Anda di halaman 1dari 16

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. A. J

Umur

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Cempaka IV Jakarta Utara

Tgl / Jam Masuk

: 8 September 2015 / 12.00 WIB

Status Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Status Pernikahan

: Menikah

Agama

: Islam

Dokter yang Merawat

: dr. Linda Soekamto

B. ANAMNESIS
Auto anamnesis dilakukan pada tanggal 8 September 2015, pada pukul 12.00 WIB
Keluhan utama: OS mengeluh gatal pada pergelangan kaki kanan sejak 3 minggu SMRS.
Keluhan tambahan: OS juga mengeluh kulit kaki yang terasa gatal tersebut menjadi tebal.
Riwayat Penyakit Sekarang:
OS mengeluh gatal pada kaki sejak 3 minggu yang lalu, awalnya cuma dari kemerahan
biasa, kemudian karena gatal yang sangat maka OS mengaruk-garuk terus. Gatal dirasakan
hilang timbul, dan apa bila terjadi pada malam hari dapat membuat OS terganggu pada saat tidur.
Gatal tidak bertambah apabila OS berkeringat. Jika OS menggaruk kakinya yang gatal, maka
terasa nyaman lalu berubah menjadi sakit, baru OS berhenti menggaruk. Kemudian semakin hari
pasien menggaruk, maka pada bekas garukan timbul penebalan. Pasien sebelumnya sudah
melakukan pengobatan sebelumnya, tetapi tidak membaik juga.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Keluhan pasien ini sudah sering dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, keluhan ini hilang
timbul. kemudian hilang setelah diberi pengobatan. Riwayat kencing manis tidak ada, dan
riwayat tekanan darah tinggi juga tidak didapatkan. Pasien tidak mempunyai alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada keluarga OS yang mengalami hal serupa.
C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum

: Sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Berat Badan

: 62 kg

Tinggi Badan

: 157 cm

Status gizi

: IMT = 24,60 , overweigth

Tekanan Darah

: 130 / 80 mmHg

Nadi

: 82 x / menit, reguler, isi cukup

Pernapasan

: 17 x / menit, reguler

Suhu

: 37,6 oC

Mata

: Edema palpebra, konjungtiva (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+). pupil isokor

Gigi dan mulut

: Karies gigi (-), mukosa mulut normal dan tidak hiperemis

THT

: Telinga: normotia, liang telinga lapang.


Hidung: bentuk normal, mukosa hidung normal, sekret minimal.
Tenggorokan: mukosa faring posterior tidak hiperemis.

D. STATUS DERMATOLOGI
Pada regio tungkai bawah kanan bagian peergelangan kaki bagian lateral terdapat bercak
hiperpigmentasi, batas tidak tegas, terdapat ekskoriasi, skuama dan likenifikasi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran untuk melakukan pemeriksaan darah rutin, jenis leukosit, dan total IgE.
F. RESUME
Seorang wanita berusia 34 tahu datang ke RS dengan keluhan gatal-gatal pada
pergelangan kaki kanan sejak 3 minggu SMRS. Gatal yang dirasakan OS hilang timbul. Pada
bekas garukan terdapat likenifikasi dan hiperpigmentasi berukuran plakat yang disertai erosi
akibat garukan. Sebelumnya OS sudah pernah mengalami hal serupa sejak 3 tahun yang lalu.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja:
Neurodermatitis Sirkumskripta
Diagnosa Banding
1. Plak Psoriasis
2. Dermatitis atopik
3. Hipertropik lichen planus
H. PENATALAKSANAAN
1. Betamethasone dipropionate cream 0,05% sehabis mandi selama 3 minggu untuk mengurangi
peradangan dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya.
2. Antihistamin: Loratadine 10 mg 1x1 jika gatal mulai timbul, atau cetirizine 10 mg 1x1 atau
homoclomin 10 mg 1x1. Jika gatal masih mengganggu, bisa di tambah 2x sehari. Pada malam
hari bisa diberikan CTM 4 mg pada malam hari.
3. non medikamentosa untuk menghindari stress yang berlebih, banyak berolahraga.
I. PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad Fungsionam

: dubia ad bonam

Ad Sanationam

: dubia ad bonam

J. PEMERIKSAAN LANJUTAN
Melakukan kontrol kembali setelah obat habis, jika masih belum sembuh perlu
pemeriksaan fungsi hati, dan fungsi ginjal untuk memastikan tidak ada kelainan penyakit
sistemik.

