Anda di halaman 1dari 8

Properti Material

Pendahuluan
Material merupakan pendorong dibalik kemajuan revolusi teknologi dan merupakan kunci
dari pemakaian bahan dalam manufaktur. Properti material pada sifat mekanik (diantaranya
kekuatan, kekerasan, ketangguhan, kelelahan) merupakan hal yang penting untuk diketahui, hal
ini dimaksudkan untuk mengerti pola dari material apabila diberikan suatu gaya yang
mengakibatkan perubahan bentuk. Perubahan pola tersebut bisa dilihat dalam kurva tegangan
regangan.
A. Sifat Material Lunak dan Ductile
Sifat material yang lunak dapat diartikan kemampuan mendeformasi plastis saat diberi
beban, sedangkan ductile lebih mengarah ke deformasi plastis saat diberi disaat diberi beban
tegang. Satuan ukuran dari ductile adalah persentase perbedaan panjang (elongasi) dan alat
pengujiannya dengan dilakukan penarikan dari tiap ujung batang specimen. Panjang awal mula
mula specimen dinamai sebagai panjang mula mula (lo). Setelah specimen terpecah menjadi dua
bagian, lalu kedua batang di satukan kembali sedekat mungkin, dan panjang spesimen yang baru
inilah bisa dinamai sebagai (l1). Maka persentase(%) perbedaan panjang(elongasi) dari specimen
dapat hitung sebagai
l1lo
elongasi=
x 100
lo
Nilai yang tinggi dari persentase elongasi menandakan material tersebut sangat ductile
dan sebaliknya, jika persentase elongasi yang kecil menandakan material tersebut getas.
Gambar 1.1 kurva tegangan- regangan untuk material ductile
Keterangan pada gambar 1.1 :
Jika material diberi tegangan sampai ke point A maka material tersebut akan kembali ke
bentuk asalnya, jika terus diberikan tegangan sampai ke titik C, maka material akan mengalami
pemanjangan dari bentuk asal ketika tegangan dilepaskan, hal ini dinamakan titik luluh material
(yield point), menurut gambar titik C dan D dinamakan titik luluh (upper yield point) atas dan
titik luluh bawah (lower yield point). Titik E menandakan ukuran kekuatan dari material
(ultimate tensile strength) dan titik F adalah (break point) titik dimana material akan putus saat
diberi tegangan.

Kurva tegangan regangan untuk material getas (brittle) dapat dilihat pada gambar 1.2
dibawah ini. Pada kurva ini tidak terlihat adanya titik luluh (yield point) material ini tidak akan
memanjang terlalu banyak,contoh dalam hal ini seperti gelas atau hal lain yang mudah pecah.
B. Ketangguhan material
Sifat tangguh material adalah kemampuan material dalam meneima energi sebelum
terjadi patahan atau retakan. Ketangguhan material merupakan kombinasi terhadap kekuatan dan
persentase elongasi material. Standar dalam pengujian kekerasan material biasa dengan
menggunakan (i)IZOD test dan (i) Charpy test
C. Kekerasan material
Material yang keras menandakan kuat material tersebut tahan akan hambatan akan
abrasive atau goresan.pengujian kekerasan material diantaranya adalah (i) Brinell test (i)
Rockwell test dan (iii) Vickers test. Semua pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui daya
tahan material dari penetrasi sebuah indentor di permukaan material pada tiap percobaan dengan
beban yang diberikan
Tabel 1.1
Brinell Test
Bentuk Diameter bola baja

Indentor
Beban

10 mm
yang 3000 kg selama 10 15

diterima indentor

detik

Rockwell Test
Bentuk kerucut

Vickers test
Bentuk pyramid

Beban minor 10 kg

dengan sudut 1360


5 kg 120 kg

dlanjutkan dengan
beban mayor 150 kg

Hardness number
D. Retakan / patahan material
Jika material diberikan beban tegangan tinggi di atas kekuatan yang sanggup
diterima,maka material akan terjadi terpecah menjadi dua atau lebih patahan dari tiap bagian.
Patahan pada ductile material terjadi setelah melewati fasa plastis deformasi, sedangkan pada
material getas patahan terjadi ketika retakan kecil pada material yang membesar, sampai dengan
patah. Disamping dari sifat material ductile atau getas,ada sifat lain yang menyebabkan patahan
terjadi, yaitu fatigue (lelah) dan creep (luluh).
E. Fatigue
Jika material telah dipakai beberapa ribu kali siklus atau sudah menerima berbagai
macam tegangan, maka material tersebut akan mengalami kelelahan dan kemungkinan
performanya akan menurun, meskipun diberi beban dibawah kekuatan yang masih sanggup

