Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi Upaya

Kesehatan Komunitas

Oleh:
Kelompok 4

Melibatkan Stakeholder
Siapa yang berkepentingan terhadap program?
Yang berkepetingan di dalam program gizi balita ini sangatlah banyak. Antara lain :

ketua kelurahan (pak lurah)

ketua PKK

kepala Puskesmas

ketua RW sekitar posyandu

kader posyandu
Apa yang dapat mereka kerjakan?

Ketua kelurahan (pak lurah) : sebagi pimpinan tertinggi di derah tersebut,


pak lurah bisa mempengaruhi dan melakukan pendekatan kepada semua
masyarakat. Terutama kepada stakeholder yang ada dibawahnya. Hal ini dapat
memperlancar jalannya program yang akan dilakukan

Ketua PKK : ketua PKK dapat menggerakkan ibu ibu yang tergabung di PKK
tersebut. Terutama yang memiliki anak Balita

Kepala Puskesmas : bersama perawat komunitas menyusun program yang


akan dilakukan. Selain itu beliau juga bisa memberikan data terkait masalah gizi
balita di daeah tersebut

Ketua RW : Memberikan ijin untuk diadakannya posyandu di RW tersebut,


menyiapkan tempat untuk posyandu.

Kader posyandu : megontrol jalannya posyandu dan program lainnya yang


telah disusun

Mendukung bagian program yang mana?


Baik ketua kelurahan, ketua PKK,
kepala puskesmas,ketua RW sekitar
posyandu, kader posyndu mendukung
penuh semua kegiatan yang telah
disusun dan disepakati bersama.
Apakah mereka skeptis or antagonistic
terhadap program?
Tidak ada yang bersifat skeptis
maupun antagonis.

Deskripsi Program

makalah evaluasi.docx

Faktor pada Desain


Evaluasi

User
Ketua kelurahan (pak lurah)
Ketua PKK
Kepala Puskesmas
Ketua RW
Kader posyandu

Uses (program)
melakukan kegiatan penimbangan rutin di posyandu (Riskesdas, 2013).
Pemberian suplementasi kapsul vitamin A 2x setahun pada balita (Riskesdas, 2013).
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (UNICEF & WHO).
penyuluhan kesehatan pada ibu hamil terutama terkait asupan gizi yang harus dipenuhi,
rutinitas melakukan check kehamilan.
Purpose (tujuan)
Terdeteksi dengan baik terkait jumlah status gizi buruk dan kurang yang terjadi pada
balita.
Pencegahan kekurangan vitamin A dan kebutaan serta penurunan kejadian dan kematian
pada balita (Riskesdas, 2013).
Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak (UNICEF & WHO).
Menurunkan prosentase angka peristiwa terjadinya tubuh pendek pada anak balita.

Question
Terdeteksi dengan baik terkait jumlah
status gizi buruk dan kurang yang terjadi
pada balita
Pencegahan kekurangan vitamin A dan
kebutaan serta penurunan kejadian dan
kematian pada balita
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
anak
Menurunkan prosentase angka peristiwa
terjadinya tubuh pendek pada anak balita
Mengetahui atau deteksi dini pertumbuhan
& kesehatan balita terkait masalah gizi

Design
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981)
mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu:
Historikal
Deskriptif
Studi perkembangan (developmental study),
Studi kasus atau lapangan (case atau field study),
Studi korelasional (corelational study)
Studi sebab akibat (causal comparative study),
Eksperimen murni (true esperimental)
Eksperimen semu (quasi experimental),
Riset aksi (action research),
Dari bentuk evaluasi desain diatas terkait masalah
gizi balita, salah satu desain evaluasi yang
digunakan yaitu Studi Perkembangan
(Developmental Study)

Methods
Rumus Z-score yaitu

NIS :Nilai Individual Subjek


NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR
: Nilai Simpang Baku Rujukan
Menurut (Supariasa, 2002), pada dasarnya
penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu
secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara lansung dapat
dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Penilaian Status Gizi Secara Tidak


Langsung
Penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibagi tiga yaitu:
survei konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi.

MENGUMPULKAN dan
MENGANALISA DATA

makalah evaluasi.docx

KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari berbagai program untuk meningkatkan
status gizi balita di Indonesia meliputi:
kegiatan penimbangan rutin di posyandu (Riskesdas, 2013).
Pemberian suplementasi kapsul vitamin A 2x setahun pada balita
(Riskesdas, 2013).
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (UNICEF & WHO).
Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil terutama terkait asupan gizi
yang harus dipenuhi, rutinitas melakukan check kehamilan.
Program-program yang tersebut di atas telah berhasil menurunkan
angka gizi buruk pada balita di Indonesia menurut hasil survey
Riskesdas tahun 2013. Oleh karena itu program tersebut dapat
dilanjutkan untuk semakin meningkatkan status gizi balita. Selain
melakukan program di atas, direkomendasikan juga untuk
memertimbangkan program dari aspek ketersediaan pangan dan daya
beli masyarakat yang akan mempengaruhi pemenuhan gizi balita.

Anda mungkin juga menyukai