Anda di halaman 1dari 16

7.

Akuntansi pada Sistem ERP


Pada bagian sebelumnya kita telah membahas tentang aktivitas di area fungsional penjualan dan
pemasaran serta perencanaan produksi. Pada bagian ini kita akan mempelajari aktivitas pada area
fungsional akuntansi dan keuangan. Kita akan melihat bagaimana akuntansi dan keuangan
terintegrasi sangat erat dengan area fungsional lainnya dan bagaimana aktivitas akuntansi
membantu dalam pengambilan keputusan.

Aktivitas Akuntansi
Aktivitas akuntansi secara umum dapat dibagi menjadi akuntansi keuangan atau akuntansi
manajerial. Area tambahan untuk akuntansi yaitu akuntansi pajak, tidak dibahas di sini. Akuntansi
pajak umumnya terkait dengan pelaporan eksternal tentang akitivias bisnis kepada departemen
pajak sehingga data yang didapatkan untuk akuntansi keuangan menjadi dasar untuk akuntansi
pajak.
Akuntansi Keuangan termasuk mendokumentasikan seluruh transaksi perusahaan yang memiliki
dampak pada status keuangan dari organisasi, kemudian dengan transaksi yang terdokumentasi ini
membuat laporan untuk investor dan pihak eksternal. Laporan-laporan ini yang umum disebut
dengan laporan finansial, harus mengikuti aturan-aturan dan petunjuk yang telah ditetapkan oleh
berbagai badan seperti Financial Accounting Standards Board (FASB), the U.S. Securities and
Exchange Commission (SEC) dan Internal Revenue Service (IRS).
Laporan keuangan yang umum adalah neraca keuangan dan laporan pemasukan. Neraca Keuangan
adalah rangkuman saldo rekening seperti kas yang dipegang; jumlah yang terhutang oleh pelanggan
kepada perusahaan; biaya bahan baku dan persediaan produk jadi; nilai asset tetap seperti
bangunan; jumlah yang terhutang kepada vendor, bank dan kreditur lainnya; dan jumlah yang
diinvestasikan investor kepada perusahaan. Sebuah neraca keuangan memberikan gambaran umum
tentang kesehatan keuangan perusahaan pada suatu saat, yang merupakan sebuah pertimbangan
penting untuk kreditur dan investor perusahaan. Gambar 7.1 menunjukkan sebuah contoh neraca
keuangan Fitter Snacker.
Laporan pendapatan, atau neraca rugi laba (profit and loss statement) menunjukkan pendapatan
dan pengeluaran perusahaan dan keuntungan atau kerugian untuk suatu periode waktu (biasanya
kuartal atau tahunan). Profitabilitas penting untuk kreditor dan investor, juga informasi penting
untuk manajer yang bertanggung jawab atas operasional sehari-hari. Secara umum, manajer melihat
keuntungan sebagai indikator kesuksesan dan kerugian sebagai indicator permasalahan yang harus
diselesaikan. Gambar 7.2. menunjukkan contoh laporan pendapatan Fitter.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Gambar 7.1. Neraca Keuangan Fitter Snacker

Gambar 7.2. Contoh Laporan Pendapatan Fitter


Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

Umumnya, perusahaan menyiapkan laporan keuangan per kuartal, atau terkadang lebih sering.
Untuk menyiapkan laporan ini, sebuah perusahaan harus menutup buku (close its books), yang
berarti neraca untuk akun nominal yang temporer (seperti pemasukan, biaya, pendapatan dan
kerugian) ditransfer ke akun laba ditahan (retained earnings account. Akun nominal yang ditutup
akan memiliki saldo nol untuk mengawali pengumpulan (akumulasi) pendapatan dan pengeluaran
pada periode pelaporan berikutnya. Tutup buku dilakukan untuk mentransfer saldo dan memberikan
saldo nol untuk akun nominal. Untuk melakukan hal ini, staf harus memeriksan akun-akun yang ada
untuk memastikan akun tersebut akurat dan terkini. Jika system informasi perusahaan secara rutin
menghasilkan data yang akurat dan tepat waktu, maka tutup buku bisa berjalan lancar. Jika tidak,
penyesuaian catatan harus dilakukan, yang menyebabkan tutup buku menjadi tugas yang
memakan waktu dengan hasil yang tidak akurat.
Salah satu kelebihan dari system informasi terintegrasi adalah ia dapat menyederhanakan proses
penutupan buku dan membuat laporan keuangan. Staf akunting tidak perlu menyambungnyambungkan data dari sistem yang berbeda-beda karena semua data yang dibutuhkan ada pada
sebuah system tersentralisasi. Gambar 7.3 menunjukkan neraca Fitter dan Laporan Rugi Laba di
system SAP ERP.

Gambar 7.3. Neraca Keuangan dan Laporan Rugi Laba Fitter dalam SAP ERP
Dalam system ERP, neraca dan laporan rugi laba adalah laporan basis data yang dapat dibuat dengan
cepat kapan saja, dan karena data untuk menyiapkan laporan dibaca dari tabel basis data, laporanlaporan ini selalu up-to-date. Fitur lain dari neraca dan laporan rugi laba ERP adalah kemampuan
untuk dengan cepat menampilkan data pada tingkat kedetilan yang berbeda. Selain itu, system ERP
memungkinkan pengguna membuat varian laporan keuangan, yaitu laporan keuangan dengan
format berbeda yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang berbeda.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Akuntansi Manajerial berkaitan dengan menentukan biaya-biaya dan profitabilitas dari aktivitas
perusahaan. Informasi high-level yang muncul pada laporan neraca keuangan dan laporan rugi laba
menunjukkan apakah sebuah perusahaan menghasilkan keuntungan, tujuan dari akuntansi
manajerial adalah untuk menyediakan informasi yang detil kepada manajer untuk membuat
keputusan yang baik, menyiapkan anggaran, menentukan profitabilitas dari produk, area penjualan,
atau kampanye pemasaran tertentu, dan lain-lain. Akuntansi manajerial menghasilkan informasi
yang digunakan manajer untuk mengontrol aktivitas-aktivitas sehari-hari perusahaan dan membuat
rencana jangka panjang untuk operasi, pemasaran, kebutuhan tenaga kerja, pengembalian hutang,
dan masalah manajemen lainnya. Akuntansi manajerial menyediakan laporan dan analisis untuk
keperluan internal, perusahaan dapat fleksibel dalam mengkonfigurasi sistem akuntansi
manajerialnya.

