DOSEN :
YERNISA , S.TP., MP
OLEH KELOMPOK 3 :
MAHANAIM ADITYA BARUS
D1C011006
SITI NURAENI
D1C011015
DODI DESWANDI
D1C011027
D1C011039
YUNI ASTRINI
D1C011070
M. ARDIANTO
D1C011062
CHRISTINA S.
D1C012009
1. PENDAHULUAN
kebutuhan pokok rakyat yang cukup strategis yaitu sebagai bahan pangan sumber kalori yang
menempati urutan keempat setelah padi-padian, pangan hewani serta minyak dan lemak,
dengan pangsa sebesar 6,7 persen. Sebagai salah satu sumber bahan pemanis utama, gula
telah digunakan secara luas dan dominan baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga
maupun bahan baku industri pangan. Realita ini terjadi karena di satu sisi gula mengandung
kalori sehingga dapat menjadi alternatif sumber energi dan di sisi lain gula digunakan sebagai
bahan pengawet dan tidak membahayakan kesehatan pemakainya. Sebagai salah satu bahan
pangan pokok, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tebu mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri
gula tebu karena kandungan gula yang terdapat di dalam batangnya. Karena mengingat
permintaan konsumsi gula tebu dari tahun ke tahun di pasaran semakin meningkat, maka itu
perlu adanya pengembangan industi gula dari tanaman tebu ini. Industri gula tebu merupakan
salah satu pilar dan penggerak ekonomi nasional. Pengembangan industri gula tebu dalam
skala besar maupun skala kecil perlu adanya teknologi yang tepat dalam proses produksinya.
Sehingga dapat memberikan nilai lebih dari produk gula tebu yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
Rancangan Industri yang dibuat bertujuan untuk membangun dan mengoperasikan
pabrik gula dengan produk utama adalah gula pasir putih premium yang bahan baku
utamanya adalah tebu.
II. ISI
orang-orang dan penetapan tugas, fungsi-fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masingmasing dengan tujuan terciptanya aktifitas-aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah alat organisasi untuk
mencapai tujuannya. Administrator atau manajer harus berupaya mengerahkan kelompok
orang-orang yang di bawahnya seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.3.1 Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi akan dapat dilihat hubungan dan kerjasama dalam suatu
organisasi. Struktur organisasi merupakan bahan yang memberikan gambaran secara skematis
tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi
secara jelas dan terperinci. Bagan organisasi menunjukkan:
a.
b.
c.
d.
e.
Pembagian kerja
Pimpinan dan bawahan
Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
Pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
Tingkatan-tingkatan dalam manajemen
Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur
organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Struktur
organisasi dari industri yang akan didirikan dapat dilihat pada gambar berikut ini :
MANAGER PABRIK
KA. DINAS
TATA USAHA
KA. DINAS
TEKNIK
TUK
ASISTEN
CANEYARD
TRANSPOR
T DINAS
SIPIL/ALAT
BERAT
GUDANG
TIMBANGAN
ASISTEN
WORKSH
OP
ASISTE
N
BOILER
BERAT
ASISTEN
GILINGA
N
KA. DINAS
LABORATORIUM
ASISTEN
LAB
ASISTEN
LIMBAH
KA. DINAS
PENGOLAHAN
ASISTEN
WATER
TREATMENT
ASISTEN
LISTRIK
INSTRUMENT
ASISTEN
PENGUAPA
N
ASISTEN
PEMURNIA
N
ASISTEN
MASAKA
N
ASISTEN
PUTARA
N
a. Pimpinan
= 14 orang
b. Karyawan Pelaksana
= 205 orang
Jumlah
= 292 orang
Adapun jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 1. Susunan Tenaga Kerja berikut :
Tabel 1. Susunan Tenaga Kerja
N
o
1
Umum
Kantor Manager
- Manager
- TUK/Umum/G.Material
- Gudang Hasil
Dinas Teknik
- Kantor Dinas teknik
- Boiler
- Mill
- Power House/ Listrik
- Instrument
- Workshop
- Cane yard
- Keamanan
Dinas Pengolahan
- Kantor Dinas
- Pemurnian
- Penguapan
- Masakan
- Putaran
- Pengarungan
Laboratorium
- Laboratorium Pabrik
- Water Treatment
- Instalasi Limbah
