas : 1,5 mm

- D. pipa pemanas : 36 mm
- Jumlah pipa : 484 batang
- Type : Colandrial
- Jumlah : 5 unit
- Normal Steam : 0,6 Kg/Cm2
c. Weighed Juice Pump

- Fungsi : Pemanas nira mentah


- Produksi : Little King/TF 70 NNR/Ebara Japan
- Kapasitas : 204 M3/jam
- Power : 220/380V; 45 Kw;1460 rpm;3 phase;50 Hz
- Jenis : Pompa centripugal
- Fungsi : Memompa nira yang sudah tertimbang ke proses

d. Defekator

berikutnya
- Kapasitas : 3 m3/jam
- Diameter : 1500 mm
- Tinggi : 2000 mm
- Kec. pengadukan : 500 rpm
- Jumlah : 1 unit

e. Peti Sulfitasi Nira Mentah

- Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan susu kapur


- Kapasitas : 18 m3/jam
- Diameter tangki : 2700 mm
- Tinggi tangki : 6000 mm
- Type : Cylindrial
- Produksi : KHI, Japan

f. Neutralizing Tank

- Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan belerang


- Merk/Type : Yaskawa/ FEF
- Kapasitas : 4,7 m3/jam
- Power : 220/380V;3,7 Kw;1420 rpm;3 phase;50 Hz
- Jumlah : 1 unit
- Fungsi : Tanki penetral nira mentah
- Tinggi : 2000 mm

g. Flash Tank

- Diameter : 1650 mm
- Type : Cylindrial
- Tinggi : 1800 mm
- Diameter : 1520 mm

h. Continous Clarifier

- Fungsi : Tangki untuk pembuangan gas dari nira


- Produksi : Kawasaki Heavy Industries,Ltd
- Type : Rapt Door
- Jumlah : 1 unit

- Kapasitas : 50 m3/jam
- Diameter : 10.375 mm
- Kecepatan putaran : 9 10 rpm
- Suhu nira masuk : 105oC
- Suhu nira keluar : 98oC
i. Vacum Filter

- Fungsi : Tangki pengendap kotoran hingga pemurniaan


- Produksi : Jord Vacum Filter Autralis
- Type : Oliver Campbell
- Jumlah : 2 set
- Diameter : 3048 mm
- Panjang : 4878 mm
- Luas tapis : 46,5 m

j. Mud Feed Mixer

- Fungsi : Penghisap kotoran


- Kapasitas : 5 m3/jam
- Lebar : 1200 mm
- Panjang : 3600 mm

k. Milk Of Lime Tank

- Fungsi : Tangki pencampuran nira kotor dengan ampas tebu


- Merk/ Type : Little King/ Ebara Japan
- Kapasitas : 63 m3/jam
- Power : 220/380V;5,5 Kw;1450 rpm;3 phase;50 Hz
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Memompakan susu kapur ke pre liming tank dan

l. Milk Of Lime Tank

nertralizing tank
- Merk/ Type : Little King/ Ebara Japan
- Kapasitas : 4 m3/jam
- Power : 220/380V;2,2 Kw;930 rpm; 3 phase; 50 Hz
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Tangki susu kapur

4. Stasiun Penguapan
a. Evaporator

- Type : Calandria/ KHI Japan


- Volume : 1500 m2
- Jumlah : 5 unit
- Diameter pipa : 36 mm
- Tebal pipa : 1,5 mm
- Jumlah pipa : 5790 batang

b. Condensat Receiver

- Fungsi : Tanki pengupan nira


- Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 2 m2/jam
- Temperatur : 1000C

c. Syrup pump

- Fungsi : Tempat penampung air kondensat


- Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
- Kapasitas : 1 m3/jam
- Jenis : Pompa centripugal
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Memompa nira kental ke tangki sulphitator

d. Syrup Sulphitator

- Power : 220/380V;7,5Kw;1450 rpm;3 phase; 50 Hz


- Merk/Type : KHI Japan/ Cylinder tertutup sulphitator
- Kapasitas : 7 m3/jam
- Ukuran : 2000 mm x 6000 mm
- Jumlah : 1 unit
- Fungsi : Tangki pendingin nira kental serta
penambahan belerang