Menggunakan ERP untuk Informasi Akuntansi


Dari bab-bab sebelumnya kita mengetahui bahwa di masa lalu sebagian besar perusahaan memiliki
sistem informasi fungsional yang terpisah-pisah: sistem informasi pemasaran, sistem informasi
manufaktur dan seterusnya, masing-masing dengan cara sendiri mendapatkan data dan sistem file
tersendiri untuk mencatat data. Sejak tahun 1960an, kumpulan akuntan, analis dan programmer
mencoba, seringkali gagal, untuk membuat sistem yang tidak terintegrasi ini dapat berjalan.
Perusahaan membangun sistem tak terintegrasi utamanya untuk menangani kebutuhan sebuah area
fungsional tertentu, dan kedua untuk menyediakan data untuk akuntansi sehingga dapat menjaga
buku, yaitu menjaga catatan seluruh transaksi finansial. Namun pembagian data, biasanya tidak
terjadi secara real time, sehingga data akuntanse seringkali tidak up-to-date. Terlebih lagi, karena
data yang dibagi bukan satu-satunya informasi yang dibutuhkan akuntansi untuk menyiapkan
laporan untuk manajemen, akuntan dan petugas area fungsional umumnya harus menghabiskan
banyak waktu melakukan pencarian tambahan untuk membuat laporan-laporan tersebut.
Sebuah sistem ERP, dengan database tersentralisasi, menghindari masalah ini. Sebagai contoh,
misalkan produk jadi ditransfer dari lini perakitan ke gudang. Seorang petugas di gudang dapat
dengan mudah mencatat transaksi menggunakan terminal atau bar code scanner. Dalam SAP ERP,
modul Material Management akan melihat kejadian transfer sebagai sebuah peningkatan untuk
persediaan produk jadi yang dapat dikirimkan; modul akuntansi akan melihat kejadian sebagai
sebuah peningkatan nilai moneter dari persediaan produk jadi. Dengan ERP, semua orang
menggunakan database yang sama untuk mencatat data operasional. Database ini kemudian
digunakan untuk membuat laporan manajemen, menghasilkan laporan keuangan dan membuat
penganggaran.
Pada akuntansi, rekening perusahaan disimpan dalam catatan yang disebut dengan Buku Besar.
Dalam sistem SAP ERP, masukan untuk buku besar muncul bersamaan dengan transaksi bisnis pada
modul tertentu. Banyak modul SAP ERP menyebabkan data transaksi dimasukkan ke dalam buku
besar, termasuk:

Sales and Distribution (SD)

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Modul SD mencatat sebuah penjualan dan membuat masukan account receivable


(dokumen dalam buku besar yang mengindikasikan bahwa seorang pelanggan berhutang
untuk barang yang mereka terima).
Materials Management (MM)
Modul Material Management mengontrol pembelian dan mencatat perubahan persediaan.
Diterimanya material untuk sebuah Purchase Order (Pesanan pembelian) membuat
masukan account payable pada buku besar, yang menandakan perusahaan mempunyai
kewajiban untuk membayar barang yang sudah diterima. Setiapkali material bergerak
masuk atau keluar dari persediaan (barang yang dibeli dari vendor diterima perusahaan,
bahan baku diambil dari persediaan untuk mendukung produksi, atau produk jadi bergerak
dari produksi ke persediaan), akan berdampak pada akun-akun di buku besar
Financial Accounting (FI)
Modul FI mengelola item-item account receivable dan account payable yang dibuat
berturut-turut pada modul SD dan MM. Modul FI adalah juga tempat dimana buku besar
ditutup pada akhir periode fiscal (kuartal atau tahunan), dan digunakan untuk membuat
laporan keuangan.
Controlling (CO)
Modul CO menelusuri biaya-biaya terkait dengan memproduksi produk. Untuk memperoleh
keuntungan, sebuah perusahaan harus memiliki gambaran yang akurat tentang biaya-biaya
produk sehingga dapat membuat keputusan yang tepat tentang harga produk dan promosi,
termasuk juga investasi modal.
Human Resources (HR)
Modul HR mengelola perekrutan, mempekerjakan, kompensasi, pemutusan,
pemberhentian dari tenaga kerja; modul HR juga mengelola keuntungan dan menghasilkan
penggajian.
Asset Management (AM)
Modul AM mengelola pembelian asset tetap (pabrik dan mesin) dan depresiasi terkait.

