Oleh :
Destia Windi Damayanti
G99121013
Mulki Rakhmawati
G99121030
Herry Prasetyanto
G99121020
Pembimbing :
dr. Agustina, Sp.A., M.Kes
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. AD
Umur
: 1 tahun 6 bulan
Berat badan
: 11,8 kg
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Bp. W
Pekerjaan Ayah
: wiraswasta
Agama
: Islam
Nama Ibu
: Ny. D
Pekerjaan Ibu
Alamat
No. CM
: 01156370
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Allo anamnesis diperoleh dari ibu penderita
Pagi SMRS pasien mulai mencret, mencret berupa cairan, cair >> ampas,
mencret dalam satu hari ini lebih dari 10 kali, tiap mencret gelas aqua,
darah (-), lendir (-), muntah (+) muntah tidak menyemprot, muntah tiap kali
minum berupa minuman yang dikonsumsi. Panas (+) 9 jam SMRS, pilek
(-), batuk (-), keluar cairan telinga (-). Kemudian pasien dibawa ke RS
swasta mendapat zink 1x1 tab, L-bio 2x1 sach, oralit dan antibiotika syrup.
Namun, keluhan belum berkurang. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Dr.
Moewardi, saat di IGD pasien rewel, kehausan, mencret (+), mual (+),
muntah (-). BAK terakhir 2 jam SMRS banyak, warna kuning jernih,
mencret terakhir 2 jam SMRS. Pasien masih panas.
: (+)
Bronkitis
: (-)
Pneumonia : (-)
Morbili
: (-)
Thypus
: (-)
Pertusis
: (-)
Cacing
: (-)
Difteri
: (-)
Varicella
: (-)
Malaria
: (-)
Frekuensi
: trimester I
: 1 x / bulan
trimester II
: 1 x / bulan
trimester III
: 3 x / bulan
: (-)
Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Anak lahir dengan berat badan
lahir 3500 gram dan panjang badan 49 cm, lahir normal, menangis kuat, umur
kehamilan 9 bulan, ditolong oleh bidan di RS Banjarsari. Anak meninggal tidak
ada, riwayat keguguran tidak ada, anak lahir meninggal tidak ada. Ayah dan ibu
menikah satu kali.
H. Pohon Keluarga
1
2
3
Kehamilan dan Kelahiran
- BCG
: 1x (usia 1 bln)
- DPT
- Polio
- Campak
: 9 bulan
3 bln
4 bln
7 bln
11 bln
1 thn 6bln
b.
c.
L. Keluarga berencana
Ibu ikut program keluarga berencana (KB suntik).
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
-
Derajat kesehatan
: compos mentis
Derajat gizi
B. Tanda vital
-
Laju Jantung
: 120x/menit
Laju Nadi
Laju Pernafasan
Suhu
: 38,5 0C
C. Status Gizi
-
Umur
1 tahun 6 bulan
Berat badan
11,8 kg
Tinggi badan
81 cm
Antropometri
BB 11,8
U = 12 x100 % = 98,3 %
TB 81
U = 82 x 100 % = 98,8 %
11,8
BB
TB = 11,7 x 100 % = 100,8 %
Normal
: gizi baik
D. Kulit
Kulit sawo matang, kering, turgor menurun, ujud kelainan kulit (-)
E. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, ubun-ubun besar
sudah menutup
F. Wajah
Odema (-), moon face (-)
G. Mata
Odema periorbita (-/-), konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-), mata
cekung (+/+), air mata (+/+) berkurang
H. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
I. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-).
J. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-) , mastoid pain(-), tragus pain(-)
K. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-)
L. Leher
limfonodi tidak membesar
M. Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC II LPSS
: SIC II LPSD
Palpasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
O. Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Gol. Darah
GDS
Na+
K+
Cl-
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
11,7 g/dl
34,0 %
5.106 L
10.103 L
408.000 L
O
72 mg/dl
135 mmol/L ( 136-146 mmol/L )
3,6 mmol/L ( 3,5- 5,1 mmol/L )
102 mmol/L ( 98 106 mmol/L )
Faeses rutin
Makroskopis : warna coklat, konsistensi lunak, lendir (-), pus (-), darah (-).
Mikroskopis : sel epitel (-), eritrosit (-), leukosit (-), protozoa (-), telur cacing
(-).
V. RESUME
penderita anak laki-laki umur 1 tahun 6 bulan, keluhan mencret, cair >>
ampas, > 10 kali, gelas aqua, muntah (+) muntah tidak menyemprot, muntah
tiap kali minum. Panas (+) 9 jam SMRS. Pasien rewel, kehausan, mencret (+),
mual (+). BAK terakhir 2 jam SMRS banyak, warna kuning jernih, mencret
terakhir 2 jam SMRS.