- Timbangan
- Total
Pimpinan
(orang)
Karyawan
Pelaksana
(orang)
Jumlah
(orang)
1
1
20
10
1
20
11
1
1
1
1
1
-
7
10
15
10
14
10
20
9
10
16
21
17
14
16
20
9
1
1
1
1
1
1
5
10
10
15
11
2
6
16
17
23
16
14
1
14
15
3
3
6
205
24
6
6
12
292
Agar produksi pada industri gula dapat berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk
mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur menjadi tiga shift, yaitu:
1. Shift I mulai pukul 07.00 sampai 17.00 WIB
dikenal tiga metode pengolahan. Metode defekasi (penambahan zat kapur tohor), sulfitasi
(panambahan susu kapur dan gas SO2), dan karbonatasi (pemberian susu kapur dan gas
CO2). Ketiga memiliki kelebihan dan kekurangan ditinjau dari aspek biaya produksi, kualitas
gula, kehilangan gula selama proses, dan pemasaran gula. (Rohmatulloh, et.al., 2009)
2.5.1 Proses Pembentukan Gula Pada Tanaman Tebu
Gula tebu atau sukrosa adalah karbohidrat yang mempunyai rumus molekul C12(H12)11.
Sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari dua komponen monosakarida yaitu Dglukosa dan D-fruktosa. Ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa terdapat pada atau
karbon nomor satu pada glukosa dan atom nomor dua pada fruktosa melalui atom oksigen.
Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon yang memilki gugus OH glikosidik, atau
atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa
(Poedjiadi, 1994).
Menurut Goutara (1985), sukrosa terbentuk di dalam tanaman dari hasil fotosintesis,
yang mula-mula menghasilkan gula tunggal (monosakarida) dengan rekasi kimia sebagai
berikut :
Cahaya matahari
6C02 + 6H2O + 675 kal
C6H12O6 + 6O2
Klorofil
Jumlah (%)
0,5-1,5
Sukrosa
Zat organic (abu)
Sabut (selulosa, pentosan)
Asam organic
Bahan lain (lilin, zat warna, ikatan N, air)
11-19
0,5-1,5
11-19
0,15
65-75
Ruter (1975) dalam Young-Jae (2005) menyatakan, komposisi kimia batang tebu tidak
selalu sama, terutama dalam jumlah sukrosa. Perbedaan komposisi kimia tersebut
dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan sukrosa dalam tanaman
tebu, seperti varietas tebu, tingkat kematangan, iklim, kondisi tanah, pemupukan dan
pengairan.
2.6 Nira Tebu
Nira merupakan cairan hasil penggilingan batang tebu yang berwarna coklat
kehijauan. Nira dibentuk secara alami dalam jaringan tumbuh-tumbuhan, selanjutnya
diekstraksi dan dimurnikan di laboratorium atau pabrik. Nira tebu dalam keadaan segar terasa
manis, berwarna coklat kehijau-hijauan dengan pH 5,5-6,0 (Puri, 2005). Kondisi dan sifatsifat nira ini akan menentukan sifat dan mutu produk yang dihasilkan (Muchtadi, 1992).
2.6.1 Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu
Nira tebu merupakan campuran dari berberapa komponen. Komposisi nira tebu tidak
akan selalu sama, tergantung pada jenis tebu, kondisi geografis, tingkat kematangan, serta
penanganan selama penebangan dan pengangkutan (Reece, 2003). Umumnya nira terdiri atas
73-76% air, 11-16% serat, dan 11-16% padatan-padatan terlarut dan tersuspensi (James dan
Chen, 1985). Komposisi padatan terlarut yang terdapat di dalam nira tebu disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 3. Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu
Komponen
g/100g basis kering
Bahan gula
75.0-94.0
- Sukrosa
70.0-90.0
- Glukosa
2.0-4.0
- Fruktosa
2.0-4.0
Tabel 3. Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu (Lanjutan)
Komponen
g/100g basis kering
- Oligosakarida
0.001-0.05
Garam
3.0-4.5
- Dari asam organic
1.5-4.5
- Dari asam anorganik
1.0-3.0
Asam organic
1.5-5.5
- Asam karboksilat
1.1-3.0
- Asam amino
0.5-2.5
Bahan-bahan organik bukan gula lainnya
Protein
Pati
Polisakarida terlarut
Lilin, lemak dan fosfolipid
0.5-0.6
0.001-0.18
0.03-0.50
0.04-0.15
1. Menetralkan kelebihan air kapur (Ca(OH)2) pada nira terkapur pH-nya mencapai
7,07,2.
2. Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh
pada warna kristal dari gula.
d. Floculant
Floculant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang berfungsi sebagai pengikat
partikel halus yang tidak baik dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel
yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan kemudian disaring).
C. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi
yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses
produksi untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Bahan-bahan penolong yang
digunakan dalam produksi gula adalah :
a. Karung plastik yang digunakan untuk pengarungan gula.
b. Benang jahit untuk menjahit karung plastik.
2.7.2 Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula
Proses pengolahan tebu menjadi gula dibagi dalam berbagai stasiun yaitu :
1. Stasiun Persiapan
Stasiun persiapan adalah daerah lingkungan pabrik atau halaman pabrik yang
dipergunakan untuk menurunkan tebu dari truk ke lori. Berbagai peralatan bongkar
(unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan model angkutan yang ada, tebu yang
diangkut menggunakan trailer dibongkar menggunakan side unloader yang terpasang
pada 2 unit gantry crane, selanjutnya Hydraulic cane grab pada gantry crane bekerja
menumpuk dan mengumpan pada cross cane carrier.
Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss bak
di pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane
carrier.
Halaman pabrik yang ada pada stasiun persiapan dinamakan EMPLACEMENT.
Ada dua macam emplacement yaitu emplacement dalam dan luar. Tebu sebelum digiling
terlebih dahulu diadakan :
a. Penimbangan
Penimbangan dimaksudkan untuk mengetahui berat tebu yang masuk tiap-tiap
24 jam, karena akan menentukan pemasukan tebu hari berikutnya. Pada proses
penimbangan tebu yang berasal dari perkebunan diangkat ke pabrik dengan trailer
(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat). Sebelum sampai ke halaman pabrik,
tebu beserta truk ditimbang terlebih dahulu dengan cara melewati jembatan timbang
dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak,
lokasi, jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Kemudian
setelah tebu ditimbang maka berat keseluruhan dikurangi berat truk sehingga
diperoleh berat bersih. Selanjutnya, truk yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik
melewati jembatan timbang keluar untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.
Cane cutter I berfungsi memotong tebu agar tebu terpotong-potong rata walaupun
masih kasar, untuk mempermudah penggilingan.
b. Cane cutter II
Tahap berikutnya tebu dimasukkan ke cane cutter II yang digunakan sebagai alat
pemecah tebu yang telah dipotong-potong oleh cutter I supaya lebih halus dari cutter
I, sehingga penggilingan berlangsung lebih mudah.
3. Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan tebu akan digiling yang bertujuan untuk mendapatkan air nira
sebanyak mungkin. Penggilingan (pemerasan) dilakukan lima kali dengan unit gilingan
(Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang
berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga buah roll yang terbuat dari (satu set) yang
mempunyai permukaan yang beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk
memperlancar aliran nira dengan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas (Top
Roll) dengan roll belakang (bagasse roll) lebih kecil daripada jarak antara roll atas dan
roll depan (feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat
penggiling adalah 15002000 Kg.cm2 dengan putaran yang berbeda-beda antara
gilingan I dengan gilingan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm, gilingan II 5,0
rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,2 rpm dan gilingan ke V 3,8 rpm dan sesuai
dengan kebutuhannya.
Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah sebagai berikut :
a. Tebu pada cane cutter I dibawa elevator ke mesin gilingan I. Air perasan (nira) dari
gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin gilingan I masuk ke
mesin gilingan II untuk digiling kembali. Air perasan (gilingan) yang diperoleh dari
bak penampung I disebut primary juice masuk ke dalam bak penampung nira I.
b. Nira yang berasal dari penggilingan I dan II ditampung pada bak penampung I masih
mengandung ampas yang sama-sama disaring pada juice strainer kemudian
dimasukkan pada gilingan II dan nira yang disaring ditampung dalam tangki dan siap
dipompakan pada stasiun pemurnian.
c. Ampas tebu yang berasal dari penggilingan II dibawa ke penggilingan III untuk
digiling kembali. Nira ditampung pada bak penampung II dan digunakan untuk
menyiram ampas pada gilingan I, agar penggilingan berjalan dengan lancar.
d. Ampas tebu dari penggilingan III dibawa ke penggilingan IV. Air perasan ditampung
pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan III
agar nira yang dikeluarkan semakin optimal.
e. Ampas tebu dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk digiling kembali. Air dari
gilingan IV ditampung pada bak IV dan gunanya untuk menyiram ampas pada
gilingan IV.Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi dengan temperature sekitar
60700C berasal dari kondensat evaporator badan IV dan V.
f. Ampas tebu (bagasse) darai gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor melalui
satu plat saringan, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju boiler dan ampas
halus dipisah untuk selanjutnya digunakan untuk membantu proses penyaringan pada
alat vacum filter di stasiun pemurnian.
Proses penggilingan sangat mempengaruhi kandungan nira tebu, dimana semakin
banyak tebu mengalami penggilingan maka kadar niranya akan semakin sedikit. Ampas
tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor melalui satu plat saringan
dimana ampas kasar dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan bahan bakar dan
sebagian dibawa menuju gudang ampas sebagai cadangan bakar. Ampas yang sudah
halus dihisap dengan bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke
bagacillo tank untuk digunakan sebagai pencampur pada rotary vacuum filter.
Air imbibisi yang diberikan pada ampas gilingan IV berfungsi melarutkan nira yang
masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Debit alir air imbibisi adalah 2630 m3/jam
dan suhu 700C dengan perbandingan 1924% dari berat tebu untuk kapasitas tebu per
hari. Bila air imbibisi yang diberikan terlalu banyak, maka akan gula yang dilarutkan
semakin banyak, akan tetapi diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menguapkannya.
Jika nilai imbibisi kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas yang cukup
tinggi, karena itu perlu ditentukan jumlah air imbibisi yang optimum ditambahkan
selama penggilingan berlangsung. Apabila persediaan telah habis sehingga stasiun
penggilingan terhenti maka roll mill harus disemprot dengan larutan kapur yang
berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.
dikatakan nira mentah imi hampir masih semua komponen/partikel yang terdapat pada
tebu masih ada di dalamnya. Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan
kotoran dari dalam nira sehingga nira dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa.
Tujuan utama pemurnian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
terkandung dalam nira mentah. Ada beberapa tahap yang dilakukan didalam proses
pemurnian yaitu :
a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)
Nira yang berada di tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan
dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Sistem penimbangan nira mentah
dapat bekerja secara otomatis dengan menggunakan timbangan Maxwelt Bolougne.
Prinsip kerja dari alat ini adalah atas dasar system kesetimbangan gaya berat bejana
dan bandul, dimana akan berhenti secara gravitasi ke tangki penampungan. Berat
timbangan diperkirakan mencapai 6,5 ton.
b. Pemanasan Nira I (Juice Heater I)
Setelah nira mentah ditimbang, selanjutnya ditampung pada tangki
penampung nira tertimbang. Kemudian dipompakan ke alat pemanas I (primary
heater) yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas I adalah untuk
menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan mikroorganisme, sehingga
komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira pada bejana pengendapan nanti. Pada
badan pemanas I nira dipanaskan hingga suhu 700C, kemudian nira dialirkan ke
dalam pemanas II dan dipanaskan hingga temperature 75 0C. Uap panas pada
pemanas nira I merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II,
dengan demikian uap dapat dipakai seefektif dan seefisien mungkin.
c. Tangki Defekasi (Defecator)
Setelah nira dipanaskan pada pemanas nira kemudian dipompakan ke tangki
defekasi dan diberikan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah pH nira 5,6
menjadi 8,08,5. Tujuan dari penambahan nira menjadi basa karena gula akan rusak
bila gula dalam keadaan basa. Pemasukan susu kapur diatur dengan control valve
yang dikendalikan oleh pH indicator controller.
