Anda di halaman 1dari 12

Metodologi Kegiatan Survey Sosial Ekonomi

I. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Untuk mengetahui karakter sosial, ekonomi dan budaya setempat sesuai dengan kegiatan
proyek dan dugaan dampak yang ditimbulkan, berbagai aspek yang perlu dipelajari adalah
sebagai berikut :
1.

Aspek kependudukan, meliputi struktur penduduk, khususnya jumlah angkatan kerja,


pertumbuhan penduduk, mobilitas horisontal, khususnya wilayah dan intensitas aktivitas
ke

luar

daerah,

kepadatan

penduduk

dan

tingkat

pendidikan

anggota

keluarga/penduduk.
2.

Aspek sosial ekonomi penduduk. Data dan informasi tentang sosial ekonomi
masyarakat di desa-desa yang terkena dampak diperlukan untuk mengetahui pola
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat serta siapa yang
memperoleh keuntungan dari usaha tersebut. Aspek sosial ekonomi yang dikumpulkan
meliputi: pendapatan dari usaha tani, jenis pekerjaan (utama dan sambilan), dan
sebagainya.

3.

Aspek sosial budaya, untuk mengetahui kondisi Sosial Budaya masyarakat di desa-desa
yang disurvei dilakukan pengumpulan data dan informasi terhadap parameter-parameter
yang erat kaitannya dengan pola hidup. Pada studi ini data yang dikumpulkan meliputi
aspek: agama, pendidikan, hubungan sosial misalnya dalam usaha pertanian, peranan
wanita, persepsi terhadap proyek, harapan-harapan masyarakat pada proyek (pada saat
implementasi, pemanfaatan uang ganti rugi, jenis usaha baru di lokasi pemukiman
kembali dan lokasi pemukiman kembali yang diinginkan).

II. Pengumpulan Data


Dalam proyek yang memerlukan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, pengumpulan
data diharapkan memenuhi tiga sasaran penting: untuk memahami dengan baik bagaimana
kondisi

sosial

mengidentifikasi

ekonomi
dan

masyarakat

menganalisis

yang

seluruh

akan

terkena

dimensi

sosial

dampak
yang

pembangunan,

dibutuhkan

untuk

merumuskan rencana dalam memulihkan dan meningkatkan kualitas hidup OTD, dan sebagai
dasar untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Rencana Pemukiman Kembali.
Data yang akan dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder terdiri dari data teknis dan non-teknis. Data teknis terutama
berupa monografi dan profil tingkat kecamatan dan desa di lokasi studi, buku statistik
kecamatan/kabupaten dalam angka yang diperoleh dari BPS kabupaten di lokasi studi. Data

non-teknis berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan pengadaan


tanah dan pemukiman kembali, Surat Keterangan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan yang menentukan dugaan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah dan bangunan di
lokasi studi, Surat Keputusan Bupati mengenai standar harga/nilai ganti rugi tanah,
bangunan dan tanaman di lokasi studi.
Pengumpulan Data Primer
Data primer atau yang dikumpulkan langsung dari masyarakat, khususnya untuk berbagai
jenis data kependudukan, seperti dirumuskan dalam berbagai aspek kependudukan,
terkecuali untuk menghitung kepadatan dan tingkat pertumbuhan penduduk yang dilakukan
dengan memanfaatkan data sekunder.
Metoda/teknik pengumpulan data, khususnya dalam pengumpulan data primer akan
dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Wawancara Terstruktur
Untuk mendapatkan gambaran sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang menyeluruh,
perlu dilaksanakan pengambilan langsung data dari masyarakat setempat. Untuk
kebutuhan tersebut dilakukan sensus terhadap rumah tangga sebagai unit sampel
penelitian. Artinya wawancara akan dilakukan terhadap Kepala Keluarga yang mewakili
unit sosial ekonomi rumah tangga.
Pada umumnya dalam kegiatan yang berhubungan dengan persiapan bagi pengadaan
tanah dan pemukiman kembali terdiri dari dua tipe dasar survey : sensus dan survey
sosial-ekonomi (SSE).
Sensus adalah suatu proses pengumpulan data dengan kuesioner untuk rumah tangga
yang mencakup semua OTD. Sensus ini berisi data lengkap OTD termasuk harta
kekayaannya. Data sensus dapat digunakan untuk mengurangi tuntutan orang yang tidak
berhak seperti yang pindah ke lokasi yang terkena dampak proyek dengan harapan
memperoleh ganti rugi dan/atau direlokasikan.
SSE, biasanya hanya mencakup orang-orang yang mempunyai hak legal untuk mendapat
ganti rugi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel/responden adalah
metode acak atau Porposive Sampling. SSE dilakukan dengan mengambil sampel OTD,
biasanya 20% sampai 25% dari jumlah penduduk yang terkena dampak, dengan
menggunakan kuesioner rumah tangga. Dari SSE diperoleh data mengenai dampak yang
mungkin timbul dari pengadaan tanah terhadap ekonomi setempat, lembaga-lembaga
ekonomi, dan pola tata guna lahan.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara kualitatif dilakukan terhadap tokoh masyarakat, guru,
tokoh agama, kepala desa,