e. Shulphured Syrup Drawing

- Power : 220/380V;7,5Kw;1450 rpm;3 phase; 50 Hz


- Produksi : Kawasaki Heavy Industries,Ltd

Tank

- Ukuran : 1500 mm x 2000 mm


- Fungsi : Tangki pencampuran nira kental dengan belerang
- Jumlah : 1 unit

5. Stasiun masakan
a. Clandria Vacum Pan

- Type : Cylindrical
- Jumlah : 3 unit
- Kapasitas : 500 liter
- Luas pemanas : 280 m
- Tebal pipa pemanas : 2 mm
- Diameter : 4700 mm
- Tinggi : 1250 mm
- Diameter ruang uap : 5200 mm

b. Vacum Pan Stripper

- Fungsi : Tangki untuk memasak gula


- Jumlah : 2 unit
- Kapasitas : 500 liter
- Luas pemanas : 280 m
- Merk/ Type : Meiden TF.70 NNR / KHI Japan

c. Mascuite Receiver

- Fungsi : Pan pengaduk masakan


- Jumlah : 2 unit
- Kapasitas : 550 liter
- Lebar : 2700 mm
- Panjang : 8500 mm
- Kecepatan Pengadukan : 0,5 rpm
- Fungsi : mengaduk nira kental

d. Palung Pendingin Masakan

- Jumlah : 5 unit
- Merk/Type : Little King
- Kapasitas : 550 liter
- Lebar : 2700 mm
- Panjang : 8000 mm
- Kecepatan pengadukan : 0,3 rpm
- Fungsi : Pan untuk mendinginkan masakan

e. Vacum Seed Crystalizer

- Jumlah : 2 unit
- Jumlah : 2 unit
- Kapasitas : 300 liter
- Lebar : 2350 mm
- Panjang : 8000 mm
- Kecepatan pengadukan : 0,5 rpm
- Power : 220/380V; 2,2Kw; 1450rpm;
3 phase; 50Hz

f.

Reheater

(Pemanasan

Lanjutan)

- Fungsi : Pan untuk membentuk kristal gula pada masakan


- Jumlah : 1 unit
- Kapasitas : 13 m3/jam
- Fungsi : pemanasan gula lanjutan
- Temperatur : 78 80oC
- Luas badan : 50 m
- Jumlah pipa pemanas : 412 batang
- Kapasitas Buffer tank : 80 ton

g. Receivaer Masakan

- Kapasitas Talo Clarifier : 15 ton


- Kapasitas : 55 m3
- Merk/ Type : Silnik
- Power : 220/380V; 1450 rpm; 3 phase; 50 Hz
- Fungsi : Tangki penampungan gula yang telah masak

h. Vacum Pamp

- Jumlah : 1 unit
- Kapasitas : 25 m3/ jam
- Merk/ Type : Little King /Polan
- Power : 220/380V; 1450 rpm; 30 Kw
- Fungsi : Pompa penarik gula halus
- Jumlah : 1 unit

6. Stasiun Putaran
a. Putaran AB

Produksi : Desseldorf Germany


- Jumlah : 2 unit
- Kapasitas : 650 kg masakan/ siklus

- Diameter Basket : 1220 mm


- Tinggi : 760 mm
- Sisi dalam : 178 mm
- Siklus 20 siklus/jam
b. Putaran D

- Fungsi : Mengaduk gula


- Kapasitas 10 12 ton/jam
- Diameter basket : 1000 mm
- Tinggi 1369 mm
- Saringan : 4 segmen
- Diameter Saringan : 0,06 x 1,66 mm
- Putaran basket maksimal : 2200 rpm

c. Putaran SHS

- Fungsi : mengaduk gula


- Beban maksimal : 650 kg/siklus
- Diameter basket : 1220 mm
- Tinggi basket : 700 mm
- Saringan : 8 mesh
- Tekanan air pencuci : 3,5 kg/cm
- Tekanan Fungsi : mengaduk gula
- system pengeringan : 3 kg/ cm

d. Pencampur AB

- Fungsi : mengaduk gula


- Lebar 1000 mm
- Panjang : 3500 mm
- Bentuk : Horizontal
- Jumlah : 1 unit
- Motor : 5,5 kw

e. Pencampur D

- Fungsi : pencampur gula a dan gula b


- Lebar : 1000 mm
- Panjang : 3500 mm
- Bentuk : Horizontal U
- Jumlah : 1 unit

f. Feed Mixer A dan B

- Fungsi : Pencampur gula D


- Lebar : 1000 rpm
- Panjang : 7200 mm
- Bentuk : Horizontal - U
- Motor : 3,7 Kw

g. Sugar Dryer

- Fungsi : Tanki pencampur gula A dan B


- Produksi : Kawasaki Heavy Industries,Ltd
- Kapasitas : 25 ton/jam

- Suhu awal : 50oC


- Suhu akhir gula : 45oC
- Jumlah blower : 6 set
- Laju volumetric udara : 172 m/menit
- Jumlah pemanas : 5 unit
- Jumlah pendingin : 1 unit
- Lebar fluit bed : 1500 mm
- Panjang fluit bed : 15000 mm
h. Saringan Gula