Permasalahan Pengambilan Keputusan Operasional: Manajemen Kredit


Data akuntansi yang tidak akurat dan kadaluarsa yang dihasilkan dari sistem informasi tidak
terintegrasi dapat menimbulkan masalah saat sebuah perusahaan akan membuat keputusan
operasional, seperti digambarkan dari diskusi tentang tantangan manajemen kredit Fitter. PAda
bagian ini, kita akan melihat pemberian kredit industri secara umum, dan kemudian kita akan
membahas masalah prosedur pemberian kredit Fitter secara lebih detil.
Manajemen Kredit Industri
Perusahaan secara rutin menjual kepada pelanggan denan kredit; akan tetapi, manajemen keuangan
yang bagus mengharuskan hanya sejumlah kredit dapat diberikan kepada seorang pelanggan. Pada
suatu titik, pelanggan harus membayar hutangnya untuk menjustifikasi kepercayaan yang diberikan
oleh penjual (sehingga penjual dapat mengubah account receivable menjadi uang). Manajemen
kredit membutuhkan keseimbangan antara memberian kredit yang cukup untuk mendukung
penjualan dan memastikan bahwa perusahaan tidak kehilangan terlalu banyak uang dengan
memberikan kredit kepada pelanggan yang akhirnya tidak memenuhi kewajiban kreditnya.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Pada prakteknya, penjual mengelola hubungan ini dengan menetapkan sebuah batasan tentang
berapa banyak dana yang dapat dihutang pleh seorang pelanggan pada periode tertentu, dan
memonitor batasan ini saat pesanan baru datang dan pembayaran diterima. Sebagai contoh, penjual
dapat memberitahu pembeli bahwa kredit limitnya adalah $10,000, yang berarti paling banyak utang
pembeli kepada penjual adalah $10,000. Jika pembeli mencapai jumlah ini, penjual tidak akan
menerima pesanan penjualan sampai pelanggan membayar sebagian atau seluruh hutangnya. Saat
membuat sebuah penjualan berdasarkan kredit, penjual membuat sebuah masukan pada buku
untuk meningkatkan account receivable dan saldo penjualan. Sehingga, saat saldo account
receivable pembeli di buku penjual mencapai $10,000, pembeli harus melakukan pembayaran
sebagian hutangnya.
Meneruskan contoh di atas, asumsikan bahwa pembeli menghubungi penjual untuk memesan
barang senilai $3,000. Jika saldo account receivable pembeli sudah mencapai $8,000, penjual
seharusnya tidak menerima pesanan $3,000 karena itu akan membuat saldo account receivable
pembeli menjadi $11,000, yang melebihi batasan kredit pembeli. Daripada menolak pesanan, staf
penjualan pembeli mungkin dapat menyarankan pembeli menurunkan ukurang pesanan, atau
meminta mereka mengirim pembayaran sebelum memroses pesanan, sehingga dapat mengurangi
hutang pembeli. Jelas bahwa untuk membuat sistem ini bekerja, staf penjualan harus memiliki akses
terhadap saldo account receivable terkini dari seluruh pelanggannya.
Jika akuntansi memastikan buku selalu up to date dan memberikan saldo account receivable saat ini
kepada pemasaran dan penjualan saat dibutuhkan, maka batasan kredit dapat dikelola dengan baik.
Pemasaran dan penjualan dapat membandingkan batasan kredit pelanggan dengan jumlah hutang
pelanggan (dan nilai order yang baru) untuk membuat keputusan. Akan tetapi dalam sistem tak
terintegrasi, akuntansi tidak dapat mencatat penjualan dan/atau penerimaan pembayaran saat
kedua hal ini terjadi. Dalam kasus ini, saldo account receivable tidak terkini. Terlebih lagi, bagian
penjualan mungkin bekerja dari cetakan saldo kredit yang tidak terupdate. Jika cetakan tidak
menunjukkan pembayaran terkini, seorang pelanggan mungkin ditolak kreditnya. Pelanggan
mungkin dapat membantah penolakan pemesanan, yang akan memicu permintaan untuk
pembaharuan informasi pada akuntansi. Penundaan karena penyelidikan tersebut dapat mengurangi
kepuasan pelanggan, dan melakukan penyelidikan akan memakan waktu pekerja.
Masalah ini tidak perlu muncul untuk sistem informasi terintegrasi. Saat penjualan dilakukan, sistem
secara langsung meningkatkan saldo account receivable pelanggan. Saat perusahaan menerima dan
mencatat sebuah pembayaran, saldo account receivable dikurangi langsung. Database tersedia
untuk akuntansi dan juga pemasaran dan penjualan, maka staf penjualan memiliki akses terkini
terhadap informasi saldo pelanggan. Sehingga, staf penjualan tidak perlu membuat permintaan ke
Akuntansi tentang saldo account receivable pelanggan. Dengan latar belakang ini, kita kemudian
dapat mempelajari bagaimana manajemen kredit Fitter pada sistem tak terintegrasi.
Prosedur Manajemen Kredit Fitter
Seperti digambarkan pada bab sebelumnya, ketika sebuah pesanan baru datang untuk Fitter,
seorang petugass penjualan mengacu pada sebuah cetakan bulanan terkait saldo pelanggan dan
batasan kredit untuk melihat apakah kredit dapat diberikan. Jika diasumsikan tidak ada masalah
kredit, petugas penjualan memasukkan penjualan dalam sistem pemasukan penjualan, yang
merupakan program computer tersendiri. Data penjualan ditransfer ke akuntansi dengan
Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

memberikan file setiap akhir hari kerja. Seorang petugas akuntansi menggunakan data yang
ditransfer oleh sistem penjualan untuk menyiapkan tagihan pelanggan.
Akuntansi harus membuat penyesuaian jika ada pengiriman sebagian sebelum membuat tagihan.
Akurasi dari proses penyesuaian tergantung pada bagian gudang dapat mengirimkan perubahan
pesanan pada waktu yang tepat atau tidak. Setelah membuat tagihan, akuntansi membuat masukan
akuntansi untuk mengenali pemasukan: sebuah debit pada account receivable dan credit pada
penjualan sesuai dengan jumlah tagihan.
Petugas akuntansi juga memroses pembayaran pelanggan. Petugas menerima dan secara manual
menangani cek. Mereka memasukkan data pada program akuntansi, meningkatkan saldo kas dan
mengurangi saldo account receivable. Data ini kemudian digunakan untuk membuat pembaharuan
terhadap akun individual pelanggan, mengurangi jumlah yang dihutang pelanggan kepada Fitter. Jika
waktu memungkinkan, akun dipost (dan setoran bank dilakukan) pada saat pembayaran diterima;
jika tidak, pemasukan akan dilakukan segera di hari berikutnya. Sehingga, kemungkinan terdapat
delay antara waktu Fitter menerima cek dari pelanggan dan pengurangan sesungguhnya pada saldo
account receivable pelanggan, yang dapat menimbulkan kesalahan pada manajemen kredit.
Selanjutnya mari kita lihat bagaimana SAP ERP dapat meningkatkan proses manajemen kredit Fitter.
Manajemen Kredit pada SAP ERP
Sistem SAP ERP memungkinkan sebuah perusahaan untuk menentukan batasan kredit untuk setiap
pelanggan. Sebuah perusahaan dapat mengkonfigurasi jumlah apapaun untuk pilihan credit-check
pada sistem SAP ERP, termassuk kapan mengecek kredit pelanggan (misalnya, pada saat pembuatan
pesanan, pada saat pembuatan dokumen pengiriman, atau pada saat goods issue) dan siapa yang
harus diberitahu saat sebuah pesanan akan membuat pelanggan melebihi batasan kreditnya
(misalnya, petugas penjualan atau petugas manajemen kredit). Gambar 7.4 menunjukkan sebuah
pengecekan kredit dinamis dengan Reaksi C yang dipilih.
Reaksi C berarti jika pesanan yang disimpan akan menyebabkan pelanggan melebihi batasan
kreditnya, sistem akan mengeluarkan peringatan yang menunjukkan jumlah dimana pesanan
melebihi batasan kredit. KArena sistem mengeluarkan peringatan, pesanan dapat disimpan, tetapi
akan memblok pemrosesan selanjutnya sampai masalah kredit terselesaikan.
Seringkali, perusahaan tidak mengkonfigurasi sistem untuk menyediakan peringatan kepada petugas
pemesanan karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalah dank arena masalah kredit adalah
masalah atara departemen account receivable penjual dan departemen account payable pembeli.
Akan tetapi, seorang pada fungsi manajemen kredit secara regular meninjau pesanan yang terblok
dan menyelesaikan masalah kredit secara langsung dengan pelanggan.
Gambar 7.4 menunjukkan bahwa pengecekan kredit adalah dinamis dan memiliki horizon (tenggang
waktu) peninjauan selama dua bulan. Ini berarti hanya dua bulan beriktunya dari pesanan pembelian
akan digunakan untuk menghitung pengecekan kredit. Pelanggan bisa melakukan pemesanan untuk
jadwal jangka panjang, namun hanya yang akan dikirim dalam waktu dekat yang biasanya
dipertimbangkan saat pengecekan kredit.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Gambar 7.4 Konfigurasi Manajemen Kredit