pegawai kelurahan, pengusaha, instansi terkait dan

sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan data. Wawancara mendalam akan menggali

berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang relevan, serta mempelajari
sistem, proses dan mekanisme suatu aktivitas sosial tertentu dan institusi yang
berkembang di wilayah penelitian dan untuk mendapatkan aspirasi secara umum.
3. Pengamatan/Observasi
Teknik Pengamatan / Observasi, dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang
kehidupan masyarakat, dan aktivitas masyarakat yang dilakukan di lokasi studi. Pada
teknik pengamatan ini akan digunakan alat kamera foto untuk merekam gambaran
berbagai objek yang diamati, sehingga gambaran visual ini dapat membantu
menjelaskan kondisi objektif lokasi studi.

III. Lingkup Pekerjaan :


1.

Mengadakan inventarisasi peraturan perundang-undangan

2.

Mengadakan survey dan inventarisasi Orang yang Terkena Dampak


(OTD) :
a.
b.
c.
d.

Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi

tanah, bangunan dan tanaman


fasum fasos
yang berada di kawasan hutan
penduduk yg akan dibebaskan

3.

Mengadakan survey dan inventarisasi sosial ekonomi masyarakat

4.

Mengadakan analisa faktor sosial ekonomi.

5.

Mengadakan survey lokasi alternatif resettlement

6.

Penyusunan

prosedur

dan

program

pembebasan

lahan

(Land

Acquisition)
a. Penyusunan matriks hak
b. Penyusunan Prosedur Pembebasan Lahan
c. Penyusunan Program Pembebasan Lahan
7.

Penyusunan prosedur dan Program Pemukiman Kembali (resettlement)


a. Analisa tindakan-tindakan khusus yang diperlukan untuk memulihkan, atau
meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat yang terkena dampak.
b. Merencanakan proses konsultasi dan penyelesaian pengaduan.
c. Merencanakan kerangka kelembagaan dalam pengadaan tanah dan pemukiman
kembali termasuk tugas dan tanggungjawab masing-masing lembaga tersebut.
d. Penyusunan perkiraan anggaran dan pendanaan pemukiman kembali.
e. Penyusunan pedoman monitoring dan evaluasi kegiatan pengadaan tanah dan
pemukiman kembali.

8.

Penyusunan rencana tindakan/jadwal pelaksanaan pengadaan tanah


dan pemukiman kembali (Action Plan).

Penjelasan dari lingkup pekerjaan


1.

Inventarisasi peraturan perundang-undangan


Kegiatan ini dilaksanakan sebagai dasar dalam rencana pengadaan tanah dan pemukiman
kembali sehingga tidak menyimpang dari dasar hukum yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pekerjaan ini antara
lain :
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
c. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
d. Peraturan perundang-undangan di bidang Kehutanan.
e. Peraturan perundangan yang terkait lainnya.

2.