- Fungsi : pendingin gula


- dimensi : 3,6 x 1,8 m
- jumlah : 3 segmen
- Tegangan (volt) : 220 v, 500 rpm
- fungsi : Memisahkan gula standart, kasar, dan halus

7. Stasiun Pengemasan
a.
Mesin
Pengemasan

- Kapasitas : 400 karung/jam

(bagging)

- Berat masing-masing : 50 kg
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Memasukkan gula ke dalam karung

8. Mesin Pada Work Shop


a. Mesin Bubut

- Type : 112-M-4-TH
- Tegangan : 380 volt
- Daya : 4 KW
- Kecepatan putaran : 1440 rpm

b. Mesin Scrap

- Kuat arus : 380 Am


- Type : Y90L-4
- Daya : 1,5 KW
- Kuat arus : 3,7 Amp
- Tegangan : 380 Volt

c. Bor

- Kecepatan putaran : 1400 rpm


- Type : C90L-4
- Daya : 2 HP
- Tegangan : 220/380 Volt
- Kuat arus : 6,5/3,8 Amp

d. Mesin Gerinda

- Kecepatan putaran : 1430 rpm


- Type : Y100LA-4
- Power : 2,2 KW; 5/8,7 Amp; 220/380 Volt

9. Boiler

- Kecepatan putaran : 1430 rpm


- Produksi : Yosihimine Japan (1981)
- Type : H-1.6005

- Temperature uap : 325oC 10oC


- Tekanan : 20 kg/cm2
10. Turbin Uap

- Jumlah : 2 unit
- Kecepatan putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk : 18 kg/cm2
- Daya : 3600 KW

11. Mesin Diesel

- Jumlah : 2 unit
- Produksi : Kubota Japan
- Model : C6DABHOS
- Daya : 480 BHP
- Kecepatan putaran : 1500 rpm
- Jumlah : 2 unit

2.8.2

Daftar spesifikasi peralatan produksi

Table 4. Daftar Spesifikasi Peralatan Produksi


Peralatan (Equipment)
a. Cane Lifter Hilo

- Produksi
- Type

spesifikasi
: Cameco U.S.A (1981)

: Hilo

- Kapasitas : 10 ton
- Jumlah

: 2 unit

- Fungsi : Mengangkat tebu dari truk


- Volume : 30 m3

b. Buffer Tank

- Ukuran : 3450mm x 3300mm


- Fungsi
c.

Saringan

Gula

(Vibrating

Screen)

Tanki tunggu nira kental

- Jumlah : 1 unit
- Lebar saringan : 1800 mm
- Panjang saringan : 3600 mm
- Kapasitas : 30 ton/ jam
- Kemiringan : 10
- Fungsi
- Jumlah

d. Saringan Gula Kasar

: Menyaring gula
: 3 segments

- Lubang saringan : 9 mesh


- Diameter kawat : 0,8 mm
- Fungsi
- Jumlah

e. Saringan Gula Normal

: Menyaring gula
: 3 segment

- Lubang saringan : 22 mesh


- Diameter kawar : 0,4 mm
- Fungsi : Menyaring gula
- Merk /Type : Hidrolik Flex USA

f. Truck Tipper

- Kapasitas : 15 ton
- Jumlah : 1 unit
- Fungsi : Memindahkan tebu dari bak truk ke feeding cane
g.

