Anda di halaman 1dari 13

1.

Hubungan Sistem imun dengan Sistem Limfatik

(
a. Sistem Limfatik
Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening
membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah. Cairan
memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil
yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila suda
berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah
bening,

komposisinya

kira-kira

sama

dengan

komposisi

cairan

interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi

di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa,


seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan
menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut
membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik.Seperti vena,
pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka
untuk memeras cairan ke arah jantung.Di sepanjang pembuluh limfa
terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa (lymph node) atau
nodus getah bening yang menyaring limfa.Di dalam nodus limfa terdapat
jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang
yang penuh dengan sel darah putih.Sel-sel darah putih tersebut berfungsi
untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya kelenjar
getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) ,
limfonodulus. System limfeterdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik,
organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik.
Organ limfoid sekunder
a. Lien (Limpa)

(Paulsen;2013)
Lien merupakan jaringan limfatik yang terbesar, memiliki berbagai
fungsi: pembentukan sel darah, metabolisme hemoglobin dan besi,
destruksi sel darah merah, filtrasi darah, gudang darah, fagositosis dan
respon imun.
Struktur.Jaringan ikat membrana serosa berikatan dengan jaringan
kolagen padat. Trabekula jaringan kolagen padat masuk ke parenkim dan
bercabang-cabang membagi limfe dalam kompartemen-kompartemen
kecil.Serabut otot polos dan serabut elastis terdapat pada trabekula dan
kapsula.Serabut

retikuler

yang

dihasilkan

oleh

sel-sel

retikuler

merupakan elemen stroma yang utama.Pengaturan otot polos pada

trabekula dan kapsula bervariasi pada berbagai spesies.Perubahan volume


yang cukup besar dapat diatur, dan otot polos membantu pengeluaran
darah dari organ.
Lien punya sinusoid dengan sel-sel fagositik, stroma serabut retikuler,
sitoretikulum, dan parenkim sel-sel bebas.Tidak ada pembagian korteks
dan medula.Nodulus tersebar dalam parenkim seluler, pulpa putih dan
pulpa merah.Nodulus limfatikus (korpuskulum lienis) dan selongsong
limfatik periarterial (periarterial lymphatic sheath/ PALS) membentuk
pulpa putih.Arteriola noduler ditemukan di sentral atau parasentral setiap
nodulus.Arteriola ini tidak selalu dapat terlihat dalam setiap potongan,
karena

arah

potongannya

mungkin

sejajar

dengan

arteriola

tersebut.Ada/tidaknya sentrum germinale tergantung faktor seperti pada


nodus limfatikus.
Pulpa putih dan pulpa merah.Pulpa putih adalah jaringan limfatik padat
yang hubungannya dengan cabang-cabang arteri trabekuler. Perluasan
korpuskulum (limfonodulus splenikus) secara acak tersebar di sepanjang
arteri serta disisipi dengan PALS. Komposisi, keadaan dan distribusi
komponen limfonodulus di sini sama dengan nodulus limfatikus
umumnya; namun setiap sentrum germinale di lien dikelilingi oleh
korona (mantle zone) yang berlanjut ke PALS. Bagian pulpa putih yang
berbatasan dengan pulpa merah disebut zona marginal.Di zona tersebut
ditemukan sinusoid, sel-sel dendritik, dan sel-sel limfatik.Sel T mengisi
PALS dan zona marginal, sel B mengisi nodulus dan zona marginal.
Daerah antara korpuskulum lienis dan trabekula disebut pulpa
merah.Disebut demikian karena kaya vaskularisasi.Dalam pulpa merah

ditemukan sinusoid dan tali-tali limpa (korda splenika).Sinusoid lien


bersifat diskontinyu dan dibatasi oleh sel-sel fagositik.Sinusoid bermuara
di korda splenika.Korda tersusun dari granulosit, progenitor granulosit,
dan sel fagositik.Pada beberapa spesies ditemukan juga otot-otot
polos.Sinusoid dan korda berfungsi bersama-sama dalam filtrasi dan
fungsi fagositik dengan adanya makrofag pengembara dan makrofag
fiksans (berhenti).Sel-sel fagositik ini memusnahkan dendritus sel,
eritrosit cacat/tua, dan benda-benda asing dalam darah.Pigmen warna
kuning coklat, hemosiderin, suatu hasil pemecahan hemoglobin sering
ditemukan dalam sel fagositik sinusoid dan korda.Sirkulasi.Arteria
lienalis masuk melalui hilus dan bercabang membentuk arteria
trabekularis.Pada