Kelebihan penggunaan SAP ERP untuk mengelola kredit adalah karena proses bersifat otomatis dan
data tersedia secara real time. Pengguna dapat mengklik pesanan dua kali untuk pesanan penjualan
untuk melihat informasi perusahaan, seperti kontak, atau sejarah pembayaran. Pada sistem Fitter
saat ini, petugas penjualan harus secara manual melakukan pengecekan kredit. Jika petugas tidak
melakukan ini, maka seorang pelanggan yang beresiko bisa menerima kredit tambahan. Tetapi,
walaupun cek dilakukan, keputusan kredit seringkali salah karena dibuat berdasarkan data yang
tidak terkini. Dengan sistem ERP, pengecekan bersifat otomatis, data terkini, dan menjadi masalah
sederhana untuk meninjau pesanan penjualan yang terblok.
Latihan 7.1
1. Buatlah sebuah dokumen yang menggambarkan prosedur manajemen kredit Fitter saat ini.
Tuliskan dokumen ini sehingga dapat digunakan untuk melatih seorang pekerja baru tentang
proses manajemen kredit.
2. Buat versi yang diperbaiki dari dokumen anda untuk menunjukkan perbaikan proses yang
akan diperoleh jika Fitter akan melakukan pengecekan kredit dengan sistem informasi
terintegrasi.
Analisis Profitabilitas Produk
Manajer bisnis menggunakan data akuntansi untuk melakukan analisis profitabilitas dari perusahaan
dan produknya. Saat data tidak akurat dan tidak lengkap, analisis pun tidak sempurna. Terdapat tiga
alasan utama dari data yang tidak akurat atau tidak lengkap: penyimpanan catatan yang tidak
konsisten, sistem perhitungan persediaan yang tidak akurat dan masalah untuk konsolidasi data dari
anak perusahaan/cabang. Bagian ini akan membahas masing-masing penyebab ini dengan
menggunakan Fitter sebagai contoh.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Penyimpanan Catatan yang Tidak Konsisten


Setiap divisi penjualan menyimpan catatannya masing=masing dan menelusuri data penjualan
secara berbeda-beda. Form untuk pesanan penjualan Divisi Direct Sales mengandung kode untuk
daerah penjualan yang terkait (Northeast, Southeast, dan seterusnya). Form pesanan penjualan
untuk Divisi Wholesale memasukkan kode untuk Negara bagian. Misalkan seorang eksekutif Fitter
meminta seuah laporan yang merangkum penjualan bulanan untuk semua Negara bagian MidAtlantic (dimana beberapa Negara bagian dari area penjualan Northeast dan Southeast Fitter) untuk
setiap bulan tahun lalu. Tidak ada catatan dari kedua divisi yang dirancang untuk dengan mudah
menjawab pertanyaan tersebut. Akuntan Fitter harus masuk ke sumber dokumen penjualan untuk
Divisi Direct Sales dan dengan melihat alamat pengiriman, menentukan apakah penjualan dilakukan
kepada perusahaan di Negara bagian Mid-Atlantic. Jika iya, akuntan harus secara manual
menambahkan informasi yang relevan untuk penjualan ini ke spreadsheet. Untuk divisi Wholesale,
akuntan dapat membuat laporan rangkuman penjualan untuk setiap Negara bagian di area MidAtlantic per bulan dan menambahkan data ini secara manual ke laporan spreadsheet. Setelah
seluruh data dikumpulkan, kemudian dapat diformat untuk membuat laporan yang diinginkan.
Misalkan manajemen Fitter ingin mengevaluasi efisiensi dari operasi produksi. Produksi
menggunakan catatan kertas, sehingga kembali data harus diambil dari catatan kertas dan
dimasukkan ke dalam spreadsheet. Seperti sering terjadi, catatan kertas bisa saja tidak akurat atau
hilang, sehingga validitas dari laporan akhir dapat dipertanyakan dan pembuatan laporan
membutuhkan waktu yang lama.
Terdapat banyak variasi pada tema ini. Menurut bayangan kita, divisi dari perusahaan dapat memiliki
data yang sama mengenai suatu fungsi, tetapi setiap sistem divisi dibuat pada waktu yang berbeda,
dan masing-masing mungkin merupakan sistem file yang berbeda. Seringkali, untuk menjawab
pertanyaan tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan, paling tidak satu set data harus
dimasukkan ulang ke dalam spreadsheet (atau suatu program middleware yang lainnya) untuk
analisis gabungan. Walaupun memungkinkan untuk mendapatkan jawaban, melakukan ini
membutuhkan waktu lebih lama dengan sistem tak terintegrasi.
Dengan sistem ERP, usaha seperti ini diminimalkan atau dihilangkan karena catatan divisi-divisi
mencatat dan menyimpan data dengan cara yang sama, pada database yang sama. Idealnya prosesproses di dalam perusahaan akan diubah untuk memenuhi best practice dari software saat software
tersebut diinstall. Sebagai bagian dari proses konfigurasi sistem, manajer dari setiap divisi akan
menyetujui bagaimana data akan dikumpulkan dan disimpan. Lalu, pertanyaan-pertanyaan tentang
kinerja perusahaan dapat dijawab dalam beberapa menit oleh akuntan (atau manajer atau petugas
penjualan) yang memahami bagaimana melakukan query pada Bahasa basis data atau bagaimana
membuat built-in management reporting tools.