Magnetic

Tramp

Iiron

carrier
- Merk /Type : Eliez magnetic Japan

Separator

- Jumlah : 1 unit

h. Raw juice tank

- Fungsi : Membersihkan tebu dari kotoran berupa logam


- Kapasitas : 20 m3
- Jumlah

: 1 unit

- Fungsi : Tangki penampung nira mentah


i. Imbibisi Water Tank

- Ukuran : 2000 mm x 7300 mm x 1200 mm


- Kapasitas : 20 m3
- Jumlah

: 1 unit

j. Bagacillo fan

k. Cake Bunker

- Fungsi : Tangki air imbibisi


- Kapasitas : 240 m3
- Jumlah

: 1 unit

- Fungsi

: Penyaring ampas tebu

- Merk/ Type KHI Japan


- Kapasitas : 64 m3
- Jumlah

l. Graeehopper Strainer

: 1 unit

- Fungsi : Menampung ampas halus hasil gilingan


- Kapasitas : 20 m3
- Jumlah

: 1 unit

- Fungsi : Mengayak kapur agar didapat kapur yang cukup


halus
- Merk/Type : KHI Japan

2.8.3

Utilitas

Untuk mendukung kelancaran proses produksi, maka diperlukan utilitas yaitu :


1. Air
Dalam proses pembuatan gula, air merupakan utilitas yang sangat diperlukan.
2. Tenaga Listrik
Tenaga listrik sangat diperlukan untuk menjalankan proses produksi, sehingga diperlukan
pembangkit tenaga listrik sendiri demi kelancaran proses produksi tersebut. Turbin
digerakkan dengan menggunakan uap kering yang dihasilkan dari boiler yang disuplai
melalui power house. Turbin menggerakkan gear untuk memutar generator yang
menghasilkan arus listrik. Tenaga listrik digunakan untuk penerangan pabrik, kantor dan
kompleks perumahan. Fungsi utama tenaga listrik ini adalah untuk menggerakkan alatalat proses produksi.
Sedangkan diluar masa giling pembangkit listrik yang digunakan adalah mesin diesel dan
listrik yang dihasilkan untuk keperluan penerangan work shop, penggerak motor serta
keperluan lainnya.
a. Tenaga Uap
Tenaga uap sangat diperlukan untuk menggerakkan turbin uap generator listrik,
penggerak turbin gilingan, penggerak turbin uap cane cutter dan keperluannya. Tenaga
uap yang digunakan diperoleh dari dua unit boiler jenis ketel pipa air dengan kapasitas
masing-masing 60 ton uap/jam dengan tipe H-1600S.
b. Work Shop
Work Shop berfungsi untuk pelayanan teknis, produksi dan pelayanan jasa. Work Shop
digunakan untuk perbaikan dan perawatan peralatan. Dalam pengoperasian, operator

biasanya mendatangi tempat-tempat dimana terjadinya kerusakan peralatan ataupun


diperbaiki di Work Shop yang ada antara lain BPT (Bagian Pelayanan Teknis). Bagian ini
berfungsi untuk melayani pekerjaan-pekerjaan dipabrik yang tidak biasa dilayani oleh
work shop.

2.9 Pengelolaan Limbah/Waste Treatment


Limbah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari setiap proses produksi, jika
penanggulangan limbah tidak diperhatikan dan ditanggulangi dengan serius maka dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, yang dapat merugikan lingkungan maupun pihak
perusahaan itu sendiri. Air limbah berasal dari beberapa stasiun produksi, diantaranya berasal
dari stasiun gilingan, pemurnian, evaporator, putaran, boiler, dan power house. Air limbah ini
bersifat asam sehingga dapat merusak lingkungan.
Dalam penanggulangan limbah pada Pabrik yang akan didirikan, terdiri dari 4 kolam
yang masing-masing memiliki fungsi dan penanggulangan yang berbeda dan 1 kali
pengendapan sebagai tahap akhir dari proses pengolahan limbah.
a. Penanggulangan limbah cair
Tahapan dalam pengolahan air limbah pabrik gula dilakukan dengan menggunakan
beberapa jenis kolam sebagai berikut :
- Kolam Penampungan/Pengendapan
Limbah cair dari proses pengolahan dan utilitas dialirkan dengan menggunakan
pompa ke kolam penampungan untuk diendapkan. Kolam penampungan ini terdiri
dari penampungan soda, kolam kotoran nira, kolam air cucian dan kolam air
pendingin. Fungsi dari kolam penampungan ini adalah untuk melakukan degradasi
-

bahan dan menstabilkan pengaruh suhu, asam dan zat kimia lainnya.
Kolam Anaerob
Limbah cair yang masuk pada kolam ini berasal dari stasiun gilingan, pemurnian,
evaporator, putaran, boiler, dan power house yang mengandung lemak, gula, ampas,
dan lain-lain yang telah diendapkan di kolam pengendapan. Limbah ini memiliki pH
4,5-5,0, temperatur 280C-350C, dengan ukuran 60 m x 90 m x 4 m. Pada kolam ini
dilakukan pengembangbiakan bakteri Anaerob, yang berfungsi untuk menguraikan
limbah tanpa menggunakan oksigen. Timbulnya gelembung udara dari dalam kolam
ke permukaan merupakan indicator yang harus diperhatikan serta biogas dan

ketebalan scum yang diperkirakan 15 cm.