Survey dan inventarisasi Orang yang Terkena Dampak (OTD) :


a. Inventarisasi tanah, bangunan dan tanaman
Kegiatan ini untuk mendata kepemilikan tanah, bangunan dan tanaman di lokasi
rencana pembangunan waduk. Pemiliknya adalah masyarakat/orang yang terkena
dampak (OTD), pendataan meliputi luas lahan yang akan tergenang (data akurat
diperoleh dari pengukuran), jumlah dan kelas bangunan serta jumlah tanaman yang
tergenang baik tanaman budidaya maupun tanaman keras (kayu-kayuan)
b. Inventarisasi fasum fasos
Kegiatan ini adalah mendata seluruh asset fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti
sekolah, mesjid, puskesmas, dan lain-lain yang harus diketahui luas dan
kepemilikannya. Data ini akan diperoleh dari desa.
c. Inventarisasi yang berada di kawasan hutan

Kegiatan ini adalah mendata tanaman/tegakan yang berada di kawasan hutan (jenis
tanaman dan umur tanaman). Data ini akan diperoleh dari dinas kehutanan
kabupaten maupun dari perum perhutani di kabupaten setempat.

d. Inventarisasi penduduk yg akan dibebaskan


Survei ini seperti halnya survei inventarisasi tanah, bangunan dan tanaman yang akan
dibebaskan namun lebih kepada kondisi kependudukan di desa-desa yang terkena
dampak. Hasil survei ini nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi kondisi
ekonomi masyarakat sebelum resettlement dan tinjauan dukungan pengembangan
dan penilaian aspek ekonomi di lokasi alternatif resettlement.

3.

Survey dan inventarisasi sosial ekonomi masyarakat


Pengumpulan data sosial ekonomi masyarakat bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang akan dipindahkan dari lokasi studi. Data sosial
masyarakat yang akan dikumpulkan adalah jumlah penduduk, kepala keluarga,
pendidikan dan mata pencaharian, ketersediaan sarana dan prasarana sosial, bentukbentuk kelembagaan masyarakat (formal dan informal), tokoh-tokoh masyarakat, dan
tingkat preferensi masyarakat yang dipindahkan. Data sosial akan diperoleh melalui
survey untuk data primer dan hasil studi yang ada atau laporan-laporan terkait data
sosial lainnya.
Data berkaitan dengan data sosial yang akan dikumpulkan adalah data ekonomi.
Pengumpulan data ekonomi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perekonomian
masyarakat di lokasi studi dan daya dukung perekonomian pada lokasi resettlement
sehingga masyarakat di lokasi studi dapat terangkat kondisi perekonomiannya. Data
ekonomi yang akan dikumpulkan untuk lokasi studi adalah jenis mata pencaharian
penduduk, akses terhadap pusat perekonomian seperti jalan, ketersediaan sarana dan
prasarana ekonomi.

4.

Analisa faktor sosial ekonomi


Analisa kondisi sosial ekonomi ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk dan
Kepala Keluarga yang akan terkena pembangunan Waduk Lubuk Ambacang, kondisi
struktur kemasyarakatan dan tatanan kehidupan sosial, serta sarana dan prasarana yang
penduduk gunakan dalam menjalani kehidupan sosial, serta preferensi penduduk
terhadap resettlement ke wilayah baru. Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga dapat
diidentifikasi dari data sekunder yang berupa data-data yang dapat diperoleh dari
instansi terkait maupun data primer hasil survei di lapangan.

Selanjutnya akan dianalisa dari hasil Identifikasi kondisi struktur kemasyarakatan dan
tatanan kehidupan sosial meliputi komposisi agama penduduk, komposisi penduduk asli
dan pendatang, kondisi pendidikan yang telah dialami oleh penduduk, bentuk-bentuk
kelembagaan masyarakat baik formal maupun informal, tokoh-tokoh masyarakat yang
disegani. Sedangkan identifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menjalani
kehidupan sosial seperti sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, balai pertemuan,
puskesmas, dan sebagainya. Hasil identifikasi ini akan digunakan untuk identifikasi
kebutuhan minimum untuk pemindahan di lokasi resettlement yang terkait dengan
kondisi sosial minimum.
Selain itu akan dianalisa juga dari hasil identifikasi kondisi ekonomi atau perekonomian
dari penduduk di lokasi studi. Identifikasi ini berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan baik berupa data sekunder, yaitu laporan hasil studi terkait maupun data
primer, yaitu data yang dihasilkan berdasarkan survei di lapangan. Identifikasi kondisi
ekonomi penduduk yang terkena dampak meliputi mata pencaharian, akses terhadap
pusat-pusat