saat

memasuki

parenkim,

arteria

trabekularis

mengakumulasi limfosit dalam adventisianya (PALS) dan arteri ini


melanjut ke korpuskulum lienis dan disebut arteria limfonoduli (arteriola
noduler).Cabang-cabang arteri ini membentuk kapiler di pulpa putih dan
zona marginalnya.Kapiler-kapiler bermuara di pulpa merah atau vena
pulpa.Arteriola noduler keluar dari pulpa putih dan membentuk cabangcabang

kecil

(arteriosus

penisilaris),

yang

kemudian

melanjut

membentuk arteriola penisilaris, arteriola elipsoidea(vaginata)/ arteriola


berkelopak

dan

kapiler

arteri

terminal

(vas

kapilarium

terminale).Arteriola vaginata punya dinding yang menebal karena sel-sel


tersusun konsentris dan lamina serabut.Dalam kelopak dapat dijumpai
makrofag, granulosit, eritrosit serta keping-keping darah.Arteriola
berkelopak punya kemampuan memfagositosis dan merupakan lokasi
untuk menyingkirkan bahan-bahan/butiran-butiran halus asal darah.Pada
hewan tertentu misalnya kuda, kelopak tersebut mengandung APCs, oleh

karenanya

bangunan

tersebut

sering

disebut

kelopak

makrofag

periarterioler (periarteriolar macrophag sheath, PAMS).


Limpa adalah organ hematopoetik selama kehidupan fetal dan
neonatal.Meskipun tidak merupakan fungsi utama pada makhluk dewasa,
namun dia tetap bertahan pada umur dewasa.Limpa juga merupakan
tempat pendewasaan eritrosit.Limpa punya fungsi imunitas melalui sel B
dan sel T.
b. Kelenjar Getah Bening

(Paulsken;2013)
Kelenjar getah bening adalah agregat nodular jaringan limfoid yang
terletak sepanjang jalur limpa diseluruh tubuh.Sel kelenjar getah bening

dan yang akhirnya dikonsentrasikan di kelenjar getah bening. Struktur


kelenjar getah bening dibagi menjadi tiga :
1) Korteks getah bening luar, tempat sel-sel B berproliferasi dan
mengalami pematangan
2) Porakorteks disebelah dalam, yang terutama di tempati oleh makrofag
dan sel T
3) Medulla dibagian dalam yang mengandung sel B dan sel T
Organ limfoid primer :
a. Sumsum Tulang

(Paulsken;2013)
Kelenjar timus sebagai tempat perkembangan dan diferensiasi sel-sel
limfosit yang semula berasal dari sumsum tulang. Sel-sel limfosit T yang
telah dewasa yang kemudian dilepaskan dalam peredaran darah
berjumlah sekitar 5% dari seluruh jumlah sel-sel yang

berasal dari

sumsum tulang. Dengan bertambahnya umur, jumlah sel yang masuk dari
sumsum tulangpun akan berkurang. Hal ini telah dimulai semenjak umur
seseorang mencapai 20 tahun, namun sebaliknya presentase jumlah
limfosit muda ddalam kelenjar timus makin meningkat..
b. Thymus

