luar
daerah,
kepadatan
penduduk
dan
tingkat
pendidikan
anggota
keluarga/penduduk.
2.
Aspek sosial ekonomi penduduk. Data dan informasi tentang sosial ekonomi
masyarakat di desa-desa yang terkena dampak diperlukan untuk mengetahui pola
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat serta siapa yang
memperoleh keuntungan dari usaha tersebut. Aspek sosial ekonomi yang dikumpulkan
meliputi: pendapatan dari usaha tani, jenis pekerjaan (utama dan sambilan), dan
sebagainya.
3.
Aspek sosial budaya, untuk mengetahui kondisi Sosial Budaya masyarakat di desa-desa
yang disurvei dilakukan pengumpulan data dan informasi terhadap parameter-parameter
yang erat kaitannya dengan pola hidup. Pada studi ini data yang dikumpulkan meliputi
aspek: agama, pendidikan, hubungan sosial misalnya dalam usaha pertanian, peranan
wanita, persepsi terhadap proyek, harapan-harapan masyarakat pada proyek (pada saat
implementasi, pemanfaatan uang ganti rugi, jenis usaha baru di lokasi pemukiman
kembali dan lokasi pemukiman kembali yang diinginkan).
sosial
mengidentifikasi
ekonomi
dan
masyarakat
menganalisis
yang
seluruh
akan
terkena
dimensi
sosial
dampak
yang
pembangunan,
dibutuhkan
untuk
merumuskan rencana dalam memulihkan dan meningkatkan kualitas hidup OTD, dan sebagai
dasar untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Rencana Pemukiman Kembali.
Data yang akan dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder terdiri dari data teknis dan non-teknis. Data teknis terutama
berupa monografi dan profil tingkat kecamatan dan desa di lokasi studi, buku statistik
kecamatan/kabupaten dalam angka yang diperoleh dari BPS kabupaten di lokasi studi. Data
berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang relevan, serta mempelajari
sistem, proses dan mekanisme suatu aktivitas sosial tertentu dan institusi yang
berkembang di wilayah penelitian dan untuk mendapatkan aspirasi secara umum.
3. Pengamatan/Observasi
Teknik Pengamatan / Observasi, dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang
kehidupan masyarakat, dan aktivitas masyarakat yang dilakukan di lokasi studi. Pada
teknik pengamatan ini akan digunakan alat kamera foto untuk merekam gambaran
berbagai objek yang diamati, sehingga gambaran visual ini dapat membantu
menjelaskan kondisi objektif lokasi studi.
2.
Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi
3.
4.
5.
6.
Penyusunan
prosedur
dan
program
pembebasan
lahan
(Land
Acquisition)
a. Penyusunan matriks hak
b. Penyusunan Prosedur Pembebasan Lahan
c. Penyusunan Program Pembebasan Lahan
7.
8.
2.
Kegiatan ini adalah mendata tanaman/tegakan yang berada di kawasan hutan (jenis
tanaman dan umur tanaman). Data ini akan diperoleh dari dinas kehutanan
kabupaten maupun dari perum perhutani di kabupaten setempat.
3.
4.
Selanjutnya akan dianalisa dari hasil Identifikasi kondisi struktur kemasyarakatan dan
tatanan kehidupan sosial meliputi komposisi agama penduduk, komposisi penduduk asli
dan pendatang, kondisi pendidikan yang telah dialami oleh penduduk, bentuk-bentuk
kelembagaan masyarakat baik formal maupun informal, tokoh-tokoh masyarakat yang
disegani. Sedangkan identifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menjalani
kehidupan sosial seperti sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, balai pertemuan,
puskesmas, dan sebagainya. Hasil identifikasi ini akan digunakan untuk identifikasi
kebutuhan minimum untuk pemindahan di lokasi resettlement yang terkait dengan
kondisi sosial minimum.
