Chapter II 3
Chapter II 3
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Pengertian Judul
Pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri
berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru,
yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang
disebut Pawiyatan. Istilah santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji,
sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli
kitab suci agama Hindu.Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik)
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik
kata pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran
an yang berarti tempat tinggal santri (Zamakhsyari Dhoefier, 1984, hal 18, Tradisi
Pesantren, studi Tentang Pandangan Hidup Kyai). Secara definitif KH. Imam Zarkasyi
(pendiri Pondok Modern Daarussalam Gontor), mengartikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kiyai sebagai figur sentralnya,
mesjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah
bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Secara singkat pesantren bisa juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat
para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya secara teknis,
pesantren adalah tempat di mana santri tinggal. (Abdurrahman Wahid, Menggerakkan
Tradisi; Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKIS,2001,cet-ke-1,h,17).
gretz (1960, hal 178) mengartikan dalam bahasa sanskerta shastri yang telah di
tetapkan menjadi sastri bermakna:
Dalam arti sempit: seorang pelajar ekolah agama yang bermukim pada suatu tempat
yang di sebut pondok
Dalam arti luas: identitas seseorang sebagai bagian dari varian komunitas penduduk
jawa yang menganut Islam secara konsekuen
Mahmud Yunus (Mahmud Yunus, Op.Cit, h, 231), mendefinisikan sebagai tempat
2.1.2
pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Menurut para ahli, lembaga pendidikan ini
Nurtia Rahmat (070406012)
sudah datang sebelum Islam datang ke Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh I. J. Brugman
dan K. Meys, yang menyimpulkan dari tradisi pesantren seperti, penghormatan santri kepada
kiyai, tata hubungan keduanya yang tidak didasarkan kepada uang, sifat pengajaran yang
murni agama dan pemberian tanah oleh negara kepada para guru dan pendeta. Gejala lain
yang menunjukkan azas non-Islam pesantren tidak terdapat di negara-negara Islam.
Pesantren dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, berasal dari India. Sebelum proses
penyebaran Islam di Indonesia sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk
pengajaran dan pendidikan agama Hindu di Jawa. Kemudian pendidikan ini diislamisasikan
tanpa meninggalkan tradisi yang ada. Perbedaan yang mendasar ialah pada masa Hindu
pendidikan tersebut hanya milik kasta tertentu, sedang pada masa Islam, pendidikan tersebut
milik setiap orang tanpa memandang keturunan dan kedudukan, karena dalam pandangan
Islam seluruh manusia merupakan umat yang egaliter.
Karena itu Islam dapat diterima oleh masyarakat dan pesantren dapat berkembang,
oleh karena itu pesantren merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli Indonesia.
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya, di mana, dan
siapa pendirinya tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Ada pendapat yang
maengatakan, pesantren pertama kali didirikan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Beliau
adalah ulama yang berasal dari Gujarat, India agaknya tidak sulit baginya untuk mendirikan
pesantren karena sebelumnya sudah ada perguruan Hindu-Budha dengan sistem biara asrama
sebagai tempat belajar mengajar. Dan mempunyai persamaan dengan pendidikan di India.
Meski begitu, tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan mengembangkan pesantren
dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Ia mendirikan
pesantren di Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri,
yaitu: Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai Bangkuning. Kemudian ia pindah ke Denta,
Surabaya, dan mendirikan pesantren di sana, dan akhirnya beliau dikenal dengan sebutan
Sunan Ampel. Sunan Ampel diambil menantu oleh penguasa Tuban bernama Ario Tejo. Di
sini dapat disimpulkan adanya hubungan yang mesra antara ulama dan umara. Hubungan ini
dijalin dengan dawah, selain itu Ario Tejo membutuhkan bantuan sunan Ampel untuk
mengamankan daerah Tuban, Gresik, dan Surabaya, sebagai kunci kemakmuran negara.
Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan Pesantren Ampel Denta pada dasarnya
didukung oleh beberapa faktor, Pertama, letaknya yang strategis di pintu gerbang utama
Nurtia Rahmat (070406012)
Majapahit, sehingga mau tidak mau mesti bersinggungan langsung dengan sirkulasi
perdagangan Majapahit, karena seluruh kapal dari dan ke Majapahit mesti melewati
pelabuhan Surabaya.
Kedua, lembaga pendidikan tersebut mirip dengan pendidikan sebelumnya. Ketiga,
lembaga pendidikan tersebut dapat diikuti oleh setiap orang tanpa memandang keturunan dan
kedudukan.
Pada awal berkembangnya, ada dua fungsi pesantren, pertama, sebagai lembaga
pendidikan. Kedua, sebagai lembaga penyiaran agama. Kendati kini telah banyak perubahan
yang terjadi namun inti fungsi utama itu masih melekat pada pesantren. kurang dari 1.853
buah dengan jumlah santri tidak kurang 16.500 orang. Kemudian suatu survai yang
diselenggarakan oleh kantor Shumubu ( Kantor Urusan Agama ) pada masa Jepang tahun
1942 jumlah pesantren bertambah menjadi 1.871 buah, jumlah tersebut belum dijumlah
dengan pesantren di luar Jawa dan pesantren-pesantren kecil. Pada masa kemerdekaan jumlah
pesantren terus bertambah, berdasarkan laporan Departemen Agama RI tahun 2001 jumlah
pesantren di Indonesia mencapai 12.312 buah.
Perkembangan pesantren terhambat ketika Bangsa Eropa datang ke Indonesia untuk
menjajah. Hal ini terjadi karena pesantren bersikap non-kooperatif bahkan mengadakan
konfrontasi terhadap penjajah. Akibat dari sikap tersebut maka pemerintah kolonial ketika itu
mengadakan kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Setelah Indonesia
merdeka, pesantren tumbuh dan berkembang dengan pesat. Ekspansi pesantren juga bisa
dilihat dari pertumbuhan pesantren yang semula hanya rural based institution kemudian
berkembang menjadi pendidikan urban. Lihatlah kemudian pesantren tumbuh di Ibukota
Jakarta seperti Pondok Pesantren Darun Najah, Darul Rahman, As-Shiddiqiah, dan lain-lain.
Bahkan kini pesantren bukan hanya milik organisasi tertentu tetapi milik umat Islam
Indonesia.
Adapun Faktor Penyebab Timbulnya Pesantren adalah:
Pada kenyataannya, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan ciri khas
Indonesia. Di negara-negara Islam lainnya tidak ada lembaga pendidikan yang memiliki ciri
dan tradisi persis seperti pesantren, walau mungkin ada lembaga pendidikan tertentu di
beberapa negara lain yang dianggap memiliki kemiripan dengan pesantren, seperti ribth,
Nurtia Rahmat (070406012)
sakan dkhil, atau jamiyyah. Namun ciri pesantren yang ada di Indonesia jelas khas
keindonesiaannya karena berhubungan erat dengan sejarah dan proses penyebaran Islam di
Indonesia.
Sejak tahap-tahap awal pengembangan Islam di Nusantara, para ulama pelaksana misi
dakwah Islam (dut ilallh), termasuk Wali Songo, telah melakukan dakwah di tengah
bangsa kita melalui pendekatan beraneka ragam: ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, dan
lain sebagainya. Pelaksanaan dakwah ini, pada mulanya mereka lakukan dengan cara
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (as-safar wat-tajwwul). Dengan cara
ini, mereka mampu menangani langsung problem umat secara kondisional dan regional,
sehingga Islam kemudian dikenal dan dipeluk oleh berbagai lapisan masyarakat dan suku di
Nusantara.