Sistem Perhitungan Persediaan yang Tidak Akurat


Perhitungan biaya persediaan dengan tepat adalah salah satu tugas akuntansi yang terpenting dan
paling menantang di perusahaan manufaktur. Manajer perlu tahu berapa biaya untuk memproduksi
sebuah produk, sehingga mereka dapat mengidentifikassi produk mana yang menguntungkan dan
yang mana yang tidak.
Pada bagian berikutnya, kita terlebih dahulu akan meninjau dasar dalam akuntansi biaya persediaan.
Lalu kita akan mengeksplorasi bagaimana sistem ERP dapat meningkatkan keakuratan akuntansi
biaya persediaan. Akhirnya, kita akan mendiskusikan alasan di belakang activity-based costing
sebagai metode untuk lebih meningkatkan keakuratan akuntansi biaya persediaan.
Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

Latar Belakang Akuntansi Biaya Persediaan


Biaya sebuah item yang diproduksi memiliki tiga elemen: 1) biaya bahan baku, 2) biaya tenaga kerja
yang dipekerjakan secara langsung pada produksi item tersebut, dan 3) semua biaya lain, yang
biasanya disebut dengan overhead. Biaya overhead manufaktur termasuk utilitas pabrik (air, listrik,
gas), tenaga kerja umum (seperti penjaga keamanan), gaji manajer pabrik, penyimpanan, asuransi
dan biaya-biaya terkait manufaktur lainnya.
Bahan baku dan tenaga kerja seringkali disebut biaya langsung karena biaya yang menyumbang
untuk setiap satu produk akhir dapat diestimasi dengan cukup akurat. Di sisi lain, overhead item
disebut biaya tidak langsung, yang biasanya sulit untuk dikaitkan dengan sebuah produk spesifik
atau sekelompok produk spesifik. Dengan kata lain, hubungan-sebab-akibat secara langsung antara
biaya overhead (seperti biaya penerangan dan penghangat) dan pembuatan sebuah produk (NRG-A
bars) sulit dilakukan.
Walaupun demikian, biaya-biaya overhead adalah bagian dari pembuatan produk, sehingga
perusahaan harus memiliki cara untuk mengalokasikan biaya tidak langsung terhadap produk yang
dibuat. Sebuah metode umum adalah dengan menggunakan total jam kerja mesin, dengan asumsi
bahwa overhead muncul untuk menjalankan mesin yang membuat produk. Dengan pendekatan ini,
biaya-biaya overhead untuk periode waktu ditambahkan dan kemudian dibagi dengan ekspektasi
total jam mesin pada periode waktu tersebut untuk mendapatkan overhead per jam mesin. Nilai ini
kemudian digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya overhead ke produk. Misalkan Fitter
menggunakan pendekatan ini dan menghitung biaya overhead adalah $1,000 per jam mesin. Jika
Fitter dapat membuat 10,000 bar dalam sejam, maka setiap bar akan dialokasikan $0.10 overhead
($1000 : $10,000). Overhad dapat juga dilakokasikan ke sebuah produk menggunakan jam tenaga
kerja langsung atau biaya material. Sebuah perusahaan harus membuat keputusan terkait dengan
bagaimana pengalokasian biaya overhead berdasarkan apa yang paling masuk akal dalam lingkungan
produksinya.
Perusahaan seperti Fitter yang memproduksi barang untuk persediaan biasanya mencatan biaya
manufaktur selama satu periode menggunakan biaya standar. Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, biaya standar untuk sebuah produk didapatkan dengan mempelajari data historis
tentang biaya langsung dan tidak langsung dalam perusahaan dan mempertimbangkan pengaruh
dari perubahan-perubahan manufaktur terkini. Di setiap periode akuntansi, jika biaya actual berbeda
dari biaya standar, penyesuaian terhadapa akun harus dilakukan untuk menunjukkan biaya actual
dari persediaan yang masuk di neraca keuangan dan biaya untuk persediaan terjual pada laporan
rugi laba.
Sebaai contoh, Fitter mungkin menentukan bahwa setiap NRG-A bar menimbulkan biaya produksi
$0.75 yaitu biaya material, tenaga kerja, dan overhead harus sama dengan $0.75 per bar,
berdasarkan jumlah unit yang dianggarkan. Nilai ini akan menjadi standard cost Fitter untuk sebuah
bar. Asumsikan pada satu bulan, Fitter membuat 1 juta NRG-A bar. Menggunakan biaya standar, hal
ini akan meningkatkan akun persediaan neraca keuangan dengan $750,000. Juga asumsikan bahwa
perusahaan menjual 800,000 bar pada bulan tersebut. Di laporan rugi laba, biaya untuk penjualan
akan ditunjukkan sebagai $600,000 (800,000 x $0.75). Akun persediaan akan dikurangi dengan
$600,000, karena perusahaan tidak lagi memiliki sejumlah unit senilai tersebut untuk dijual.
Jika biaya actual pada bulan tersebut sama dengan biaya standar, tidak diperlukan penyesuaian pada
neraca keuangan dan laporan rugi laba. Akan tetapi, biaya aktual tidak pernah sama persis dengan
biaya yang diperkirakan, sehingga penyesuaian hampir selalu harus dilakukan. Perbedaan antara
biaya-biaya actual dengan biaya standar disebut dengan cost variances. Perhatikan bahwa cost
Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