PENDAHULUAN
I.

DEFINISI
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala neurodermatitis
timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan yang terus menerus
karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari neurodermatitis belum diketahui,
namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit
berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena
adanya penyakit yang mendasarinya, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu,
limfoma Hodgkin, hipertiroid. Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik,
dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi.
Neurodermatitis dikenal juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa
gatal yang berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa
kulit yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu, keluhan
utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit yang menerima
rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan emosinya. Variasi klinis dari
neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa. Contohnya pada pasien yang memiliki
riwayat penyakit dermatitis atopik memiliki onset lebih cepat untuk menjadi penyakit
neurodermatitis dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit dermatitis
atopik. Pada umumnya pasien yang menderita neurodermatitis telah mengetahui penyakitnya
sudah sejak lama, namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang penyakitnya yang
dipengaruhi oleh penyakit yang mendasar dan keadaan emosinya. Pembahasan mengenai
neurodermatitis dalam makalah ini dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat mengenai apa itu neurodermatitis, bagaimana mendiagnosa neurodermatitis dan
bagaimana tatalaksana pengobatan neurodermatitis1,2.

II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Kelompok usia dewasa 30 50 tahun paling sering mengalami keluhan neurodermatitis.
Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi
pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada
6

anak-anak, karena neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi
oleh keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia
terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein
yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya1,2. .
III. ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi.
Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya
gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid, penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologi
dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil yang
berisi protein X dan protein kationik akan menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel
mast akan mengaktifkan sel-sel saraf sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf
yang berisi CGRP (Calcitonin Gene-Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di
dermis juga akan meningkat sehingga akan melepaskan histamin dari sel mast yang
selanjutnya akan memicu pruritus. Semakin tinggi eosinofil pasien yang mengalami
neurodermatitis akan semakin sering pasien mengeluh gejala gatal1-3.
Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau gosokan akan mengakibatkan
penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang dipicu factor asing atau dari diri
sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan hyperkeratosis. Gatal pada neurodermatitis
bersifat lokal. Tempatnya tergantung dimana sering terpapar rangsangan pruritogenik. Pada
individu yang mengalami neurodermatitis rasa ingin menggaruk sangat besar, pasien akan
merasakan adanya gatal yang hebat dan tidak dapat mengontrol untuk menggosok atau
menggaruk pada tempat yang gatal2.
Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul seiring
dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak hiperpigmentasi
pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi pada tempat yang gatal dan
dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan karena seringnya pasien menggaruk
bagian yang gatal. Dari hasil studi immunohistokimia menunjukkan peningkatan jumlah dari
sel-sel saraf pada kulit terjadi terutama pada neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit
menunjukkan secara signifikan penurunan kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang
7

mengacu pada subklinikal neuropati sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya
mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan dengan STAT 6 beraktivasi bersama dengan
beberapa stimulus yang tidak diketahui yang mengaktivasi STST 3 yang mempunyai peranan
penting dalam pathogenesis neurodermatitis.2,3
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan
penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka
disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena
adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti
melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya
sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP
(Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan juga pada prurigo nodularis,
tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada
neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan
pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan.
SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal.
Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth
factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan
dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel
kapiler.4
IV. GEJALA KLINIS
Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal
yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya
pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak
bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan
rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema,
lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal,
likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi
dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping

leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,
tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki1,3

Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa
plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya skuamanya banyak
menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat
garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa
nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi
tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm1
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada suhu yang
lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal juga
dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis. Pada pasien muda, keluhan
gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi
keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya.
Kelainan kulit yang terjadi bisa berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang
menebal), kering, berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak
tegas dan bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak
ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk. lesi
tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan menggaruknya. Dari
9

pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa penebalan kulit dengan garis-garis
kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa
(memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian
tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman)
pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi
dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.3,4
V. PEMERIKSAAN

PENUNJANG

A. Pemeriksaan Uji Tempel


Pemeriksaan uji tempel bertujuan untuk memeriksa riwayat alergi pasien.
pemeriksaan uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan uji temple
diperlukan antigen, antigen standar buatan pabrik yang biasa dipakai, misalnya Finn
Chamber System Kit. Ada kalanya tes uji tempel dilakukan dengan antigen bukan standar
dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari
rumah atau lingkungan kerja yang bersifat toksik.1
Pemeriksaan uji tempel dilakukan dengan mengambil potongan kecil bahan alergen
yang sudah direndam dengan air garam kemudian dtempelkan ke kulit dengan memakai
Finn Chamber dan dibiarkan selama 48 jam. Pembacaan hasil uji tempel dilakukan secara
dua kali pembacaan. Pembacaan pertama setelah 48 jam sedangkan pembacaan kedua
setelah 72 atau 96 jam. pembacaan pertama bertujuan untuk memeriksa respon tubuh
pasien terhadap antigen dan pembacaan yang kedua bertujuan untuk membedakan antara
kontak alergi dengan kontak iritan1.
Hasil pembacaan yang pertama (48 jam)1 :
1.) Reaksi lemah : eritema, Infiltrat, papul
2.) Reaksi kuat : edema atau vesikel
3.) Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus
4.) Meragukan : hanya macula eritematosa
5.) Iritasi : terbakar, pustule atau purpura
6.) Reaksi negatif
7.) Excited skin
8.) Tidak dites
Hasil pembacaan yang kedua (72 jam)1:
10

1) Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan kedua
2) Reaksi Descrescendo : reaksi iritan, reaksi respon kuli cenderung menurun atau
membaik
B. Pemeriksaan Laboratorium
Dasar gejala neurodermatitis ialah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal dari reaksi
alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan metabolisme atau
gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis kita juga harus mengetahui
penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus. Pemeriksaan laboratorium
bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium bisa
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis, pemeriksaan
fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah.1,2
C. Histopatologi
Gambaran

histopatologik

neurodermatitis

sirkumskripta

berupa

ortokeratosis,

hipergranulosis, akantosis dengan rete ridge memanjang teratur. Bersebukan sel radang
limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah,
kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal,
menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel schwan berproliferasi, dan terlihat hiperplasi
neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

Gambar 1: Histopatologi neurodermatitis


diunduh dari http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.html

VI. DIAGNOSIS

11

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh
merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami
proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki,
siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal
timbul intermiten.1,3
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi
likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan
penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis,
akantosis dengan pemanjangan rete ridges, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.1-3
VII. DIAGNOSIS BANDING
Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :
a. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan kimia
yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus . penderita
umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan
lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang berbatas jelas
kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.4,5
b. Plak psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan karakteristik
plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang kasar, berlapislapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Llokasi terbanyak
ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.1,5
c. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna kemerahan b
erbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering ditemukan pada permukaan
fleksor dari ekstremital, genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi
12

imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan
konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk
siku-siku.5
d. Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul
gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan.
Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan
berskuama atau plak likenifikasi yang gatal.1,5
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama dari neurodermatitis adalah untuk mengurangi pruritus dan
memperkecil luka akibat garukan atau gosokan. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin
oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent
diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
low-poten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang
tebal.1,5-7
Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik topical ataupun oral. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku
yang dapat mencegah gatal dan garukan.6
Macam-Macam Obat7
a. Corticosteroids
Memiliki kegunaan sebagai anti-inflamasi, yang berguna mengurangi pruritus,
menipiskan liken, dan mengurangi reaksi inflamasi.
1. Clobetasol (Temovate)
13