Tetapi cara ini tidak bisa terus mereka lakukan. Seiring dengan usia yang semakin
menua, para dut itu pun mulai menetap di suatu tempat guna melakukan pembinaan umat
dan kaderisasi calon-calon dut di tempat mereka masing-masing. Mereka berdomisili,
melaksanakan dakwah dan pendidikan. Para dut yang memilih jalur pendidikan ini
kemudian melahirkan banyak lembaga yang bernama pesantren, dan mereka pun mulai
disebut Kiai.
2.1.3
yang didirikan antara tahun 1915-1920. Pada tanggal 15 mei 1918, masyarakat tapanuli sudah
mendirikan sekolah untuk pendidikan agama yaitu Maktab Islamiyah Tapanuli, kemudian
mendirikan debating club (1928). Anggota-anggotanya mendirikan Jamatul Wasliyah di
medan sebagai badan umum bagi kegiatan dibidang Agama dan sosial dengan tokohnya yang
paling penting bernama: Mohammad Yunus
Melalui debating club, yang di dalamnya sudah terjalin hubungan antara madrasah
dan sekolah, maka beberapa diantara mereka menggabungkan diri dengan Jamatul Waliyah di
medan. Demikian juga bebrapa tokoh yang berasal dari luar kota medan yang sudah memiliki
lembaga pendidikan, sehingga dengan adanya penggabungan ini berarti madrasah melakukan
re-organisasi kurikulum dengan memasukkan system klasikal.
Pada tahun 1934 disusun peraturan umum untuk melakssanakan inspeksi terhadap
madrasah, serta sebelum tahun 1940 sudah disusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian
Nurtia Rahmat (070406012)
dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di Medan. Perkembangan ini
menggunakan 2 sistem pendidikan sebagai berikut:
1. Mendirikan sekolah swasta dengan system Gubernemen, disamping pelajaran umum,
serta ditambah dengan pelajaran agama
2. Mendirikan sekolah agama yang hanya sedikit menambah pelajaran umum.
Jadi dengan melihat sejarah perkembangannya maka dapat dikatakan ke-2 sistem pendidikan
tersebut sudah sikembangkan sebelum tahun 1940 (K.A Steen Brink, 1994, 97)
Pesantren di sumatera utara tergolong masih muda usianya bermula sekitar abad ke
20. Saat ini pesantren di Sumatera Utara semakin berkembang, dimana jumlah yang terdaftar
di Departemen Agama Propinsi Sumatera Utara tahun 2007 sebanyak 211 buah pesantren
(data pemko medan 2007)
Pesantren di Sumatera Utara umumnya adalah pesantren khalafi atau pesantren
modern. Pesantren di sumatera utara memiliki hubungan dengan pesantren yang lain, karena
dari sejak awal berdiri tidak mengenal santri pengelana.
2.1.4
Cet, ke-3, h,257, 1993:3) yang dikutip dari syarif (1993:3) mengemukakan bahwa pada
dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang dilaksankan dengan
system asrama (pondok) dengan kyai sebagai sentral utama serta mesjid sebagai pusat
lembaganya. Pada awalnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam dengan cara non klasikal, yaitu kyai mengajar para santri/ahnya berdasarkan
kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar abad 12 sampai abad 16.
Dewasa ini, pesantren telah berkembang dan merupakan gabungan antara system pondok dan
pesantren yang memberikan pengajaran dengan system non klasikal. Pondok pesantren ini
akhirnya menyelenggarakan system pendidikan klasikal (sekolah), baik yang bersifat
pendidikan umum (formal) maupun agama yang lazim di sebut Madrasah (Arifin, 1993:3)
yang dikutip dari sarijo (1985:10)
Elemen-elemen Pesantren
Pondok atau asrama, sebagai tempat tinggal kiayi bersama para santrinya.
ulama yang mumpuni dalam bidang keagamaan walau ia tidak mempunyai pesantren, seperti
: Kyai Haji Ali Yafie, Kyai Haji Muhith Muzadi, dan lainnya. Bahkan gelar kyai digunakan
untuk sebutan seorang Dai atau Muballigh.
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, Zamakhsyari Dhofier membagi santri
membagi dua kelompok: Santri mukim dan santri kalong, santri mukim adalah santri yang
berasal dari daerah dan menetap dalam kelompok pesantren. Sebagai santri mukim mereka
mempunyai keewajiban-kewajiban tertentu. Santri kalong adalah santri yang berasal dari
masyarakat sekitar pesantren atau yang biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk
mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.
Selain dua istilah santri diatas, dalam dunia pesantren dikenal juga istilah santri
kelana. Santri kelana adalah santri yang pindah belajar dari satu pesantren ke pesantren lain
untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang menjadi keahlian dari seorang kyai. Setelah
pesantren mengadopsi sistem madrasah tradisi santri kelana kini mulai ditinggalkan.
Kedudukan mesjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan
manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Hal ini telah terjadi sejak
zaman Nabi Muhamad kemudian diteruskan oleh para sahabat, kholifah Islamiyah hingga
sampai sekarang.
Secara etimologis, masjid berasal dari kata sajada, yang berarti patuh, taat, serta
tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Sedangkan secara terminologis, masjid adalah
tempat melaksanakan aktifitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah. Upaya
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan berimplikasi pada tiga hal:
Pertama, mendidik anak agar tetap beribadah kepada Allah. Kedua, menanamkan rasa
cinta pada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan
kewajiban. Ketiga, memberikan ketentraman, kemakmuran, potensi-potensi melalui
pendidikan kesabaran, keberanian kesadaran optimisme.
Kendatipun saat sekarang kebanyakan pesantren telah melaksanakan proses belajar
mengajar di dalam kelas dengan gedung tersendiri, namun mesjid tetap difungsikan sebagai
tempat belajar. Hingga saat ini kyai sering mempergunakan masjid sebagai tempat membaca
dengan metode bandongan. Disamping itu pula para santri memfungsikan masjid sebagai
tempat belajar yang utama, karena kondisi masjid relatif lebih tenang serta mempunyai nilai
ibadah.
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional
di mana para siswanya tinggal bersama-sama dan belajar dibawah bimbingan seorang kiyai.
Ada tiga alasan utama mengapa pesantren harus menyediakan asrama bagi santrinya.
Pertama, kemashuran seorang kiyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam,
menarik santri-santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu dari kiyai tersebut secara teratur
dan dalam waktu yang lama , untuk itu ia harus menetap. Kedua, hampir semua pesantren
berada di desa-desa di mana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk
menampung santri-santri, dengan demikian perlulah adanya asrama khusus para santri.
Ketiga, ada timbal balik anrtara santri dan kiyai, di mana para santri menganggap kiyainya
seolah-olah seperti bapaknya sendiri, sedang para kiyai menganggap para santri sebagai
titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.
Disamping alasan-alasan diatas, kedudukan pondok sebagai salah satu unsur pokok
pesantren sangat besar sekali manfaatnya diantaranya adalah santri dapat dikondisikan dalam
suasana belajar sepanjang hari.Kehidupan berasrama para santri juga sangat mendukung bagi
pembentukan kepribadian. Di dalam asrama memungkinkan untuk mempraktekkan apa-apa
yang telah dipelajari. Nilai-nilai agama yang secara normatif dipelajari di kelas, dapat
dilatihkan untuk disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu dimungkinkan
mereka tidak hanya menjadi having tetapi being.
Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi kepada kepada kekuatankekuatan dan latar belakang historis atau pengembangan sumber daya nasional atau bangsa
masing-masing.ditekankan kepada pelajaran agama saja. Implikasi yang mungkin terjadi dari
gerakan pembaharuan pesantren.