variances dapat timbul pada biaya-biaya langsung maupun tidak langsung. Variansi ini dihitung
dengan membandingkan pengeluaran sebenarnya untuk bahan baku, tenaga kerja, utilitas, sewa, dll
dengan biaya standar yang diprediksi.
Jika perusahaan menyimpan catatan untuk berbagai elemen secara terpisah, mengumpulkan
penyesuaian-penyesuaian variansi ini menjadi sangat sulit. Jika produk dibuat dengan merakit
berbagai bagian yang dibuat pada pabrik manufaktur yang berbeda, dan pabrik menggunakan sistem
informasi yang berbeda, penyesuaiannya akan menjadi sangat tidak tepat.
ERP dan Akuntansi Biaya Persediaan
Banyak perusahaan dengan sistem informasi tak terintegrasi jarangn menganalisis cost variances
karena kesulitan untuk melakukannya. Sehingga perusahaan seringkali tidak tahu berapa besar biaya
sesungguhnya untuk memproduksi sebuah produk. Seperti diilustrasikan pada contoh berikutnya,
mengetahui dengan tepat berapa biaya produksi bisa menjadi hal yang sangat penting.
Misalkan Fitter memiliki kesempatan untuk menjual 300,000 NRG-A bar kepada pelanggan baru. Ini
adalah pesanan yang besar untuk Fitter. Pelanggan menginginkan sebuah harga $0.90 per bar. Biaya
standar fiter per bar saat ini adalah $0.75 berdasarkan informasi yang berumur dua bulan. Fitter
tahu bahwa biaya untuk memproduksi snack bar telah meningkat secara signifikan pada beberapa
bulan terakhir. Fitter tidak ingin menjual dengan kerugian per unit, tetapi juga tidak mau kehilangan
pesanan besar atau pelanggan yang potensial menjadi pelanggan jangka panjang. Karena kesulitan
mengumpulkan seluruh data untuk menghitung cost variances, Fitter hanya menganalisis cost
variances per kuartal, dan data terbaru tidak akan tersedia sampai sebulan lagi. Haruskah Fitter
menerima pesanan skala besar tersebut?
Jika Fitter memiliki sistem ERP, tenaga kerja di seluruh perusahaan akan mencatat biaya-biaya di
database perusahaan pada saat biaya tersebut muncul. Metode untuk mengalokasikan biaya ke
produk dan untuk menghitung variansi-variansi sudah dibangun ke dalam sistem saat sistem
tersebut dikonfigurasi. Dengan demikian sistem dapat menghitung variansi secara otomatis saat
dibutuhkan. Hal ini akan menyederhanakan proses untuk penyesuaian akun, dan manajemen Fitter
akan selalu memiliki informasi akurat dan terkini terkait cost variances. Fitter dapat membuat
keputusan berdasarkan informasi terkait utung atau tidak menjual snack bar seharga $0.90 per bar.
Terlebih lagi, dengan menjalankan proses perencanaan penjualan dan operasi, Fitter dapat
menentukan apakah mereka memiliki kapasitas untuk menyelesaikan pesanan dengan tepat waktu.
Jika lembur dibutuhkan untuk memenuhi pesanan, maka analis dapat menggunakan kapabilitas
perencanaan sistem ERP untuk mengevaluasi biaya-biaya menggunakan produksi lembur.
Konfigurasi sistem ERP memungkinkan analis untuk menelusuri biaya-biaya menggunakan berbagai
dasar berdasarkan pekerjaan, berdasarkan area kerja, atau berdasarkan aktivitas produksi. Ini
berarti biaya unit dapat dihitung dengan berbagai alokasi overhead yang berbeda, yang
memungkinkan analis untuk bermain dengan what if dengan keputusan profitabilitas produk.
Dalam sistem tak terintegrasi, melalukan penelusuran untuk beraneka segi tersebut merupakan
pekerjaan yang sulit dan memakan waktu.
Contoh Perhitungan Biaya Produk
Misalkan Fitter ingin memperbaharui biaya standar untuk NRG-A bar. Dengan menganalisis biayabiaya tidak langsung terkait dengan produksi sebuah produk belakangan ini, akuntan biaya Fitter
dapat menghitung tariff overhead yang baru. Mengingat biaya material jauh lebih besar daripada
biaya tenaga kerja langsung di Fitter, perusahaan memutuskan untuk mengggunakan overhead
produksi sebagai persentase dari biaya-biaya material langsung. Tarif baru untuk overhead produksi
adalah 100% dari biaya-biaya material langsung.
Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

Gambar 7.5 menunjukkan analisis biaya produk untuk NRG-A bar. Analisis biaya dilakukan untuk 7
kotak, yang merupakan jumlah bar yang dapat diproduksi dengan adonan berukuran 500-pound.
Resep untuk 500-pound batch sudah ditunjukkan gambar 6.7. Informasi ini diulang kembali pada
analisis biaya pada gambar 7.5 disertai dengan biaya per unit dari setiap material.

Gambar 7.5 Analisis Biaya Produk untuk NRG-A bar


Sebagai contoh, biaya per pound oat adalah $0.20. Perkalian kuantitas material dengan biaya per
unit akan menghasilkan biaya material langsung untuk item bahan tersebut; sehingga total biaya
material langsung untuk oat adalah $60.00 (300x $0.20). Penjumlahan hasil seluruh bahan akan
memberikan total biaya material langsung sebesar $537.65 per batch berukuran 500-pound.
Penerapan tarif overhead produksi sebesar 100% terhadap biaya material langsung memberikan
biaya overhead produksi sama dengan biaya material langsung yaitu $537.65. Seperti ditunjukkan
pada gambar 7.5, biaya tenaga kerja langsung untuk mencampur adonan dan memasak snack bar
adalah $54.50. Penting untuk dicatat bahwa tenaga kerja hanya sekitar 10% ddari biaya material
langsung, yang menyebabkan Fitter memilih menggunakan biaya overhead produksi hanya
berdasarkan atas biaya material langsung.
Penjumlahan material langsung, overhead produksi, dan tenaga kerja langsung adalah cost of goods
manufactured (COGM). Saat ini, Fitter menggunakan tarif 30% dari COGM untuk mengestimasi biaya
penjualan dan administrasi. Dengan menjumlahkan biaya penjualan dan administrasi ke COGM
menghasilkan cost of goods sold (COGS). Karena COGM dan COGS diestimasi berdasarkan resep
BOM dari bab sebelumnya yang memproduksi 7 kotak snack bar, angka ini harus dibagi dengan tujuh
untuk menghasilkan COGM dan COGS per kotak. Gambar 7.5 menunjukkan hasil COGM dan COGS
per kotak yaitu berturut-turut $161.40 dan $209.82.
Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Mahendrawathi ER, 2015

