Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG

Oleh :
Destia Windi Damayanti

G99121013

Mulki Rakhmawati

G99121030

Herry Prasetyanto

G99121020

Pembimbing :
dr. Agustina, Sp.A., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. AD

Umur

: 1 tahun 6 bulan

Berat badan

: 11,8 kg

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Nama Ayah

: Bp. W

Pekerjaan Ayah

: wiraswasta

Agama

: Islam

Nama Ibu

: Ny. D

Pekerjaan Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kaplingan 4/20 jebres, surakarta

No. CM

: 01156370

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Allo anamnesis diperoleh dari ibu penderita
Pagi SMRS pasien mulai mencret, mencret berupa cairan, cair >> ampas,
mencret dalam satu hari ini lebih dari 10 kali, tiap mencret gelas aqua,
darah (-), lendir (-), muntah (+) muntah tidak menyemprot, muntah tiap kali
minum berupa minuman yang dikonsumsi. Panas (+) 9 jam SMRS, pilek
(-), batuk (-), keluar cairan telinga (-). Kemudian pasien dibawa ke RS
swasta mendapat zink 1x1 tab, L-bio 2x1 sach, oralit dan antibiotika syrup.
Namun, keluhan belum berkurang. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Dr.
Moewardi, saat di IGD pasien rewel, kehausan, mencret (+), mual (+),
muntah (-). BAK terakhir 2 jam SMRS banyak, warna kuning jernih,
mencret terakhir 2 jam SMRS. Pasien masih panas.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat ASI eksklusif (+) sampai dengan 6 bulan kemudian ditambah
bubur susu, saat ini pasien makan nasi lauk.
-Riwayat sakit serupa (-)
-Riwayat minum susu formula (-)
-Riwayat alergi obat dan makanan (-)
-Riwayat mondok (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
-Riwayat keluarga sakit serupa (-)
- Riwayat lingkungan diare (-)
- Riwayat alergi obat dan makanan (-)
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
-Ayah
: baik
-Ibu
: baik
-Kakak
: baik
F. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
- Faringitis : (-)
- Enteritis

: (+)

Bronkitis

: (-)

Disentri basiler : (-)

Pneumonia : (-)

Disentri amuba : (-)

Morbili

: (-)

Thypus

: (-)

Pertusis

: (-)

Cacing

: (-)

Difteri

: (-)

Varicella

: (-)

Malaria

: (-)

G. Pemeliharaan Kehamilan dan Kelahiran


- Pemeriksaan di puskesmas
-

Frekuensi

: trimester I

: 1 x / bulan

trimester II

: 1 x / bulan

trimester III

: 3 x / bulan

Keluhan selama kehamilan

: (-)

Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Anak lahir dengan berat badan
lahir 3500 gram dan panjang badan 49 cm, lahir normal, menangis kuat, umur
kehamilan 9 bulan, ditolong oleh bidan di RS Banjarsari. Anak meninggal tidak
ada, riwayat keguguran tidak ada, anak lahir meninggal tidak ada. Ayah dan ibu
menikah satu kali.
H. Pohon Keluarga

1
2

An. AD ; ; 1 tahun 6 bulan ;


11,8 kg

3
Kehamilan dan Kelahiran

1. Perempuan, 3200 gram, lahir spontan, bidan di RS banjarsari.


2. Laki-laki, 3500 gram, lahir spontan, bidan di RS banjarsari.
I. Riwayat Imunisasi
- Hepatitis B

: 3x (usia 0,2,6 bln)

- BCG

: 1x (usia 1 bln)

- DPT

: 3x (usia 2,4,6 bln)

- Polio

: 4x (usia 0,2,4,6 bln)

- Campak

: 9 bulan

J. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Senyum Miring Tengkurap duduk berdiri
2 bln

3 bln

4 bln

7 bln

11 bln

berjalan bicara lancar


1 thn

1 thn 6bln

K. Riwayat Makan Minum Anak


a.

ASI diberikan sejak lahir hingga sekarang, frekuensi pemberian tiap


kali anak menangis, lamanya menyusui 10-15 menit, bergantian
payudara kanan dan kiri. Sesudah menyusui anak tidak menangis.

b.

Susu formula tidak diberikan hingga sekarang

c.

Makanan padat dan lauknya :


a. Bubur susu, diberikan sejak umur 6 bulan dengan frekuensi 3 kali
sehari.
b. Bubur nasi diberikan sejak usia 8 bulan hingga 1 tahun
c. Mulai makan nasi, lauk, sayur sejak usia 1 tahun hingga sekarang

L. Keluarga berencana
Ibu ikut program keluarga berencana (KB suntik).
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
-

Sikap/keadaan umum : lemah, rewel, merasa kehausan

Derajat kesehatan

: compos mentis

Derajat gizi

: gizi kesan baik

B. Tanda vital
-

Laju Jantung

: 120x/menit

Laju Nadi

: 120x/menit, regular, isi tegangan cukup, simetris

Laju Pernafasan

: 24 x/ menit, kedalaman cukup, tipe abdominal.

Suhu

: 38,5 0C

C. Status Gizi
-

Umur

1 tahun 6 bulan

Berat badan

11,8 kg

Tinggi badan

81 cm

Antropometri
BB 11,8
U = 12 x100 % = 98,3 %

Berat Badan normal

TB 81
U = 82 x 100 % = 98,8 %

Tinggi Badan normal

11,8
BB
TB = 11,7 x 100 % = 100,8 %

Normal

z score > median


Interpretasi

: gizi baik

D. Kulit
Kulit sawo matang, kering, turgor menurun, ujud kelainan kulit (-)
E. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, sukar dicabut, ubun-ubun besar
sudah menutup
F. Wajah
Odema (-), moon face (-)
G. Mata
Odema periorbita (-/-), konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-), mata
cekung (+/+), air mata (+/+) berkurang
H. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
I. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-).
J. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-) , mastoid pain(-), tragus pain(-)
K. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1,
pseudomembran (-)
L. Leher
limfonodi tidak membesar
M. Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-)

Cor

: Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar


batas kiri atas

: SIC II LPSS

batas kiri bawah

: SIC IV 2 jari medial LMCS

batas kanan atas

: SIC II LPSD

batas kanan bawah : SIC IV LPSD


Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)


Suara tambahan (-/-)
N. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat, bising usus (+) meningkat


Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, turgor kembali lambat, hepar dan lien tidak teraba,


Nyeri tekan (-)

O. Ekstremitas
Akral dingin

Oedem

Capillary refill time <2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium darah
-

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Gol. Darah
GDS
Na+
K+
Cl-

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

11,7 g/dl
34,0 %
5.106 L
10.103 L
408.000 L
O
72 mg/dl
135 mmol/L ( 136-146 mmol/L )
3,6 mmol/L ( 3,5- 5,1 mmol/L )
102 mmol/L ( 98 106 mmol/L )

Faeses rutin
Makroskopis : warna coklat, konsistensi lunak, lendir (-), pus (-), darah (-).
Mikroskopis : sel epitel (-), eritrosit (-), leukosit (-), protozoa (-), telur cacing
(-).
V. RESUME
penderita anak laki-laki umur 1 tahun 6 bulan, keluhan mencret, cair >>
ampas, > 10 kali, gelas aqua, muntah (+) muntah tidak menyemprot, muntah
tiap kali minum. Panas (+) 9 jam SMRS. Pasien rewel, kehausan, mencret (+),
mual (+). BAK terakhir 2 jam SMRS banyak, warna kuning jernih, mencret
terakhir 2 jam SMRS.
Pemeriksaan fisik didapatkan: KU rewel dan merasa kehausan, compos
mentis, gizi kesan baik; VS

: Laju Jantung : 120x/menit; Laju Nadi = 120x/

menit; Laju pernafasan= 24 x/menit; S = 38,5 0C. Kulit : turgor menurun; mata
cekung (+/+), air mata berkurang (+/+); Mulut : Mukosa basah (+); Abdomen :
bising usus meningkat, hipertimpani, turgor menurun.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan : Hemoglobin: 11,7 g/dl;
Hematokrit : 34 %; Eritrosit : 5. 10 6 L; Leukosit : 10.000 L; Trombosit :
408.000 L; Gol. Darah : O; GDS : 72 mg/dl; Na : 135 mmol/L; K : 3,6 mmol/L;
Cl: 102 mmol/L
VI. DIAGNOSIS BANDING