Sistem penyelenggaraan sekolah-sekolah modern klasikal mulai masuk kedunia
pesantren yang sebelumnya masih belum dikenal. Metode halaqoh berubah menjadi sistem
klasikal sebagaimana terdapat disekolah-sekolah, juga pesantren mempergunakan meja dan
kursi dan buku pelajaran, dengan tambahan ilmu pengetahuan umum. Sementara itu
dibeberapa pesantren mulai memperkenalkan sistem madrasah sebagaimana sistem yang
berlaku disekolah-sekolah umum, tetapi pelajarannya ditekankan kepada pelajaranagama
saja. Kemudian pada perkembangan berikutnya, madrasah-madrasah yang mengajurkan.
Nurtia Rahmat (070406012)
2.1.5
seragam. Hal ini disebabkan karena pesantren mempunyai kebiasaan untuk tidak mempunyai
kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuan pendidikannya secara eksplisit. Hal ini
karena sifat kesederhanaan pesantren, sesuai dengan dorongan berdirinya, di mana kiyai
mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk ibadah lillahitaala, dan tidak pernah
dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu
dalam hirarki sosial.
Adapun tujuan didirikannya pesantren menurut M.Arifin pada dasarnya terbagi
menjadi dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Khususnya adalah
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan
oleh kiyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Sedangkan tujuan
umumnya adalah membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam
yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar
melalui ilmu dan amalnya.
Untuk mengenal tujuan pendidikan pesantren ada baiknya dikemukakan beberapa
pernyataan para pendiri pesantren, KH. Ahmad Sahal misalkan, salah seorang pendiri Pondok
Modern Gontor menyatakan: "amanak-anakku nanti harus menjadi orang yang a'lim, sholeh,
sugih supaya tidak tamak" dalam kesempatan lain juga beliau sampaikan: " di pesantren ini
(Gontor) anak-anak akan diajari bahasa Arab- bahasa Inggris dan tonil (drama)
Dari dua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendirian pesantren adalah
untuk mendidik generasi muda Islam dengan pendidikan sehingga nantinya menjadi anak
yang alim (memiliki ilmu pengetahuan) dan sholeh dalam artian menjalankan
pengetahuannya tersebut, serta bisa menjadi kaya (kaya harta dan hati) supaya tidak tamak.
Oleh karena itu muncul pernyataan kedua yang berarti harus menzaman, sesuai dengan
kebutuhan zaman dan kecakapan yang dimiliki sesuai dengan zamannya. Konon ungkapan
kedua ini muncul setelah pertemuan ulama yang saat itu membutuhkan delegasi muslim
Indonesia untuk di kirim ke dunia Internasional, yang dibutuhkan adalah yang mahir dalam
bahasa Arab dan Inggris, tapi yang tersedia waktu itu hanya menguasai bahasa Arab saja dan
tidak menguasai bahasa Ingris, dan sebaliknya. Jadi tujuan penyusunan materi pelajaran
disesuaikan dengan tantangan kebutuhan ummat. Sama halnya dengan semboyan perekat
Nurtia Rahmat (070406012)
ummat yang muncul sebagai jawaban atas kondisi ummat Islam pada tahun 1920 an;
pertentangan khilafiyah dan konflik internal.
Selain melalui pernyataan para pendirinya tujuan pendidikan pesantren juga bisa
diketahui dengan melihat semboyan dan motto yang dikembangkan suatu pesantren,
semboyan-semboyan yang senantiasa didengungkan oleh pimpinan pesantren (kyai) itu
biasanya merupakan "kerangka nilai" yang diharapkan dapat dicerna oleh para santri dan
menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupannya kelak Seperti pepatah dalam dunia
pesantren yang sangat populer, al muhafadhatualal qadimis shalih wal akhdu alal bil jadidil
ashlah. Dalam hal ini pesantren merupakan lembaga pendidikan yang gigih mempertahankan
tradisi. konservasi terhadap tradisi dilakukan tanpa sikap reserve, bahwa tradisi
mengandung segala yang baik, sehingga kebutuhan untuk mengadopsi yang modern
dimungkinkan sejauh itu lebih baik dari apa yang terdapat dalam tradisi itu sendiri.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan pesantren, bagi pesantren-pesantren baru yang
lebih modern biasanya telah merumuskan tujuannya dalam bentu visi dan misi pesantren,
rumusan biasanya sekitar hal-hal berikut:
Dakwah Islamiyah
adalah untuk "kemasyarakatan dan dakwah Islamiyah" artinya pendidikan diarahkan pada
kebutuhan masyarakat muslim pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta
kepentingan dakwah Islamiyah.
2.1.6
A. Literatur Pesantren
1. Asal-usul dan jenis
Satu hal penting yang jarang disebut para ahli ketika mengidentifikasi ciri-ciri fisik
pesantren ialah kitab kuning sebagai literatur khas pesantren. Kitab kuning sebetulnya
Nurtia Rahmat (070406012)
merupakan ciri penting yang tidak dapat dibuang dari pesantren, setidaknya hingga hari ini.
Seseorang disebut kyai antara lain karena ia dianggap menguasai keilmuan keislaman yang
berhubungan erat dengan kitab kuning. Sistem pengajian pesantren yang diselenggarakan di
masjid juga cocok karena yang diaji adalah kitab kuning. Pendek kata, masjid, kyai, santri
dan pondok yang merupakan elemen penting pndok pesantren, tidak dapat dipisahkan dari
kitab kuning.
Kitab kuning sering disebut al-kutub al-qadimah. Disebut demikian karena kitabkitab tersebut dikarang lebih dari seratus tahun yang lau. Ada juga yang menyebutkannya
sebagai al-kutub al-shafra atau kitab kuning karena biasanya kitab- kitab itu dicetak di atas
kertas berwarna kuning, sesuai kertas yang tersedia waktu itu. Ciri lain dari literatur yang
dipergunakan di pesantren itu ialah beraksara Arab Gundul (huruf Arab tanpa harakat atau
syakal). Keadaannya yang gundul itu pada sisi lain ternyata merupakan bagian dari
pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran kitab-kitab gundul itu keberhasilannya antara lain
ditentukan oleh kemampuan membuka kegundulan itu dengan menemukan harakat-harakat
yang benar, dan mengucapankannya secara fasih Al-kutub al-qadimah itu jumlahnya sangat
banyak. Akan tetapi, yang banyak dimiliki para kyai dan diajarkan di pesantren di Indonesia
adalah kitab-kitab yang umumnya karya ulama-ulama madzhab Syafii (Syafiiyyah).
Menurut Martin van Bruinessen, seorang peneliti dari Belanda, pada akhir abad ke-20 ini
judul kitab-kitab kuning yang beredar dikalangan kyai di pesantren-pesantren Jawa dan
Madura jumlahnya mencapai 900 judul. Padahal L.W.C. van den Berg dalam penelitian
sebelumnya, pada akhir abad 19, hanya menemukan 54 judul saja.
Meningkatnya jumlah judul kitab itu sebetulnya disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, banyak kiyai yang mulai menulis kitab sendiri, baik dengan menggunakan Bahasa
Arab, maupun dengan menggunakan bahasa lokal yang ditulis dengan huruf Arab Melayu
(pegon). Kedua, beberapa ulama atau kyai di Nusantara mulai menyusun kitab sendiri.
Bentuknya bermacam-macam. Ada yang merupakan tashnif (karangan sendiri) dengan kitabkitab yang berasal dari Timur Tengah sebagai rujukan, ada yang menyusun sendiri tetapi
merupakan penggabungan dari topik-topik atau bidang-bidang yang sudah ada (iqtibas), dan
ada yang melakukan penyederhanaan (mukhtashar) terhadap kitab-kitab yang ada dalam
rangka penyesuain materi, topik, bahasa, maupun pembahasannya.