ekonomi, dan

ketersediaan sarana

dan

prasarana

untuk

kegiatan

perekonomian.
Identifikasi terhadap mata pencaharian meliputi identifikasi terhadap jenis-jenis
pekerjaan yang telah dijalani oleh penduduk di lokasi asal, komposisi penduduk yang
melaksanakan pekerjaan tersebut serta pendapatan rata-rata per bulan dari masingmasing jenis pekerjaan tersebut.

5.

Survey lokasi alternatif resettlement


Survei ke lokasi alternatif resettlement dimaksudkan untuk mencari kebutuhan ideal
atau layak untuk pemindahan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan minimum yang
disesuaikan standar-standar, kebijakan dan teori terkait. Identifikasi akan dilakukan
dengan memperbandingkan antara kondisi awal dengan kebutuhan sesuai standar dan
dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan minimum sesuai kondisi awalnya.
Beberapa pertimbangan dalam memilih tempat relokasi baru sebaiknya secara geografis
dekat dengan tempat lama/asli untuk mempertahankan jaringan sosial dan ikatan
masyarakat yang sudah ada dan bekerja dengan baik.
Data ekonomi yang akan dikumpulkan pada lokasi resettlement adalah akses terhadap
pusat ekonomi dan pemukiman, ketersediaan sarana prasarana jalan, komunikasi dan
listrik serta lokasi industri/rencana pengembangan. Data ini akan digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi ekonomi masyarakat sebelum resettlement dan tinjauan
dukungan pengembangan dan penilaian aspek ekonomi di lokasi alternatif resettlement.
Penentuan kriteria kelayakan untuk resettlement didasarkan pada tiga unsur penting
yaitu : 1) Ganti rugi untuk kerugian kekayaan, pendapatan dan mata pencaharian, 2)

Bantuan relokasi, dan 3) Bantuan rehabilitasi untuk mencapai tingkat sedikitnya sama
baik dengan apabila tidak ada proyek.

6.

Analisa

Kebijakan

dan

Prosedur

Pembebasan

Lahan

(Land

Acquisition)
a. Penyusunan matriks hak
Matriks hak adalah suatu pedoman penetapan pemenuhan persyaratan guna
mendapat kompensasi dan pembayaran semua jenis kerugian. Matriks hak dibuat
berdasarkan kategori OTD menurut kerugian dan manfaat dari hak miliknya. Matriks
tersebut mengusulkan kelayakan mendapat ganti rugi dan pembayaran bagi seluruh
jenis kerugian (misalnya lahan, rumah, usaha, sumber pendapatan lain, kehilangan
pendapatan sementara, pemindahan dan biayanya) serta menetapkan standar ganti
rugi. Matriks hak ini menyajikan jenis kerugian dan definisi orang yang layak
memperoleh ganti rugi dalam bentuk tabel. Matrik tersebut mencakup kolom yang
mengemukakan ganti rugi dan langkah rehabilitasi bagi setiap jenis kerugian.

b. Prosedur Pembebasan Lahan


Jenis dan perincian kegiatan pembebasan lahan yang perlu dibahas meliputi :
1. Sosialisasi, yaitu penyampaian tentang rencana pembangunan waduk kepada
penduduk setempat yang secara potensial tanah dan atau bangunannya akan
terkena pembebasan dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan pembangunan.
2. Inventarisasi
mengetahui

dan

pengklasifikasian

kondisi

obyektif

kondisi

lapangan

lapangan,

guna

dimaksudkan

keperluan

untuk

langkah-langkah

berikutnya.
3. Musyawarah penentuan bentuk dan besaran ganti rugi tanah, bangunan dan
tanaman
Dalam proses musyawarah, penentuan bentuk dan besaran nilai ganti rugi
sebenarnya tergantung pada kesepakatan antara Panitia Pengadaan Tanah dengan
penduduk calon penerima ganti rugi, namun dalam konteks pengembangan sistem
resettlement, bentuk ganti rugi yang ditawarkan kepada penduduk sedapat mungkin
diarahkan kepada ganti rugi berupa pemukiman kembali.
Dalam penyelesaian pembebasan lahan, bentuk ganti rugi tanah, bangunan dan
tanaman berpedoman kepada PERPRES No. 36 Tahun 2005 Jo No. 65 Tahun 2006. Ada
5 opsi yang dapat ditawarkan kepada masyarakat sesuai dengan Pasal 13 yang berisi :