d. Tangki Sulfitasi
Tangki sulfitasi berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi
dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat para bolis berfungsi untuk
membantu proses pencampuran dapat berjalan dengan kontinyu. Penambahan gas
SO2 dengan maksud agar nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,06,5
pada suhu 700C750C dengan waktu lima (5) menit. Pada tangki sulfitasi ini
diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Selanjutnya
Gambar 4. Evaporator
6. Stasiun Masakan
Tujuan dari stasiun pemasakan adalah untuk mempermudah pemisahan Kristal gula
dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga diperoleh hasil yang memiliki kemurnian
yang tinggi dengan kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan dan
diperlukan untuk mengubah sukrosa dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan
gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari proses produksi yaitu tetes yang mengandung
gula sangat sedikit, bahkan diharapkan tidak gula sama sekali.
Dalam stasiun masakan di pabrik ini menggunakan system tiga tingkatan masakan
yaitu :
a. Masakan A
Masakan A adalah masakan paling awal yang menghasilkan gula A dan stroop A
(mengandung sukrosa). Pada maskan A terdapat dua buah fan masakan yang dapat
mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk. Dimana stroop A akan diproses
kembali agar mengkristal dan dapat menghasilkan gula B.
b. Masakan B
Stroop A yang berasal dari masakan A akan dimasak kembali di masakan B dimana
proses pemasakan ini menghasilkan Kristal gula B dan stroop B. Pada masakan B
terdapat satu buah fan masakan yang dapat mengkristalkan 62% dari nira kental yang
masuk. Kemudian stroop B akan diproses kembali pada masakan D
c. Masakan D
Stroop B yang berasal dari maskan B akan dimasak kembali di masakan D dimana
proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan klare D dengan menggunakan
bahan dasar stroop A, stroop B dan klare D. Pada masakan D terdapat dua buah fan
masakan yang dapat mengkristalkan 58% dari nira kental yang masuk.
7. Stasiun Putaran
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan tetes yang
terdapat dalam masakan. Hasil pengkristalan dalam pemasakan adalah campuran antara
kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja berdasarkan gaya sentrifugal. Untuk
mendapatkan kristal dalam bentuk murni dilakukan pemisahan campuran dengan
menggunakan kekuatan gaya sentrifugal.
Pada prinsipnya cara kerja pada stasiun ini massequite diputar sehingga dapat
terpisahkan antara Kristal gula dan stroop. Pemisahan ini karena adanya gaya sentrifugal
dari alat pemutar, yang berupa cairan yang aka menembus saringan pada alat pemutar
sedang zat padatnya yaitu Kristal gula yang akan tertinggal. Sistem pemutaran yang
digunakan yaitu :
a. Putaran A dan B
Nira kental yang berasal dari masakan dialirkan ke stasiun pemutaran dan diputar
untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang
memisahkan antara stroop A dan kristal gula A pada putaran A dan stroop B dan
kristal gula B pada putaran B.
b. Putaran D1 dan D2
Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D1 dan D2
diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula pada masakan A.
dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang memisahkan tetes dan kristal
gula D.
c. Putaran SHS
Kristal gula yang dihasilkan dari putaran A dan B dibawa oleh screw conveyor ke
magma mingler. Larutan gula yang ada pada putaran tangki A dan B akan terpisah
tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal, maka untuk menghilangkan
larutan tersebut dibantu dengan mencampurkan dengan air panas, selanjutnya diputar
pada SHS sehingga memperoleh kristal gula yang berkualitas.
8. Stasiun Penyelesaian
Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator dimana
kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu dilakukan pengeringan
dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standar. Gula SHS tersebut
dimasukkan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana system pemanasan dan
pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan udara panas pada suhu
kira-kira 80900C yang dialirkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler, kemudian
gula tersebut dimasukkan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke vibrating screen. Pada
vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan yang
cukup. Dalam sugar dryer dan cooler dilengkapi dengan suatu alat pemompa yang
berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS.
Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan
imbibisi oleh pemisahan nozel untuk menangkap partikel-partikel gula halus. Kemudian
gula tersebut dimasukkan ke dalam bak penampung dan dialirkan ke stasiun masakan
untuk proses gumpalan-gumpalan gula yang dimasukkan ke dalam tangki peleburan gula
selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula standar
dimasukkan ke alat pembawa gula penyadap logam yang mana penyadap logam ini
berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan
gula produksi.