Termasuk dalam superpotent steroid topical : suppresses mitosis dan meningkatkan


sintesis protein sehingga mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.
2. Fluocinolon 0,01% atau 0,025% cream (Synalar, Fluonid)
Merupakan topical steroid yang medium potent yang menhambat proliferasi sel, juga
sebagai imunosuprosor, anti-proliferasi, dan anti-inflamasi.
3. Hydrocortisone Valerate cream 0,02% (Westcort)
Salah satu derifat dari adrenokortikosteroid sesuai untuk penggunaan pada kulit atau
selaput lendir eksternal.
4. Fluocinonide cream 0,1% atau 0,05% (Lidex)
Merupakan topical corticosteroid yang menghambat proliferasi sel.
b. Anti-pruritic
Memberikan efek pengendalian terhadap pelepasan histamine secara endogen.
Sehingga dapat, mengurangi efek gatal, efek sedasi dan menyebabkan kantuk. Obat ini
bekerja menstabilkan membrane saraf dan mencegah transmisi dan inisiasi dari impuls
saraf, dan menghasilkan anastesi local.1,8
1. Diphenhydramine (Benadryl, Benylin, Diphen, Allermax)
Mengurangi rasa gatal yang disebabkan oleh pelepasan histamine.
2. Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton)
Penghambat histamine atau H1-Reseptor pada sel efektor di pembuluh darah dan
traktus respiratori.
3. Hydroxyne (Atarax, Vistaril)
Antagonis H1-Reseptor pada bagian luar, dan menekan aktifitas dari histamine.
4. Doxepin (Sinequan, Zonaton)
Penghambat aktifitas histamine dan asetilkolon. Penggunaannya dapat memberikan
efek sedasi, dan penyerapannya tinggi pada pemberian secara topical.
Edukasi Pasien

Anjurkan agar pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan bertambah berat
jika terus digaruk oleh pasien.

Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.

Memilih sabun yang lembut.


14

Menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi.

Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.

Manajemen stress yang baik.

VIII. PROGNOSIS
Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal dan status
psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna jika diperoleh dasar
penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit yang mendasari. Penyakit ini
bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan biasanya residif.1
A. Fungsionam : dubia ad bonam, bersifat residif yang bisa menganggu aktivitas pasien jika
pasien tidak mampu mencegah terjadinya keluhan berulang
B. Vitam : ad bonam : neurodermatitis tidak menganggu keadaan vital pasien
C. Sanationam : dubia ad bonam : bersifat kronis dan residif, bergantung dari kemampuan
pasien untuk mencegah terjadinya pengulangan terjadinya pruritus.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control dari kebiasaan
menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa perubahan warna pada kulit
yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat garukan sampai terjadinya ulkus karena
seringnya pasien menggaruk.2

DAFTAR PUSTAKA
15

1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .6 th.ed. Penerbit FKUI, Jakarta
2013. p. 147-8
2. Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of
skin.In:Freedberg

IM,Eisen

AZ,Wolff

K,Austen

KF,

Goldsmith

LA,

KATZ

SC,editors.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 8 thed. New York : Mc Graw


Hill 2012.h.184-7.
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 3 nded. Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta,2015 .h.131-3.
4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. 2 nded.
Airlanggga University Press, Surabaya. 2010 .h. 117-8.
5. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatricks : Color atlas & synopsis of clinical dermatology. 7 th
ed. New york. McGraw-Hill. 2013.h.31-8, 9-40.
6. MC Katherine, T Rakhshandra, GO Victoria. Disorder of cornification, and
inflammation. In: A Asra. Dermatology: a pictorial review. 2 nd ed. New York: Mc Graw
Hill; 2010. h.119.
7. S Carol, H Maria. Lange clinical dermatology. 1 st ed. New York: Mc Graw Hill; 2013. h.
50, 58-9.
8. Dewoto HR. Histamin dan antialergi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,
editor. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen farmakologi dan terapeutik
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2012. h. 277-81.

16

Anda mungkin juga menyukai