Anda di halaman 1dari 4

Produk Domestik Regional Bruto

Sebelum membahas produk domestic regional bruto, ada baiknya kita mengetahui
istilah-istilah yang terkait dengan produk domestic bruto yang biasa disebut dengan PDRB.
Produk domestic adalah Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi
yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal
dari atau dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut
merupakan pendapatan domestik.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam
kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negeri, demikian juga
sebaliknya faktor produksi yang dimilki oleh penduduk daerah tersebut ikut serta dalam proses
produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang
timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah
tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari
da ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan
maka timbul perbedaan antara produk domestik dan produk regional.
Produk regional adalah Produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan
pendapatan dari faktor produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan
pendapatan dari faktor produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri. Jadi produk regional
merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh unit institusi yang
mencakup penduduk, perusahaan, pemerintah, dan lembaga non-profit yang melakukan
kegiatan ekonomi di wilayah yang bersangkutan.

Produk domestic regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah dari nilai tambah
bruto yang muncul dari seluruh sector perekonomian di suatu daerah. Nilai tambah sendiri
adalah nilai yang ditimbulkan dari kombinasi faktor-faktor produksi dan bahan baku dalam
proses peroduksi. Perhitungan nilai tambah dalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara.
Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji,
bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan
menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah
bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar.
Dalam kesempatan kali ini, kami akan membahas PDRB provinsi Jawa Barat. Dari
Informasi yang kami dapat dari situs resmi www.bps.go.id dan www.jabar.bps.go.id ,Jawa Barat
merupakan provinsi yang memiliki kegiatan ekonomi yang cukup aktif. Hal ini terbukti dari ratarata PDRB Jawa Barat mulai tahun 2005 hingga 2011 kurang lebih sekitar 581,3 Triliun Rupiah,
itu berarti jawabarat memiliki kontribusi sebesar 15% dalam rata-rata PDB Indonesia dari tahun
2005 hingga 2011. Jawa barat memiliki Sembilan sector usaha yang dalam hal ini memiliki
pengaruh masing-masing terhadap PDRB Jawa Barat yaitu sector primer yang mencakup
pertanian; pertambangan dan penggalian. Sector sekunder yang mencakup industry dan
pengolahan; listrik,gas, dan air bersih; bagunan dan konstruksi. Dan sector tersier yang
mencakup perdagangan, hotel dan restoran; pengankutan dan komunikasi; keuangan, real
estat, dan jasa perusahaan; jasa-jasa lainnya.
Data kami gunakan dalam analisis ini adalah data PDRB Jawa Barat menurut lapangan
usaha Tahun 2005-2011 berdasarkan harga konstan tahun 2000. Yang dimaksud dengan harga
konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah. Tahun 2000 dianggap tahun dimana
perekonomian di Indonesia secara umum dan di Jawa Barat Secara Khusus stabil serta baik.
serta Manfaat dari perhitungan PDB harga konstan, selain dengan segera dapat mengetahui

apakah perekonomian mengalami pertumbuhan atau tidak. Maka, kami menganalisis data
PDRB Jawa Barat berdasarkan Harga Konstan tahun 2000.
<langsung yang fiqa>
Berdasarkan harga konstan tahun 2000, Pada tahun 2008 sektor primer memiliki
kenaikan sebesar 1,93 triliun Rupiah menjadi sebesar 43,99 Triliun Rupiah. Pada sector
sekunder menjadi 149,47 Triliun Rupiah yang berarti terjadi kenaikan sebesar 12,09 Triliun
Rupiah. Di sector tersier kenaikan terjadi sebesar 3,3 Triliun Rupiah menjadi 97,74 Triliun
Rupiah. Ini berarti pada tahun 2008 terjadi peningkatan dari 274 Triliun Rupiah menjadi 291,2
Triliun Rupiah. Peningkatan tersebut cukup signifikan terutama pada sector sekunder yaitu
industry dan pengolahan; listrik,gas, dan air bersih; bagunan dan konstruksi.
Di tahun 2009 sektor primer mengalami kenaikan sebesar 5,15 Triliun Rupiah menjadi
49,14 Triliun Rupiah. Namun pada sector sekunder terjadi penurunan sebesar 900 Miliar Rupiah
menjadi 148,57 Triliun Rupiah. Pada sector tersier terjadi peningkatan sebesar 7,9 Triliun
Rupiah menjadi 105,67 Triliun Rupiah. Pada tahun 2009 ini terjadi peningkatan secara
keseluruhan sebanyak 12,15 Triliun Rupiah menjadi 303,4 Triliun Rupiah. Peningkatan banyak
terjadi pada sector tersier yang mencakup perdagangan, hotel dan restoran; pengankutan dan
komunikasi; keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; jasa-jasa lainnya. Sangat di sayangkan
di tahun ini penurunan terjadi pada sector sekunder yang sebelumnya pada tahun 2008
meningkat dari tahun 2007.
Di tahun 2010 PDRB atas dasar harga konstan 2000 di sector primer menjadi 49,6
Triliun Rupiah yang berarti kenaikan terjadi sebesar 460 Miliar Rupiah. Pada sector sekunder
terjadi peningkatan sebesar 6,13 Triliun Rupiah menjadi 154,7 Triliun Rupiah. Begitu juga pada
sector tersier yang mengalami peningkatan sebesar 12,24 Triliun Rupiah menjadi 117,91 Triliun
Rupiah. Di tahun 2010 ini sector yang paling banyak mengalami kenaikan ialah sector tersier

yaitu sector yang mencakup perdagangan, hotel dan restoran; pengankutan dan komunikasi;
keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; jasa-jasa lainnya. Dan pada tahun ini penurunan
pada sector sekunder dapat teratasi dengan bertambahnya angka PDRB dari sector sekunder
tersebut.
Di tahun 2011 sektor primer mengalami penurunan sebanyak 420 Miliar Rupiah menjadi
49,18 Triliun Rupiah. Sector sekunder mengalami kenaikan menjadi 164,88 triliun Rupiah atau
kenaikan yang tejadi sebesar 10,18 Triliun rupiah. Begitu pula pada sector tersier, terjadi
peningkatan sebesar 10,89 Triliun Rupiah menjadi 128,8 Triliun Rupiah. Di tahun 2011 ini sector
primer mengalami penurunan di banding tahun-tahun sebelumnya yang cenderung meningkat
di perkirakan penurunan ini terjadi karena pada tahun 2011 iklim di Jawa Barat tidak sebaik
biasanya, perubahan iklim yang sangat ekstrim di perkirakan menjadi penyebab menurunya
angka PDRB dari sector primer pada tahun 2011. Di tahun ini PDRB Jawa Barat meningkat
sebanyak 20,74 Triliun Rupiah

Anda mungkin juga menyukai