9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi
Setelah melewat proses penyelesaian, kristal gula kemudian ditampung dalam sugar
bin untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim sinyal
bobot pada timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat
kristal dalam kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja
Gambar 5. Pengemasan
Proses pengolahan tebu menjadi gula dapat dilihat pada diagram berikut :
tebu
Uap listrik
penimbangan
Air imbibisi
St.power
Cacahan tebu
uap
St.gilingan
ampas
St.boiler
St.pemurnian
blotong
vaccum
St.penguapan
air kondensat
Nira kental
St.masakan
Air kondensat
massecuite
St.putaran
Gula SHS
St.penyelesaian
OUTPUT
Gula
St.pengemasan dan penggudangan
Distributor
tetes
Table)
- Panjang : 7,5 m
- Kecepatan tetap : 5 m/menit
- Produksi : K.H.I japan (1981)
- Type : Steel slat
- Merk : Little King
- Power : 220/380V; 11 Kw; 1450 rpm; 3 phase; 50Hz
- Kapasitas : 4000 ton/hari
- Fungsi : Penumpukan tebu yang akan di potong
d. cane cutter I
- Jumlah : 2 unit
- Lebar : 1080 mm
- Kecepatan : 600 rpm
- Jumlah pisau : 64 buah
- Diameter : 1400 rpm
- Jarak pisau : 120 mm
- Merk : KHI japan
- Power : 220/380V; 1,5 Kw; 1420 rpm; 3 phase; 50Hz
- Fungsi : Memotong tebu
- Kapasitas : 4000 ton/hari
e. cane cutter II
- Jumlah : 1 unit
- Lebar : 1080 mm
- Kecepatan : 600 rpm
- Jumlah pisau : 64 buah
- Diameter : 1400 rpm
- Jarak pisau : 120 mm
- Merk : KHI japan
- Jumlah : 1 unit
- Produksi : Kawasaki Japan (1981)
- Type : Blade Knife
- Kecepatan putaran : 600 rpm
- Jumlah : 2 unit
3. Stasiun Pemurnian
a. Timbangan Nira Mentah
b. Juice Heater
- D. pipa pemanas : 36 mm
- Jumlah pipa : 484 batang
- Type : Colandrial
- Jumlah : 5 unit
- Normal Steam : 0,6 Kg/Cm2
c. Weighed Juice Pump
d. Defekator
berikutnya
- Kapasitas : 3 m3/jam
- Diameter : 1500 mm
- Tinggi : 2000 mm
- Kec. pengadukan : 500 rpm
- Jumlah : 1 unit
f. Neutralizing Tank
g. Flash Tank
- Diameter : 1650 mm
- Type : Cylindrial
- Tinggi : 1800 mm
- Diameter : 1520 mm
h. Continous Clarifier
- Kapasitas : 50 m3/jam
- Diameter : 10.375 mm
- Kecepatan putaran : 9 10 rpm
- Suhu nira masuk : 105oC
- Suhu nira keluar : 98oC
i. Vacum Filter
nertralizing tank
- Merk/ Type : Little King/ Ebara Japan
- Kapasitas : 4 m3/jam
- Power : 220/380V;2,2 Kw;930 rpm; 3 phase; 50 Hz
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Tangki susu kapur
4. Stasiun Penguapan
a. Evaporator
b. Condensat Receiver
c. Syrup pump
d. Syrup Sulphitator
Tank
5. Stasiun masakan
a. Clandria Vacum Pan
- Type : Cylindrical
- Jumlah : 3 unit
- Kapasitas : 500 liter
- Luas pemanas : 280 m
- Tebal pipa pemanas : 2 mm
- Diameter : 4700 mm
- Tinggi : 1250 mm
- Diameter ruang uap : 5200 mm
c. Mascuite Receiver
- Jumlah : 5 unit
- Merk/Type : Little King
- Kapasitas : 550 liter
- Lebar : 2700 mm
- Panjang : 8000 mm
- Kecepatan pengadukan : 0,3 rpm
- Fungsi : Pan untuk mendinginkan masakan
- Jumlah : 2 unit
- Jumlah : 2 unit
- Kapasitas : 300 liter
- Lebar : 2350 mm
- Panjang : 8000 mm
- Kecepatan pengadukan : 0,5 rpm
- Power : 220/380V; 2,2Kw; 1450rpm;
3 phase; 50Hz
f.