Ketiga, mulai diadopsinya kitab-kitab yang tadinya dianggap tabu karena tidak
sealiran dengan faham pesantren, misalnya kitab-kitab di luar madzhab Syafii. Keempat,
Nurtia Rahmat (070406012)
pesantren juga mulai mengaji kitab-kitab al-ashriyyah, karya ulama modern. Kitab- kitab alashriyyah ini mulai masuk ke Indonesia, sejalan dengan perkembangan teknologi pada awal
abad 20, yang ditandai oleh kemudahan orang-orang Indonesia untuk melakukan ibadah haji
dan belajar, baik di Makkah, Madinah, Kairo, Baghdad, Yaman dan pusat-pusat belajar lain
di Timur Tengah. Banyak diantara mereka yang mengaji ataupun berhaji kemudian mengirim
dan membawa pulang kitab-kitab al- ashriyyah yang memang beredar di tempat-tempat itu.
Kitab kuning yang di-aji di pesantren itu pada dasarnya adalah kitab-kitab yang
materinya dianggap relevan dengan tujuan pesantren sendiri, yakni mendidik dan
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagai upaya mewujudkan manusia yang tafaqquh fi
al-din. Kendati pola pendidikan yang diselenggarakan di pesantren cukup beragam, fungsi
yang diemban pesantren tidak keluar dari itu. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis
bidang aji (bidang kajian) yang diajarkan di pesantren. Hampir seluruh pesantren di tanah air
mengajarkan bidang aji yang sama, yang dikenal dengan ilmu-ilmu keislaman. Bidang
kajiannya meliputi ilmu-ilmu terapan, yang sering digolongkan ilmu-ilmu yang fardlu ain,
yang mencakup: Aqidah, Tajwid (al-Quran), Fiqih, Akhlaq-Tasawuf, dan Ilmu Alat (Bahasa
Arab, yang biasanya mencakup: Nahwu atau sintaksis, Sharaf atau morfologi, dan Balaghah);
dan ilmu-ilmu yang berguna dalam mengembangkan wawasan seperti: Mantiq, Ushul Fiqh,
Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits , dan Tarikh Islam. Hanya saja perhatian terhadap
kelompok ilmu yang terakhir ini memang masih terbatas dan belum merata.
Cara pesantren yang umumnya mengandalkan pada kitab kuning sesengguhnya
memiliki kelemahan tersendiri. Kitab-kitab kuning umumnya bukan disusun oleh ulama
Indonesia, atau setidaknya disusun pada masa lalu . Karena itu, kuantitas materi, relevansi
materi, dan tingkat pembahasannya belum tentu sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan
kemampuan santri di Indonesia saat ini.
Menyadari itu, beberapa pesantren yang telah melakukan pembaharuan melakukan
langkah-langkah akomodatif, antara lain: Pertama, tidak mengambil secara keseluruhan
materi-materi yang ada pada suatu kitab dari kitab-kitab kuning itu, melainkan
menyesuaikannya dengan menangguhkan materi-materi yang belum dianggap perlu dan
menambahnya dengan muatan-muatan baru berdasarkan kekhususan dan kebutuhan tertentu.
Kedua, memberikan perhatian yang memadai terhadap ilmu- ilmu yang berpotensi
memperluas wawasan, dan Ketiga,menambah materi pembelajaran dengan ilmu-ilmu umum
Hidayat al-Shibyan. Untuk tingkat lebih atas, penyajian dengan menggunakan nadzam ini
lebih bertujuab untuk meringkas dan memudahkan menghafalnya juga. Termasuk dalam
kategori ini misalnya kitab al-Maqshud, Imrithi, atau Alfiyah ibn Malik.
Dibanding dengan pola natsr, pola nadzm ini memiliki kesukaran tersendiri, yaitu
untuk memahaminya memerlukan kemampuan bahasa yang lebih tinggi karena nadzam
dalam pembuatannya tidak jarang memerlukan variasi, jika buka penyimpangan, dari pola
tata bahasa yang biasa digunakan dalam natsr. Itulah sebabnya pola natsr dikatakan lebih
mudah dan sederhana.
Variasi gaya pemaparan, kelihatannya tidak dapat dilepaskan dari ikhtiar para
penulisnya agar kitab-kitabnya dapat berfaidah, baik karena menarik dan mudah difahami,
atau karena memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih banyak. Dalam semangat
seperti itulah maka rupanya kitab kuning juga memiliki variasi dalam format penyajiannya.
Bila dikaji dari Format penyajian, maka Kitab Kuning dibagi menjadi :
1. Kitab Matn
Kitab matn pada dasarnya adalah kitab asal atau kitab inti. Sebetulnya nama matn itu baru
terjadi ketika pada kitab itu dilakukan pengembangan, baik menjadi syarh maupun dalam
bentuk hasyiah. Karena itu kitab matn dapat berupa kitab natsr maupun kitab nadzm. Contoh
kitab kuning yang termasuk kelompok ini adalah: kitab matn al- Ajurumiyah, matn Taqrib,
matn Alfiyah, Shahih Bukhari, al-Jami al-Shahih karya Imam Muslim dan seterusnya.
Kitab kuning secara umum ditulis dengan menggunakan format (lay out) yang terdiri
dari dua bagian: matn dan syarh. Matn merupakan teks inti dari sebuah kitab yang ditulis
pada bagian pinggir (margin) sebelah kanan dan kiri. Sedangkan syarh merupakan teks
penjelas atau komentar terhadap matn yang terletak di bagian dalam atau tengah dari setiap
halaman kitab. Karena sifatnya sebagai penjelas, maka teks syarh lebih banyak dan panjang
dari teks matn. Pemisahan antara teks matn dan syarh dilakukan dengan memberi tanda
kurung yang membingkai teks syarh, sedangkan matn berada di luar kurung bingkai ini. Akan
tetapi, pola penyajian seperti ini tidak berlaku secara keseluruhan. Pada beberapa kitab lain,
penyajian materi dibedakan antara teks matn dan teks syarh ke dalam kitab sendiri-sendiri
tidak disatukan dalam satu kitab sebagaimana pola penyajian yang dilakukan di atas.
c) Kitab Mukhtashar
Kitab Mukhtashar adalah kitab kuning yang menyajikan materinya dengan cara
meringkas materi suatu kitab yang panjang lebar untuk dijadikan karangan singkat tetapi
padat. Karena sifatnya yang demikian, kitab ini dengan kata lain merupakan kitab ringkasan
yang hanya memuat pokok-pokok masalah. Kitab kuning yang termasuk kelompok ini
misalnya adalah kitab Alfiyah ibn Malik yang merupakan ringkasan dari kitab al-Kafiyah,
atau kitab Lubb al-Ushul yang meringkas kitab Jam al-Jawami karya as-Subki. Atau karya
paling akhir dari jenis ini ialah Mukhtashar Ibn Katsir karya Ali al-Shabuni yang merupakan
ringkasan dari kitab tafsir Ibn Katsir. Dengan melakukan ringkasan ini, hal lain yang
biasanya dilakukan ialah menyederhanakan kalimat, memperbaharui istilah, menyaring
informasi atau melengkapi data.
Adapun bila dilihat dari kandungan maknanya, kitab kuning dapat dibagi menjadi
dua: pertama, kitab kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos
(naratif), seperti kitab kuning yang menyajikan materi sejarah, tafsir, dan hadits; kedua, kitab
kuning yang menyajikan materi berbentuk kaidah-kaidah keilmuan seperti kitab-kitab yang
membahas nahw, ushul al-fiqh, mushthalah al-hadits, dan sejenisnya.
Kurikulum yang diajarkan pada Pesantren dari Depatremen Agama, Materi yang diajarkan :
1. Kurikulum Departemen Agama, (dengan pengembangan dan perpaduan kurikulum timur
tengah)
Ilmu Agama : Tafsir, Hadist, Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Fiqih Jinayah, Aqidah
(Tauhid), Akhlaq, Sejarah Islam.