diterima material tersebut. Sebenarnya ada masa pada material dimana material itu sanggup
menerima tegangan yang dibebankan bahkan sudah melewati banyak siklus. Hal ini dinamakan
Batas Ketahanan. Jadi material di desain sedemikian rupa agar beban yang diterima selalu
dibawah batas ketahanan material tersebut.
F. Creep (mulur)
Kecacatan material bisa terjadi bahkan ketika diberi beban yang statis, hal ini terjadi jika
komponen diberi beban dalam waktu yang lama dan bahkan terjadi pada temperature tinggi.
Contohnya ada di bolier, sudu turbin uap, furnace (tungku) dst. Cacat creep terjadi karena
material mengalami deformasi plastis secara terus menerus dalam suatu kondisi tertentu.
Ferrous Material
Pendahuluan
Ferrous material mengarah ke pada material dengan kandungan utamanya adalah besi, dan
sebaliknya non ferrous material mengarah ke material yang tidak mengandung besi. Ferrous
material umumnya lebih kuat dan keras dan biasa digunakan sehari hari.
A. Besi dan Baja
Besi dan baja memiliki perbedaan, dimana besi merupakan benda metal, dengan unsure
kimia Fe. Besi murni umumnya ringan dan tak kuat, dengan titik leleh + 15400C. Baja
merupakan campuran dari besi dan karbon, persentase karbon bervariasi dari 0 2%, namun
pada praktiknya karbon tercapai sekitar 1,25% - 1,3 %. Kandungan karbon sangat keras, getas
dan kuat dan jika dicampur dengan Fe membentuk Fe 3C, kandungan C pada baja membuat baja
lebih kuat dan keras dibanding dengan besi.
B. Baja karbon
Sifat sifat baja karbon bergantung dari persentase karbon yang diberikan, berikut
kategori yang ada :
(i) Baja karbon rendah ; persentase karbon <0.15%
(ii) Baja karbon sedang ; persentase karbon diantara 0.3% 0.7%
(iii) Baja karbon tinggi ; persentase karbon > 0.7 % (praktiknya unsur karbon tertinggi
adalah 1.3 %)
Semakin tinggi persentase karbon, maka kekuatan dan kekerasan material meningkat,
namun keuletannya menurun. Efek dari pertambahan karbon dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut .
C. Klasifikasi baja

Pengklasifikasian baja diantaranya adalah (i)baja karbon murni dan (ii)baja karbon
campuran. Baja karbon murni umumnya hanya mencampur dengan unsur karbon saja. Namun
pada baja campuran, selain unsur karbon, terdapat unsur lain yang biasa ditambahkan, yaitu
seperti chrom, nikel, tungsten, molybdenum dan vanadium.
Pada baja, selain unsur besi dan karbon ada empat element yang selalu ada,yaitu S, P, Mn
dan Si.
D. Aplikasi dan penggunaan baja karbon
Baja karbon rendah,; memiliki sifat keuletan, biasa digunakan di pengelasan, tabung
solid atau di wire rod.
Baja mild ;digunakan untuk pengerjaan struktural.
Baja karbon sedang ; biasa digunakan pada rotor, tali kawat, atau di peralatan umum
dalam pertanian.
Baja karbon tinggi ; biasa digunakan pada peralatan tangan seperti palu, peralatan
pembuatan boiler,peraltan pengerjaan kayu. Baja karbon tinggi bisa diperkeras dengan cara
pencelupan (quenching), material yang sudah dikeraskan bisa dipakai sebagai alat potong,
asalkan tidak dipakai pada suhu panas (diatas 1500C), jika terjadi maka material akan berkurang
kekerasannya dan menjadi tumpul
E. Besi kasar
Merupakan material termurni dari besi, biasanya dibuat pada puddling process.
Harganya mahal makadari itu lebih banyak digantikan dengan baja.
F. Besi tuang
Besi ini megandung lebih dari 2% karbon pada teorinya. Namun pada kenyataannya
kandungan karbon pada besi tuang berkisar 3- 4 %. Ada beberapa penggunaan dalam besi tuang
ini dalam kehidupan sehari hari , yang dikelompokan ke dalam :
i.
Grey cast iron
ii.
White cast iron
iii.
Malleable cast iron
iv. Nodular cast iron
v. Alloy cast iron
G. Baja paduan
Sama seperti sifat besi tuang yang bisa dicampurkan element element pada
komposisinya. Maka hal yang sama juga dapat dilakukan pada baja karbon murni. Tujuan dari
pecampuran karbon pada baja adalah sebagai berikut :
i.
Campuran baja bisa dikeraskan dengan proses perlakuan panas.
ii.
Campuran baja bisa menahan korosi, seperti baja stainless
iii.
Campuran baja bisa dibuat untuk alat alat potong
iv. Beberapa campuran baja bisa menunjukan tahan akan oksidasi pada temperatur tinggi.