Bentuk ganti rugi dapat berupa :


1. Uang; dan/atau
2. Tanah pengganti; dan/atau
3. Pemukiman kembali; dan/atau
4. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c;
5. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan."

c. Program Pembebasan Lahan


Program pembebasan tanah dapat melalui kajian penyusunan komponen-komponen
berikut ini :
1. Ganti rugi tanah berdasarkan hasil musyawarah antara pemilik tanah dengan
Panitia Pengadaan Tanah dengan berpedoman kepada NJOP, harga pasar, SKBupati tentang harga dasar tanah dan hasil penelitian team independen/tim
penilai harga tanah yang ditetapkan oleh Bupati.
2. Ganti rugi bagi tanaman (tanaman keras/ tanaman tahunan, tanaman budidaya,
tanaman semusim/ palawija)
3. Perkiraan biaya pembebasan tanah, bangunan dan tanaman.

7.

Analisa Kebijakan dan Program Pemukiman Kembali (resettlement)


a. Pemulihan Pendapatan
Pemulihan pendapatan adalah komponen penting dalam program pemukiman kembali
dimana OTD telah kehilangan sumber penghasilan pokok, bidang usaha, pekerjaan
atau sumber pendapatan lainnya dan juga kehilangan rumah.
Perencana harus memperhatikan keterkaitan antara relokasi dan kegiatan untuk
mendapatkan sumber pendapatan. Misalnya taraf dan kualitas hidup OTD pada
tempatnya yang baru perlu dikaitkan kemudahan menuju dan mengendalikan sumber
daya (seperti lahan) atau sumber pendapatan (seperti pekerjaan, usaha dagang).
Pemulihan pendapatan akan berhasil dicapai bila proyek mengijinkan penduduk
untuk ikut memperoleh manfaat dari proyek yang menyebabkan mereka
dipindahkan melalui :
Pemindahan ke lokasi yang mempunyai irigasi,
Membantu mereka mengembangkan usaha pertanian,

Mendukung pemukim untuk memanfaatkan kesempatan komersial di sekitar


prasarana yang baru dibangun, dan
Membantu/menyiapkan mereka rumah yang permanen.
Program pemukiman kembali (resettlement) yang bertujuan mencegah terjadinya
kemiskinan, memulihkan pendapatan dan membangun kembali masyarakat biasanya
dikelompokkan ke dalam dua tipe utama :
1. Program pemukiman kembali berdasarkan lahan. Disediakan lahan yang cukup
luas untuk membangun persawahan dan usaha kecil.
2. Program pemukiman kembali berdasarkan non lahan, mencakup kegiatan seperti
pelatihan kerja lapangan, pekerjaan, usaha kecil dan pengembangan perusahaan
untuk penciptaan lapangan kerja.
Program pemukiman kembali dapat terdiri dari unsur-unsur kedua tipe tersebut.
Langkah-langkah pokok yang akan dilakukan dalam pemulihan pendapatan adalah
sebagai berikut :
Melakukan analisa kegiatan ekonomi seluruh penduduk terkena dampak (menurut
jenis kelamin, umur, pendidikan, ketrampilan, pendapatan, besarnya keluarga,
preferensi, pilihan) untuk menilai kebutuhan mereka.
Mengidentifikasi berbagai program pemulihan pendapatan (perorangan dan
kelompok) melalui konsultasi dengan pengusaha serta analisis kelayakan pasar
dan keuangan.
Menguji program pelatihan dan pengembangan pendapatan dengan penduduk
terkena dampak terpilih atas dasar percobaan.
Merumuskan kerangka pengawasan kelembagaan dan anggaran.
Memacu pemasaran produk di dalam dan di luar tempat relokasi.
Mengevaluasi program dan memberi bantuan teknis tambahan jika diperlukan.

b. Proses konsultasi dan penyelesaian pengaduan.