Ilmu Umum : Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, PPKN, Sejarah,
Ekonomi, Akutansi.
Ecology dan Ecosystem : Konsep pengolahan Sampah, Konsep Daur Ulang Air,
Konsep Energi Listrik, Konsep Energi Angin, Pemanfaatan Bio Diesel.
Waste recycling
2.1.7
1. Pelaku
Pengelola
Tugas : Mengelola dan mengatur segala jenis kegiatan dan jadwal kegiatan yang
berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar
Pengunjung
Tugas: :mematuhi peraturan
Service
Tugas: membantu pengelola menjalankan aktifitas pesantren
Motivation Training
Leadership Training
Spiritual Training
Emosional Training
Departeman Wirausaha
Bergerak dibidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perdagangan.
Ada beberapa jenis kegiatan yang akan berlangsung pada Medan Modern Pesantren yaitu:
Sarana Peribadatan
Masjid sebagai sentral kegiatan kepesantrenan, masjid sebagai sarana utama peribadatan
untuk semua akivitas akademik.
Sarana Pendidikan yang bertaraf Internasional
Kelas
Laboratorium Bahasa
Laboraorium Biologi
Laboratorium Peternakan (Kerbau, Sapi, Kambing, Ayam petelur, Ayam potong, Itik)
Sarana Pelatihan
Auditorium
Area Outbond (Flying fox, Rafling, Penyebrangan 2 tali, Halang Rintang dan lain-lain)
Gedung dan Lapangan Olah Raga (Senam (Putri), Badminton, Tenis, Basket, Volly)
Asrama Putra
Asrama Putri
Perumahan Guru
Perumahan Karyawan
Sarana Umum
Nurtia Rahmat (070406012)
Dapur Umum
Kamar Mandi
Sarana Kesehatan
Balai kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi santri, guru, karyawan,
masyarakat yang sakit.
Sarana Penunjang
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.15 - 08.00
08.00 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Upacara bendera
Masuk
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Olah raga sore
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan upacara
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Lapangan olah raga
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Selasa
No
1
2
3
4
5
6
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Lari pagi dan senam
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan olah raga
08.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
16
17
18
19
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Bersih-bersih
Masuk kelas
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Latihan pidato B. Inggris
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Asrama
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Pondok belajar
Asrama
Masjid
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Lari pagi dan senam
Bersih-bersih
Masuk kelas
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Latihan pidato B. Arab
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan olah raga
Asrama
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Pondok belajar
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Rabu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
16
17
18
19
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Kamis
No
1
2
3
4
5
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
07.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Pondok belajar
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Lapangan olah raga
Asrama
Masjid
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Morning conversation
Masuk kelas
Sholat jumat berjamaah (bagi laki-laki)
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Ekskul
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan upacara
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
R. Ekskul dan lapangan
Asrama
Masjid
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Lari pagi dan senam
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan olah raga
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Jumat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 11.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 18.00
18.00 - 18.30
18.30 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Sabtu
No
1
2
3
4
5
6
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
9
10
11
08.00 - 08.30
08.30 - 11.00
11. 00 - 12.30
12.30 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
Bersih-bersih
Kelas terbuka
Belajar indoor terbuka
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas laboratorium
12
13
14
15
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
16
17
18
19
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
7
8
Asrama
Pondok belajar
Masjid
Masjid
R. makan
Area bertani dan bercocok
tanam
Masjid
Asrama
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.15 - 08.00
08.00 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Upacara bendera
Masuk
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Olah raga sore
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan upacara
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Lapangan olah raga
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Latihan pidato B. Inggris
Masuk kelas
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Olah raga sore
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Pondok belajar
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Lapangan olah raga
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Rabu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
15
16
17
18
19
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Latihan pidato B. Arab
Masuk kelas
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Olah raga
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Pondok belajar
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Lapangan olah raga
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 08.30
08.30 - 12.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
16
17
18
19
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Lari pagi dan senam
Bersih-bersih
Masuk kelas
Sholat zuhur berjamaah
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Latihan pidato B. Indonesia
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan olah raga
Asrama
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
Pondok belajar
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Hari Jumat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 11.30
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 18.00
18.00 - 18.30
18.30 - 19.15
15
16
17
18
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Morning conversation
Masuk kelas
Sholat jumat berjamaah (bagi laki-laki)
Makan siang
Masuk kelas sore
Sholat ashar berjamaah
Ekskul
Bersih-bersih
Sholat maghrib berjamaah dan membaca
Al-Quran
Makan malam
Sholat isha berjamaah
Mengulang pelajaran
Tidur
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan upacara
Kelas (sekolah)
Masjid
R. makan
Kelas (sekolah)
Masjid
R. Ekskul dan lapangan
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
Waktu
04.00 - 04.30
04.30 - 05.00
05.00 - 05.30
05.00 - 06.15
06.15 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 08.30
08.30 - 11.00
Kegiatan
Tahajud
Persiapan (mandi dan bersih-bersih)
Sholat subuh berjamaah
Membaca dan Menghapal Al-Quran
Sarapan pagi
Lari pagi dan senam
Bersih-bersih
Masuk kelas laboratorium
9
10
11
12
13
14
15
16
11. 00 - 12.30
12.30 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.30
15.30 - 16.30
16.30 - 17.30
17.30 - 18.15
18.15 - 19.15
17
18
19
20
19.15 - 20.00
20.00 - 20.30
20.30 - 22.00
22.00 - 04.00
Tempat
Asrama
Asrama
Masjid
Masjid
R. makan
Lapangan olah raga
Asrama
Area bertani dan bercocok
tanam
Masjid
Masjid
R. makan
Pondok belajar
Masjid
Asrama
Asrama
Masjid
R. makan
Sholat isha berjamaah
Asrama
Asrama
a. alternatif lokasi
lokasi A
Kelebihan:
Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai
berikut: :
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 12,81 KM , Kecamatan Medan
Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan
merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 113.593
Jiwa (2006) .
Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan
mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate,
disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan.
Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar
dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara
Nasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga
terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan.
Sumber : Medan Dalam Angka 2007
Batas site:
Utara
Selatan
Timur
Barat
lokasi B
Lokasi B berada di jalan Tj. Selamat Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang, Medan
Kecamatan: sunggal
Kekurangan
Hanya memiliki satu jalan untuk akses ke lokasi
Site di keliligi hutan
Kelebihan:
Utara
Timur
Selatan
Barat
Kekurangan
Hanya memiliki satu jalan untuk akses ke lokasi
Site di keliligi hunian penduduk
Kelebihan:
Utara
Timur
Selatan
Barat
no
1
Kriteria lokasi
Tataguna lahan
Lokasi A
(medan johor)
Pusat bisnis, pusat
pemerintahan, hutan
kota, pusat
pendidikan
(3)
Lokasi B
(tj. Slamet)
Pemukiman,
peribadatan
Lokasi C
(glugur rimbun)
Pemukiman,
peribadatan
(2)
(2)
6.0 ha
(3)
1.7 ha
(2)
1.6 ha
(2)
Kendaraan pribadi,
kendaraan umum,
pejalan kaki
(3)
Kendaraan pribadi,
kendaraan umum,
pejalan kaki
(3)
Luas lahan
Aksesibilitas
Kendaraan pribadi,
kendaraan umum,
pejalan kaki
(3)
pencapaian
Melalui 2 jalur
jl. Karya wisata
jl. Eka surya
(2)
Melalui 1 jalur
Melaui 1 jalur
jl. Besar tj. Slamet jl. Besar glugur
rimbun
(1)
(1)
citra
Positif untuk
permukiman, jasa
dan pendidikan.
(3)
Positif untuk
permukiman, dan
pendidikan.
(2)
Positif untuk
permukiman, dan
pendidikan.