Elemen

element campuran baja diantaranya adalah chrom, nikel, tungsten,

molybdenum, vanadium, kobalt, managan dan silicon. Baja campuran dapat dikategorikan
sebagai (i) baja stainless, (ii) tools steels, (iii) special steels
Stainless steels. Dikatakan stainless steel (baja tahan karat) karena sifatnya yang mampu
tahan akan korosi. Element utama dalam baja ini adalah chrom dan nikel. Stainless steel dapat
dikategorikan lagi menjadi 3, yaitu :
(i) ferritic stainless steel. Baja ini mengandung maksimum karbon sebanyak 0.15%, 612% chrom, 0.5% nikel. Baja ini tergolong relative murah dan juga bersifat magnetik.
(ii) martensitic stainless steels. Baja ini mengandung 12-18% chrom dan karbon
sebanyak (0.15 1.2%). Baja ini dapat bisa dikeraskan dengan perlakuan panas, namun
ketahanan korosinya berkurang. Contohnya ada pada peralatan pisau bedah,
(iii) austentic stainless steels. Ini merupakan baja terpenting pada kelasnya,
composisinya adalah 18% chrom, 8% nikel, 0.08 0.2% karbon, maksimum mangan 1.25% dan
maksimum silicon 0.75%.
Tools steels. Kebutuhan dalam tools steel adalah bisa dikeraskan dengan perlakuan
panas yang akan digunakan untuk keperluan alat potong atau perlengkapan lain. Tools steel tak
boleh getas dan harus kuat.
High Speed Steel (HSS) dari namanya baja ini bisa memotong baja pada kecepatan
potong yang tinggi. Pada kecepatan tinggi, maka temperatur akan naik, namun HSS ini hanya
mampu menahan sampai temperature 600 625 oC. Komposisi dari HSS adalah 18% tungsten, 4
% chrom, vanadium 1%, karbon 0.75 1%, dan sisanya iron.
Tungsten merupakan metal yang mahal, HSS dengan komposisi tungsten tinggi disebut
HSS T series dan HSS dengan komposisi molybdenum tinggi disebut HSS M series.
Special alloy steels. Baja ini dapat dikategorikan sebagai berikut :
(i) baja mangan. Semua baja mengandung mangan untuk mencegah efek buruk dari
sulfur. Contoh aplikasinya ada pada jalur kereta.
(ii) baja nikel. Nikel pada baja ini bisa mencapai 50%. Nikel membuat baja tahan akan
korosi, tak bersifat magnetic, dan rendah akan efisiensi termal. Contoh aplikasinya ada pada
rotor turbin, katup pengapian internal .
(iii) baja chrom. Chrom membuat baja tahan akan karat, menambah nilai ultimate
tensile strength dan kekuatan IZOD. Biasanya digunakan campuran antara chrom dan nikel(NiCr),baja ini biasa digunakan untuk tungku(furnace).
(iv) baja silicon. Baja yang mengandung 0.05% karbon, 0.3% mangan dan 3.4% silikon.
Baja silikon- mangan digunakan untuk pembuatan per.
PERLAKUAN PANAS BAJA KARBON
Perlakuan panas pada baja karbon bisa dilakukan pada 3 langakah berikut :