Orang yang terkena dampak (OTD) harus diberikan informasi secara lengkap dan
diajak berunding melalui musyawarah mengenai pemukiman kembali dan pilihan
ganti rugi. Konsultasi/musyawarah dengan OTD merupakan titik permulaan untuk
seluruh kegiatan pemukiman kembali. OTD mungkin merasa cemas dan kuatir
kehilangan sumber penghidupan dan lingkungan masyarakatnya atau kuatir salah
dalam melakukan negosiasi dalam memperoleh ganti rugi. Partisipasi dalam
perencanaan

dan

pengelolaan

pemukiman

kembali

membantu

mengurangi

kecemasan

mereka.

Mereka

perlu

diberi

kesempatan

berpartisipasi

dalam

pembuatan keputusan-keputusan pokok yang akan mempengaruhi kehidupan mereka.


Cara-cara penting untuk mendorong adanya proses partisipasi dalam pengelolaan
pemukiman kembali adalah sebagai berikut :
Penyebaran informasi, misalnya menggunakan mass media, poster atau selebaran
Rapat umum
Kelompok-kelompok fokus yang melibatkan para stakeholder seperti tokoh bisnis,
tokoh desa, kaum wanita, kaum miskin, dan OTD lainnya
Pembentukan dan pengembangan kelompok, yang menyediakan forum untuk
membantu OTD pada proses perencanaan dan pelaksanaan
Wawancara dengan OTD di tingkat rumah tangga mencari kesepakatan
Mekanisme penyampaian keluhan perlu diatur untuk mengantisipasi kemungkinan
adanya keluhan dari penduduk yang dipindahkan. Keluhan dimaksud adalah
ketidakpuasan atas hak-hak yang ditawarkan, pengaturan pelaksanaan atau
pelaksanaan sebenarnya. Penduduk terkena dampak dapat mengajukan pertanyaan
dan keluhan kepada pihak-pihak yang ditunjuk. Namun jika hal tersebut tidak juga
menyelesaikan masalah, maka penduduk terkena dampak dapat menyampaikan
keluhan secara tertulis kepada Pemerintah Pusat.

c. Kerangka kelembagaan.
Kelembagaan

untuk

pelaksanaan

program

resettlement

dilakukan

dengan

mengefektifkan keberadaan lembaga/dinas/instansi yang telah ada di daerah, yang


tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dengan pengadaan atau pembangunan
perumahan dan pemukiman (yang merupakan substansi dari program resettlement),
baik instansi yang bersifat struktural maupun fungsional, baik di dalam jajaran
maupun di luar jajaran pemerintah daerah seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Bagian
Asset dan Kemitraan, yang salah satu tugasnya adalah mendorong kemampuan dan
ketrampilan warga masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah, untuk
memiliki dan atau menghuni rumah layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur,
serta Panitia Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum. Pada dasarnya panitia tersebut mempunyai tugas untuk membebaskan lahan
yang diantaranya melalui proses musyawarah guna menentukan bentuk dan besaran
ganti rugi atas tanah dan bangunan.
Berdasarkan prosedur dan proses yang harus dilakukan, pengembangan system
koordinasi dan kelembagaan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu pertama
koordinasi lembaga dalam kerangka penyiapan perlu tidaknya rencana resettlement

dan kedua koordinasi lembaga dalam kerangka pelaksanaan resettlement, yang


merupakan tim Pelaksana Pemukiman Kembali.

d. Anggaran dan Pendanaan


Jenis komponen-komponen pada program resettlement yang harus dibiayai
tergantung pada bentuk resettlement yang ditawarkan dan disepakati bersama oleh
masyarakat yang terpindahkan misalnya dalam bentuk penyediaan rumah susun,
rumah tidak bersusun, kapling siap bangun (kasiba) atau bentuk lainnya. Secara
umum substansial kegiatan pada program resettlement yang perlu dibiayai adalah
sebagai berikut :
Semua biaya persiapan pemukiman kembali dan kompensasi.
Biaya-biaya relokasi dan pemindahan.
Estimasi biaya untuk pemulihan pendapatan.
Semua biaya administrasi mengenai pemukiman kembali.

e. Monitoring dan evaluasi.