(2)
strategis
Relatif strategis
(2)
Relatif strategis
(2)
Relatif strategis
(2)
Tingkat
kemacetan
Sedang
(2)
Kecil
(3)
Kecil
(3)
Fasilitas
pelayanan
Pemukiman,
penduduk,
pendidikan,
perkantoran, tempat
ibadah, sekolah,
retail ruko
(3)
Pemukiman
penduduk, tempat
ibadah, sekolah, retail
ruko
Pemukiman
penduduk, tempat
ibadah, sekolah
(2)
(2)
Tingkat
kebisingan
Tinggi
(2)
Sedang
(3)
Sedang
(3)
10
Total nilai
23
20
20
Kota
Medan
dimekarkan
kembali,
dibagi
atas
21
Laju
Tahun
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah
Pertumbuhan
(KM)
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/KM)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
2005
2.036.185
1,50
265,10
7.681
2006
2.067.288
1,53
265,10
7.798
2007*
2.083.156
0,77
265,10
7.858
SATUAN
TAHUN
2005
2006*)
2007**)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
Jumlah Penduduk
Jiwa
2.036.185
2.067.288
2.083.156
Pertumbuhan Penduduk
Persen (%)
1,50
1,53
0,77
APK
- SD/MI
Persen (%)
104,28
111,51
112,18
- SMP/MTs
Persen (%)
99,79
94,53
98,36
- SMA/MA
Persen (%)
89,04
81,09
89,34
- SD/MI
Persen (%)
91,36
91,04
91,79
- SMP/MTs
Persen (%)
78,49
73,83
76,18
- SMA/MA
Persen (%)
71,90
62,91
64,71
APM
APS
- 07-12
Persen (%)
99,06
99,15
99,31
- 13-15
Persen (%)
95,04
92,19
94,04
- 16-18
Persen (%)
78,11
72,17
79,21
- 19-24
Persen (%)
24,09
22,90
24,19
47,57
48,69
49,78
Pendidikan
SLTA
- Buta Huruf
Persen (%)
0,62
0,91
0,82
Persen (%)
2,19
2,16
2,13
Tahun
70,7
71,10
71,10
15,84
15,10
13,80
10
Orang
1,50
1,39
1,34
11
Orang
1,44
1,33
1,29
12
Persen (%)
15,81
20,43
20,13
13
TPAK
Persen (%)
66,91
62,21
58,62
14
TPT
Persen (%)
12,46
15,01
14,49
15
IPM
75,4
74,60
75,80
16
Penduduk Miskin
Persen (%)
8,62
7,77
7,09
Tabel 2.4 Tabel Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan 2005 2007
Sumber: BPS Kota Medan dan Instansi Terkait : * Angka Perbaikan
Pertengahan Tahun 2007
Kepadatan penduduk kota medan
Tahun
Jumlah
Penduduk
[1]
[2]
1.926.052
1.963.086
1.993.060
2.006.014
2.036.018
2.067.288
2.083.156
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007*
INDIKATOR
Laju
Pertumbuhan
Penduduk
[3]
1,17
1,94
1,51
0,63
1,50
1,53
0,77
Luas Wilayah
(KM)
[4]
265,10
265,10
265,10
265,10
265,10
265,10
265,10
SATUAN
TAHUN
2006
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/KM)
[5]
7.267
7.408
7.520
7.567
7.681
7.798
7.858
2007 *)
[1]
[2]
[3]
[4]
Jiwa
2.067.288
2.083.156
Jumlah Penduduk
Persen (%)
1,53
0,77
Laju Pertumbuhan
Penduduk
KM
265, 10
265,10
Luas Wilayah
Jiwa
7.798
7.858
Kepadatan Penduduk
Tabel 2.5 Jumlah Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk
Di Kota Medan Tahun 2001 2007
Sumber: BPS Kota Medan dan Instansi Terkait : * Angka Perbaikan Pertengahan Tahun 2007
PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN
MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007
GOLONGAN
UMUR
LAKI-LAKI
JIWA
PERSEN
(%)
PEREMPUAN
JIWA
PERSEN
(%)
JUMLAH
JIWA
PERSEN
(%)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
0-4
5-9
10 - 14
16 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 +
Jumlah
89.206
96.559
98.519
111.263
116.164
99.499
83.325
75.482
70.091
57.837
47.054
30.879
26.468
32.350
1.034.696
8,62
9,33
9,52
10,75
11,23
9,62
8,05
7,30
6,77
5,59
4,55
2,98
2,56
3,13
100,00
92.853
91.885
100.590
105.426
121.385
102.041
75.926
83.180
75.926
53.680
47.393
31.434
22.246
44.495
1.048.460
8,86
8,76
9,59
10,06
11,58
9,73
7,24
7,93
7,24
5,12
4,52
3,00
2,12
4,24
100,00
182.059
188.444
199.109
216.689
237.549
201.540
159.251
158.662
146.017
111.517
94.447
62.313
48.714
76.845
2.083.156
8,74
9,05
9,56
10,40
11,40
9,67
7,64
7,62
7,01
5,35
4,53
2,99
2,34
3,69
100
Tabel 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2007
Sumber: BPS Kota Medan Tahun 2007
Berdasarkan tabel - tabel diatas diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan
jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa
pada tahun 2007. Laju pertumbuhan berkisar 1,53% pada tahun 2006 dan 0,77% pada tahun
2007. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan
penduduk cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Faktor alami yang
diperkirakan mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah seperti tingkat
kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui
program Keluarga Berencana (KB) perlu terus dipertahankan untuk menekan angka
kelahiran.
Nurtia Rahmat (070406012)
Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka pada tahun 2006 menjadi 7.858
jiwa/KM pada tahun 2007. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah
satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan luas lahan yang relatif terbatas,
sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang ada.
Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan
penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke
Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan
komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja di kota lebih
bergengsi (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) Tidak ada lagi yang dapat diolah
(dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya
dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi,
dan
pelayanan
umum
yang
harus
disediakan
secara
keseluruhan.
Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan
penduduk pada periode 2006 - 2007 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota
Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung
meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang
memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai,
apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan
2.4
2.4.1
berada
di
wilayah
Kecamatan
Mlarak,
maksimal, yaitu 3,200 santri putra. Para santri tersebut berasal dari seluruh Indonesia bahkan
dari luar negeri, antara lain Somali, Malaysia dan Singapura. Dibangun di atas tanah seluas
8,5 hektar berdiri mesjid utama Pondok Modern Gontor yang menampung sekitar 4,000
jemaah. Selain fasilitas tersebut, Pondok Modern Gontor juga memiliki berderet bangunan
gedung sekolah, asrama, perpustakaan, aula dan perkantoran yang minimal dua lantai dan
usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari 250 hektar. Pondok Modern Gontor juga
memiliki pondok khusus santri putri yang terletak di Mantingan, Kabupaten Ngawi dengan
1,280 santri putri. Tetapi perkembangan pondok bukan hanya dalam hal fisik. Hadirnya lebih
dari 135 pondok alumni dan pondok cabang yang dikembangkan oleh sebagian dari sekitar
18,000 alumni.
Perbedaan utama di antara sistem baru KMI ini dan sistem pendidikan tradisional
yang diajar di pondok pesantren lain adalah sistem modern ini tidak menggunakan sistem
pengajaran wetonan (massal) dan sorogan (individual). Para santri dididik dan diajarkan pada
madrasah KMI yang berjenjang dari kelas satu sampai kelas enam, setaraf SMTP dan SMTA.
Kini santri kelas enam bisa mengikuti ujian persamaan dengan madrasah aliyah dibawah
Department Agama.
Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Jatim) sampai berumur 70
tahun semakin kuat jati dirinya, dan berkembang pesat dengan 3.200 santri - sesuai kapasitas
maksimal. Santri pondok berasal dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, antara lain
Somalia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Para santri diasuh lebih 200 ustadz
(guru), sebagian besar bergelar
master lulusan luar negeri seperti
Mesir, Arab Saudi, Pakistan.
Di atas tanah 8,5 hektar itu
berdiri mesjid utama dua lantai
yang menampung sekitar 4.000
jemaah. Berderet bangunan gedung
sekolah, asrama, perpustakaan, aula
dan perkantoran yang minimal dua
lantai. Kini juga berdiri kompleks
pondok kedua seluas dua hektar di Siman, selain kampus baru Institut Studi Islam
Darussalam (ISID) di atas tanah lima hektar dengan deretan gedung berlantai tiga.
Aset pondok lainnya adalah 25 unit usaha yang dikelola oleh Koperasi La Tansa,
antara lain berupa penggilingan padi, toko buku, apotek, balai kesehatan, toko, depot bakso,
warung ayam panggang, Wartel, dan usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari
250 hektar.
Dalam perkembangan dibangun pondok khusus santri putri di Mantingan, Kabupaten
Ngawi - 1.280 orang santri. Pondok putri memiliki dua cabang - Pondok Modern Darul
Ma'rifah di Kediri dan Darul Muttaqin di Banyuwangi.
Perkembangan pondok bukan cuma dalam hal fisik. Ada yang lebih berarti dan
memberikan kontribusi yang besar bagi umat, masyarakat serta bangsa. Hadirnya 135 pondok
alumni yaitu pondok model Darussalam Gontor yang dikembangkan oleh sebagian dari
sekitar 18.000 alumni.
Kontribusi lain yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan sistem budaya di
kalangan santri dan umat Islam. Dr Nurcholish Madjid, alumnus Gontor, menunjuk
kebebasan berpikir dan sikap toleransi sebagai kontribusi besar. Dalam kebebasan berpikir
itulah alumni Gontor terus terpanggil melakukan ijtihad (pembaruan), tidak mudah terpola
secara jumud (lamban). Sekaligus mendobrak tradisi sami'na wa atha'na (mendengar dan
patuh) pada kiai. "Sami'na wa atha'na para santri adalah kepada aturan, sistem pondok
modern. Santri tidak dididik mengkultuskan individu, sekalipun itu kiainya," ujar Amal
Fathullah Zarkasyi MA, anggota Dewan Wakaf Gontor. Gontor telah memberi makna bagi
masyarakat sekitarnya. Bupati Ponorogo Markum Singodimejo mengakui, Gontor membawa
Ponorogo go internasional. Mengalirnya uang
ke Ponorogo melalui kiriman untuk para santri
ikut
mendinamisasi
perekonomian
dan
Kompetensi
pada
Pesantren
Raudhatul
dalam
melaksanakan
hal
ini
kurikulum
kualitas
nasional
yang
dari
imformasi
Nation Development Program (UNDP: 2000), dimana Human Development Index (HDI)
Indonesia berada pada tingkat 109, telah didahului oleh Vietnam yang berada di peringkat
Nurtia Rahmat (070406012)
108, sementara Cina di peringkat 99, Sri Langka 84, Pilipina 77, Thailand 76, Malaysia 61,
dan Singapura 24, dalam HDI ini, negara Kanada berada pada posisi paling atas di dunia, dan
Jepang terbaik di Asia (Agustiarsyah Nur, 2000).
Sejalan dengan pendapat di
atas, menurut Nurahadi (2003: 1),
menyatakan
bahwa
pendekatan
yang
membantu
guru
dan
mendorong
siswa
hubungan
antara
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi santri. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan santri bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke santri
tersebut. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari
pada hasil. Dalam konteks itu, santri perlu mengerti
dengan baik makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Hasil pengamatan peneliti pada lokasi penelitian,
terungkap
bahwa
hambatan-hambatan
guru
dalam
Tingkatan santri dalam belajar di bagi menjadi dua bagian, yaitu: Kelas 4, 5 dan 6
(sebanding dengan kelas 1, 2, dan 3 tingkat Tsanawiyah). Dan kelas 7, 8, dan 9 (sebanding
dengan kelas 1, 2, dan 3 tingkat Aliyah). Guru-guru yang mengajar pada tingkat Tsanawiyah
juga mengajar pada tingkat Aliyah. Pembelajaran dilaksanakan setiap hari senin sampai
dengan minggu mulai pukul 07. 30 sampai dengan 12.15, kecuali hari jumat mereka libur.
Kegiatan ekstra kurikler
dilaksanakan
dimulai
setelah
santri
melibatkan
karena
itu,
masalah-
akhirnya
dapat
meningkatkan
Pesantren
Raudhatul
Hasanah
Medan, Pada tanggal 18 Oktober 1982 bertepatan dengan dengan 1 Muharram 1403 diadakan
pengajian pertama di rumah ustadz Usman Husni di dalam komplek Pesantren yang dihadiri
oleh anggota pengajian tafsir beserta seluruh anak-anak yang menjadi santri pesantren. Di
saat itulah diikrarkan berdirinya Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dengan jumlah santri
sebanyak 16 orang (Assabiqun al awwalun).
Adapun para pendiri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah: H. Hasan Tarigan
(alm)., H. M. Arsyad Tarigan (alm)., H. Abdul Muthalib Sembiring, S.H., Drs. H. M. Ardyan
Tarigan., Drs. H. M. Ilyas Tarigan., H. Goman Rusydi Pinem., Ir. H. Musa Sembiring (alm).,
dr. H. Hilaluddin Sembiring., H. Panji Bahrum Tarigan (alm)., Prof. Dr, Hj. Mundiyah
Mochtar., dr. H. Jafar Tarigan., Ir. H. Sehat Keloko., H. Raja Syaf Tarigan., dr, H. M.
Nurdin Ginting., dr, H. Benyamin Tarigan., dan Drs. H. Syaad Afifuddin Sembiring, M. Ec.
Meskipun dalam jumlah santri/wati yang sangat terbatas dan belum ada yang menetap
di Pesantren, namun kegiatan belajar mengajar terus meningkat. Karena belum cukup maka
santri/wati menetap (mukin) di rumah keluarga Paya Bundung.
Wakil Pimpinan
Majlis Guru : Drs. Syahid Marqum ,Drs. Basron Sudarmanto, Drs. Maghfur Abdul Halim,
Drs. Rasyidin Bina, Drs. Junaidi, H. Solihin Addin, S. Ag, H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc,
Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag
Koordinator
1. Bidang Pendidikan :H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc
2. Bidang Pengasuhan : Drs. Rasyidin Bina
1. Bidang Kesejahteraan : Drs. Basron Sudarmanto
2. Bidang Usaha Milik Pesantren: Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag
3. Bidang Litbang : M. Subhan, S. Ag
kemampuan
siswa untuk
berkembang sesuai
dengan
minat,
bakat
yang
dikomunikasikan oleh guru dengan cara yang mengedepankan potensi serta partisipasi dari
siswa itu sendiri. Secara umum, proses belajar mengajar demikian dinamakan dengan transfer
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.
Nurtia Rahmat (070406012)
Kurikulum
Dalam sistem pendidikan di pesantren terdapat dua istilah kurikulum, yakni: (1)
Kurikulum pesantren, dan (2) kurikulum SKB 3 Mentri dalam hal ini dikeluarkan oleh
Departemen Agama.
