Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Dislokasi ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III di Jurusan Keperawatan Mataram
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Mataram, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................

Daftar Isi ........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................
2. Tujuan ....................................................................................

3
4

BAB II. PEMBAHASAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pengertian ..........................................................................................
Etiologi ..............................................................................................
Manifestasi Klinik .............................................................................
Patofisiologi ......................................................................................
Klasifikasi ..........................................................................................
Komplikasi .........................................................................................
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik ...................................................
Penatalaksanaan ..................................................................................

5
6
6
7
7
9
9
10

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
.....................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................

12
12
13

BAB IV. PENUTUP


1. Kesimpulan
2. Saran

.....................................................................................
.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

16
16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan
kokoh antar rangka yang membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi.
Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian
fleksibel dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai
organ vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk
hid up. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan tersusun atas berbagai komponen
yang spesifik satu dengan lainnya. Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas
serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur
yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan sendi yang luas (fungsi
locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan besar dalam jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami
dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.
Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamenligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).
3

B. TUJUAN
Tujuan umum
Untuk menambah wawasan tentang dislokasi
Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi dari dislokasi
2. Mengetahui faktor penyebab / etiologi dislokasi
3. Mengetahui tanda dan gejala / manifestsi klinis dari dislokasi
4. Mengerti patofisiologi dari dislokasi
5. Mengetahui klasifikasi dari dislokasi
6. Mengetahui komplikasi dari dislokasi
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang / diagnostik dislokasi
8. Mengetahui penatalaksanaan dari dislokasi
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dislokasi

BAB II
PEMBAHASAN
4

A. PENGERTIAN
Dislokasi adalah suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Pada tempat
kejadian, dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi misalnya dislokasi siku atau bahu.
Dislokasi adalah patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan
patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6,
vol 2, Halaman1368 ).
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi
3,Halaman 1046)
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2355)
Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

B. ETIOLOGI

Trauma sendi dapat berupa :


1. Kontusio sendi biasa oleh benturan.
2. Joint strain oleh trauma kecil yang berulang.
3. Joint strain atau keseleo ada robekan mikroskopik dari ligament atau kapsul sendi
yang tidak mengganggu stabilitas.
4. Ruptur ligament
5. Dislokasi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olahraga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis
terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas pada persendian
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
4. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
5. Kekakuan
D. PATOFISIOLOGI
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga
menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat
merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan
sebagai dislokasi.
6

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal
yang menyebabkan dislokasi.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3,Halaman 2356) adalah:
1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling
sering terlihat pada pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak
struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada
orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :


1. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi kronik
3. Dislokasi berulang

Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap terlalu lebar
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi sendi bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah
glenoid (dislokasi inferior).
3. Dislokasi sendi siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yg dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah
bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4. Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah
telapak tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6. Dislokasi sendi panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.
F. KOMPLIKASI
a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
8

3. Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
4. Kelemahan otot
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X (rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.

3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CTScan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.
H. PENATALAKSANAAN
9

1. Medis
Pemberian obat obatan analgesik non narkotik
a. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 31 kapsul, anak: sehari 31/2 kapsul
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
a. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
b. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
c. Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit.
d. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
e. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
f. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
g. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
h. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.
3. Non medis

10

a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan


anastesi jika dislokasi berat.
RICE
1)
2)
3)
4)

R
I
C
E

: Rest (istirahat)
: Ice (kompres dengan es)
: Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
: Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISLOKASI


1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas,
fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna
atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
e. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
11

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.


Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan
kriteria hasil :
a). Klien tampak tidak meringis lagi.
b). Klien tampak rileks.
Rencana tindakan:
1. Kaji skala nyeri.
R: Mengetahui intensitas nyeri.
2. Berikan posisi relaks pada pasien.
R: Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R: Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
4. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.
R: Meningkatkan relaksasi pasien.
5. Kolaborasi pemberian analgesik.
R:Analgesik mengurangi nyeri
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas fisik klien
teratasi, dengan kriteria hasil :
1) Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
2) Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien.
R: Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan latihan ROM
R: Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.
3. Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
R: Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.
4. Monitor tonus otot
R: Agar mendapatkan data yang akurat.
5. Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga.
R: Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah. Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil : Klien menunjukkan
peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
1) Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
2) Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
12

Rencana tindakan:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
R: Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
R: Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Timbang berat badan setiap hari.
R: Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
R: Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi
gaster.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
R: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut
yang di encerkan bila mukosa oral luka.
R: : Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi dan
Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
R: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
8. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
R: Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
9. Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.
R: Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien teratasi, dengan
kriteria hasil :
1) Klien tampak rileks.
2) Klien tidak tampak bertanya-tanya.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingakat ansietas klien.
R: Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
R: Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien.
3. Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
R: Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan
penyakitnya.
13

4. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.
R: Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi.

e. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image teratasi.
Rencana tindakan:
1) Kaji konsep diri pasien.
R: Dapat mengetahui pasien.
2) Kembangkan BHSP dengan pasien.
R: Menjalin saling percaya pada pasien.
3) Bantu pasien mengungkapkan masalahnya.
R: Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
4) Bantu pasien mengatasi masalahnya.
R: Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.

14

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi terjadi
saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi. Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu
akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital)
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam pemberian
asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang berlaku.

15

DAFTAR PUSTAKA

Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC.


Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai