Beberapa pengajaran Alkitab yang utama adalah bahwa manusia terdiri atas tubuh
yang dibentuk Tuhan dari tanah, serta roh, yang ditiupkan Tuhan. Alkitab juga mengajarkan
bahwa kondisi tubuh atau kesehatan tubuh amat dipengaruhi oleh kondisi rohani si penderita.
Namun hampir semua orang Kristen, kalau menderita sakit, tidak memperdulikan masalah
rohaninya, melainkan sibuk mencari perawatan jasmani saja; mencari dokter, tidak mencari
Yesus Kristus, Penyembuh Sorgawi Yang Maha Agung.
Perhatian ilmuwan dibidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa (psikiatri)
khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil,
seorang ilmuwan kedokteran berkata: Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang
menyembuhkan (Hawari, 1996: 13). Tidak hanya di dalam Islam, dalam Kristen juga
mengakui kondisi jasmani dipengaruhi oleh kondisi rohani. Dalam Roma 6: 12-13 berbunyi:
Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu
jangan lagi menuruti keingginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu
kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi sekarang hidup. Dan serahkan
anggota-nggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
Manakala manusia sakit, baik secara fisik (seperti: kanker, terserang infeksi
pernafasan, jantung, darah tinggi, dan lain-lain) maupun secara rohani (seperti: cemas,
gelisah, stres, depresi, dan lain-lain) tentu nya akan berupaya untuk menanggulanginya serta
berusaha untuk mengobatinya. Rumah sakit merupakan salah satu alternatifnya, di rumah
sakit ia akan mendapat perawatan serta pengobatan dari para perawat dan para dokter. Terapi
bisa dilakukan melalui berdoa yang menimbulkan kekuatan jiwa. Collins (1989:4)
menyatakan bahwa Tuhan Allah mengatur setiap bagian hidup kita, mendengar doa anakanak-Nya, menyelamatkan yang percaya dan menolong mereka untuk mengatasi segala
persoalan hidupnya. Ada banyak
bagian dalam perjanjian baru yang menyinggung ajaran untuk saling menasehati,
membangun, menghibur mereka yang tawar hati, membela mereka yang lemah dan sabar
terhadap semua orang. Jadi setiap orang Kristen mempunyai tugas untuk menolong orang
lain, yang dalam bahasa Yunani, dipakai kata paraklenis, yang artinya datang untuk
menolong; arti lebih luas, ialah memberi penghibur, mendukung, memberi semangat dan
menasehati, dan semuanya itu terdapat dalam konseling dan bimbingan (Collins; 1989, 11).
a) Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang
dideritanya dengan ikhlas.
b) Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.
c) Memberikan pengertian dan bimbingan pada penderita dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan
dalam batas
kemampuannya.
d) Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman kepada tuntunan agama.
e) Menunjukan perilaku dan bicara yang sesuai dengan kode etik
kedokteran dan tuntunan agama.
Tujuan bimbingan rohani adalah menuntun pertumbuhan hidup rohani orang yang dibimbing.
Orang yang sakit tentu merasa tubuhnya tidak stabil, maka bimbingan rohani sangat
diperlukan guna penyembuhan dari segi psikisnya, karena orang yang sakit psikisnya lemah.
Dengan bimbingan rohani melalui pendekatan agama maka orang yang sakit merasa tenang.
Arifin dan Kartika Wati (1995: 7) menyatakan fungsi dari bimbingan keagamaan memiliki
banyak fungsi, antara lain:
a) Menjadi pendorong (motivator) bagi yang terbimbing agar timbul semangat dalam
menempuh kehidupan.
b) Menjadi pemantap (stabilisator) dan pengerak (dinamisator) untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki dengan motivasi ajaran agama sehingga segala sesuatu tugas dilaksanakan
dengan dasar ibadah kepada Tuhan.
c) Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan agar sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan pasien serta melihat bakat dan minat yang berhubungan
dengan cita-cita yang ingin dicapainya.
Konsep Model Bimbingan Rohani Dalam Kristen
a.Landasan Model Bimbingan Rohani Kristen
Bimbingan rohani merupakan aspek yang sangat berharga dalam kehidupan Gereja, bila
Gereja menghayati hidup dan tugas perutusannya secara penuh, Gereja tidak hanya
mengajarkan kepada anggota-anggotanya untuk mengenal Tuhan sebagai Pencipta dan
Penyelamat, sebagaimana Tuhan sendiri menunjukkan diri-Nya. Gereja juga perlu membantu
anggota-anggotanya untuk menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh, 4: 24).
Darminta (2002 : 27 28) menyebutkan dalam Kitab Suci Dalam Perjanjian Lama dapat
ditemukan adanya beberapa orang yang menjadi sahabat Tuhan, seperti Abraham, Musa dan
para Nabi. Mereka bergaul akrab dengan Tuhan, berbicara dengan Tuhan. Karena mereka
sedemikian dekat dengan Tuhan, mereka pun berperan sebagai pembimbing umat untuk
bergaul dengan Tuhan. Dalam Perjanjian Baru terdapat suatu ajaran untuk memberikan
bimbingan rohani. Semasa di dunia, Tuhan Yesus sering kali menolong orang-orang sakit,
Gereja diibaratkan sebagai tubuh Kristus, persekutuan orang yang percaya. Mereka berbakti,
berdoa, mengkabarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong-menolong, bahkan Tuhan
Yesus mengatakan, Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah muridmurid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh, 13: 35).
b. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Rohani Kristen
Menurut Alkitab, manusia adalah kesatuan dari tubuh, jiwa, dan roh. Kata-kata untuk jiwa
dan roh tampaknya sering dipakai secara bergantian, khususnya di Perjanjian Lama. Dilwyn
Price (1997: 159) menyatakan kata dasar Roh dalam bahasa Ibraninya adalah kata yang
biasanya diterjemahkan dengan jiwa, jiwa berarti makhluk yang hidup. Sedang dalam
Perjanjian Baru memakai tiga kata untuk menggambarkan manusia, yaitu tubuh (soma), jiwa
(psyhce), dan roh (pneuma). Tubuh, jiwa dan roh adalah tritunggal, jadi dalam diri orang
yang tidak mengenal Tuhan sebagai juru selamat, maka rohnya mati. Ketika roh mati maka
terjadi ketidakharmonisan, keseimbangan pikiran dan tubuh terganggu, dan kemungkinan jadi
sakit. Dasar itulah, maka diperlukan adanya upaya untuk mengembangkan spiritual (rohani)
orang yang dibimbing. Dengan begitu, manusia diharapkan dapat mengasimilasikan dirinya
dengan Kristus dalam Gereja dan bekerjasama dengan Roh Kudus dalam perjalanannya
menuju kemanusiaan didalam Kristus (Darminta, 2005: 34).
c.Unsur-unsur bimbingan rohani Kristen.
Pembimbing rohani
Pembimbing rohani mempunyai tugas memberikan bantuan untuk hidup menuju ke
pengalaman iman yang personal, konkret, dan historis. Dengan demikian, jelaslah bahwa
seorang pembimbing rohani haruslah seorang yang cukup mempunyai pengalaman dalam
menghayati hidup berimannya, bergaul dengan Tuhan Allah, kenal akan gerakan Roh, dan
seorang pendoa sejati (Darminta, 2005: 37). Dengan kata lain seorang pembimbing rohani
diharapkan dapat mengenal keadaan orang yang dibimbing, agar sungguh-sungguh dapat hadi
r secara pribadi. Dari pengalaman hidupnya bersama Tuhan Allah, seorang pembimbing
diharapkan dapat menjadi penopang agar orang yang dibimbing tetap mampu memusatkan
hidupnya kepada Tuhan Allah.
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing, antara lain:
a) Punya kesadaran yang tinggi akan keterbatasannya, maka dia harus berbicara dengan
rendah hati.
b) Punya pengetahuan psikologi yang cukup.
c) Mampu memberikan inspirasi dan dorongan.
d) Mampu menempatkan diri pada keadaan yang berbeda-beda.
e) Realistis dan tahu bagaimana memahami keadaan.
f) Kepribadian yang kuat untuk menghadapi bermacam-macam keadaan. Tidak mudah
tenggelam dan larut dalam keadaan orang lain maupun dalam hubungan yang dibinanya.
g) Kedewasaan afeksi yang kuat, untuk tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan afeksinya
kepada orang yang dibimbingnya.
h) Mampu menumbuhkan kepercayaan.
i) Mempunyai kemampuan untuk komunikasi.
j) Mampu menyimpan semua isi pembicaraan pribadi.
k) Menjadi orang yang beriman kuat dan seorang pendoa sejati (Darminta, 2005: 52).