Kolam Vakultatif
Limbah yang berasal dari kolam anaerob dialirkan ke kolam vakultatif dan didiamkan,
dengan bantuan sinar matahari akan terjadi perubahan bakteri anaerob menjadi

asimilasi. Kolam ini memiliki pH 5,0 5,5 dengan temperature 28 0C 300C dan
ukuran 30 m x 90 m x 3,5 m. Kolam vakultatif merupakan kolam tempat dimana
-

proses dekomposisi telah selesai.


Kolam Aerob
Penurunan aktifitas bakteri aerob dilakukan di kolam aerob yaitu dengan

menghilangkan bau air limbah.


Kolam Sedimentasi
Adanya pertumbuhan ganggang merupakan pertanda positif pada kolam sedimentasi
yang akan diikuti dengan mulai beningnya warna air. Pada kolam sedimentasi terjadi
pengendapan dan penyaringan air limbah. Penyaringan air limbah dilakukan pada pH
6,09,0 dengan debit air 24 jam 9501000 m3. Proses pengendapan akan membentuk
massa lumpur/satuan waktu. Dalam kolam sedimentasi tingkat keasaman (pH) air

limbah diupayakan netral dengan menambahkan kapur tohor.


Kolam Aerasi
Dalam kolam aerasi terjadi peningkatan nilai oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang
dilakukan dengan mengikat oksigen dari udara melalui curahan air oleh aerator.
Aerator juga dapat difungsikan untuk member makan bakteri aerob, menghilangkan
gas-gas yang terperangkap dari air mengabsorbsi oksigen ke dalam air. Aktifitas
mikroorganisme digunakan untuk mendegradasi bahan-bahan organic secara aerob.
Aerasi ditujukan untuk mereduksi COD, BOD dan TSS hingga berada pada baku

mutu limbah yang ditetapkan.


Kolam Lumpur Aktif
Dalam kolam lumpur aktif akan terjadi pengikatan ion dan selanjutnya diendapkan.
Setelah proses pengendapan Air limbah disaring dengan menggunakan pasir dan ijuk.
Selanjutnya air dari kola mini dialirkan sebagai effluent dan kontrol hasil akhir
pengolahan.

b. Pada penanggulangan limbah padat adalah:


- Pemanfaatan blotong untuk bahan pupuk kompos
- Pemanfaatan ampas tebu untuk bahan bakar di boiler dan pupuk kompos
c. Pengolahan limbah gas.
Penanganan abu cerobong ketel yang mengandung abu ketel (dengan pemasangan wet
scrubber pada gas duck boiler)
2.10 Perencanaan Tata Letak Industri Gula
a. gambar bagan keterkaitan antar aktivitas industri gula

Gambar 6. Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas Industri Gula Pasir


Keterangan :
b.

A : mutlak, letak antar aktivitas harus saling berdekatan dan bersebelahan


E : sangat penting kegiatan tersebut berdekatan
I : penting bahwa kegiatan tersebut berdekatan
O : biasa (kedekatannya) dimana saja tidak bermasalah
U : tidak perlu adanya keterkaitan
X : tidak diinginkan kegiatan tersebut diberdekatan.

gambar rencana tata letak industri gula


JALAN UTAMA
Ruang
Keamanan

Parkir
Kendaraan
Kantor

Ruang
makan

Ruang
Keamanan

mushol
la

EMPLACEMENT

Stasiun
persiapan

toilet

Pintu masuk
bahan baku

R.work
shop

Stasiun
penangana

Parkir
truk

Stasiun

Stasiun
boiler

Stasiun
pemurnian

Stasiun

Stasiun
penguapan

Stasiun
Stasiun
penyelesaia
Stasiun
penggudan
gan

Stasiun
pengemasa
n

WASTE TREATMENT

Stasiun
power

Anda mungkin juga menyukai