Pemeriksaan fisik didapatkan: KU rewel dan merasa kehausan, compos
mentis, gizi kesan baik; VS
menit; Laju pernafasan= 24 x/menit; S = 38,5 0C. Kulit : turgor menurun; mata
cekung (+/+), air mata berkurang (+/+); Mulut : Mukosa basah (+); Abdomen :
bising usus meningkat, hipertimpani, turgor menurun.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan : Hemoglobin: 11,7 g/dl;
Hematokrit : 34 %; Eritrosit : 5. 10 6 L; Leukosit : 10.000 L; Trombosit :
408.000 L; Gol. Darah : O; GDS : 72 mg/dl; Na : 135 mmol/L; K : 3,6 mmol/L;
Cl: 102 mmol/L
VI. DIAGNOSIS BANDING
Gizi baik
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap bangsal Gastroenterologi Anak
2. Diet Nasi lauk 120 kkal/hari
3. Rehidrasi via NGT menolak
Rehidrasi RL BB 11,8 kg 175 cc/kgbb/hari
= 2100 cc/hari
= 87,5 cc/jam
= 22 tpm makro
4. Zink tab 1x20 mg p.o
5. Probiotik 2x1 sach p.o
6. Paracetamol sirup 3xcth1 (120mg) p.o
7. Oralit 110 cc setiap mencret
60 cc tiap muntah
IX. PLANNING
X. Cek DR2, golongan darah, GDT, elektrolit, urinalisis, feses rutin
Monitoring
-
BCD/8 jam
XI. PROGNOSIS
Ad vitam
: baik
Ad sanam
: baik
Ad fungsionam
: baik
KEPUSTAKAAN
A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau
anak yang sebelumnya sehat (Ditjen PPM & PLP, 1999). Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2004).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60
juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5% daripadanya
akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak
segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia (Ditjen PPM &
PLP, 1999).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Keadaan sosial ekonomi
Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan putting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan
ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa
insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau
kumuh. Sedangkan factor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah
kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah
buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor di atas terkait erat
dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
lactose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu. Penyebab utama oleh virus
adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapt menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Eschericia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik,
Plesiomonas
shigelloides,
Vibrio
cholerae
non-01,
V.
philipinensis,
Fasiolopsis
buski,
Sarcocystis
suihominis,
Virus
Bakteri
Parasit
Obat-obatan
E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi Natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
Klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V.cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini
meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan
cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP,1999).
Pada
diare
akan
terjadi
kekurangan
air
(dehidrasi),
gangguan
Diare akut dengan perdarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektorial antara lain
sebagai berikut :
-
Menggunakan jamban/wc
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang:
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir
kulit
kembalinya lambat
perut
Dehidrasi Berat
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan
kulit
perut
kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
Tanpa dehidrasi
: urin rutin
I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
- <1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya
Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
sepeti yang di atas setiap kali buang air besar.
Bisa juga dengan kriteria :
Dehidrasi Ringan (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
Rehidrasi dengan CRT/ORALIT 30-50 ml/kgBB/3-4 jam jika ada
perbaikan lalu maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam
Dehidrasi Sedang (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.
Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan menggunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6. Probiotik
7. Vitamin A
- 6 bulan- 1 tahun : 100.000 IU
- > 1 tahun
: 200.000 IU
8. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan caracara pencegahan diare (IDAI, 2004).
Indikasi rawat inap :
Diare akut dengan dehidrasi berat
Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi),
buang air besar cair > 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari
(Armon, 2001).
J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, barat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan dehidrasinya. Jika
setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada
tetapi pada pasien ini dimondokkan karena adanya indikasi intake makanan
yang kurang (sulit) karena muntah setiap kali minum.
Prinsip pengobatan diare ialah atasi dehidrasi dulu dengan menggantikan
cairan yang hilang lewat tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa, pada kasus dehidrasi ringan - sedang
diberikan cairan oralit 75 cc/kg BB 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur setiap kali buang air
besar atau muntah . Pada pasien ini tidak diberikan antibiotik karena tidak ada
indikasi yang mengarah ke diare e/c Shigella, Cholera, Amoeba baik dari
anamnesa maupun pemeriksaan fisik. Pada pasien diare ini tidak boleh
dipuasakan, dianjurkan untuk banyak minum. Pasien ini juga diberikan
Paracetamol untuk menurunkan panas dan diberikan Probiotik untuk
mengganti kuman komensal usus yang hilang karena diare.
Prognosis pasien ini baik.
DAFTAR PUSTAKA
Armon, 2001. An evidence and consensus based guidline for acute diarrhoea
management. Mk.armon@ntlworld.com
Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta. Hal 470-471.
Ditjen PPM & PLP. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta. Hal: 8-10.
IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal :49-52
Irwanto, 2002. Ilmu Penyakit Anak. Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta. Hal : 73-79.
Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis
www. emedicinehealth.com
Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. Hal : 58-63.
WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health
www.wikipedia.com