Reheater
(Pemanasan
Lanjutan)
g. Receivaer Masakan
h. Vacum Pamp
- Jumlah : 1 unit
- Kapasitas : 25 m3/ jam
- Merk/ Type : Little King /Polan
- Power : 220/380V; 1450 rpm; 30 Kw
- Fungsi : Pompa penarik gula halus
- Jumlah : 1 unit
6. Stasiun Putaran
a. Putaran AB
c. Putaran SHS
d. Pencampur AB
e. Pencampur D
g. Sugar Dryer
7. Stasiun Pengemasan
a.
Mesin
Pengemasan
(bagging)
- Berat masing-masing : 50 kg
- Jumlah : 2 unit
- Fungsi : Memasukkan gula ke dalam karung
- Type : 112-M-4-TH
- Tegangan : 380 volt
- Daya : 4 KW
- Kecepatan putaran : 1440 rpm
b. Mesin Scrap
c. Bor
d. Mesin Gerinda
9. Boiler
- Jumlah : 2 unit
- Kecepatan putaran : 5800 rpm
- Tekanan masuk : 18 kg/cm2
- Daya : 3600 KW
- Jumlah : 2 unit
- Produksi : Kubota Japan
- Model : C6DABHOS
- Daya : 480 BHP
- Kecepatan putaran : 1500 rpm
- Jumlah : 2 unit
2.8.2
- Produksi
- Type
spesifikasi
: Cameco U.S.A (1981)
: Hilo
- Kapasitas : 10 ton
- Jumlah
: 2 unit
b. Buffer Tank
Saringan
Gula
(Vibrating
Screen)
- Jumlah : 1 unit
- Lebar saringan : 1800 mm
- Panjang saringan : 3600 mm
- Kapasitas : 30 ton/ jam
- Kemiringan : 10
- Fungsi
- Jumlah
: Menyaring gula
: 3 segments
: Menyaring gula
: 3 segment
f. Truck Tipper
- Kapasitas : 15 ton
- Jumlah : 1 unit
- Fungsi : Memindahkan tebu dari bak truk ke feeding cane
g.
Magnetic
Tramp
Iiron
carrier
- Merk /Type : Eliez magnetic Japan
Separator
- Jumlah : 1 unit
: 1 unit
: 1 unit
j. Bagacillo fan
k. Cake Bunker
: 1 unit
- Fungsi
l. Graeehopper Strainer
: 1 unit
: 1 unit
2.8.3
Utilitas
bahan dan menstabilkan pengaruh suhu, asam dan zat kimia lainnya.
Kolam Anaerob
Limbah cair yang masuk pada kolam ini berasal dari stasiun gilingan, pemurnian,
evaporator, putaran, boiler, dan power house yang mengandung lemak, gula, ampas,
dan lain-lain yang telah diendapkan di kolam pengendapan. Limbah ini memiliki pH
4,5-5,0, temperatur 280C-350C, dengan ukuran 60 m x 90 m x 4 m. Pada kolam ini
dilakukan pengembangbiakan bakteri Anaerob, yang berfungsi untuk menguraikan
limbah tanpa menggunakan oksigen. Timbulnya gelembung udara dari dalam kolam
ke permukaan merupakan indicator yang harus diperhatikan serta biogas dan
asimilasi. Kolam ini memiliki pH 5,0 5,5 dengan temperature 28 0C 300C dan
ukuran 30 m x 90 m x 3,5 m. Kolam vakultatif merupakan kolam tempat dimana
-
Parkir
Kendaraan
Kantor
Ruang
makan
Ruang
Keamanan
mushol
la
EMPLACEMENT
Stasiun
persiapan
toilet
Pintu masuk
bahan baku
R.work
shop
Stasiun
penangana
Parkir
truk
Stasiun
Stasiun
boiler
Stasiun
pemurnian
Stasiun
Stasiun
penguapan
Stasiun
Stasiun
penyelesaia
Stasiun
penggudan
gan
Stasiun
pengemasa
n
WASTE TREATMENT
Stasiun
power