Anda di halaman 1dari 2

Pembangunan Smelter di Indonesia

Smelter merupakan suatu fasilitas pengolahan hasil tambang yang


berfungsi meningkatkan kadar dan kandunga logam hingga memenuhi
standar sebagai bahan baku produk akhir. Kewajiban perusahaan tambang
membangun

smelter

di

Indonesia

semenjak

keluarnya

peraturan

pemerintah no 1 tahun 2014 di bulan januari 2014 tentang pelarangan


ekspor barang mentah ke luar negeri, UU nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara dan peraturan terkait lainnya.
Kita asumsikan perusahaan tambang merupakan perusahaan baru
yang belum memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP)
dan perusaan lama yang sudah memiliki IUP OP. Untuk pembangunan
smelter, kedua jenis perusaan ini pun memiliki perbedaan dalam hal
administrasi. Perusahaan baru yang ingin membangun smelter harus
terlebih dahulu memiliki IUP OPK pengolahan dan pemurnian. Sedangkan
perusahaan yang sudah memiliki IUP OP tidak perlulagi memiliki IUP OPK
Pengolahan dan Pemurnian, hal ini didasarkan pada Pasal 34 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyatakan:
IUP

Operasi

Produksi

meliputi

kegiatan

konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan


penjualan. Dan didukung juga oleh Pasal 1 angka 18 Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menyatakan:

Konstruksi

untuk melakukan

adalah

pembangunan

kegiatan

seluruh

usaha

fasilitas

pertambangan

operasi

produksi,

termasuk pengendalian dampak lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan


tersebut tidak perlu lagi mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUP
OPK pemurnian dan pengolahan. Meskipun demikian, Perusahaan tersebut
tetap harus mengurus perizinan berdirinya pabrik sebagai izin berdirinya
smelter.
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor hasil tambang
terbesar di dunia, jika seluruh perusahaaan tambang merealisasikan

pertaturan yang mewajibkan pembangunan smelter di Indonesia, maka


akan sangat meningkatkan harga jual hasil tambang dan meningkatkan
devisa

negara.

Namun

masalah

yang

dihadapi

sekarang

adalah

banyaknya perusahaan tambang yang belum memulai pembangunan


smelter, bahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya hanya meloloskan
23 dari 285 proposal pembangunan smelter yang mulai beroperasi pada
2014 (menurut data 26 juli 2013).
Banyaknya

kendala

bagi

perusahaan

mengakibatkan

sulitnya

pembangunan smelter dapat terealisasikan dan menyebabkan terhentinya


usaha perusahaan tambang maupun pengusaha yang bergerak dibidang
mineral dan pertambangan. Permasalahan tersebut tidak lepas dari faktor
tingginya kebutuhan dana, keberadaan infrastruktur pendukung, dan
faktor

teknis.

Terhentinya

banyak

perusahaan

tambang

juga

mengakibatkan banyak terjadinya PHK, sehingga tingkat pengangguran di


Indonesia juga meningkat.
Namun semua permasalahan jika dibandingkan dengan keuntungan
yang bisa di dapatkan negara Indonesia dengan keberadaan smelter dan
larangan ekspor mineral mentah tidak dapat diabaikan begitu saja.
Ketegasan pemerintah dalam pembuatan kebijakan sangat diperlukan.
Dilihat dari kebutuhan dunia terhadap hasil tambang Indonesia, tentu
dunia tidak akan tinggal diam jika Indonesia menghentikan ekspor mineral
dan

hasil

tambangnya.

Perusahaan

tambang

yang

menghentikan

produksinya begitusaja tentu juga akan mengalami kerugian yang besar.


Oleh karena itu, pemerintah harus tetap terus memantau dan
memperhatikan

pembangunan

smelter

dan

kegiatan

dilakukan oleh seluruh perusahaan tambang di Indonesia.

ekspor

yang

Anda mungkin juga menyukai