(i) Pemanasan logam / campurannya pada suhu tertentu, suhu ini bergantung pada
komposisi baja karbon yang digunakan.
(ii) Didiamkan selama beberapa saat pada temperatur tertentu.
(iii) pendinginan logam / campurannya pada medium air, oli atau udara.
proses dalam perlakuan panas baja karbon dibagi menjadi 4, yaitu :
(a) annealing. Tujuan dari proses ini untuk melunakan material, tegangan pada material
juga bisa dihilangkan. Temperatur annealing pada baja karbon bisa dilihat pada tabel 2.1
Material
Temperature annealing (oC)
Baja karbon rendah(<0.15%)
870 930
Baja lunak (0.15 0.3%)
840 870
Baja karbon sedang (0.3 0.7%)
780 840
Baja karbon tinggi (0.7 1.5%)
760 - 780
Waktu pendiaman material rata rata 3-4 menit untuk setiap mm tebal dari material.
(b) normalizing. Maksud dari proses ini adalah pemanasa pada temperatur sama,
kemudian didiamkan dan didinginkan dengan udara.
(c) Hardening. Pada proses ini dilakukan pemanasan dari tungku dan kemudian
didinginkan langsung dengan wadah air atau oli. (proses pendinginan ini disebut quenching)
proses ini menghatuskan material dengan komposisi karbon sekitar 0.25% untuk menghasilkan
material yang keras. Proses ini membuat material menjadi getas dan keras.
(d) Tempering. Maksud dari proses ini adalah penambahan kekerasan material dan
mengurangi kegetasannya. Cara ini dengan pemanasan material dengan variasi temperature 150
6000C dan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan wadah air garam atau oli.
Non Ferrous Logam dan Campurannya
Pendahuluan
Non ferrous metal dan campurannya tak mengandug baja yang banyak. Material ini antara lain
tembaga, alumunium, timah putih, timah hitam.
Properti dan penggunaan Logam non Ferrous
Tembaga. Merupakan logam tahan karat, penghantar panas dan listrik yang baik. Biasanya
berbentuk kabel, atau dibentuk menjadi lembaran atau plat.
Alumunium. Alumunium berasal dari ekstrak bauksit, alumunium bersifat tahan akan korosif.
Merupakan penghantar panas dan listrik yang baik. Bersifat ulet dan lebih murah dibanding
tembaga. Aplikasinya digunakan untuk penggunaan rangka helicopter atau pada kendaraan.

Timah putih. Berwarna putih, tahan akan korosif yang bersifat asam. Saat ini penggunaan timah
putih hanya digunakan untuk bahan pencampuran saja. Timah putih ini memiliki titik leleh yang
rendah.
Timah hitam. Tahan akan korosif. Di eropa digunakan untuk pelindung atap atau digunakan
untuk perpipaan .
Zinc. Bersifat tahan korosif , zinc ini punya titik leleh yang tinggi.
Tabel 2.2 ini menunjukan sifat sifat pada material non ferrous
Logam

Tensile

Warna

Strength

Spesifik

Titik Leleh

gravity

(oC)

Tembaga

N/mm2
160

Kecoklatan

8.9

1083

Alumunium

60

Putih

2.7

660

Tembaga putih

13

Putih silver

7.3

232

Tembaga hitam

15

Abu- abu

11.4

327

7.1

419

zinc
155
Putih
Perbandingan tensile strength dari besi adalh 270 N/mm2
Campuran Tembaga

Brass. Merupakan campuran dari tembaga dan zinc. Ada dua tipe dari brass, yaitu :
(a) brass alpha. Mengandung lebih dari 36% zinc dan sisanya tembaga.
(b) brass alpha beta. Mengandung zinc sebanyak 36-46% dan sisanya tembaga.
Penamaan alpha dan beta karena perbedaan phasa dari kuningan. Jadi Alpha beta merupakan
phasa yang terdiri dari phasa alpha dan phasa beta/
brass Alpha dibedakan menjadi dua grup.
(i) red brass,mengandung lebih dari 20% zinc
(ii) yellow brass. Megandung kurang dari 20% zinc.
Red brass material yang mahal tahan korosi. Baik untuk proses permesinan. Yellow brass
kebanyakan bersifat ulet . komposisi brass diantaranya :
Admirability rass .29 % zinc, 1 % timah putih, dan sisanya tembaga
Muntz metal. 40-45 % zinc dan sisanya tembaga.
Naval brass. 39 % zinc, 1% timah putih dan sisanya tembaga.

Anda mungkin juga menyukai