Pemantauan pemukiman kembali berarti pengumpulan, analisis, pelaporan dan
penggunaan informasi tentang kemajuan pemukiman kembali berdasarkan rencana.
Pemantauan bertumpu pada sasaran fisik dan keuangan dan penyerahan entitelmen
(bantuan yang layak diterima OTD berdasarkan jenis kerugian yang dialami OTD).
Pemantauan biasanya dilakukan sendiri oleh Instansi Pelaksana, dengan bantuan ahli
pemantauan yang berasal dari luar instansi.
Evaluasi pemukiman kembali berlangsung selama dan setelah pelaksanaan. Hal ini
dilakukan untuk menilai tingkat pencapaian tujuan pemukiman kembali, khususnya
apakah mata pencaharian atau taraf hidup telah pulih atau meningkat. Evaluasi
dibedakan dengan pemantauan, karena evaluasi lingkupnya lebih luas, waktunya
tidak terlalu sering dan adanya keterlibatan ahli yang independen. Biasanya
dilaksanakan oleh pihak luar, dan merupakan kesempatan bagi perencana dan
pengambil kebijakan memikirkan lebih luas keberhasilan daripada hanya tujuan,
strategi dan pendekatan dasar pemukiman kembali.
Sistem monitoring dan evaluasi harus disiapkan guna memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan, kegiatan persiapan pemindahan penduduk,
kegiatan pemindahan penduduk dan kegiatan setelah pemindahan penduduk. Untuk
kegiatan ini perlu disiapkan format monitoring dan ditetapkan parameter dan
indikator pemantauan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi saat pembebasan lahan


Kegiatan monitoring dan evaluasi saat persiapan pemindahan penduduk
Kegiatan monitoring dan evaluasi saat pemindahan penduduk
Kegiatan monitoring dan evaluasi setelah pemindahan penduduk

8.

Penyusunan rencana tindakan/jadwal pelaksanaan pengadaan tanah


dan pemukiman kembali (Action Plan).
Pelaksanaan resettlement (khusus dari sisa pembebasan lahan) salah satunya adalah
untuk mendukung kelancaran pembangunan infrastruktur kota; dengan demikian
pengelolaan waktu pelaksanaan resettlement harus memiliki keterpaduan dengan jadwal
pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Idealnya sebelum pekerjaan pembangunan
infrastruktur dimulai, tanah dan bangunan yang terdapat di lokasi sudah dibebaskan,
baik secara administratif maupun fisik.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guna merumuskan keterpaduan waktu
antara pelaksanaan resettlement dengan pembangunan infrastruktur, yaitu: jadwal
pembangunan fisik infrastruktur; perubahan lokasi pembangunan prasarana; proses
musyawarah penentuan ganti rugi tanah. Dengan kemungkinan kondisi tersebut di atas,
pengelolaan waktu pelaksanaan program resettlement tidak bisa didekati secara partial
atau hanya untuk kepentingan satu proyek, namun secara komprehensif harus dikaitkan
dengan aspek-aspek lainnya.
Walaupun komponen-komponen pengadaan tanah dan pemukiman kembali mungkin
berbeda

pada berbagai proyek-proyek tertentu, jadwal pengadaan tanah dan

pemukiman kembali biasanya memerlukan tiga sampai lima tahun dan sering melampaui
siklus proyek investasi utama. Kegiatan-kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman
kembali meliputi penilaian kebijaksanaan, penetapan entitelmen, pengumpulan data,
perencanaan, pemberian ganti rugi, relokasi, pembongkaran, partisipasi dan program P
& E (Pemantauan dan Evaluasi). Oleh karena itu waktu harus dialokasi setepat mungkin
berdasarkan lingkup dan skala pekerjaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali,
untuk menentukan jadwal kegiatan-kegiatan yang penting. Biasanya ganti rugi,
pemulihan pendapatan dan pekerjaan relokasi harus sudah diselesaikan sebelum
pembongkaran dan pembangunan konstruksi dimulai.

Anda mungkin juga menyukai