Yang dimaksud dengan kurikulum pesantren adalah kurikulum yang dirancang dan
ditetapkan oleh pihak pengurus pesantren yang nota benenya didominasi oleh ilmu-ilmu
agama. Biasanya penetapan kurikulum pesantren didasarkan kepada tujuan dari pesantren
tersebut yang tertulis dalam visi, misi, maupun tujuan dari program jangka pendek dan
menengah. Sedangkan kurikulum SKB 3 Mentri adalah kurikulum nasional yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama dengan memiliki muatan pelajaran agama ditambah dengan
pelajaran umum. Mengenai perbandingan jumlah antara pelajaran agama dan umum pada
suatu lembaga pendidikan Islam tergantung dari institusi yang bersangkutan, misalnya 30 :
70., 40 : 60., dan 50 : 50.
Berdasarkan fakta yang penulis temukan di lapangan bahwa sebenarnya pihak
pesantren secara lebih khusus semua guru yang mengajar di lembaga tersebut belum banyak
mengenal KBK, namun disadari atau tidak sebenarnya mereka telah menerapkannya di dalam
proses belajar dan mengajar. Untuk itu, berikut ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan:
1. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Yang Dikembangkan Guru
Secara umum tujuan pembelajaran di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung
Medan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang berlaku, khususnya pada jenjang
pendidikan lanjutan pertama dan menengah dengan penekanan khusus pada upaya
mempersiapkan santri yang: (a) Menguasi bekal-bekal kemampuan dasar keulamaan
/kecendikaan, kepemimpinan dan keguruan. (b) Mau dan mampu mengembangkan bekalbekal dasar tersebut secara mandiri (long life education). Dan (c) Siap mengamalkannya di
tengah-tengah masyarakat dengan ikhlas, cerdas, dan beramal.
2. Pengembangan Materi Pelajaran
Mata pelajaran yang disajikan di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Paya Bundung
Medan secara umum dapat diklasifikan menjadi dua bagian, yaitu: Mata pelajaran yang
bercirikan agama, dan mata pelajaran yang bercirikan umum. Mata pelajaran agama berbasis
Nurtia Rahmat (070406012)
kepada pelajaran-pelajaran Kitab Kuning dan kitab-kitab sejenis lainnya. Sementara mata
pelajaran umum pada hakikatnya sama dengan mata pelajaran yang diberikan di tingkat
sekolah menengah atas (SMA dan MA). Namun yang perlu diperjelas adalah baik mata
pelajaran agama maupun mata pelajaran umum diajarkan dengan menggunakan kurikulum
Menurut Martinis Yamin (2005: 133), menjelaskan bahwa kemampuan atau
kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran mencakup beberapa aspek, seperti mata
pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Aspek-aspek tersebut sebaiknya mendapat
porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Kemampuan dasar, materi pokok,
indikator yang dicantumkan dalam komptensi standar merupakan bahan minimal yang harus
dikuasai oleh siswa. Kemampuan dasar adalah tujuan pembelajarn dari suatu materi yang
akan diberikan kepada siswa sesuai dengan taksonomi Bloom.
3. Metode Pembelajaran
Salah satu ciri yang menonjol dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah bahwa
para siswa dihadapkan dengan dunia nyata dan dengan dunia nyata yang dihadapinya tersebut
para siswa tersebut mampu berbuat dengan yang sebenarnya. KBK yang diterapkan pada
tahun 2004 memiliki 10 karakteristik pokok (Tim Penyusun Buku Bahasa Inggris Untuk
Kelas 2 SMA, hlm. x xi), yaitu:
1. Berpusat pada siswa.
2. Belajar dengan melakukan. 3. Mengembangkan Kemampuan Sosial.
4. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan.
5. Mengembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah.
6. Mengembangkan Kreativitas Siswa.
7. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi.
8. Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara Yang Baik.
9. Belajar Sepanjang Hayat..
10. Perpaduan Kompetisi, Kerjasama dan Solidaritas.
Sementara itu, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran merupakan hal yang
positif bagi santri dan Ustadz. Metode diskusi dilakukan untuk merangsang siswa agar
dapat/mampu memberikan pokok-pokok pikiranya dengan cara-cara yang sistematis dan
logis. Menurut Martinis Yamin (2005: 69) metode diskusi merupakan interaksi antara siswa
dengan siswa, atau siswa denga guru untuk menganalisis, memecahlan masalah, menggali
atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Metode diskusi ini digunakan oleh
guru apabila:
1. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikn.
2. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan studi khusus
kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi.
3. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas pelajaran.
4. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.
5. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya.
6. Waspada terhadap kelompok yang kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu.
7. Melatih siswa dengan menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan kenyataan yang ditemui peneliti di lapangan menunjukkan kemampuan
bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dimiliki oleh para santri memang cukup
menggembirakan, di mana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan bahkan di dalam
proses belajar mengajar mereka tetap menggunakan kedua bahasa tersebut sebagai alat
komunikasi. Kemampuan bahasa yang dimiliki oleh para santri tidak terlepas dari peranan
semua unsur civitas akademika pesantren terutama Pembimbing Bahasa yang tugas dan
kewajibannya tertuang dalam Pasal 14 (Tata Tertib Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah
Ar-Raudhatul Hasanah), yaitu:
1. Mengontrol pelaksaaan muhadatsah.
2. Mengontrol pelaksanaan pemberian kosa kata pagi hari.
3. Mengadakan lomba cerdas cermat dengan bahasa resmi.
4. Mengadakan tasyful lughah.
yang
menggunakan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
menyandarkan kepada suatu model pembelajaran yang tidak dibatasi oleh dinding-dinding
sekolah, namun harus dapat melibatkan dan memanfaatkan seluruh sumber belajar yang
mungkin dapat digunakan baik itu orang, benda, peristiwa, objek, fakta, dan lain sebagainya.
Meskipun hanya media buku (kitab) yang digunakan dalam pembelajaran tetapi sebaiknya
proses pembelajaran tersebut mengedepankan ciri-ciri dari penerapakan kompetensi.
Adapun yang menjadi ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai
berikut:
1. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
2.4.3
kemurnian cita-cita islam untuk menghasilkan para kader pemimpin bangsa dan agama yang
berkualitas dalam menghadapi era
gobalisasi
yang
penuh
dengan
adalah
bagaimana
kita
yang
Pesantren
Darul
arafah
sendiri
didirikan pada tanggal 17 agustus 1985. Bapak H. Amrullah Naga Lubis dan keluarga
bersama Drs. Ikromi Saputra, alumni alumni Pondok Modern Gontor 1982-1983, meletakan
batu pertama pembangunan gedung asrama
17 agustus Pesantren Darul Arafah dengan
sangat sederhana.
Asrama
17
Agustus,
Asrama
tau
persis
bagaimana
bentuk
awalnya
sempat
timbul
Lubis
ditambah
lagi
dengan
dengan
mengucapkan.
Bismillahirrohmanirrohim
maka
di
penuh
rasa
syukur
Impian
kenyataan
tersebut
dengan
menjadi
melihat
facta
lagi
berhijrah
bagi
keJawa
pelajar
untuk
Sumatra
belajar
Badan Pendiri
Ketua Umum
Ketua
Sekretaris
Bendahara
: Idat Darussalam, MA
: H. Rahmad Asril Pohan, Lc
: Drs. Zulfan Arifin
: Hendra Saputra
: M. Kamil
: Ali Akbar
: Mahadi Maulana
: Indra Bakhri, S.PdI
: Sholehan, STp
: Suprapto, S.PdI
: H. Ahmad Zalik, Lc
: Mahmud El-Khudri, S.PdI
: Rizki Fitriani
: Raniyati Alamsyah Nst, S.PdI
: Febbi Wulandari
Anggota
Anggota
: Nirwansyah, S.Ag
: Abdul Fathah, S.PdI
: Susilawati, S.Pd
: Ana Rizka, S.Pd
: Sarina
: Yuli Yunus
: Marliah Hafni
: Cut Fitri Ramadhani
: Hermiana Nazania
: Ratna Balkis
: Zehan Nofalia