Diare Akut dengan dehidrasi sedang


Gizi Baik

VII. DIAGNOSIS KERJA

Diare Akut dengan dehidrasi sedang

Gizi baik

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap bangsal Gastroenterologi Anak
2. Diet Nasi lauk 120 kkal/hari
3. Rehidrasi via NGT menolak
Rehidrasi RL BB 11,8 kg 175 cc/kgbb/hari
= 2100 cc/hari
= 87,5 cc/jam
= 22 tpm makro
4. Zink tab 1x20 mg p.o
5. Probiotik 2x1 sach p.o
6. Paracetamol sirup 3xcth1 (120mg) p.o
7. Oralit 110 cc setiap mencret
60 cc tiap muntah
IX. PLANNING
X. Cek DR2, golongan darah, GDT, elektrolit, urinalisis, feses rutin
Monitoring
-

KUVS/ SH/ jam selama rehidrasi

BCD/8 jam

XI. PROGNOSIS
Ad vitam

: baik

Ad sanam

: baik

Ad fungsionam

: baik

KEPUSTAKAAN
A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau
anak yang sebelumnya sehat (Ditjen PPM & PLP, 1999). Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2004).

B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60
juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5% daripadanya
akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak
segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia (Ditjen PPM &
PLP, 1999).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Keadaan sosial ekonomi
Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan putting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun

anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan
ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa
insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau
kumuh. Sedangkan factor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah
kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah
buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor di atas terkait erat
dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
lactose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu. Penyebab utama oleh virus
adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapt menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Eschericia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik,

Plesiomonas

shigelloides,

Vibrio

cholerae

non-01,

V.

Parahemolyticus, Yersina enetrocolotica.


Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,
Capillaria

philipinensis,

Fasiolopsis

buski,

Sarcocystis

suihominis,

Strongiloides stercoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, 2002).


D. PATOGENESIS

Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitelvili


usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama

laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel


vilinya menjadi matang.

Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus


pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E.coli enterotoksigenik dan V. cholera
01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E.coli
enteropatogenik atau entero aggregasi).

Toksis yang menyebabkan sekresi E.coli enterotoksigenik, V.cholera 01 dan


beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang
sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni , E.coli enteroinvasife jejuni dan


Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melelui invasi dan
perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian
distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan
ulkus superficial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah
putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi
air dan elektrolit dari mukosa (Ditjen PPM & PLP, 1999).

Parasit

Penempelan mukosa . G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada


epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi


epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan
ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab


diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehingga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari
antibiotik itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh
ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang mengubah flora tinja secara intensif walaupun diberikan
secara parenteral. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi,
misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin, polimiksin, dan neomisin
(Irwanto,2002).

E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi Natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
Klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V.cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang

larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini
meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan
cairan tubuh (Ditjen PPM & PLP,1999).
Pada

diare

akan

terjadi

kekurangan

air

(dehidrasi),

gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolic), yang secara klinis berupa


pernapasan Kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi
(Aswitha, dkk, 2000).
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :

Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam


sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makan kurang.

Diare akut dengan perdarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana


bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.

Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan


bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektorial antara lain
sebagai berikut :
-

Meningkatkan sarana air bersih dan sanitasi umum

Promosi pendidikan hygiene

Pemberian ASI Eksklusif

Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

Menggunakan jamban/wc

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Mencuci paralatan makan (WHO,2004).

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang:
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir

- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun


- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan,
obat,oralit)
- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004)
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik (Randy P Prescilla, 2006)
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan
makanan yang tidak biasa
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran,
rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah.
Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya
pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi
jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO (1980) :
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan berat badan 4-5%)
- Perkiraan kehilangan cairan 40-50 ml/kg
- Keadaan umum haus, sadar, gelisah
- Nadi radialis normal (frekuensi dan isi), pernafasan normal, tekanan
darah sistolik normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik/cepat kembali

- Pengeluaran urin normal


b. Dehidrasi Sedang (kehilangan berat badan 6-9%)
- Perkiraan kehilangan cairan 60-90 ml/kg
- Keadan umum haus, gelisah atau letargi tetapi iritabel
- Nadi radialis cepat dan lemah, pernafasan dalam (mungkin cepat),
tekanan darah sistolik normal rendah
- Ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata kering, mukosa
mulut dan bibir kering
- Turgor abdomen lambat kembali
- Pengeluaran urin berkurang dan warna tua
c. Dehidrasi Berat (kehilangan berat badan 10%)
- Perkiraan kehilangan cairan 100 ml/kg
- Keadaan umum mengantuk, lemas, sianotik, akral dingin
- Nadi radialis cepat halus dan kadang tidak teraba, pernafasan dalam
dan cepat, tekanan darah sistolik < 80 mmHg, mungkin tidak terukur
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata sangat
kering, mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor abdomen sangat lambat kembali
- Pengeluaran urin tidak ada untuk beberapa jam kadang kencing
kosong
Penilaian derajat dehidrasi menurut IDAI (2004) dilakukan sesuai dengan
kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat

b. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus rawat inap
Penilaian dehidrasi menurut MTBS
Terdapat 2 atau lebih dari
tanda-tanda berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan

kulit

kembalinya lambat

perut

Dehidrasi Berat

Terdapat 2 atau lebih tandatanda berikut ini :