Analisis biaya produk memungkinkan kita menentukan apakah menjual 300,000 NRG-A bar kepada
pelanggan baru dengan hara $0.90 per bar akan menghasilkan keuntungan untuk Fitter. Mengingat
terdapat 24 bar untuk sebuah box dan 12 kotak dalam sebuah kotak pengiriman, biaya saat ini untuk
NRG-A bar adalah:
$209.82/
=$0.73/

(24
)(12
)

Berdasarkan perhitungan ini, kita dapat melihat bahwa Fitter dapat menjual bar seharga $0.90 dan
menghasilkan keuntungan sebesar $0.17 per bar.
Latihan 7.2
Estimasi COGM dan COGS per kotak untuk NRG-B bar menggunakan informasi produksi pada gambar
6.7 dan biaya produk sebagai berikut:
Protein Powder (lb.)
Hazelnuts (lb.)
Dates (lb.)

$4.40
$1.64
$3.55

Gunakan biaya tenaga kerja langsung dan persentase overhead seperti analisis biaya produk NRG-A
yang ditunjukkan pada gambar 7.5.
Analisis Biaya Produk dalam SAP ERP
Sebuah perusahaan besar mungkin memproduksi ribuan produk yang kompleks, dan tugas untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan biaya-biaya produk bisa menjadi
tantangan besar. Salah satu keuntungan dari sistem informasi terintegrasi seperti SAP ERP adalah
informasi terkini dan akurat tersedia dalam sistem informasi. Informasi kunci untuk analisis biaya
adalah biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Pada SAP ERP, biaya material
langsung ditentukan dari BOM, yang dikelola dengan modul Production Planning (PP). Biaya tenaga
kerja langsung ditentukan dari alur produksi, yang menunjukkan mesin dan work centers yang
digunakan untuk memproduksi sebuah produk, termasuk waktu setup peralatan, laju produksi, dan
kebutuhan tenaga kerja. BOM dan informasi alur prduksi dikombinasikan dengan beberapa data
yang dikelola oleh modul PP, memungkinkan sistem SAP ERP menentukan kuantitas dari material
langsung dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam sebuah produk. Data produksi ini
dikombinasikan dengan informasi biaya material yang disimpan dalam modul Financial Accounting
memberikan dasar untuk analisis biaya produk.
Pada sistem SAP ERP, sebuah biaya produk adalah berdasarkan atas sebuah product cost variant.
PAda SAP ERP, terminology variant digunakan untuk mengacu pada sebuah versi dari sebuah
rencana atau analisis. Sebuah product cost variant pada dasarnya adalah prosedur untuk
menghasilkan sebuah analisis biaya produk; banyak variant dapat dibuat untuk kebutuhan
perencanaan yang berbeda. Sekali sebuah product cost variant dibuat, hanya membutuhkan
beberapa detik untuk sistem SAP ERP mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
estimasi biaya produk. Gambar 7.6 mennunjukkan hasil dari analisis biaya produk pada sistem SAP
ERP. Layar ini tidak hanya menyediakan analisis biaya, tetapi juga memungkinkan pengguna untuk
mengeksplorasi detil tentang perhitungan analisis biaya.
Alat perhitungan biaya produk SAP ERP menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
estimasi biaya secara cukup signifikan dan dapat meningkatkan akurasi karena data didapatkan
secara langsung dari modul sistem, dan data bersifat real time.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Gambar 7.6. Hasil Analisis Biaya Produk pada SAP ERP


Activity-Based Costing dan ERP
Trend dalam akuntansi biaya persediaan mengarah pada Activity-based Costing. Pada activity-based
costing, biaya-biaya overhead dimasukkan ke produk berdasarkan aktivitas manufaktur yang
menyebabkan munculnya biaya tersebut. Akuntan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas terkait dengan
munculnya biaya overhead, dan mereka menyimpan catatan terkait biaya-biaya dan aktivitasaktivitasnya. Aktivitas-aktivitas dipandang sebagai penyebab dari biaya overhead. Cara pandang ini
memperlakukan biaya-biaya overhead lebih terkait langsung dari pada metode akuntansi-biaya
tradisional. Sebagai usaha untuk mengaitkan biaya secara lebih tepat ke produk individual, activitybased costing berusaha untuk menghindari prosedur alokasi kasar. Walaupun tidak semua biayabiaya overhead dapat dikaitkan dengan produk berdasarkan aktivitasnya, banyak yang bisa. Activitybased costing seringkali digunakan saat persaingan sangat ketat, biaya overhead tinggi, dan produk
sangat beragam. Sebuah perusahaan menggunakan activity-based costing dapat menentukan
produk mana memiliki marjin keuntungan terbesar, informasi yang sangat penting untuk membuat
keputusan-keputusan strategis terkait lini produk.
Kembali kepada contoh operasi Fitter, misalkan penyimpanan bahan baku dianggap sebagai sebuah
aktivitas. Asumsikan juga bahwa aktivitas penyimpanan berbeda antara NRG-A dan NRG-B karena
bahannya berbeda, dan bahwa sebagian dari aktivitas penyimpanan lebih banyak membutuhkan
tenaga kerja dibandingkan yang lain. Dalam sistem ERP, Fitter akan menelusuri berbagai aktivitas
penyimpanan (seberapa sering muncul) dan biaya masing-masing. Saat menentukan profitabilitas
untuk setiap bar, akuntan biaya Fitter menghitung biaya penyimpanan berdasarkan banyak aktivitas
penyimpanan yang dibutuhkan untuk setiap tipe bar. Penghitungan biaya ini lebih tepat daripada
menghitung biaya penyimpanan rata-rata berdasarkan biaya penyimpanan total dan jam mesin, lalu
mengalokasikan angka tersebut untuk semua tipe bar. Jika aktivitas sangat berbeda dari satu bar ke
bar yang lain, salah satu bisa jadi lebih menguntungkan atau tidak dibandingkan yang lain. Fakta ini
akan terungkap dengan pendekatan activity-based costing, tetapi tidak dengan pendekatan
akuntansi biaya tradisional. Sebuah sistem informasi yang mendukung activity-based costing
memungkinkan manajer untuk melihat perbedaannya.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Activity-based costing membutuhkan lebih banyak pencatatan buku dari pada metode perhitungan
biaya tradisional karena sebuah perusahaan harus melakukan activity-based costing selain
perhitungan biaya tradisional, dan karena activity-based costing mengharuskan perusahaan untuk
mengikuti seluruh kemunculan aktivitas, bukan hanya biayanya. Untuk banyak perusahaan, biaya
dan usaha yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan activity-based costing terjustifikasi dengan
nilai informasi yang dihasilkan. Perusahaan seringkali menggunakan activity-based costing untuk
tujuan strategis, sementara perhitungan tradisional digunakan untuk pencatatan buku dan pajak.
Dengan memiliki sistem informasi terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk melakukan kedua
jenis akuntansi dengan lebih mudah. Setbuah studi terhadap perusahaan dengan dan tanpa ERP
menunjukkan bahwa: 1) perusahaan dengan ERP memiliki dua kali lebih banyak dasar alikasi biaya
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen, dan 2) manajer perusahaan ERP
menilai sistem akuntansi biayanya lebih baik. Perusahaan ERP juga memiliki kepercayaan lebih pada
angka-angka yang dihasilkan sistem akuntansi.
Sebuah servey akuntan manajemen menunjukkan beberapa temuan menarik terkait dengan
bagaimana mereka memandang sistem ERP. Peneliti yang melakukan survey memperoleh respon
dari sekitar 500 anggota dari IMA, asosiai untuk akuntan dan professional keuangan dalam bisnis.
Sistem ERP dipandang oleh manajer akunting lebih baik dibandingkan tidak memiliki sistem ERP
karena memiliki atribut satu database menyeluruh, menyediakan data secara real time, dan
membuat informasi tersedia untuk manajemen operasional. Sebagai tambahan, sistem ERP
dianggap mampu menyelesaikan konflik tujuan, menstandarkan proses-proses dasar, dan
mengontrol biaya produk. Sistem ERP di bidang akuntansi juga membantu memperpendek waktu
untuk membuat keputusan dan memperbaiki pengambilan keputusan. Di sisi negatifnya, responden
memandang sistem ERP terlalu kompleks dan membutuhkan terlalu lama untuk diimplementasikan.

Masalah Konsolidasi Data dari Anak Perusahaan/Cabang


Beberapa perusahaan memiliki operasi khusus yang membuat tutup buku di akhir periode akunting
sebagai suatu tantangan. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan (cabang) menghadapi
tantangan tersebut, dan sebagian besar perusahaan memiliki lebih dari satu entitas legal. Karena tim
eksekutif perusahaan harus memahami gambaran umum terkait seluruh operasi dan profitabilitas,
saldo rekening untuk setiap entitas harus dikompilasi dan dikirim ke kantor pusat sehingga neraca
keuangan terkonsolidasi dan laporan untuk perusahaan secara keseluruhan dapat dibuat
Kita mungkin berpikir ini masalah aritmetika bisasa: tambahkan kas untuk semua entitas, account
receivable untuk semua entitas dan seterusnya. Tetapi, pekerjaan ini lebih sulit dari itu. Masalah
dapat timbul karena berbagai masalah termasuk: rekening yang dinyatakan dalam mata uang lain
harus dikonversi ke U.S. Dollar (untuk perusahaan induk Amerika), dan transaksi antara sebuah
perusahaan dan anak cabangnya harus dieliminasi dari rekening.
Perubahan Mata Uang
Skenario berikut mengilustrasikan masalah dalam konversi mata uang, yang merupakan proses
merubah saldo rekening yang dinyatakan dalam satu mata uang ke dalam saldo rekening dengan
mata uang lainnya. Asumsikan bahwa 1 Euro setara dengan $1.25 (US), dan sebuah anak perusahaan
Eropa melaporkan kas 1 juta Euro di akhir tahun. Saat saldo anak perusahaan Erropa tersebut
dikonsolidasikan dengan perusahaan induknya di akhir tahun maka $1,250,000 akan dicatat.
Konversi yang sama akan dilakukan untuk semua rekening anak perusahaan Eropa. Permasalah
menjadi lebih kompleks karena mata uang berfluktuasi per hari; tetapi sistem ERP dapat dikofigurasi
untuk mengakses nilai tukar mata uang per hari dan menerjemahkan transaksi harian secara
otomatis.

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Transaksi Antar Perusahaan


Transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dengan salah satu anak cabangnya (atau antara
cabang yang satu dengan lainnya), dikenal dengan transaksi antar perusahaan, harus dieliminasi dari
buku perusahaan induk karena transaksi tidak mewakili transfer dana ke dalam atau keluar
perusahaan.
Misalnya, Acme Inc. memiliki Bennet Manufacturing dan Bennet menjual bahan mentah ke Acme
untuk $1 juta. Acme kemudian menggunakan material ini untuk membuat produk. Penjualan Bennet
ke Acme adalah biaya penjualan Acme. Dari sudut pandang orang luar, uang telah lewat dari satu
perusahaan ke perusahaan lain. Sebuah perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan dengan
menjual kepada diri sendiri.
Perusahaan seringkali melakukan bisnis dengan anak perusahaannya, dan untuk perusahaan
tersebut, transaksi antar perusahaan seringkali muncul. Penelusuran terhadap transaksi ini dan
penyesuaian bisa menjadi tantangan untuk akuntan.
Referensi
Monk, E. and Wagner B. (2013), Concepts in Enterprise Resource Planning

Modul Ajar Mata Kuliah Perencanaan Sumber Daya Perusahaan


Mahendrawathi ER, 2015

Anda mungkin juga menyukai