(Paulsken;2013)
Thymus bersama-sama dengan kelenjar paratiroid berasal dari
kantung farinks ke 3 dan ke 4.Anlagennya berpisah dari paratiroid,
mengisi bagian kranial mediastinum dari paratiroid, mengisi bagian
kranial mediastinum, daerah toraks dan daerah sevikal ventral.
Sebagian besar organ yang berasal dari endoderm (hati, pankreas, dan
kelenjar lain) adalah organ yang padat, dengan epitelium sebagai
parenkim utama. Pada saat vaskularisasi berkembang, massa sel

epitelium thymus menjadi retikulum sel yang tersusun longgar. Invasi


oleh progenitor limfosit dari sumsum tulang mengubah kelenjar itu
menjadi organ limfoepitelial, dengan parenkim terdiri dari thymosit.
Saat kelenjar tumbuh, sel-sel epitelial (epitelial-retikuler) menjadi sel
stelat yang bersentuhan satu dengan yang lain melalui desmosoma.
Beberapa membentuk bangunan menerus yang membentuk batas perifer
sistem labirin yang diisi dengan thymosit dan sel retikuler epitelial
berbentuk stelat.Medula memiliki lebih sedikit thymosit dibanding
bagian korteks.
Struktur.Kedua lobi thymus diselubungi oleh kapsula jaringan ikat
longgar.dari dipercabangkan septa yang tersusun dari jaringan yang
sama dan membagi organ ke dalam lobuli. Septa ini meluas sampai
junktura kortikomedularis. Septa yang tak sempuma mengakibatkan
lobulus berlanjut satu dengan yang lain. Jaringan ikat retikuler
membentuk bagian utama stroma perivaskuler.
Sel

retikuler-epitelial

bersifat

pendukung

struktural

dan

fungsional.Bagian perifer organ dilapisi oleh sel-sel ini.Dia juga


membatasi vasa darah thymus.Lapisan sel membentuk labirin di
perifer.Sel retikuler-epitelial berbentuk bintang, membentuk reticulum
dan mengisi labirin. Prosesus sel yang berdekatan, baik labirin maupun
di permukaan bersentuhan satu dengan yang lain melalui desmosoma.
Jadi sel retikuler epitelial membatasi labirin maupun membatasi
sitoretikulum penyokong.
Thymus punya korteks dan medula yang jelas. Timbunan limfosit
kecil (thymosit) menutup sitoretikulum yang dibentuk oleh sel retikuler-

epitelial .Thymosit di medula tidak sepadat di korteks, dengan demikian


medula tampak lebih terang.Di medula ditemukan korpuskulum
thymikum, tercat asidofil, diameter 20-100 mikron.Bangunan ini
tersusun konsentris dari sel-sel retikuler-epitelial tercat bening (seperti
kaca) dengan berbagai tingkat degenerasi, dan dapat mengalami
kornifikasi bahkan mineralisasi.Pada korpuskulum thymikum sapi
ditemukan Ig A dengan konsentrasi tinggi, piknosis dan kariolisis
banyak terjadi.Korpuskulum banyak ditemukan pada thymus yang sudah
mengalami involusi tingkat lanjut.Sel-sel bagian perifer korpuskulum
melanjutkan diri ke stroma sel. Fungsi korpuskulum tidak jelas.
Vasa darah dan barier thymus-darah.meskipun vasa darah menyatu
dengan venula thymus di kapsu!a, sebagian arahnya membalik,
membentuk gang-gang dalam korteks dan berakhir di venula di
perbatasan korteks-medula dan medula.
Arteri thymus bercabang-cabang di jaringan ikat interlobuler dan
masuk

ke

substansi

lobulus.Kapiler

arteri

organ

pada

menembus

perbatasan
korteks

ke

korteks-medula
bagian

perifer

korteks.Kapiler korteks impermiabel terhadap makromolekul.


Cabang-cabang arteriola vasa perbatasan kortiko-medula memasuki
medula, bercabang-cabang membentuk kapiler dan kembali sebagai
vena medula ke perbatasan korteks-medula.Venula pascakapiler
permiabel terhadap makromolekul dan limfosit.
Barier darah/thymus terdiri dari se! retikuler-epitelial pada pembuluhpembuluh darah di parenkim. Sifat permeabilitas korteks membatasi arti
barier pada korteks.Vasa-vasa medula dan perbatasan korteks-medula

permiabel terhadap makromolekul dan limfosit. Venula pascakapiler


punya fungsi seperti vasa yang sama pada nodus limfatikus. Venula
pascakapiler tidak terlibat pada barier darah/thymus dan hubungan
antara sel retikuler-epitelial dengan vasa di seluruh kelenjar tidak cocok
dengan fungsi barier yang berbeda.
Vasa limfe dan inervasi.Thymus tidak punya vasa limfe aferen.Vasa
limfe eferen terdapat pada jaringan ikat di perifer lobulus. Meskipun
syaraf-syaraf terdapat bebas di parenkim, kebanyakan serabut syaraf
kelenjar yang berasal dari n. vagus dan n. simpatikus menginervasi
elemen-elemen dinding pembuluh darah.
Sifat-sifat fisiologis.Thymus merupakan organ limfatik primer. Limfosit
(thymosit) yang berdiferensiasi di thymus, meninggalkan thymus dan
berdomisili di organ limfatik sekunder (nodus limfatikus, limpa,, tonsil,
sumsum tulang) dan nodulus-nodulus limfatikus sebagai limfosit T.
Gerakan thymosit melalui venula pascakapiler ke organ limfatik
sekunder (periferilisasi) merupakan aspek penting dalam imunitas
diantarai sel (cell mediated immunity).
Involusi yang berjalan lambat dan involusi yang berjalan lambat dan
kontinyu, menguat setelah pubertas dan ditandai dengan penurunan
berat, limfosit korteks menghilang, infiltrasi jaringan lemak dan
bertambahnya

korpuskulum

thymikum.Akhirnya

jaringan

lemak

menggantikan organ.
Peran thymus dalam imunitas diterangkan secara jelas dengan
thymektomi neonatal pada beberapa spesies.Hal ini berakibat gangguan
hipersensitifitas.Kemampuan memproduksi respon diantarai antibodi

(antibody mediated response) hilang karena produksi

antibodi

membutuhkan bantuan sel T.


Thymosin, suatu faktor humoral berasal dari dan dihasilkan oleh sel
epitelium thymus dan dapat menggantikan thymus mencit yang
mengalami thymektomi.Thymofdietin, suatu faktor humoral thymus,
dan faktor thymus serum adalah factor-faktor humoral yang memperkuat
respon oleh sel T.
Sistem limfatik dan hubungannya dengan sisitem imunisasi
Beberapa sistem tubuh membantu mempertahankan tubuh terhadap
berbagai bahaya seperti sinar ultraviolet matahari, panas berlebihan, zat
kimia beracun, kerusakan fisik, dan ancaman mikroorganisme, seperti
bakteri dan virus. Namun demikian, sistem imunitas, bersama sistem
limfatik, adalah cara perlindungan tubuh yang utama dari serangan. Sistem
limfatik merupakan bagian pelengkap dari sistem imunitas dan berperan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.Bagian aktif sistem ini
adalah cairan limfa, yang awalnya berupa cairan intertisial yang terkumpul
dari sel-sel di seluruh tubuh. Cairan itu mengalir ke jejaring kapiler kecil di
sela-sela jaringan yang kemudian menyatu dan membentuk pembuluh yang
lebih besar yang disebut limfatik (pembuluh limpa). Nodus limfa (kelenjar
limfa) adalah daerah penyaring dan penyimpan dalam sistem ini, dan
tersebar di sepanjang jalur limfa.Tidak seperti darah, limfa tidak dipompa;
limfa mengalir secara pasif saat pembuluh limfa ditekan oleh kontraksi otot
sekitar sewaktu bergerak.Cairan limfa masuk ke peredaran darah melalui
vena subklavia kiri dan kanan.Organ limfoid, meliputi timus dan limfa, dan
jaringan limfoid, seperti tonsil dan palak peyer, melengkapi seluruh

sistem.Organ limfoid mengandung sejumlah besar sel darah putih khusus,


terutama limfosit, yang melindungi tubuh dari benda asing seperti serang
mikroorganisme.
Selain itu beberapa komponen system imun seperti Limfosit T dan
limfosit B diproduksi dan di matangkan di organ limfatik. Jadi hubungan
antara system limfatik dan system imun amat sangat berkaitan.

Subowo.2010. imunologi klinik edisi 2. Yogyakarta : sagung seto


Playfair, J.H.L dan Chain, B.M.2009. At a glance imunologi edisi kesembilan. Jakarta:erlangga
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 11. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013.

Anda mungkin juga menyukai