Gelisah, rewel
Dehidrasi ringan/sedang

Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan

kulit

perut

kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk

Tanpa dehidrasi

diklasifikasikan dehidrasi berat


atau ringan/sedang
(Ditjen PPM & PLP, 1999)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
- makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi
- mikroskopis : eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah

darah lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, K,


Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar ureum dan
kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin
(Aswitha,dkk,2001)

: urin rutin

I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
- <1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya
Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
sepeti yang di atas setiap kali buang air besar.
Bisa juga dengan kriteria :
Dehidrasi Ringan (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
Rehidrasi dengan CRT/ORALIT 30-50 ml/kgBB/3-4 jam jika ada
perbaikan lalu maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam
Dehidrasi Sedang (Perkiraan defisit cairan 30-50 ml/kgBB)
Rehidrasi dengan ORALIT/RL iv 70 ml/kgBB/3 jam jika ada
perbaikan maintenance 100 ml/kgBB/20-21 jam.
Dehidrasi Berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.

2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan menggunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6. Probiotik
7. Vitamin A
- 6 bulan- 1 tahun : 100.000 IU
- > 1 tahun

: 200.000 IU

8. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan caracara pencegahan diare (IDAI, 2004).
Indikasi rawat inap :
Diare akut dengan dehidrasi berat
Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi),
buang air besar cair > 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari
(Armon, 2001).
J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, barat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan dehidrasinya. Jika
setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada

perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji


sensitivitas.
2) Tumbuh Kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak
mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaan umum
dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2004).
ANALISA KASUS
Diagnosis diare akut dehidrasi sedang ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami mencret sebanyak 10 kali kurang lebih gelas
belimbing sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Mencret yang dialami oleh penderita konsistensi tinja cair, lendir (+),
darah (-).
3. Rasa ingin minum (kehausan) meningkat, rewel
4. Disertai muntah setiap kali minum.
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan
1. Kesadaran : tampak rewel, gelisah, haus
2. Tanda vital penderita didapatkan Laju Jantung 120x/menit, suhu 38,5C,
Laju nadi 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, Laju Per
napasan 24x/menit.
3. mata sedikit cekung (+/+), air mata berkurang (+/+), nafas cuping hidung
(-), mukosa bibir dan mulut basah, turgor kulit lambat kembali, akral
hangat, CRT<2 detik.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, diare pada pasien ini
mengarah ke diare akut dehidrasi sedang e/c rotavirus . Pada penderita diare
dengan dehidrasi sedang sebenarnya tidak memerlukan perawatan di RS,

tetapi pada pasien ini dimondokkan karena adanya indikasi intake makanan
yang kurang (sulit) karena muntah setiap kali minum.
Prinsip pengobatan diare ialah atasi dehidrasi dulu dengan menggantikan
cairan yang hilang lewat tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa, pada kasus dehidrasi ringan - sedang
diberikan cairan oralit 75 cc/kg BB 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur setiap kali buang air
besar atau muntah . Pada pasien ini tidak diberikan antibiotik karena tidak ada
indikasi yang mengarah ke diare e/c Shigella, Cholera, Amoeba baik dari
anamnesa maupun pemeriksaan fisik. Pada pasien diare ini tidak boleh
dipuasakan, dianjurkan untuk banyak minum. Pasien ini juga diberikan
Paracetamol untuk menurunkan panas dan diberikan Probiotik untuk
mengganti kuman komensal usus yang hilang karena diare.
Prognosis pasien ini baik.

DAFTAR PUSTAKA
Armon, 2001. An evidence and consensus based guidline for acute diarrhoea
management. Mk.armon@ntlworld.com
Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta. Hal 470-471.
Ditjen PPM & PLP. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta. Hal: 8-10.
IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal :49-52
Irwanto, 2002. Ilmu Penyakit Anak. Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta. Hal : 73-79.
Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis
www. emedicinehealth.com
Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. Hal : 58-63.
WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai