Anda di halaman 1dari 4

Alcohol Handrub / Cairan Pembersih Tangan Berbasis Alkohol Buatan

Sendiriadalah suatu cara mencuci tangan tidak menggunakan air tetapi


menggunakan campuran alkohol dengan kadar persen tertentu. Dalam
Pelaksanaanya, Instansi / Fasilitas kesehatan dalam mencuci tangan cara
yang paling banyak dipilih adalah menggunakan cairan pembersih tangan
berbasis alcohol. Hal ini karena cairan pembersih tangan berbasis alkohol
merupakan satu satunya sarana yang diketahui secara cepat dan efektif
dapat menonaktifkan beragam mikroorganisme yang berpotensi berbahaya
pada tangan. Menggunakan air dan sabun tidak menjadi pilihan karena tidak
praktis, memakan waktu, dan membutuhkan banyak penambahan sarana.
Oleh karena itu, WHO pun telah merekomendasikan cairan pembersih tangan
berbasis alcohol sebagai standar emas (gold standard) untuk kebersihan
tangan di lingkungan pelayanan kesehatan.
Namun demikian, ketika mengetahui betapa mahalnya harga cairan itu
dipasaran, sebagian sarana kesehatan mulai berpikir ulang. Untuk alasan
ekonomis, mereka tidak menggunakannya. Mereka tetap menggunakan air
dan sabun yang tidak praktis dan tidak tersedia di seluruh area. Akhirnya
program kebersihan tangan itupun terancam kelangsungannya.
Untuk mengatasi masalah itu, WHO telah memberikan pedoman bagaimana
menyediakan cairan pembersih tangan berbasis alcohol yang murah, efektif,
dan tetap memenuhi standar, dengan cara memproduksi sendiri. Ada dua
formulasi yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu:
Formulasi 1:
Untuk menghasilkan konsentrasi akhir dari etanol 80%, gliserol 1,45%,
hidrogen peroksida (H2O2) 0,125%
Tuang ke dalam botol 1000 ml:

etanol 96%, 833,3 ml

H2O2 3%, 41,7 ml

gliserol 98%, 14,5 ml


Tambahkan sampai tepat 1000 ml dengan air suling atau air yang telah
direbus dan didinginkan, kocok lembut agar isinya tercampur.
Formulasi 2:
Untuk menghasilkan konsentrasi akhir isopropil alkohol 75%, gliserol 1,45%,
hidrogen peroksida 0,125%
Tuang ke dalam botol 1000 ml:

isopropil alkohol (dengan kemurnian 99,8%), 751,5 ml

H2O2 3%, 41,7 ml

gliserol 98%, 14,5 ml

Tambahkan sampai tepat 1000 ml dengan air suling atau air yang telah
direbus dan didinginkan, kocok lembut agar isinya tercampur.
Catatan: Gunakan hanya bahan dengan kualitas farmakope (misalnya The
International Pharmacopoeia) dan bukan produk kelas teknis.
Metode Produksi:
Volume produksi, wadah:

10 liter, gunakan botol kaca atau plastic dengan tutup yang diputar.

50 liter, gunakan plastic (lebih disukai yang berbahan polypropylene,


cukup transparan untuk melihat tingkat cairan) atau tangki stainless steel
dengan kapasitas 80 sampai 100 liter
Tangki tangki tersebut harus dikalibrasi untuk ketepatan volumenya. Paling
baik jika memberi tanda pada bagian luar tangki / botol plastic dan pada
bagian dalam tangki stainless steel.
Proses pembuatan:

Alcohol dimasukkan ke dalam botol atau tangki sampai pada batas


yang telah ditentukan.

H2O2 ditambahkan menggunakan gelas ukur

Gliserol ditambahkan menggunakan gelas ukur. Karena gliserol sangat


kental dan lengket, gelas ukur dapat dibilas menggunakan air suling atau air
yang telah direbus dan didinginkan. Kemudian air bilasannya dimasukkan ke
dalam botol / tangki.

Botol / tangki kemudian diisi dengan air suling atau air yang telah
direbus dan didinginkan sampai batas yang telah ditentukan (10 atau 50
liter).

Setelah itu, botol atau tangki segera ditutup untuk mencegah


penguapan.
Larutan kemudian dicampur dengan cara mengocok perlahan jika
memungkinkan (jumlah kecil) atau menggunakan pengaduk kayu, plastic,
atau metal.
Setelah dicampur, larutan segera dituang ke dalam wadah yang lebih kecil
(misal: botol plastik 1000, 500, atau 100 ml). Botol harus dijaga selama 72
jam. Hal ini untuk memberi kesempatan bagi H2O2 memusnahkan spora
yang terdapat pada alcohol atau botol / tangki.
Pengendalian Mutu
Jika alcohol diproduksi secara local, periksa konsentrasi alcohol dan lakukan
penyesuaian volume untuk mendapatkan konsentrasi akhir yang disarankan.
Alkohol meter dapat dipakai untuk memeriksa konsentrasi alcohol pada

larutan yang sudah jadi; H2O2 dapat diukur dengan cara titrimetri. Gas
kromatografi dapat dipakai sebagai cara pengendalian mutu yang lebih
tinggi. Kontaminasi mikroorganisme dan spora dapat diperiksa dengan cara
filtrasi.
Pemberian Label
Botol harus diberi label, yang mencantumkan:

Nama institusi

Tanggal produksi dan nomor batch

Komposisi: etanol atau isopropanol, gliserol dan hidrogen peroksida (%


v/v dapat juga dicantumkan)
Cantumkan juga pernyataan berikut:

Formulasi cairan pembersih tangan yang direkomendasikan WHO

Obat luar

Jangan terkena mata

Jauhkan dari jangkauan anak-anak

Penggunaan: tuangkan ke telapak tangan dan lakukan pembersihan


tangan sesuai prosedur. Gosok hingga kering.

Mudah terbakar: jauhkan dari api dan panas.


Catatan: Untuk keselamatan, WHO merekomendasikan untuk tidak
memproduksi lebih dari 50 liter larutan sekali produksi.
Distribusi
Untuk menghindari kontaminasi dengan organisme yang dapat membentuk
spora, lebih baik gunakan botol sekali pakai, walaupun botol yang disteril
ulang dapat menurunkan biaya produksi dan limbah. Untuk mencegah
penguapan, kapasitas maksimal wadah sebaiknya 500 ml di ruangan dan 1
liter di kamar operasi. Botol 100 ml yang dapat dimasukkan ke dalam
kantong sebaiknya juga disediakan untuk penggunaan individual.
Pengisian ulang botol harus mengikuti kaidah pembersihan dan disinfeksi
yang berlaku (autoklaf, rebus, disinfeksi kimia menggunakan klorin).
Penggunaan autoklaf adalah yang paling baik. Botol isi ulang tidak boleh
diisi hingga benar-benar sudah dikosongkan, kemudian dibersihkan dan didisinfeksi.
Penempatan
Tempatkan handrub di sebanyak mungkin lokasi dimana ada aktifitas
pelayanan kepada pasien. Sediakan juga handrub botol kemasan kecil (100
ml) yang dapat dimasukkan ke saku baju, sehingga dapat dibawa oleh setiap

petugas. Dengan makin mudahnya akses, diharapkan tingkat keberhasilan


program akan tinggi.
Pembersihan dan Disinfeksi Botol
Botol kosong bekas pakai harus dibawa ke pusat pembersihan. Botol harus
dicuci seluruhnya dengan detergent dan air kran untuk menghilangkan sisa
cairan. Jika tahan panas, botol direbus. Perebusan sebaiknya dipilih daripada
disinfeksi kimia, karena disinfeksi kimia bukan hanya meningkatkan biaya,
tapi juga memerlukan langkah ekstra untuk membilas sisa-sisa disinfektan.
Disinfeksi kimia harus meliputi perendaman botol di larutan yang berisi
minimal 1000 ppm klorin selama minimum 15 menit dan kemudian dibilas
dengan air steril / air yang telah direbus dan didinginkan. Setelah disinfeksi
panas / disinfeksi kimia, botol harus diletakkan secara terbalik di rak sampai
kering. Botol yang sudah kering harus ditutup dan disimpan. Dilindungi dari
debu, hingga digunakan.
Sumber : www.Lean-Indonesia.com

Anda mungkin juga menyukai