Selain itu akan dianalisa juga dari hasil identifikasi kondisi ekonomi atau perekonomian
dari penduduk di lokasi studi. Identifikasi ini berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan baik berupa data sekunder, yaitu laporan hasil studi terkait maupun data
primer, yaitu data yang dihasilkan berdasarkan survei di lapangan. Identifikasi kondisi
ekonomi penduduk yang terkena dampak meliputi mata pencaharian, akses terhadap
pusat-pusat
ekonomi, dan
ketersediaan sarana
dan
prasarana
untuk
kegiatan
perekonomian.
Identifikasi terhadap mata pencaharian meliputi identifikasi terhadap jenis-jenis
pekerjaan yang telah dijalani oleh penduduk di lokasi asal, komposisi penduduk yang
melaksanakan pekerjaan tersebut serta pendapatan rata-rata per bulan dari masingmasing jenis pekerjaan tersebut.
5.
Bantuan relokasi, dan 3) Bantuan rehabilitasi untuk mencapai tingkat sedikitnya sama
baik dengan apabila tidak ada proyek.
6.
Analisa
Kebijakan
dan
Prosedur
Pembebasan
Lahan
(Land
Acquisition)
a. Penyusunan matriks hak
Matriks hak adalah suatu pedoman penetapan pemenuhan persyaratan guna
mendapat kompensasi dan pembayaran semua jenis kerugian. Matriks hak dibuat
berdasarkan kategori OTD menurut kerugian dan manfaat dari hak miliknya. Matriks
tersebut mengusulkan kelayakan mendapat ganti rugi dan pembayaran bagi seluruh
jenis kerugian (misalnya lahan, rumah, usaha, sumber pendapatan lain, kehilangan
pendapatan sementara, pemindahan dan biayanya) serta menetapkan standar ganti
rugi. Matriks hak ini menyajikan jenis kerugian dan definisi orang yang layak
memperoleh ganti rugi dalam bentuk tabel. Matrik tersebut mencakup kolom yang
mengemukakan ganti rugi dan langkah rehabilitasi bagi setiap jenis kerugian.
dan
pengklasifikasian
kondisi
obyektif
kondisi
lapangan
lapangan,
guna
dimaksudkan
keperluan
untuk
langkah-langkah
berikutnya.
3. Musyawarah penentuan bentuk dan besaran ganti rugi tanah, bangunan dan
tanaman
Dalam proses musyawarah, penentuan bentuk dan besaran nilai ganti rugi
sebenarnya tergantung pada kesepakatan antara Panitia Pengadaan Tanah dengan
penduduk calon penerima ganti rugi, namun dalam konteks pengembangan sistem
resettlement, bentuk ganti rugi yang ditawarkan kepada penduduk sedapat mungkin
diarahkan kepada ganti rugi berupa pemukiman kembali.
Dalam penyelesaian pembebasan lahan, bentuk ganti rugi tanah, bangunan dan
tanaman berpedoman kepada PERPRES No. 36 Tahun 2005 Jo No. 65 Tahun 2006. Ada
5 opsi yang dapat ditawarkan kepada masyarakat sesuai dengan Pasal 13 yang berisi :
7.
dan
pengelolaan
pemukiman
kembali
membantu
mengurangi
kecemasan
mereka.
Mereka
perlu
diberi
kesempatan
berpartisipasi
dalam
c. Kerangka kelembagaan.
Kelembagaan
untuk
pelaksanaan
program
resettlement
dilakukan
dengan
8.
pemukiman kembali biasanya memerlukan tiga sampai lima tahun dan sering melampaui
siklus proyek investasi utama. Kegiatan-kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman
kembali meliputi penilaian kebijaksanaan, penetapan entitelmen, pengumpulan data,
perencanaan, pemberian ganti rugi, relokasi, pembongkaran, partisipasi dan program P
& E (Pemantauan dan Evaluasi). Oleh karena itu waktu harus dialokasi setepat mungkin
berdasarkan lingkup dan skala pekerjaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali,
untuk menentukan jadwal kegiatan-kegiatan yang penting. Biasanya ganti rugi,
pemulihan pendapatan dan pekerjaan relokasi harus sudah diselesaikan sebelum
pembongkaran dan pembangunan konstruksi dimulai.