Isi bimbingan rohani
a) Doa
Doa adalah cara kita bercakap-cakap dengan Tuhan, cara kita berhubungan dengan siapakah
diri kita sesungguhnya, serta usaha menjembatani kedua diri kita lahiriah dan batiniah dengan
Tuhan (Steiger, 1999: 8). Jadi berdoa adalah hal yang penting bagi setiap orang Kristen,
karena doa merupakan nafas kehidupan rohaninya. Ada yang menyatakan, berdoa adalah
mempersembahkan keinginan kita kepada Tuhan, di dalam nama Kristus, dengan pertolongan
Roh Kudus, pernyataan dari isi hati kita yang terdalam, suatu pengalaman dalam komunikasi
yang nyata dengan Pencipta kita (Biehl, dkk, 1999: 11). Doa dapat menjadi suatu kegiatan
yang paling penting dan paling mendatangkan kuasa dalam sepanjang hidup anda, berikut ini
adalah beberapa alasannya:
1.
2.
3.
4.
5.
yang artinya nyanyian pujian (Biehl, dkk, 1999: 15). Berdoa dan menyanyikan puji-pujian
kepada Tuhan, pada saat kesulitan atau sakit merupakan suatu bentuk penyembahan dan
merupakan hal yang positif yang akan mendatangkan penyembuhan.
Salah satu kata yang paling sering dipakai untuk menyatakan pujian kepada Tuhan Allah
dalam Perjanjian Lama ialah hallelu, sebuah kata Ibrani yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi haleluya (Biehl, dkk, 1999: 16).
Wawancara rohani
Wawancara rohani merupakan pelayanan untuk membantu agar akrab dengan Tuhan.
Wawancara merupakan bagian dari bimbingan rohani. Yang dicari dalam bimbingan rohani
adalah Kristus, bukannya pembimbing, karena bimbingan rohani pada dasarnya ialah dari
Kristus yang bangkit dan menyertai manusia melalui Gereja. Pendekatan melalui nama
personal ini justru terjadi lewat bimbingan rohani, sebab bimbingan terjadi lewat hubungan
personal dengan wawancara dari hati ke hati.
Dalam wawancara rohani, pembimbing rohani harus mampu membantu orang yang
dibimbing untuk membuat penilaian rohani atas hidupnya berdasarkan kehadiran Tuhan
(Darminta, 2005: 42). Pembimbing harus tahu waktu, kapan dia harus memindahkan ke halhal yang lebih rohani, meski harus mampu masuk ke dalam pembicaraan tentang hal-hal
biasa. Pada saat klien (pasien) mulai berbicara tentang hal yang serius dan penting,
pembimbing harus memperhatikan dengan sepenuh hati. Pembimbing harus punya kepekaan
dan instuisi. Pembimbing sewaktu mengadakan wawancara rohani pun perlu memperhatikan
posisi dan cara duduknya, sehingga ada kesatuan hati yang sungguh-sungguh antara kedua
belah pihak, sehingga wawancara itu tetap merupakan pertemuan personal. Sikap
pembimbing selama wawancara antara lain:
a) Pembimbing harus bersikap ramah, penuh dengan afeksi yang sehat. Pertemuan sebaiknya
dalam suasana penuh penerimaan dan pemahaman atas pribadi. Dengan kata lain
persahabatan penuh kehangatan, baik dalam kata-kata yang diucapkan pertama kali dalam
pertemuan itu maupun dalam sikap, mendengarkan dengan seluruh perhatian.
b) Pembimbing harus bersikap jernih dan sederhana sehingga orang yang datang kepadanya
menjadi kerasan.
c) Pembimbing perlu memiliki kelembutan hati dan kedamaian. Kelembutan hati berarti suatu
kemampuan untuk memahami dan ikut merasakan keadaan dan rasa perasaan orang lain
khususnya pasien.
d) Pembimbing harus ikhlas, tulus hati, apa adanya dalam menerima orang yang dibimbing
(Darminta, 2005: 48).
Jenis pelayanan yang dilaksanakan: